Faktor penyebab Tiongkok menjalin kerjasama dengan Iran di bidang pertahanan keamanan : 2008-2012

FAKTOR PENYEBAB TIONGKOK MENJALIN KERJASAMA
DENGAN IRAN DI BIDANG PERTAHANAN KEAMANAN (20082012)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Riska Elida
1110114000024

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

FAKTOR PENYEBAB TIONGKOK MENJALIN KERJASAMA DENGAN IRAN
DI BIDANG PERTAHANAN KEAMANAN (2008-2012)


l. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata

I

di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku

ini telah

saya cantumkan

di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatultah Jakarta.
,- Jika


di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang [ain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku

di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

20 Februari 2015

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

.

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
: Riska


Nama

NIM

i

Program Studi

Elida

: 1l 101 14000024
:

Ilmu Hubungan Intemasional

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan

judul:

FAKTOR PENYEBAB TIONGKOK MENJALIN KERJASAMA DENGAN IRAN


DI BIDANG PERTAHANAN KEAMANAN

(2008-2012) dan telah memenuhi

persyaratan untuk diuji.

Jakarta, l7 Februari 2015

Mengetahui,

Menyetujui,

Ketua Program Studi

Pembimbing

TeAuh Santosa,

t


MA

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI

FAKTOR PE TTEBAB TIONGKOK MENJALIN KERIASAMA DENGAN IRAN
Dr BTDANG PERTAHANAN KEAMANAN (2008-2012)
oieh
Riska Elida
11101t4000024

telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakar.ta pada langgal 2 Maret
2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sa{ana
Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.

Seketaris,


Ke;tua,

Ar-

n

trlL^g:
Debbie Affianty, M.Si

Debbie A{fianty, M.Si

P""s,j[]

Penguji

aT"\

th

II


l-

6fr""'--

I

Budi S. Satari, MA

Irfan R. Hutagalung L.L.M

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 17 Marct 2015
Ketua Program Studi

FISIP UIN Jakarta

Debbie Affianty, M.Si

IV


ABSTRAKSI

Skripsi ini menganalisa tentang kerjasama keamanan antara Tiongkok dengan
Iran periode 2008-2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa penyebab
Tiongkok melakukan kerjasama pertahanan keamanan dengan Iran yang sedang
berada dalam tekanan dunia internasional. Penelitian ini dilakukan melalui studi
pustaka. Penulis menemukan, bahwa Tiongkok melakukan kerjasama pertahanan
keamanan dengan Iran bukan karena fakrot energi, tetapi karena faktor strategis Iran
yang dapat dijadikan sebagai alat multifungsi. Tiongkok berupaya menjaga keamanan
Iran dengan memberikan suplai senjata dan membantu Iran memodifikasi militer
sehingga Iran dapat menjaga teritorinya yang sangat penting bagi Tiongkok. Posisi
strategis Iran menjadi kunci hubungan kedua negara. Tiongkok dan Iran juga
menjalin kerjasama karena ketergantungan antara kedua negara.
Kerangka teori yang digunakan dalam skripsi ini adalah national interests dan
aliansi Alex Mintz dan balance of power Kenneth Waltz. Dari hasil analisa dengan
menggunakan tiga teori ini dapat disimpulkan bahwa Tiongkok dan Iran merasa
kedua negara mendapat keuntungan dengan adanya kerjasama sehingga kedua negara
ini tetap menjalankan kerjasama walaupun salah satu pihak yakni Iran berada di
bawah sanksi PBB.


v

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
berkat dan rahmat sehingga skripsi yang berjudul “Faktor penyebab Tiongkok
menjalin kerjasama dengan Iran di bidang pertahanan keamanan (2008-2012)” ini
dapat terselesaikan.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menambah

pengetahuan dalam ilmu Hubungan Internasional.
Dalam penulisan skripsi ini, banyak kendala yang penulis alami. Penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangat sulit
untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1) Keluarga, khusunya kedua orangtua penulis yang selalu mendoakan dan
memberi dukungan pada penulis yang menjadi semangat sehingga skripsi ini
selesai
2) Teguh Santosa, MA,

selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan


waktu, tenaga dan pikiran dalam membantu penulis menyusun skripsi ini
3) Sahabat yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, yang banyak
membantu dan mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

vi

Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat dalam
menambah ilmu pengetahuan.

Jakarta, 20 Februari 2015

Penulis

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK .....................................................................................................


v

KATA PENGANTAR ...................................................................................

vi

DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR .............................................................

x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... .......

1

B. Pertanyaan Penelitian ...................................................................

7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penulisan ...................................

