Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 3 Tahun 2008 tentang

5 a. Mengotori atau merusak jalan jalur-jalur hijau, taman dan tempat umum; b. Membuang atau menumpuk kotoransampah dijalan, jalur hijau, taman dan tempat umum kecuali, ditempat-tempat yang telah diijinkan oleh Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuknya; c. Membakar kotoransampah dijalan, jalur hijau, taman dan tempat umum, sehingga mengganggu keindahan kota; d. Menjemur, memasang, menempelkan atau menggantungkan benda-benda di jalan, jalur hijau, taman dan tempat umum kecuali tempat-tempat yang telah diijinkan oleh Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuknya; e. Berada dijalur hijau, taman dan tempat umum dengan cara apapun yang dapat mengakibatkan kerusakan taman dan kelengkapannya; f. Berbuat bertingkah laku yang tidak sopan didalam taman, ditepi jalan, jalur hijau, dan tempat umum sehingga menggangu keindahan; g. Memanjat, memotong, menebang pohon dan tanaman yang tumbuh disepanjang jalan, jalur hijau, taman dan tempat umum kecuali apabila hal tersebut dilaksanakan oleh petugas untuk kepentingan dinas; h. Bertempat tinggal atau tidur ditepi jalan, jalur hijau, taman, tempat umum dan tempat-tempat lain yang dilarang oleh Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuknya. Pasal 13 ayat 3 menunjukkan bahwa terdapat larangan-larangan yang ditentukan oleh pemerintah untuk menjaga keindahan kota melalui kelestarian dan jalur hijau. Pasal ini menekankan perlindungan maupun pengayoman dalam menjaga kelestarian lingkungan yang terdapat disekitar wilayah masyarakat. Materi pengaturan pasal-pasal yang terdapat dalam Perda No 29 Tahun 1981, mengatur mengenai tanggung jawab keindahan yang terdapat dalam bangunan dan jalur hijau. Perlindungan dan pengayoman oleh pemerintah dalam peraturan daerah ini menekankan pada aspek penataan bangunan di kota Surakarta dengan menciptakan keindahan secara tertata dari aspek bangunan dan jalur hijau.

b. Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 3 Tahun 2008 tentang

Pengelolaan Pedagang Kaki Lima. 6 Dalam melakukan analisis muatan dan tujuan yang terkandung dalam peraturan dapat dilihat melalui konsideran-konsideran yang ada, yakni: a Bahwa Pedagang Kaki Lima PKL adalah usaha perdagangan sektor informal yang merupakan perwujudan hak masyarakat dalam berusaha dan perlu diberi kesempatan untuk berusaha guna memenuhi kebutuhan hidupnya; b Bahwa keberadaan PKL yang merupakan usaha perdagangan informal akan mempengaruhi kondisi lingkungan disekitarnya; c Bahwa keberadaan PKL perlu dikelola, ditata dan diberdayakan sedemikian rupa agar keberadaannya memberikan nilai tambah atau manfaat bagi pertumbuhan perekonomian dan masyarakat kota serta tercipta adanya lingkungan yang baik dan sehat. Mencermati konsideran menimbang huruf b dapat dijelaskan bahwa Pedagang Kaki Lima dapat mempengaruhi kondisi sekitar yang harus melihat bahwa perlu adanya keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara hak dan kewajiban terhadap kepentingan kota ataupun kepentingan masyarakat luas, misalnya terjaganya kenyamanan, keamanan, dan ketertiban umum, terpeliharanya kebersihan dan keindahan kota. Perda tentang pengelolaan pedagang kaki lima Kota Surakarta terdiri dari beberapa Bab, yaitu Bab I Ketentuan Umum, Bab II Ruang Lingkup dan Tujuan, Bab III Penataan Tempat Usaha, Bab IV Perijinan, Bab V Pemberdayaan, Bab VI Pengawasan dan Penertiban, Bab VII Sanksi Administrasi, Bab VIII Ketentuan Penyidikan, Bab IX Ketentuan Pidana, Bab X Ketentuan Peralihan, Bab XI Ketentuan Penutup. Untuk mencermati lebih lanjut, Perda tentang PKL, Penulis akan menguraikan beberapa pasal yang terdapat dalam Perda ini, yakni: Pasal 3, “Pengelolaan PKL bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan PKL menjaga ketertiban umum dan kebersihan lingkungan”. Dalam muatan pasal ini dapat dijelaskan bahwa pemerintah daerah melakukan pengelolaan dan penataan pedagang kaki lima, hal tersebut dimaksudkan agar masyarakat lain diluar pedagang kaki lima juga dapat menikmati kebersihan lingkungan disekitar tempat berdagang para PKL. Ini menunjukkan bahwa 7 pemerintah selain memperhatikan pengelolaan PKL disisi lain ikut melindungi kepentingan masyarakat umum untuk mendapatkan lingkungan yang bersih dan tertib. Pasal 7, “ Dalam memberikan ijin penempatan PKL, Pemerintah Daerah tidak memungut biaya”. Muatan pasal 7 Perda tentang PKL ini memberikan keringanan kepada para pedagang kaki lima yang akan mengurus ijin penempatan dengan tidak memungut biaya. Hal ini menunjukkan pemerintah daerah memberikan kemudahan pedagang untuk mendapatkan ijin. Ketentuan tersebut selaras dengan semangat melindungi masyarakat dalam menuju kesejahteraan. Pasal 8, ”Untuk menjalankan kegiatan usahanya, pemegang ijin penempatan PKL berhak: a. mendapatkan perlindungan, kenyamanan dan keamanan dalam menjalankan usahanya; b. menggunakan tempat usaha sesuai dengan ijin penempatan”. Muatan Pasal 8 menjelaskan mengenai hak-hak yang dimiliki oleh PKL yang mempunyai ijin penempatan PKL. Dengan pemberian hak-hak tersebut menunjukkan bahwa pemerintah tidak serta merta melepas tanggung jawab perlindungan maupun pengelolaam terhadap PKL yang mempunyai ijin penempatan PKL. Namun disisi lain, dalam realitasnya masih banyak terdapat PKL yang tidak memiliki ijin penempatan. Ini menunjukkan bahwa perlindungan dan pengayoman pemerintah dalam peraturan daerah pengelolaan pedagang kaki lima masih bersifat sektoral kepada pedagang pemilik ijin penempatan dan kurang dapat mengayomi pedagang kaki lima yang tidak memiliki ijin penempatan. Pasal 12 ayat 1, “Untuk pengembangan usaha PKL, Walikota berkewajiban memberikan pemberdayaan berupa: a. bimbingan dan penyuluhan manajemen usaha; b. pengembangan usaha melalui kemitraan dengan pelaku usaha ekonomi yang lain; c. bimbingan untuk memperoleh peningkatan permodalan; d. peningkatan sarana dan prasarana PKL”. 8 Pasal 12 ayat 2, ”Pemberdayaan sebagai mana dimaksud ayat 1 dilaksanakan oleh Pejabat yang ditunjuk dengan memperhatikan pertimbangan dari instansi dan aspirasi masyarakat sekitar lokasi usaha PKL”. Dalam Pasal 12 ayat 1 dan ayat 2, dapat diketahui bahwa pemerintah melalui Walikota mempunyai kewajiban untuk memberdayakan PKL, hal tersebut menunjukkan pemerintah memberikan perlindungan maupun pengayoman terhadap PKL dengan memperhatikan pertimbangan dari aspirasi masyarakat sekitar lokasi usaha PKL.

c. Peraturan Daerah No 3 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah.