Perancangan Film Dokumenter Performance Art Tisna Sanjaya
Laporan Pengantar Tugas Akhir
PERANCANGAN FILM DOKUMENTER PERFORMANCE ART TISNA SANJAYA
DK 26313/Tugas Akhir Semester II 2013/2014
Oleh:
Dustur Buldani 52111036
Program Studi Desain Grafis
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
(2)
LEMBAR PENGESAHAN
PERANCANGAN FILM DOKUMENTER
PERFORMANCE ART TISNA SANJAYA
Dustur Buldani
NIM. 52111036
Telah disetujui dan disahkan di Bandung sebagai Tugas Skripsi/TA pada tanggal: 20 Agustus 2014
Menyetujui,
Pembimbing
Irwan Tarmawan, M.Ds. NIP : 4127 32 06 017
Dekan Ketua Program Studi Fakultas Desain Desain Grafis
Prof. Dr. Primadi Tabrani Taufan Hidayatullah, S.Sn., M.Ds NIP. 4127 32 06 036 NIP. 4127 32 06 003
(3)
(4)
SURAT KETERANGAN
PERSETUJUAN PUBLIKASI
Bahwa yang bertanda tangan dibawah ini, penulis dan pihak perusahaan tempat penelitian, menyetujui :
“Untuk memberikan kepada Universitas Komputer Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif atas penelitian ini dan bersedia untuk di-online-kan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kepentingan riset dan pendidikan”.
Bandung, 20 Agustus 2014
Penulis Mengetahui
Pembimbing
Dustur Buldani. Irwan Tarmawn M.Ds.
(5)
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Dustur Buldani
Tempat Tanggal Lahir : Garut, 18 Agustus 1993
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Nikah
Alamat Lengkap : Jln Pembangunan RT 03 / RW 03 Kelurahan : Tarogong Kidul Kecamatan : Sukagalih 44151 Garut
No Telepon/HP : 087724560160
Email : [email protected]
Pendidikan : - TK Persis 76 1998 - 1999
- SDN Sukagalih 5 1999 - 2005 - SMPN 1 Garut 2005 - 2007 - SMAN 6 Garut 2008 - 2011 - Unikom Bandung 2011 – 2014
(7)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ...i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINILITAS ...ii
LEMBAR SURAT PERTUJUAN HAK PUBLIKASI ...iii
KATA PENGANTAR...iv
ABSTRAK...v
ABSTRACT...vi
DAFTAR ISI...vii
DAFTAR GAMBAR...x
DAFTAR LAMPIRAN...xi
BAB I PENDAHULUAN...1
I.1 Latar Belakang...1
I.2 Identifikasi Masalah...2
I.3 Fokus Masalah...2
I.4 Batasan Masalah...3
I.5 Tujuan Perancangan...3
I.6 Manfaat Perancangan...3
BAB II TISNA SANJAYA DAN MEDIA INFORMASI ...4
II.1 Profil Tisna Sanjaya ...4
II.2 Tema Berkarya Tisna Sanjaya...5
II.3 Karya Seni ( Cikaracak Ninggang Batu...6
(8)
II.4 Media Informasi ...12
II.4.1 Definisi Media Informasi menurut para ahli...12
II.5 Jenis Media Informasi...12
II.6 Film ... ... 13
II.7 Fungsi dan Jenis Film ...14
II.8 Unsur pembentuk Film ...17
II.9 Film Dokumenter ...18
II.9.1 Pengertian Dokumenter menurut para ahli ...18
II.9.2 Genre Film dokumenter ...19
II.10 Segmentasi ...20
BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan ... 22
III.1.1 Pendekatan Komunikasi ... 22
III.1.2 Tujuan Komunikasi ... 22
III.1.3 Pendekatan Visual...23
III.1.4 Penedekatan Verbal ...23
III.2 Strategi Kreatif ...24
III.2.1 Inti Cerita ...24
III.2.2 Sudut Pandang ...24
III.2.3 Sasaran Tembak kamera ...24
III.2.4 Teknik pengambilan gambar ...25
III.2.5 Angle Kamera ...25
III.3 Strategi Media ...26
III.4 Strategi Distribusi ...26
(9)
III.6. Illustrasi ...27
III.6.2 Tifografi ...28
III.6.3 Konsep Warna ...29
III.6.4 Konsep Musik ...29
BAB IV TEKNIS PRODUKSI ...30
IV.1. Teknis Produksi . ... 30
IV.2Film Dokumenter ...30
IV.2.1 Pra Produksi ...30
IV.2.2 Produksi ...31
IV.2.3 Pasca Produksi...31
IV.2.4 Hardware ...32
IV.2.5 Software ...32
IV.3 Media Pendukung ...33
IV.3.1 Poster ...33
IV.3.2 Flyer ...34
IV.3.3 Katalog ...35
IV.3.4 PostCard ...36
IV.3.5 Stiker ...37
Daftar Pustaka ...38
(10)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Swt atas segala limpahan Rahmat, Hidayahnya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas akhir yang berjudul “PERANCANGAN FILM DOKUMENTER PERFORMANCE ART TISNA SANJAYA”.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan tugas akhir ini masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan baik dalam penyajian materi maupun dalam pemberian analisis.
Oleh karena itu, penyusun tidak menutup diri untuk menerima saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun agar laporan ini dapat lebih baik lagi.
Penyusun
(11)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Seniman merupakan istilah subyektif yang merujuk kepada seseorang yang kreatif, atau inovatif, atau mahir dalam bidang seni. Penggunaan yang paling kerap adalah untuk menyebut orang-orang yang menciptakan karya seni, seperti lukisan, patung, seni peran, seni tari. Seni Rupa merupakan salah satu cabang seni yang membentuk karya seni dengan media 2 dimensi ataupun 3 dimensi yang dapat di lihat secara langsung.
Apabila disimak ke masa yang silam dalam kehidupan manusia, kebutuhan akan seni mempunyai peranan yang amat penting untuk mencari kekuatan alamiah di luar dirinya, demikian pada masa kini peranan seni telah merasuk ke dalam berbagai segi kehidupan manusia dan seorang seniman membawa peranan penting dalam proses berkesenian tersebut, seorang seniman bukan hanya menciptakan karya seni yang indah namun seorang seniman juga dapat memproyeksikan keadaan, situasi kehidupan dalam karyanya dari masa ke masa. Di Indonesia sendiri khususnya di kota Bandung, terdapat banyak seniman yang berbakat, dan mempunyai ciri khas tersendiri dalam membuat karyanya. Salah satu seniman tesebut adalah Tisna Sanjaya.
Tisna Sanjaya adalah salah satu seniman Kontemporer, yaitu seniman yang dalam membuat sebuah karya lebih mengedepankan isu – isu yang berkembang dari zaman ke zaman (kekinian) yang disampaikan pada karyanya tersebut. Tisna Sanjaya lahir di kota Bandung tanggal 28 Januari 1958. Tisna Sanjaya pun seorang dosen seni rupa di Institut Teknologi Bandung. Bakat seninya memang sudah terlihat sejak kecil, dukungan orang tua dan lingkungannya pun sangat mendukung karena tidak jauh dari dunia seni. Masa kecilnya banyak dihabiskan dengan bermain seperti kebanyakan anak pada umumnya.