8

D. Tinjauan Pustaka ..........................................................................

9

E. Kerangka Teori ............................................................................

13

F. Metode Penelitian ........................................................................

17

G. Sistematika Penulisan .................................................................

18

BAB II KEKUATAN PERTAHANAN KEAMANAN TIONGKOK
A. Politik Luar Negeri Tiongkok ....................................................

21

B. Kekuatan Pertahanan Militer Tiongkok .....................................

25

BAB III PERTAHANAN KEAMANAN MILITER IRAN
A. Kondisi Iran Dalam Dunia Internasional ...................................

40

B. Kekuatan Pertahanan Militer Iran ...............................................

45

viii

BAB IV HUBUNGAN KERJASAMA PERTAHANAN TIONGKOK
DAN IRAN
A. Faktor Penyebab Tiongkok Menjalin Kerjasama dengan Iran Di Bidang
Pertahanan Kemanan ..................................................................

57

B. Pengaruh Posisi Strategis Iran Bagi Tiongkok ...........................

65

C. Kerjasama Tiongkok dan Iran di bidang pertahan keamanan .....

76

D. Penurunan Hubungan Iran-Tiongkok .........................................

84

BAB V KESIMPULAN .................................................................................

89

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

94

ix

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

TABEL 1.1 Kerjasama Iran dan Tiongkok Dalam Bidang Pertahanan
Keamanan ....................................................................................

4

TABEL II.1 Impor Minyak Tiongkok .............................................................

24

TABEL II.2 Transportasi Udara Militer Buatan Tiongkok .............................

33

TABEL II.3 Kekuatan Militer Tiongkok . ......................................................

36

TABEL III.1 Senjata Militer yang Diimpor Iran dan Masih Digunakan
Hingga Sekarang ........................................................................

50

BAGAN III.1 Peta Iran ....................................................................................

61

Tabel IV.1 Persenjataan Iran ............................................................................

78

x

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Skripsi ini membahas faktor Tiongkok melakukan kerjasama di bidang
pertahanan keamanan dengan Iran yang sedang mendapatkan tekanan internasional
karena mengembangkan nuklir. Tiongkok menyetujui sanksi terhadap pengembangan
nuklir Iran di DK PBB akan tetapi tidak ikut menjalankan sanksi tersebut. Tiongkok
menjalin kerjasama pertahanan untuk membantu Iran dalam memodernisasi militer.
Program nuklir Iran dianggap oleh sejumlah negara, terutama Amerika
Serikat, sebagai upaya Iran untuk mempersenjatai diri, walaupun sejak awal Iran
mengatakan program nuklir itu untuk kepentingan damai.1 Pengakuan Iran tidak
lantas membuat AS dan negara sekutunya mempersilahkan Iran melanjutkan program
nuklirnya. Sebaliknya berbagai upaya dilakukan untuk menghentikan keinginan Iran
melanjutkan program nuklir. Sejak tahun 1979 AS telah mengembargo ekonomi
Iran.2
Sikap agak berbeda diperlihatkan Tiongkok terhadap program pengembangan
nuklir Iran. Tiongkok pada dasarnya tidak mendukung pengembangan nuklir Iran.
1

Anthony H. Cordesman dan Bryan Gold. The Gulf Military Balance: Volume II: The Missile and
Nuclear Dimensions. Diakses dari cryptome.org/2014/03/gulf-mil-balance.pdf, h. 77-78.
2
1979 Iran mengalami revolusi yang ditandai dengan pergantian pemerintahan dari Syah Reza
Pahlevi yang berkiblat ke Barat menjadi pemerintahan Ayatollah Khomeini yang lebih mengutamakan
nasionalisme.

1

Namun Tiongkok juga tidak menentang program nuklir Iran selama pengembangan
nuklir berada di bawah pengawasan IAEA. Tiongkok juga berpendapat bahwa setiap
negara yang tergabung dalam anggota Non-Proliferation Treaty (NPT) memiliki hak
mengembangkan nuklir untuk tujuan damai.3
Tiongkok adalah salah satu negara yang berpengaruh di dunia dan memiliki
hak veto di DK PBB. Dalam memperlancar upaya menghentikan program nuklir Iran
dibutuhkan dukungan Tiongkok yang memiliki peran dalam pengembangan nuklir
tersebut. Selain itu Tiongkok juga menjadi negara pengimpor energi dari Iran yang
dianggap dapat membantu keuangan Iran dan akhirnya bisa memperlancar program
pengembangan nuklir Iran.4
Pada tahun 2011 setelah Barack Obama memperbaharui embargo terhadap
minyak Iran, negara sekutu AS seperti Inggris, Australia, Kanada dan Uni Eropa
kemudian mengikuti

langkah ini.5

Keputusan negara-negara tersebut

ikut

mengembargo Iran karena menganggap Iran melanggar aturan IAEA mengenai
pengembangan teknologi nuklir. Embargo dilakukan untuk melemahkan ekonomi
Iran sehingga berhenti mengembangkan program nuklirnya.6
Usulan AS dan negara Uni Eropa mengembargo minyak Iran menyebabkan
dilema bagi Tiongkok.7 AS dan negara Uni Eropa adalah partner dagang terbesar

