3
B. PEMBAHASAN
1. Analisis Muatan Pengayoman dalam Peraturan Daerah Keindahan Kota
di Surakarta.
Mengacu pada uraian pengayoman yang diindikatorkan oleh penulis sebagai hal yang menjaga, melindungi, memelihara, mendukung masyarakat dan memberikan
ketentraman masyarakat. Pengayoman dapat juga diartikan sebagai suatu proses yang menjamin tercapainya kesejahteraan masyarakat.
4
a. Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 29 Tahun 1981 tentang
Kebersihan dan Keindahan Kota
Dalam melakukan analisis muatan dan tujuan yang terkandung dalam peraturan dapat dilihat melalui konsideran-konsideran yang ada, yakni:
a Bahwa untuk mewujudkan kota yang bersih dan indah dalam rangka
menunjang Program 4 K Kebersihan, Kesehatan, Ketertiban, dan Keindahan sehingga menjamin terwujudnya lingkungan hidup yang teratur,
indah, sehat nyaman dan lestari maka perlu mengatur kebersihan dan keindahan kota secara menyeluruh;
b Bahwa kebersihan dan keindahan merupakan kebutuhan mutlak bagi
masyarakat yang berbudaya sehingga layak apabila tanggung jawab menjagamemelihara dan menyelenggarakan kebersihan dan keindahan kota
dipikul oleh Pemerintah Daerah dan seluruh warga masyarakat. Mencermati dari konsideran menimbang tersebut, dalam pemaknaannya dapat
dijelaskan bahwa peraturan daerah tentang kebersihan dan keindahan kota mengamanatkan kebersihan dan keindahan kota dipikul oleh Pemerintah Daerah dan
seluruh warga masyarakat. Hal itu menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah bertanggung jawab secara langsung terhadap keindahan yang ada di kota Surakarta,
tetapi selain pemerintah yang bertanggung jawab masyarakat juga harus ikut berpartisipasi memikul tanggung jawab keindahan kota. Ketentuan yang ada dalam
4
Yuliandri, 2009, Asas-Asas PembentukanPeraturan Perundang-undangan yang Baik,Grafindo Persada: Jakarta
4
konsideran tersebut menunjukkan pemerintah mengikutsertakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam mewujudkan keindahan kota.
Perda kebersihan dan keindahan kota ini tersusun dari beberapa Bab, yakni Bab I Ketentuan Umum, Bab II Kebersihan dan Keindahan Bangunan, Bab III
Penghijauan, Taman dan Jalur Hijau, Bab IV Ketentuan Pidana, dan Bab V Ketentuan Penutup. Memperhatikan susunan Perda tersebut, selanjutnya dapat dicermati lebih
lanjut beberapa pasal-pasalnya, yakni: Pasal 3 ayat 3,” Untuk mewujudkan kebersihan dan keindahan bangunan
maka siapapun dilarang mencorat-corer atau membuat kotor dinding bangunan sehingga memberi kesan tidak besih dan tidak indah”. Pasal ini menekankan bahwa
keindahan dapat diwujudkan dengan melindungi bangunan yang ada, agar masyarakat yang berada di lingkungan sekitar ikut menjaga keadaan bangunan tersebut.
Pasal 4 ayat 2 “Penanggung jawab bangunan wajib melaksanakan ketentuan sebagai berikut: a. Menyediakan sarana-sarana kebersihan dan keindahan bangunan
pemerintahan yang dapat dipakai oleh orang-orang yang berkepentingan di dalam lingkungan bangunan pemerintahan……….”
Dalam pasal 4 ayat 2 ini dimaksudkan agar orang-orang yang berkepentingan di lingkungan bangunan pemerintahan supaya dapat terlindungi atas
ketersediaan kelengkapan fasilitas yang terdapat di lingkungan bangunan pemerintah yang bersangkutan. Pasal ini menekankan pengayoman kepada orang-orang yang
berkepentingan pengunjung pada bangunan pemerintahan. Dalam Pasal selanjutnya yakni Pasal 5 ayat 2 huruf a; Pasal 6 ayat 2 huruf
a; Pasal 7 ayat 2 huruf a; Pasal 8 ayat 2 huruf a; Pasal 9 ayat 2 huruf a; Pasal 10 ayat 2 huruf a; Pasal 11 ayat 2 huruf a, huruf b dinyatakan Penanggung jawab
jawab bangunan yakni Bangunan Pendidikan, Bangunan Pelayanan Umum, Bangunan Peninggalan Sejarah, Bangunan Industri, Bangunan Rekreasi, dan
Bangunan Tempat Tinggal wajib melaksanakan pengayoman kepada orang-orang yang berkepentingan di dalam wilayahnya masing-masing.
Pasal 13 ayat 3, Untuk menjaga kelestarian dan tetap berfungsinya penghijauan taman dan jalur hijau siapapun dilarang :
5
a. Mengotori atau merusak jalan jalur-jalur hijau, taman dan tempat umum;
b. Membuang atau menumpuk kotoransampah dijalan, jalur hijau, taman dan
tempat umum kecuali, ditempat-tempat yang telah diijinkan oleh Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuknya;
c. Membakar kotoransampah dijalan, jalur hijau, taman dan tempat umum,
sehingga mengganggu keindahan kota; d.
Menjemur, memasang, menempelkan atau menggantungkan benda-benda di jalan, jalur hijau, taman dan tempat umum kecuali tempat-tempat yang telah
diijinkan oleh Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuknya; e.
Berada dijalur hijau, taman dan tempat umum dengan cara apapun yang dapat mengakibatkan kerusakan taman dan kelengkapannya;
f. Berbuat bertingkah laku yang tidak sopan didalam taman, ditepi jalan, jalur
hijau, dan tempat umum sehingga menggangu keindahan; g.
Memanjat, memotong, menebang pohon dan tanaman yang tumbuh disepanjang jalan, jalur hijau, taman dan tempat umum kecuali apabila hal
tersebut dilaksanakan oleh petugas untuk kepentingan dinas; h.
Bertempat tinggal atau tidur ditepi jalan, jalur hijau, taman, tempat umum dan tempat-tempat lain yang dilarang oleh Kepala Daerah atau pejabat yang
ditunjuknya. Pasal 13 ayat 3 menunjukkan bahwa terdapat larangan-larangan yang
ditentukan oleh pemerintah untuk menjaga keindahan kota melalui kelestarian dan jalur hijau. Pasal ini menekankan perlindungan maupun pengayoman dalam menjaga
kelestarian lingkungan yang terdapat disekitar wilayah masyarakat. Materi pengaturan pasal-pasal yang terdapat dalam Perda No 29 Tahun 1981,
mengatur mengenai tanggung jawab keindahan yang terdapat dalam bangunan dan jalur hijau. Perlindungan dan pengayoman oleh pemerintah dalam peraturan daerah
ini menekankan pada aspek penataan bangunan di kota Surakarta dengan menciptakan keindahan secara tertata dari aspek bangunan dan jalur hijau.
b. Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 3 Tahun 2008 tentang