(12)
Bermain bola adalah salah satu permainan yang sering di mainkannya. mengbal kata Bahasa Sundanya.
Tisna Sanjaya adalah seniman yang mengolah berbagai media dan material. Karya yang dibuat Tisna Sanjaya lebih banyak mengangkat tema universal dan dekat dengan realitas sosial dan permasalah yang berkembang saat ini, Tisna Sanjaya salah satu seniman yang sangat memperhatikan kondisi sekitarnya, seniman yang berpartisipasi dengan publik sehingga tema karyanya sangat banyak mengangkat tentang isu – isu politik, budaya, ekonomi, kepincangan sosial dan lingkungan kehidupan, di proyeksikan kedalam sebuah karya seni. Namun tak jarang masyarakat mempertanyakan apa yang dilakukan dan disampaikan Tisna Sanjaya dalam karyanya tersebut.
I.2 Identifikasi Masalah
Sesuai dengan uraian – uraian di atas, muncul berbagai masalah yang bisa di Identifikasi, antara lain :
- Tisna Sanjaya merupakan seniman asal Bandung yang berkarya dengan berbagai media dan material dengan mengangkat tema – tema yang sedang berkembang seperti isu – isu politik, sosial, budaya ataupun lingkungan, namun masyarakat kurang mengetahui informasi mengenai karya Tisna Sanjaya. - Banyaknya karya dari Tisna Sanjaya yang dibuat dengan berbagai cara
membedakannya dengan seniman lainnya.
- Karya Tisna Sanjaya berupa lukisan, performance art, ataupun kegiatan yang dilakukannya sudah banyak informasinya di media online ataupun cetak dalam bentuk video, image, atau artikel. Namun pendokumentasian dalam bentuk video masih kurang lengkap, perlunya pembuatan film dokumenter sebagai media informasi tentang pembuatan karya Tisna Sanjaya.
(13)
I.3 Fokus Masalah
Dari Identifikasi di atas, bisa didapat Fokus masalah, antara lain :
- Bagaimana mengetahui Tisna Sanjaya dalam membuat sebuah karya dengan perancangan media informasi dalam bentuk Film Dokumenter ?
I.4 Batasan Masalah
Perancangan film dokumenter ini ditujukan untuk menginformasikan Tisna Sanjaya pada saat membuat karya di Sungai Cikapundung, Gedung Ifi, dan Babakan Siliwangi.
I.5 Tujan Perancangan
Perancangan film dokumenter dibatasi sebatas pada saat Tisna Sanjaya membuat karya di Sungai Cikapundung, Gedung Ifi, dan Babakan Siliwangi.
I.6 Manfaat Perancangan
- Masyarakat mengetahui tentang pembuatan karya Tisna Sanjaya di Sunagi Cikapundung, Gedung Ifi, dan Babakan Siliwangi.
- Menambah wawasan khususnya dalam bidang seni rupa.
(14)
BAB II
TISNA SANJAYA DAN MEDIA INFORMASI
II.1 Profil Tisna Sanjaya
Gambar II.1 Tisna Sanjaya
Sumber : http ://www.GaleriNasional.com./tokoh/pameranideocrazy.html (19 Maret 2014)
Tisna Sanjaya, seniman dan budayawan asal Bandung dan juga seorang presenter Kabayan Nyintreuk . Tisna Sanjaya juga seorang dosen dan berkarya dengan berbagai media . Menurut Tisna Sanjaya seni tidak terkotak-kotak. Seni itu satu,yang membedakan hanyalah bentuk, media, materi, rasa dan ekspresi seniman dalam mencerna dan memahami esensi seni itu sendiri. Tisna Sanjaya menggeluti semua bentuk seni sebagai cara menemukan dan mencari hakikat seni.
Masa kecil banyak dihabiskan dengan bermain bola, menghafal Bahasa Sunda. Memulai Kuliah di IKIP yang sekarang lebih dikenal dengan Universitas
(15)
Pendidikan Indonesia ( UPI ) jurusan seni rupa lalu pada tahun 1979 – 1986 meneruskan pendidikan di Institut Teknologi Bandung, setelah itu meneruskan pendidikan seni rupanya di Jerman sampai mendapatkan gelar S2- nya. Setelah menyelesaikan S2-nya di Jerman. Tisna Sanjaya meneruskan program lanjutan untuk program S-3 di ISI Yogyakarta . Sejak lulus dari Seni Rupa ITB (1986). Tisna Sanjaya sangat produktif dalam berkarya dan aktif berpameran baik tunggal maupun pameran bersama. Karena aktivitas dan intensitas berkaryanya, serta terobosan kreativitasnya sosok dan karya-karyanya banyak mengundang perhatian para pengamat seni rupa di Indonesia.
Wacana berkarya yang dikembangkan oleh Tisna Sanjaya banyak ditanggapi,diikuti dan dinegasi oleh seniman-seniman lainnya terutama generasi yang lebih muda. Sejak 1995-an Tisna Sanjaya banyak mendapat perhatian dari para pengamat seni rupa Indonesia dan bahkan internasional, karena karya-karyanya banyak mengungkapkan tema-tema sosial dan politik di Indonesia, terutama semasa jaman Orde Baru kepemimpinan Soeharto masih berkuasa. Karya-karyanya pada masa itu cenderung ke realisme sosial yang sangat dekat dengan rakyat kecil, atau tema-tema yang universal. Selain tentang sosial politik Tisna Sanjaya sangat peka terhadap perubahan lingkungan di kota kelahirannya Bandung tak sedikit karyanya yang mengandung unsur lingkungan sosial di Bandung.
II.2 Tema Berkarya Tisna Sanjaya
Kini pergeseran waktu dan zaman telah bergeser jauh, membuat zaman berubah drastis. Pelaku seni rupa terdahulu, mulai redup dan tergantikan oleh generasi berikutnya dengan semangat yang baru. Pada zaman sekarang, begitu pula konsep dan strategi para seniaman dalam membuat karyanya. Komitmen Tisna Sanjaya dalam berkesenian sudah teruji oleh waktu. Dedikasi terhadap profesi yang digelutinya tidak diragukan lagi. Visi keseniannya sangat jelas ruang kreativitas yang harus dipertanggung jawabkan, dan memiliki tanggung jawab dalam membela harkat kemanusian, dan lingkungan.
(16)
Tisna Sanjaya menbuat banyak karya dengan mengedepankan ekspresi perasaan yang sedang dirasakan lalu di tuangkan pada karyanya . Visi dari Tisna Sanjaya dapat dibaca lewat karya - karyanya, baik yang berbentuk grafis, lukis, instalasi, performance art. Dan visi itu ia wujudkan dalam sikap sehari - hari, entah melalui media artikel dan esai, atau dalam proses mengajar yang dilakukannya di Studio Grafis, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung.