3

Marybeth Davis. Dkk, China-Iran: A Limited Partnership. Diakses dari origin.www.uscc.gov/.../ChinaIran--A%20Limited%20Partnership.pdf, h. 43.
4
Ibid., h. 56.
5
Ibid., h. 54-57.
6
Ibid., h. 56.
7
Ibid., h. 43.

2

Tiongkok.8 Namun Tiongkok juga membutuhkan Iran yang menjadi negara penyuplai
energi bagi Tiongkok.9 Jika minyak Iran diembargo maka Tiongkok akan kehilangan
salah satu negara penyuplai energinya. Tiongkok menolak untuk mengembargo
minyak Iran karena 11% dari kebutuhan minyak Tiongkok diperoleh dari Iran.10
Tiongkok berupaya menjaga hubungan yang baik dengan AS maupun Iran
karena kedua negara ini merupakan partner yang penting bagi Tiongkok.11 Tiongkok
menyetujui Resolusi DK PBB atas nuklir Iran sebagai bentuk dukungan Tiongkok
atas usulan AS. Sanksi atas pengembangan teknologi nuklir Iran ditunjukkan dengan
persetujuan Tiongkok dalam beberapa Resolusi DK PBB seperti Resolusi 1737 pada
tahun 2006 dan Resolusi 1747 pada tahun 2007.12
Dalam Resolusi 1737, DK PBB meminta Iran untuk segera menghentikan
program nuklirnya dan meminta Iran untuk bersedia bekerjasama dengan IAEA untuk
menyelesaikan masalah nuklirnya.13 Sedangkan dalam Resolusi 1747, DK PBB
meminta kepada semua negara untuk menghentikan kerjasama militer dengan Iran. 14
Walaupun Tiongkok menyetujui Resolusi DK PBB atas pengembangan nuklir
Iran, Tiongkok tetap menjalin hubungan kerjasama pertahanan dengan Iran.
Tiindakan tersebut terlihat pada tabel I.1.
8

Ibid.
Julie Jiang dan Jonathan Sinton. Overseas Investments by Chinese National Oil Companies. Diakses
dari www.iea.org/.../overseas_china.pdf, h. 6.
10
Ibid.
11
Marybeth Davis. Dkk, China-Iran: A Limited Partnership. Diakses dari
origin.www.uscc.gov/.../China-Iran--A%20Limited%20Partnership.pdf, h. 43.
12
http://www.un.org/en/sc/documents/resolutions/2007.shtml. Diakses pada 11/10/2014.
13
Security Council Committee established pursuant to resolution 1737 (2006).
http://www.un.org/sc/committees/1737/index.shtml. Diakses pada 11/10/2014.
14
http://www.un.org/en/sc/documents/resolutions/2007.shtml. Diakses pada 11/10/2014.
9

3

Tabel I.1 Kerjasama Iran dan Tiongkok Dalam Bidang Pertahanan Keamanan
TAHUN
2008

KERJASAMA
Iran mendaftarkan diri menjadi anggota Organisasi Kerjasama Shanghai.

2008-2010

Mengembangkan Kosar, rudal jelajah ringan hasil modifikasi dari C-701 milik
Tiongkok.

2010

Menerima rudal jelajah ringan C-705 Tiongkok.

2010

Memproduksi rudal antiship Nasr-1 hasil rancangan berdasarkan rudal C–704 milik
Tiongkok.

2010

Memproduksi Noor berdasarkan rudal C-802 milik Tiongkok.

Februari 2012

Memulai produksi Zafar, rudal jarak pendek Angkatan Laut hasil rancangan rudal C-701
AR milik Tiongkok.

Juni 2012

Tiongkok dan Rusia memblokir keanggotaan Iran dari Organisasi Kerjasama Shanghai.

Sumber: China-Iran: A Limited Partnership. Diakses dari origin.www.uscc.gov.