II.3 Karya Seni ( Cikaracak Ninggang Batu )
Gambar II.2 Cikaracak Ninggang Batu Cikapundung Sumber : Dokumentasi Pribadi (4 Juni 2014 )
Karya dari Tisna Sanjaya bersama beberapa seniman bandung yaitu Isa Perkasa,
Wawan S Husein, dan Ine Ariani, di pinggiran sungai cikapundung, Jalan Cikapundung Timur, Kota Bandung, Rabu 4 Juni 2014. Tisna Sanjaya dengan berbekal kanvas ukuran 7x3 meter , cat hitam yang bercampur dengan lumpur dan tanah mulai ditorehkan pada kanvas dengan kuas yang bergagang panjang menuliskan kata HAM, KORUPSI, INTOLERANSI, DEMOKRASI dengan Wawan S Husein yang terus mengitari di sekitarnya yang kemudian di hapus dengan cara di simbeuh atau di banjur
(17)
dalam bahasa sundanya mengisaratkan tentang seorang pemimpin yang telah diberikan amanat namun tidak bisa memegang amanat itu dengan benar dan menyalahgunakan kekuasaannya melakukan pelanggaran Ham, Korupsi, Intoleransi harus dihapuskan atau disudahi , sedangkan Ine Ariani menarikan tarian jaipong, Wawan S Husein mulai melantunkan sajak namun seperti orang berkomat – kamit sambil sesekali memukulkan dayung yang dipegannya pada sungai, lalu disusul oleh Isa Perkasa yang membalut tubuhnya dengan pakaian rapih namun kepala dibungkus kain putih berjalan mondar mandir mengelilingi lukisan yang dibuat Tisna Sanjaya.
Karya bertajuk Cikaracak Ninggang batu Cikapundung ini merupakan ungkapan perasaan terhadap situasi lingkungan khususnya situsasi politik yang sekarang sedang ramai diperbincangkan mengenai pemilihan presiden dan karya ini sekaligus bentuk dukungan Tisna Sanjaya dan beberapa seniman bandung terhadap sosok Jokowi dan Jusuf Kala.
II.4. Artis Biodata dan Pengalaman Nama : Tisna Sanjaya
Lahir : Bandung, Januari 1958 Ibu : Hj . Komasih
Ayah : H. Mohamad Mas’ad Istri : Molly Agustian
Anak : Muhammad Zico Albaiquni, Daffa Ananta, Etza Meisyara, Nadya Jiwa Saraswati
Pendidikan: 1997-1998, Meistersclueler by Prof. Karl Christ Schulz (DDAD fellowship) HBK Braunschweig Germany 1991-1994, Diplom Freie Kunsthochschule fuer
Bildende Kuenste Braunschweig Germany
1979-1986, Graphic Studio of Fine Art Departement at Bandung Technology Institute
(18)
Penghargaan:
Pameran Tunggal :
1996 The Best Ten Painter of Indonesia Art Awards 1996.
1997 The Best Painter at Phillip Morris Indonesia Art Awards 1997.
1997 Being obtained sponsor Prizes categories in Sapporo International Print Competition 1997, Japan. 2006 Approve Art Awards 2006 from west java governor
as the best Artists.
1982 Drawing exhibition on Cikapundung Street, Bandung.
1988 Etching and Lithography exhibition at Soemardja gallery Bandung. Etching, Lithography and Drawing exhibition at IKJ Gallery Jakarta. 1991
1991 Exhibition of Etching, Drawing and Performance art at Goethe Institute Goettingen, Germany.
1993 Exhibition of Etching, Drawing, Painting and Performance Art at Bruecke Gallery,Braunschweig, Germany.
1995 Etching Exhibition at Cemeti Gallery, Y ogyakarta. 1996 "Installation of Growth' with 99 Magohany and
Melinjo trees in Bandung Solo and Surabaya.
1999 " Thinking with Knees" exhibition at YPK Gallery and CCF Bandung.
2000 Exhibition" Art and Football for Peace" Pasar Seni ITB Bandung and Cemeti gallery Y ogyakarta. 2003 Exhibition of Etehing, Painting and Installation:
"Special Prayer For The Death" at Lontar gallery, Jakarta.
(19)
Pameran Bersama :
2004 Exhibition of Etching, Painting and Installation, Bentara Budaya Jakarta.
2006 Graphic Exhibition, Santrian Gallery, Bali. 2007 Exhibition "Sunset in Cigondewah" research and
works with Cigondewah citizen, Gedung YPK, Bandung. 1982 Drawing exhibition on Cikapundung Street,
Bandung.
1985 Exhibition of Asean Youth Painting Workshop Yogyakarta.
1989 Exhibition of Asian Artistss Forum, Kuala Lumpur, Malaysia.
1990 Exhibition of "Tradition - The Source Inspiration", Fukuoka Art Museum Japan.
1991 "Contemporary Indonesian Prints" Exhibition, Mie Perfectual Art Museum And Hokkaido Hakodate Art Museum, Japan.
1992 "Indonesia Art Graphic" Exhibition at am Bruehl Gallery, Gresgen, Germany.
1993 "Asian International Art Exhibition" Fukuoka, Tagawa, Japan.
1994 6th Biennale Print and Drawing Exhibition, Taipei Fine Art Museum, Taiwan.
1995 Exhibition" Unity in Diversity-Contemporary Art ofthe non Alignment Countries" National gallery, Jakarta.
1996 Exhibition "Asean Moderism", Indonesia, Thailand and Philipines at Japan Foundation Asia Center, Tokyo, Japan
(20)
1997 Exhibition" Slot in the Box" Cemeti Gallery, Yogyakarta.
1997 4th Sapporo International Print Biennale Exhibition, Japan. Exhibition" From Schrift to
Abstraction" Jordanian National Gallery Of Fine Art, Amman, Jordania
1998 Exhibition" Dialogue" Art2 Gallery, Singapore. 1998 Exhibition" Urbanization" Indonesia, Thailand,
Singapore and Malaysia.
1998 Exhibition" Seni Rupa Luka" dedicated for Ratna Sarumpaet and Ging
1998 Ginanjar in Prison at YPK Gallery, Bandung. 1999 Exhibition "Pancaroba Indonesia" - The Dramatic
Transition Between Two Seasons, Pacific Bridge Gallery, Oackland, California, USA.
1999 3th Asia Pacific Triennale of Contemporary Art Exhibition, Queensland Art gallery, Brisbane, Australia. 1999 Exhibition" A WAS! Recent Art From Indonesia" in
Australia, Japan, Holland ,Germany and Indonesia (until 2002).
1999 Graphic Art; " BiasSahaja" 3 cities at Jakarta, Bandung and Y ogyakarta.
1999 Exhibition" Against Impunity" Amsterdam, Holland.
1999 Exhibition" Indonesia's reformation" Nusantara museum, Delft, Holland.
1999 Exhibition" La Feme du Boisson" France 2001 Exhibition" Reading the Frida Kahlo" Nadi
(21)
Exhibition" Via Printmaking" with 34 Bandung's Artistss at Soemardja Gallery, Bandung.
Painting Exhibition "50th Basis Magazine" Bentara Budaya Gallery,Yogya.
2002 Exhibition" Wild Imagination" Langgeng Gallery Magelang .
Exhibition" Offside" , Hiroshima Museum of Contemporary Art, Japan - " World Cup 2002 ". Fine Art Exhibition" Taboo" USA. "
2003 Venice Biennale", Venezia, Italy.
Exhibition at Babakan Siliwangi with "Gerbong Bawah Tanah" Bandung
2004 Response Exhibition for Chairil Anwar at Nadi Gallery, Jakarta. Gwangju Biennale, Korea.
2005 "Things Urbanization" Nadi Gallery, Jakarta. 2005 Graphic Art Exhibition at Lahore Art Foundation,
Pakistan.
2006 Fine Art Exhibition at World Trade Center, Beijing, China
2006 Fine Art Exhibition at Artnivora Gallery, Jakarta. 2006 Fine Art Exhibition at Selasar Soenaryo with
Artistss from Malaysia and Singapore.
2006 Graphic Exhibition at Goethe Institute Jakarta. 2007 Exhibition, "Ke'ruh", at Gedung YPK, Bandung. 2007 "Imagine Affandi" at Gallery Semarang.
2007 "Demi Waktu ",at V -Art Gallery, Jogjakarta "Luminesence" TonyRaka Art Gallery, Bali. "22nd Imaging of Asia" Selasar Sunaryo, Bandung
(22)
II.5 Media Informasi
Dalam perkembangannya media informasi terus berkembang dan sangat diperlukan setiap saat karena melalui media informasi manusia dapat mengetahui informasi yang sedang berkembang, selain itu manusia juga bisa saling berinteraksi satu dengan lainnya. Melalui media informasi juga sebuah pesan dapat tersampaikan dengan baik jika media yang dibuat tepat kepada sasaran dan informasi yang disampaikan bermanfaat bagi pembuat dan target.
II.5.1 Definisi Media Informasi menurut pendapat para ahli :
Demikian pentingnnya media informasi pada masa ini, dikarenakan melalui media informasi manusia dapat mengetahui informasi dan dapat bertukar pikiran serta berinteraksi satu samalainnya. Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima (Heinich et.al., 2002; Ibrahim, 1997; Ibrahim et.al., 2001). Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Criticos, 1996). Sedangkan pengertian dari informasi secara umum informasi adalah data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk lain yang lebih berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang ditujukan bagi penerima dalam pengambilan keputusan, baik masa sekarang atau yang akan datang (Gordon B. Davis 1990; 11).
Maka pengertian media informasi dapat disimpulkan sebagai alat untuk mengumpulkan dan menyusun kembali sebuah informasi sehingga menjadi bahan yang bermanfaat bagi penerima informasi, adapun menurut penjelasan Sobur (2006) media informasi adalah “alat-alat grafis, fotografis atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual.
(23)
II.6 Film
Film disebut juga gambar hidup (motion pictures), yaitu serangkaian gambar diam (still pictures) yang meluncur secara cepat dan diproyeksikan sehingga menimbulkan kesan hidup dan bergerak.
Film merupakan media yang menyajikan pesan audio, visual dan gerak. Oleh karenanya, film memberikan kesan yang impresif bagi penontonnya. Film di kategorikan dalam beberapa jenis, diantaranya adalah film dokumenter, film cerita pendek, film cerita panjang, film perusahaan (company profile), iklan televisi, program televisi, video klip, dan film pembelajaran.
James Monaco (1984) mengungkapkan beberapa definisi film. Menurut Monaco, ahli-ahli teori Perancis senang sekali membedakan pengertian film dengan sinema. Film atau “filmis” merupakan aspek seni yang berkenaan dengan hubungannya dengan dunia sekitarnya, sementara sinema “sinematis” lebih mempersoalkan estetika dan unsur internal dari seni film.
Dalam bahasa Inggris, terdapat kata ketiga dari “film” dan “sinema” yaitu “movies” yang berasal dari kata move yang berarti bergerak, sehingga movies bisa diartikan sebagai gambar yang bergerak atau hidup. Namun pada perkembangan selanjutnya istilah film merupakan paling umum digunakan. Sebagai media massa, film digunakan sebagai media yang merefleksikan realitas, atau bahkan membentuk realitas. Cerita yang ditayangkan lewat film dapat berbentuk fiksi atau non fiksi. Lewat film, informasi dapat dikonsumsi dengan lebih mendalam karena film adalah media audio visual. Media ini banyak digemari banyak orang karena dapat dijadikan sebagai hiburan dan penyalur hobi.
Film merupakan media audio visual sehingga rangkaian gambar dan suara dalam film mampu dengan mudah ditangkap oleh setiap orang. Apalagi film layaknya media massa, dipaksa untuk merefleksikan masyarakat agar mampu menarik perhatian
(24)
khalayak luas. Sehingga sebuah film seringkali menampilkan gambaran yang realistik yang sangat dekat gambaran kehidupan khalayaknya.
Film merupakan salah satu alat komunikasi massa. Tidak dapat kita pungkiri antara film dan masyarakat memiliki sejarah yang panjang dalam kajian para ahli komunikasi. Film sebagai alat komunikasi massa yang kedua muncul di dunia. mempunyai masa pertumbuhannya pada akhir abad ke - 19.
Teknologi film memiliki karakter yang spesial karena bersifat audio dan visual. Karakter ini menjadikan film sebagai cool media yang artinya film merupakan media yang dalam penggunaannya menggunakan lebih dari satu indera. Film pun menjadi media yang sangat unik karena dengan karakter yang audio-visual film mampu memberikan pengalaman dan perasaan yang spesial kepada para penonton atau khalayak.
Dalam hubungan antara film dan masyarakat selalu dipahami secara linier. Artinya film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan (message) dibaliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya.Namun, kritik atas perspektif ini dikemukakan oleh Garth Joweth dalam Irawanto (1999) yang mengatakan bahwa film sebagai refleksi masyarakat. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, yang kemudian merefeksikannya dalam film( hal 13 )
II.7. Fungsi dan Jenis Film
Sebagai media massa, film digunakan sebagai media yang merefleksikan realitas, atau bahkan membentuk realitas. Cerita yang ditayangkan lewat film dapat berbentuk fiksi atau non fiksi.
Film sebagai media komunikasi massa merupakan sebuah perpaduan antara penyampaian pesan melalui gambar bergerak, pemanfaatan teknologi, seni serta suara. Selain itu film juga dapat menjadi jembatan bagi sutradara dalam menyalurkan ide serta
(25)
gagasannya kepada penonton. Film apapun itu, dibaliknya diyakini ada pesan dan tujuan tersendiri bagi penontonnya.
Film merupakan cerminan realita kehidupan masyarakat sekitarnya. Film dapat melibatkan berbagai interaksi sosial budaya, ekonomi, dan politik saat film tersebut diproduksi dan dikonsumsi, sehingga film dapat dikatakan langsung berhubungan dengan massa atau masyarakatnya. Oleh karena itu, film selalu bertuturan dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
Pada dasarnya, sebuah film diproduksi untuk konsumsi massal. Sejalan dengan media komunikasi massa lainnya, film memiliki beberapa fungsi komunikasi, yang menurut Lasswell dalam Effendy (1999) yaitu:
The surveillance of the enfironment. Artinya media massa berfungsi sebagai pengamatan terhadap lingkungannya. Media massa mengumpulkan informasi berbagai kejadian dan peristiwa dari berbagi sumber, lalu menginformasikannya kepada masyarakat.
Correlations of the comppnents of society in making response to the environment. Artinya berbagai informasi yang diperoleh media massa, tidak serta merta langsung diberikan secara kesuluruhan kepada masyrakat. Terlebih dulu media massa melakukan proses seleksi terhadap informasi tersebut, mengenai apa yang pantas dan perlu disiarkan.