Tindakan Tiongkok dalam melakukan hubungan kerjasama khususnya di
bidang pertahanan keamanan dengan Iran tersebut mengakibatkan AS menjatuhkan
sanksi atas perusahaan-perusahaan Tiongkok.15 Sanksi tersebut dijatuhkan pada
beberapa

perusahaan

Tiongkok

seperti

China

Shipbuilding

and

Offshore

International Corporation pada tahun 2008, LIMMT (Dalian) Metallurgy and
Minerals Company pada tahun 2009, Zibo Chemet Equipment Company pada tahun

15

Marybeth Davis. Dkk, China-Iran: A Limited Partnership. Diakses dari
origin.www.uscc.gov/.../China-Iran--A%20Limited%20Partnership.pdf, h. 40.

4

2010 dan Dalian Zhongbang Chemical Industries Company pada tahun 2011, serta
beberapa perusahaan lainnya.16
Sebelum PBB menjatuhkan sanksi melalui Resolusi 1737, Tiongkok juga
sudah memperlihatkan dukungan khususnya terhadap pengembangan pertahanan Iran
dengan menetapkan Iran sebagai negara pengamat Shanghai Cooperation
Organization (SCO) pada tahun 2005.17 Pada bulan Maret 2008 Mentri Luar Negeri
Iran, Manouchehr Mottaki mengisyaratkan keinginan negara untuk menjadi anggota
tetap di SCO. Iran menganggap pertahanan keamanan negaranya dapat ditingkatkan
dengan melakukan kerjasama dengan Tiongkok di Organisasi Kerjasama Shanghai.18
Sebelum mendapat sanksi penghentian suplai senjata dari PBB, Iran sudah
memiliki perlengkapan militer yang diperoleh dari hasil kerjasama dengan Tiongkok,
Rusia dan beberapa negara lain pada masa Syah Reza Pahlevi di era tahun 1970an.
Lembaga nonprofit yang berbasis di AS, Nuclear Threat Initiative (NTI)
menyebutkan Iran sempat melakukan kerjasama pembuatan rudal dengan Israel pada
tahun 1977. Rudal Israel dengan nama Israeli Gabriel anti-ship Missile menjadi rudal
yang dimodifikasi oleh Israel dan Iran dan kemudian dijual ke Iran. AS yang masih
menjalin hubungan baik dengan Iran pada saat itu juga menyuplai pesawat canggih ke
Iran seperti F-4 Phantom, F-14 Tomcat dan F-5A Freedom Figther.19

16

Ibid., h. 58-63.
Peimani, Hooman. Conflict and Security in Central Asia and the Caucasus. (Santa Barbara: ABC-CLIO,
LLC, 2009), h. 320.
18
Ibid.
19
http://www.nti.org/country-profiles/iran/delivery-systems/. Diakses pada 11/10/2014.

17

5

Menurut Cordesman dalam The Gulf Military Balance (2014) Iran juga telah
memiliki rudal-rudal yang mulai diproduksi sejak perang Iraq-Iran (1980-1988)
seperti Zelzal. Zelzal adalah rudal hasil kerjasama Iran dengan Tiongkok dan Korea
Utara yang dapat menempuh jarak sejauh 100 km. Selain Zelzal, Iran juga memiliki
Fateh-110 yang diproduksi dengan bantuan Tiongkok. Rudal Ini memiliki daya
tempuh sekitar 200 hingga 400 km. Iran juga memiliki varian rudal Sahab yang
merupakan hasil modifikasi dari rudal Rusia dan Korea Utara.20
Program nuklir Iran juga banyak mengalami perkembangan karena banyak
menjalin kerjasama internasional dengan negara-negara lain seperti Tiongkok.21
Kerjasama nuklir antara Tiongkok dan Iran ditunjukkan dengan perjanjian nuklir
jangka panjang sejak tahun 1987 hingga tahun 1990. Tingkok bersedia melatih
personil-personil Iran dan menyediakan 1,6 ton uranium jenis UF6 untuk
mengembangkan nuklir Iran.22 Tiongkok juga menjadi negara yang memberikan
suplai senjata bagi Iran selama masa perang dengan Irak tahun 1980-1988.23

20

Anthony H. Cordesman dan Bryan Gold. The Gulf Military Balance: Volume II: The Missile and
Nuclear Dimensions. Diakses dari cryptome.org/2014/03/gulf-mil-balance.pdf, h. 6-12.
21
John W. Graver. China and Iran Ancient Partners in a Post-Imperial World. (Washington DC:
University of Washington Press: 2006 ), h. 143-153.
22
Ibid.
23
Ibid., h. 166-168.