Transmission of the social inteherence. Artinya media massa mencoba atau mewariskan sesuatu ilmu pengetahuan, nilai dan norma yang terdapat dalam masyarakat tertentu, dari generasi ke generasi selanjutnya. ( hal 27 )
Semakin pesatnya dunia perfilman, membuat masyarakat semakin selektif terhadap berbagai jenis film yang akan mereka konsumsi. Menurut Prof. Onong Uchjana Effendy (2003) terdapat jenis film menurut sifatnya:
(26)
1.Film cerita (story film)
Film cerita adalah jenis film yang menyajikan kepada publik sebuah cerita. Film jenis ini lazim dipertontonkan di bioskop dengan pemain para bintang film terkenal. Film cerita disitribusikan layaknya barang dagangan, untuk semua kalangan masyarakat, dimanapun ia berada.
2.Film berita (newsreel)
Film berita adalah film mengenai peristiwa yang benar-benar terjadi. karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada public harus mengandung nilai berita.
3.Film dokumenter (documentary film)
Film dokumenter dilihat dari segi subjek dan pendekatannya adalah penyajian hubungan manusia yang didramatisir dengan kehidupan kelembagaannya, baik lembaga industri, sosial maupun politik, dan jika dilihat dari segi teknik merupakan bentuk yang kurang penting dibanding isinya.
4.Film kartun (cartoon film)
Titik berat pembuatan film kartun adalah seni lukis. Satu perstau gambar dilukis dengan seksama umtuk kemudian dipotret satu per satu pula. Dan apabila rangkaian lukisan sebanyak 16 buah, setiap detiknya diputar dalam proyektor film, sehingga lukisan tersebut menjadi hidup. ( hal 210 )
Menurut Lois Savary dan J. Paul Carico dalam Liliweri (1991) ( hal 153 ) khalayak film dibagi dalam empat kelompok, yaitu:
1.Kelompok Highbrow
Kelompok ini menonton film karena ingin memuaskan minat intelektual mereka. Mereka menilai film dari segi kesinambungan cerita yang dianggap bermutu, music dan suara yang indah serta teknik penyutradaraan yang baik dan suguhan kamera yang canggih.
(27)
2.Kelompok Middlebrow
Kelompok ini menonton film hanya sesekali. Selain itu meningkatkan pengetahuan, mereka juga menilai film sebagai media hiburan untuk melepaskan diri dari rutinitas sehari-hari.
3.Kelompok Lowbrow
Kelompok ini umumnya menonton film karena film tersebut sedang ramai-ramainya ditonton oleh banyak orang. Kelompok ini menjadikan film sebagi media pelarian untuk keluar dari kemelut hidup. Seringkali pula mereka menonton film hanya untuk melihat akting bintang-bintang film tertentu.
4.Kelompok Postbrow
Kelompok ini memiliki penilaian yang paling kompleks terhadap sebuah film dibandingkan dengan kelompok lainnya. Pengetahuannya akan film sangat luar biasa sehingga didasari oleh faktor-faktor yang rasional, namun juga memiliki perasaan yang sangat kuat terhadap film yang ditontonnya.
II.8. Unsur-Unsur Pembentuk Film
Film, secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk yakni, unsur naratif dan unsur sinematik. Dua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah film. Masing-masing unsur tersebut tidak akan dapat membentuk film jika hanya berdiri sendiri. Unsur naratif adalah bahan (materi) yang akan diolah, sementara unsur sinematiknya adalah cara (gaya) untuk mengolahnya. Dalam film cerita, unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita film. Sementara unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis pembentuk film. Unsur sinematik terbagi menjadi empat elemen pokok yakni, mise-en-scene, sinematografi, editing, dan suara. (Pratista, 2008)
(28)
Mise en scene adalah segala aspek yang berada di depan kamera yang akan diambil gambarnya, yakni setting (penunjuk ruang dan waktu untuk memberikan informasi yang kuat dalam mendukung cerita filmnya), tata cahaya, kostum dan tata rias wajah, serta pergerakan pemain. Sinematografi secara umum dapat dibagi menjadi tiga aspek, yakni: kamera dan film, framing, serta durasi gambar. Kamera dan film mancakup teknik-teknik yang dapat dilakukan melalui kamera dan stok filmnya. Framing adalah hubungan kamera dengan objek yang akan diambil, seperti batasan wilayah gambar atau frame, jarak, ketinggian, pergerakan kamera dan seterusnya. sementara durasi gambar mencakup lamanya sebuah obyek diambil gambarnya oleh kamera.
Editing tahap pasca produksi: pemilihan serta penyambungan shot-shot yang telah diambil; tahap setelah filmnya selesai: tehnik yang digunakan untuk menghubungkan tiap shot-nya. Suara dalam film dapat kita pahami sebagai seluruh suara yang keluar dari gambar, yakni dialog, musik, dan efek suara.
II.9. Film Dokumenter
II.9.1. Pengertian Film Dokumenter menutut para ahli :
Menutut Steve Blandford, Barry Keith Grant dan Jim Hillier Film Dokumenter merupakan Pembuatan film yang subyeknya adalah masyarakat, peristiwa atau suatu situasi yang benar-benar terjadi di dunia realita dan di luar dunia sinema.(The Film Studies Dictionary, hal 73).
Menurut Frank Beaver Film Dokumenter merupakan Sebuah film non-fiksi, Film Dokumenter biasanya di-shoot di sebuah lokasi nyata, tidak menggunakan actor dan temanya terfokus pada subyek–subyek seperti sejarah, ilmu pengetahuan, social atau lingkungan. Tujuan dasarnya adalah untuk memberi pencerahan, member informasi, pendidikan, melakukan persuasi dan memberikan wawasan tentang dunia yang kita tinggali.(Dictionary of Film Terms, hal 119).
(29)
Menurut Ralph S. Singleton and James A. Conrad Film Dokumenter merupakan Film dari sebuah peristiwa yang aktual. Peristiwa-peristiwa tersebut didokumentasikan dengan menggunakan orang-orang biasa dan bukan actor.(Filmmaker’s Dictionary, Edisi Ke-2, hal 94).
Menurut Ira Konigsberg adalah Sebuah film yang berkaitan langsung dengan suatu fakta dan non-fiksi yang berusaha untuk menyampaikan kenyataan dan bukan sebuah kenyataan yang direkayasa. Film-film seperti ini peduli terhadap perilaku masyarakat, suatu tempat atau suatu aktivitas. (The Complete Film Dictionary, Edisi Ke-2, hal 103).
Menurut David Bordwell dan Kristin Thompson bahwa inti dari film dokumenter adalah untuk menyajikan informasi yang faktual tentang dunia di luar film itu sendiri. Bedanya dengan fiksi adalah dalam pembuatannya tidak ada rekayasa baik dari tokohnya (manusia), ruang (tempat), waktu dan juga peristiwanya.(Film Art: An Introduction, Edisi Ke-5).
Menurut Edmund F. Penney adalah Suatu jenis film yang melakukan interpretasi terhadap subyek dan latar belakang yang nyata. Terkadang istilah ini digunakan secara luas untuk memperlihatkan aspek realistiknya dibandingkan pada film-film cerita konvensional. Namun istilah ini juga telah menjadi sempit karena seringkali hanya menyajikan rangkaian gambar dengan narasi dan soundtrack dari kehidupan nyata. (Facts on File Film and Broadcast Terms, hal 73).
Dengan demikian maka Film dokumenter merupakan Film yang dibuat secara nyata tanpa rekayasa pelaku, tempat maupun peristiwa yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan wawasan , pendidikan, pencerahan mengenai sebuah subyek tertentu.
II.9.2. Genre Film Dokumenter
Genre berarti jenis atau ragam, merupakan istilah yang berasal dari bahasa Perancis. Kategorisasi ini terjadi dalam bidang seni-budaya seperti musik, film serta sastra.
(30)
Genre dibentuk oleh konvensi yang berubah dari waktu ke waktu. Dalam kenyataannya bahwa setiap genre berfluktuasi dalam popularitasnya dan akan selalu terikat erat pada faktor-faktor budaya. Film dokumenter dibagi menjadi 12 genre yaitu : LaporanPerjalanan, Sejarah, Potret/Biografi, Nostalgia, Rekonstruksi, Investigasi, Perbandingan, Ilmu Pengetahuan, Buku Harian, Musik, Assosiation Picture Story, Dokudrama.
II.10. Segmentasi
Menentukan segmentasi dari film dokumenter agar informasi dapat dipahami dan tersampaikan secara tepat oleh target konsumen.
1. Segi Demografis
Dilihat dari segi demografis, sasaran film dokumenter tentang Tisna Sanjaya adalah :
- Usia : 17 – 35 tahun
- Jenis kelamin : Pria – Wanita - Kelas Sosial : Menengah keatas.
Pemilihan usia tersebut dikarenakan pada umur – umur tersebut seseorang serba ingin tahu dan masih cocok diberikan pemahaman tentang seni.
2. Segi Geografis
Dalam segi geografis target sasaran perancangan meliputi kawasan Jawa Barat khususnya Bandung, namun tidak menutup kemungkinan juga untuk orang dari luar Jawa Barat dan luar negeri bisa menerima Informasi mengenai film dokumenter Tisna Sanjaya dikarenakan pendistribusian film dokumenter ini selain di tayangkan di galeri pusat kesenian dan kebudayaan lalu akan di unggah di sosial media berbasis video seperti youtube atau vimeo sehingga sangat efisien dapat diakses dimanapun.
(31)
3. Segi Psikografis
Dalam segi psikografis target audiens masih mempunyai minat,pengguna media internet dan mempunyai ketertariakan pada dunia seni.
(32)
BAB III
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1.Strategi Perancangan
Dalam sebuah strategi perancangan dibutuhkan gagasan yang tepat, efisien dan efektif untuk penyampaian media informasi yang baik dan sampai dengan sebagai mana mestinya. Untuk itu dalam perancangan film dokumenter ini akan memperlihatkan bagaimana Tisna Sanjaya membuat karya di Sunagi Cikapundung, Gedung Ifi, dan Babakan Siliwangi dengan berbagai media dan material dari awal sampai akhir pembuatan karya.
III.1.1. Pendekatan Komunikasi
Sebuah media informasi yang baik dan benar harus dibarengi dengan komunikasi yang jelas, sehingga pesan yang ingin disampaikan bisa tepat sasaran kepada penerimanya. Begitu juga dengan Film dokumenter tentang Tisna Sanjaya perlu adanya pendekatan komunikasi secara informatif pada saat Tisna Sanjaya membuat sebuah karya.
III.1.2. Tujuan Komunikasi
Dalam perancangan film dokumenter Performance Art Tisna Sanjaya bertujuan untuk :
- Memberikan Informasi Tisna Sanjaya dan karyanya
- Memberikan pengetahuan tentang proses berkarya Tisna Sanjaya.
- Memberitahukan Informasi tentang apa yang ingin disampaikan Tisna Sanjaya melalui karyanya.
(33)
III.1.3. Pendekatan Visual
Pendekatan Visual yang diperlihatkan dalam film dokumenter Tisna Sanjaya , yang berhubungan dengan kejelasan penyampaian informasi dengan memberikan kesan sederhana dan apaadanya sebagaimana sebuah film dokumenter. Diharapkan penyampaian Informasi dapat tersampaikan dengan tepat pada setiap orang yang melihatnya. Dengan pengampilan sudut pandang (angle) kamera,menggunakan banyak teknik Long Shoot, Medium Shoot, Full Shoot, Close Up, Medium Close Up..
Gambar Pendekatan Visual III.1.1
Sumber : Dokumen Pribadi ( 15 Juni 2014 )
III.1.4. Pendekatan Verbal
Pendekatan verbal yang dilakukan agar pesan atau tujuan dari Informasi yang ingin disampaikan tepat sasaran maka akan dilakukan perancangan film dokumenter dengan menampilkan seorang Tisna Sanjaya berproses membuat karya dengan berbagai media dan material, dengan menggunakan Bahasa Indonesia formal dan informal secara sederhana dan juga sedikit Bahasa Inggris, hal ini disesuaikan dengan data yang didapat dari sumber tersebut.
(34)
III.2. Strategi Kreatif
Perancangan strategi kreatif sangat diperlukan untuk menarik perhatian awal dari target dengan cara menampilan informasi tentang film dokumenter tentang Tisna Sanjaya menciptakan sebuah karyanya di Sungai Cikapundung, Gedung IFI, dan Babakan Siliwangi dengan menggunakan berbagai media dan material dengan mengangkat tema isu – isu politik lingkungan yang berkembang . Selain itu, dipadukan dengan ide dan tujuan yang disesuaikan dengan rancangan media informasi tersebut agar media informasi tersebut dapat tersampaikan dengan baik dan benar.
III.2.1. Inti cerita ( Film Statement )
Tisna Sanjaya adalah seniman Kontemporer yang selalu mengedepankan isu – isu sosial, politik, kebudayaan, lingkungan yang sudah mulai tergerus oleh kemajuan zaman pada penggarapan karyanya. Tisna Sanjaya dalam film dokumenter ini menciptakan sebuah karya dengan berbagai macam cara dan material yang membedakannya dengan seniman lainnya, menggambarkan situasi yang sedang hangat diperbincangkan yaitu Pilpres ( Pemilihan Presiden ), Selain itu Tisna Sanjaya berkarya dengan merespon salah satu kebudayan yang dimainkan pada saat membuat karya di babakan Siliwangi yaitu Kuda Lumping dan di gedung IFI berkolaborasi bersama salah satu seniman Bandung.
III.2.2. Sudut Pandang
Sudut Pandang yang di gunakan dalam proses pembuatan film dokumenter ini adalah Objective Point of View, yaitu seluruh cerita film di bangun berdasarkan sudut pandang si pembuat.
III.2.3. Shoting list (sasaran tembak kamera)
Shoting list atau sasaran tembak kamera adalah daftar gambar apa saja yang akan masuk kedalam film, dan shoting list beracuan pada alur cerita. Shoting list :
(35)
- Suasana pada pembuatan karya yang dilakukan oleh Tisna Sanjaya berkolaborasi bersama Wawan Husein di gedung IFI pada acara pameran di, Jl.Purnawarman depan BEC. Pada Kamis, 15 Mei 2014, pukul 21.19.
- Pembuatan karya di sungai Cikapundung bersama seniman Bandung lainnya di Jalan Cikapundung Timur, Bandung. Pada Rabu, 4 Juli 2014.
- Pembuatan karya di Babakan Siliwangi pada saat acara bersama 55 Seniman Bandung pada Minggu, 21 Juli 2014.
III.2.4.Teknik Pengambilan Gambar
Pengambilan gambar film dokumenter ini dilakukan dengan cara, yaitu:
- Ukuran gambar
Menggunakan aspect ratio perbandingan ukuran lebar serta tinggi frame. Ukuran yang akan digunakan adalah 1280 x 720 wide screen .
III.2.6. Angel Kamera
Angel kamera yang di gunakan pada perancangan film dokumenter ini menggunakan angel kamera
- Close Up
Pengambilan gambar dari atas kepala hingga bahu
- Medium Close Up
Pengambilan gambar dari atas kepala hingga dada.
- Medium Shot (Tiga perempat badan)
Pengambilan gambar dari atas kepala hingga lutut.
- Full Shot (Seluruh Badan)
(36)
- Long Shot
- Pengambilan gambar dengan memberikan porsi background atau foreground lebih banyak sehinnga objek terlihat kecil atau jauh.
III.3. Strategi Media
Media merupakan suatu sarana komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan informasi atau pesan dari satu orang kepada orang lain sehingga pesan yang disampaikan tepat dan dapat dipahami. Media utama yang dipilih sebagai media informasi tentang Tisna Sanjaya dan Karyanya yaitu Film Dokumenter.
Film Dokumenter
Sebagai media utama untuk menyampaikan informasi tentang Tisna Sanjaya membuat karya dengan menggunakan berbagai media dan material, selain itu berkolaborasi dengan seniman lainnya dengan mengangkat tema isu-isu politik, pemerintahan, kebudayaan serta lingkungan yang sudah tergerus kemajuan zaman di Sungai Cikapundung, Gedung IFI, dan Babakan Siliwangi.
Poster, Flyer, Media Sosial Internet, PostCard, Katalog Film Dokumenter.
Sebagai media pendukung untuk memberitahukan keberadaan film dokumenter tersebut kepada masyarakat, pada saat Tisna Sanjaya membuat karya media pendukung ini ada yang disebarkan atau diberikan sebelum dan sesudak film dokumenter ini di distribusikan.
III.4.Strategi Distribusi
Seiring dengan perkembangan zaman pendistribusian film dokumenter ini dengan cara di unggah ke media sosial berbasis video seperti youtube,vimeo, dan di distribusikan pada pihak galeri maupun dinas pariwisata dan kebudayaan sebagai salah satu media pengenalan sosok seniman dan budayawan Bandung, tidak menutup kemungkinan film dokumenter ini bisa di putar di acara – acara yang berhubungan dengan seni seperti di pameran senirupa atau galeri - galeri.
(37)
III.5.Konsep Visual
Konsep visual dalam pembuatan film dokumenter ini menggunakan elemen-elemen pengambilan video dan gambar, serta elemen tipografi untuk menambah penjelasan dalam film dokumenter ini. Visual diarahkan pada saat Tisna Sanjaya membuat karya di Sungi Cikapundung, Gedung IFI, dan Babakan Siliwangi.
III.6. Illustrasi
Memperlihatkan Tisna Sanjaya membuat karya dengan menggunakan berbagai media dan material di tiga tempat berbeda , dengan ditambah pengabungan foto yang
menjadi salah satu isi dalam film dokumenter ini.
Gambar Illustrasi III.6.
(38)
3.6.1. Tifografi
Tifografi yang baik adalah dapat mudah dibaca dan baik dari segi proporsi, spasi, ukuran maupun penempatannya. Penggunaan jenis tifografi lebih ditekankan pada kesan sederhana, karakter huruf tidak terlihat kaku sehingga tidak melelahkan mata.
Courier Ne
Aa Bb Cc Dd Ee Ff G g Hh Ii Jj Kk Ll Mm Nn Oo Pp Qq Rr Ss Tt Uu Vv Ww Xx Yy Zz 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
! @ # $ % ^ & * ( ) _- = +
Dotumce
Aa Bb Cc Dd Ee Ff G g Hh Ii Jj Kk Ll Mm Nn Oo Pp Qq Rr Ss Tt Uu Vv Ww Xx Yy Zz 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
! @ # $ % ^ & * ( ) _- = +
Haettenschweiler
Aa Bb Cc Dd Ee Ff G g Hh Ii Jj Kk Ll Mm Nn Oo Pp Qq Rr Ss Tt Uu Vv Ww Xx Yy Zz 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
! @ # $ % ^ & * ( ) _- = +
III.6.2. Konsep Warna
Warna yang dominan digunakan untuk media ini adalah warna hitam, putih, cream, oren warna-warna ini diambil karena disesuaikan dengan hasil kamera memberikan kesan apaadanya sesuai situasi yang ditangkap oleh kamera itu sendiri. Warna yang dipilih juga menentukan sifat dari konsep visual dari media informasi ini.
(39)
Gambar Warna III.6.2
Sumber : Dokumentasi Pribadi ( 15 Juni 2014 )
III.6.3. Konsep Musik
Musik merupakan salah satu elemen yang paling berperan penting dalam sebuah Film untuk memperkuat mood, nuansa, serta suasana sebuah film. Musik dapat dikelompokan menjadi 2 macam, yakni ilustrasi musik dan lagu. Ilustrasi musik yaitu musik latar yang mengiringi aksi selama cerita berjalan, sedangkan lagu yaitu pengiring sebuah film yang membentuk karakter serta suasana adegannya. Elemen musik disini dimasukan untuk mempertegas suasana pada saat Tisna Sanjaya membuat karya.
(40)
BAB IV
TEKNIS PRODUKSI MEDIA
IV.1.Teknis Produksi
Teknis Produksi adalah tahapan terakhir dari proses yang sudah dilakukan sebelumnya. Tahapan ini berisi seluruh dari ide dan materi yang telah dikumpulkan . Suatu proses untuk menjadi sebuah tampilan yang diharapkan. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam proses produksi maka harus harus melalui beberapa tahapan.
IV.2.Film Dokumenter
Sebelum memasuki proses produksi pada film dokumenter, harus melewati beberapa proses tahapan seperti :
- Pra produksi
- Produksi
- Pasca produksi
IV.2.1. Pra Produksi
Pra produksi adalah tahapan untuk mencari ide cerita, riset data, riset visual, inti cerita, shooting list, shooting schedule. Untuk tahapan pencarian ide, diawali dengan riset dengan melihat beberapa video yang sudah ada mengenai sosok Tisna Sanjaya dan Karyanya. Kemudian dibuatlah tahapan pengambilan visual dengan mematui yang terdapat pada shooting list, dan juga shooting schedule, diharapkan pada saat pengambilan gambar tidak ada yang terlewatkan.
(41)
IV.2.2.Produksi
Produksi adalah tahapan dimana proses melakukan eksekusi shooting film dokumenter yang menerapkan ide dan konsep pengambilan gambar yang sudah dirancang pada saat pra produksi.
Melakukan pengambilan gambar sesuai dengan shooting list yang sudah dibuat :
- Suasana pada pembuatan karya yang dilakukan oleh Tisna Sanjaya berkolaborasi bersama Wawan Husein di gedung IFI pada acara pameran di, Jl.Purnawarman depan BEC. Pada Kamis, 15 Mei 2014, pukul 21.19.
- Pembuatan karya di sungai Cikapundung bersama seniman Bandung lainnya di Jalan Cikapundung Timur, Bandung. Pada Rabu, 4 Juli 2014.
- Pembuatan karya di Babakan Siliwangi pada saat acara bersama 55 Seniman Bandung pada Minggu, 21 Juli 2014.
IV.2.3.Pasca Produksi
Pasca produksi adalah tahapan terakhir setelah melakukan produksi, dimana pada tahap ini dilakukan tahapan editing hasil dari tahap produksi. Memilih stok gambar yang sudah diambil pada saat produksi dilakukan, lalu melakukan penggabungan dengan menggunakan software dengan melihat shooting list yang sudah dibuat lalu mengembangkannya sehingga menjadi film yang menarik dipadukan dengan konsep dan strategi perancangan film dokumenter ini agar film dokumenter ini dapat tersampaikan dengan baik dan berguna bagi orang yang melihatnya.
IV.2.4. Hardware
Hardware adalah perangkat keras atau alat-alat yang digunakan pada saat proses produksi seperti kamera dan komputer pada saat proses editing.
(42)
- Kamera
DSLR Canon 110D Sony Nex 3
Alat yang digunakan sebagai media pengambilan video atau gambar dalam perancangan film dokumenter ini, kamera DSLR digunakan agar pada saat produksi film dokumenter ini lebih praktis karena ukurannya tidak terlalu besar dan mudah di bawa dengan kualitas gambar yang cukup baik.
- Laptop Spesifikasi
ASUS A 46 C Series
Prosesor Intel Inside core i5 33170 1,7 GB
Laptop digunakan pada saat proses editing film dokumenter ini.
IV.2.5. Software
Software yang digunakan pada proses editing film adalah Adobe Premiere Cs 5 dan untuk editing media pendukung menggunakan Adobe Ilustrator CS 5 dan Adobe Photoshop cs 5 32 bit
(43)
IV.3. Media Pendukung IV.3.1. Poster
Gambar IV.3.1 Poster.
Sumber : Dokumen Pribadi ( 13 Juli 2014 )
Fungsi poster pertama berfungsi untuk mengenalkan terlebih dahulu mengenai Film Dokumenter mengenai Tisna Sanjaya, poster ini akan disebar di berbagai perguruan Tinggi yang berbasis seni dan desain selain itu akan disebar di galeri – galeri tempat pameran.
(44)
Format Media : Potrait Ukuran : A3 (42 cm x 29,7 cm)
Material : Art Paper / Alkasia Paper 150 gr
Teknis Produksi : Digital Offset
IV.3.2. Flyer
Gambar IV.3.2 Flyer
Sumber : Dokumentasi Pribadi ( 13 Juli 2014 )
Flyer ini akan disebarkan di sekitar kawasan sekolah, taman – taman kota, komunitas serta jalan – jalan yang sering terdapat orang berkumpul.
(45)
Material : Alkasia 150 gr
Teknis Produksi : Cetak Offset
IV.3.3. Catalog
Gambar 4.3.3
Sumber : Dokumentasi Pribadi ( 13 Juli 2014 )
Catalog ini akan diberikan pada saat pemutaran perdana film dokumenter ini, catalog ini berisi bidata singkat Tisna Sanjaya dan berisi beberapa footage gambar pembuatan karya yang dibuat Tisna Sanjaya dalam film dokumenter ini.
(46)
Format Media : Ukuran : 15 cm x 45 cm
Material : Linen paper 150 gr
Teknis Produksi : Cetak Offset
IV.3.4. PostCard
Gambar 4.3.4 Postcard
Sumber : Dokumentasi Pribadi ( 13 Juli 2014 )
Postcard ini dibuat sebagai merchandise dalam acara pemuran perdana film dokumenter ini, mungkin sekarang postcard sudah jarang digunakan sebagai alat untuk mengirim pesan namun saat ini postcard menjadi sebuah barang koleksi yang unik.
Format Media : Potrait Ukuran : 8 cm x 17 cm
Material : Linen paper 150 gr
(47)
IV.3.5. Stiker
Gambar 4.3.5 Stiker
Sumber : Dokumentasi Pribadi ( 13 Juli 2014 )
Format Media : Potrait Ukuran : 8cm x 8cm , 8cm x 4,5cm
Material : Cromo Stiker paper
(1)
- Kamera
DSLR Canon 110D Sony Nex 3
Alat yang digunakan sebagai media pengambilan video atau gambar dalam perancangan film dokumenter ini, kamera DSLR digunakan agar pada saat produksi film dokumenter ini lebih praktis karena ukurannya tidak terlalu besar dan mudah di bawa dengan kualitas gambar yang cukup baik.
- Laptop Spesifikasi
ASUS A 46 C Series
Prosesor Intel Inside core i5 33170 1,7 GB
Laptop digunakan pada saat proses editing film dokumenter ini.
IV.2.5. Software
Software yang digunakan pada proses editing film adalah Adobe Premiere Cs 5 dan untuk editing media pendukung menggunakan Adobe Ilustrator CS 5 dan Adobe Photoshop cs 5 32 bit
(2)
IV.3. Media Pendukung IV.3.1. Poster
Gambar IV.3.1 Poster.
Sumber : Dokumen Pribadi ( 13 Juli 2014 )
Fungsi poster pertama berfungsi untuk mengenalkan terlebih dahulu mengenai Film Dokumenter mengenai Tisna Sanjaya, poster ini akan disebar di berbagai perguruan Tinggi yang berbasis seni dan desain selain itu akan disebar di galeri – galeri tempat pameran.
(3)
Format Media : Potrait Ukuran : A3 (42 cm x 29,7 cm) Material : Art Paper / Alkasia Paper 150 gr
Teknis Produksi : Digital Offset IV.3.2. Flyer
Gambar IV.3.2 Flyer Sumber : Dokumentasi Pribadi ( 13 Juli 2014 )
Flyer ini akan disebarkan di sekitar kawasan sekolah, taman – taman kota, komunitas serta jalan – jalan yang sering terdapat orang berkumpul.
(4)
Material : Alkasia 150 gr Teknis Produksi : Cetak Offset
IV.3.3. Catalog
Gambar 4.3.3
Sumber : Dokumentasi Pribadi ( 13 Juli 2014 )
Catalog ini akan diberikan pada saat pemutaran perdana film dokumenter ini, catalog ini berisi bidata singkat Tisna Sanjaya dan berisi beberapa footage gambar pembuatan karya yang dibuat Tisna Sanjayadalam film dokumenter ini.
(5)
Format Media : Ukuran : 15 cm x 45 cm Material : Linen paper 150 gr
Teknis Produksi : Cetak Offset
IV.3.4. PostCard
Gambar 4.3.4 Postcard
Sumber : Dokumentasi Pribadi ( 13 Juli 2014 )
Postcard ini dibuat sebagai merchandise dalam acara pemuran perdana film dokumenter ini, mungkin sekarang postcard sudah jarang digunakan sebagai alat untuk mengirim pesan namun saat ini postcard menjadi sebuah barang koleksi yang unik.
Format Media : Potrait Ukuran : 8 cm x 17 cm Material : Linen paper 150 gr
(6)
IV.3.5. Stiker
Gambar 4.3.5 Stiker
Sumber : Dokumentasi Pribadi ( 13 Juli 2014 )
Format Media : Potrait Ukuran : 8cm x 8cm , 8cm x 4,5cm Material : Cromo Stiker paper