6

Pengaruh Tiongkok dalam program pertahanan keamanan Iran penting untuk
dibahas karena AS adalah partner dagang terbesar kedua Tiongkok setelah negara Uni
Eropa. Tiongkok berusaha mempertahankan hubungan kerjasama dengan AS dan Iran
yang memiliki hubungan tidak harmonis. Tiongkok menyetujui sanksi atas
pengembangan nuklir Iran sebagai upaya dalam menjaga hubungan dengan AS.
Namun Tiongkok juga tidak menghentikan hubungan kerjasama dengan Iran
walaupun Tiongkok menyetujui sanksi atas program pengembangan nuklir Iran di
DK PBB. Selain itu, Tiongkok juga berani mengambil posisi dengan dijatuhi sanksi
oleh AS terhadap beberapa perusahaan negaranya karena menjalin hubungan
kerjasama dengan Iran.
Periodeisasi 2008-2012 dalam skripsi ini dipilih dengan pertimbangan bahwa
pada tahun 2008 kendati mengalami tekanan berupa embargo dari PBB, Iran
mengajukan diri sebagai anggota tetap di SCO. Sementara di tahun 2012 hubungan
Iran-Tiongkok mulai munurun. Di tahun itu Tiongkok memblokir keanggotaan Iran
dari Organisasi Kerjasama Shanghai.
I.2 Pertanyaan Penelitian
Setelah mengalami modernisasi, kekuatan militer Tiongkok merupakan salah
satu yang diperhitungkan oleh negara maju. Tiongkok memiliki pandangan yang agak
berbeda dengan dunia internasional khususnya AS dan sekutunya mengenai program
nuklir Iran dengan alasan setiap negara anggota NPT memiliki hak yang sama dalam

7

mengembangkan nuklir untuk kepentingan damai.24 Ketika AS mengusulkan untuk
mengembargo minyak Iran, Tiongkok memilih untuk melakukan kerjasama.
Berdasarkan pada uraian singkat diatas skripsi ini berusaha untuk mengidentifikasi:
Apa saja faktor yang menyebabkan Tiongkok melakukan kerjasama pertahanan
keamanan dengan Iran di saat Iran dalam tekanan dunia internasional?
Asumsi sementara: suplai minyak dari Iran mengingat pertumbuhan industri dan
teknologi Tiongkok membutuhkan suplai minyak yang tinggi.
I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Faktor penyebab Tiongkok dalam menjalin kerjasama pertahanan keamanan dengan
Iran menjadi sebuah masalah yang harus dibahas dengan tujuan:


Mengetahui alasan Tiongkok menjalin kerjasama keamanan dengan negara
yang sedang mengalami tekanan internasional yakni Iran.



Mengetahui jenis kerjasama pertahanan keamanan antara Tiongkok dan Iran.

Manfaat penelitian:


Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi
pembaca dan dapat menambah pengetahuan dalam ilmu hubungan
internasional.

24

Marybeth Davis. Dkk, China-Iran: A Limited Partnership. Diakses dari
origin.www.uscc.gov/.../China-Iran--A%20Limited%20Partnership.pdf, h. 43.

8

I.4 Tinjauan Pustaka
Pertahanan keamanan menjadi salah satu topik yang banyak dibahas dalam
hubungan internasional seperti dalam “China-Iran: A Limited Partnership (2012)
oleh Marybeth Davis” menjelaskan hubungan Tiongkok dan Iran merupakan
hubungan yang saling menguntungkan sehingga kedua negara merasa saling
ketergantungan. Tiongkok dan Iran melakukan pertukaran dalam perdagangan.
Tiongkok membayar minyak Iran dengan senjata. Tidak saja memberi suplai
peralatan persenjataan bagi kekuatan militer Iran, Tiongkok juga menjadi penyuplai
atom-atom yang digunakan untuk pengayaan uranium Iran. Sejak tercetus perang Iran
dan Iraq pada tahun 1980-1988, Tiongkok terus menyuplai Iran dengan senjata. Hal
Ini dilakukan karena pada saat itu kedua negara sama-sama membutuhkan. Iran
membutuhkan senjata untuk berperang, sedangkan Tiongkok membutuhkan pasar
untuk menjual senjata. Hubungan Iran dan Tiongkok mulai terjalin sejak saat
tersebut. Di era 90an, Tiongkok mengalami kemajuan industri dan teknologi
pertahanan serta kemajuan dalam pengembangan energi nuklir dan rudal. Saat itu
Tiongkok mulai mengirim bantuan kepada Iran khususnya membantu dalam
pengembangan nuklir.
Masalah nuklir Iran membuat banyak negara memutuskan hubungan dengan
Iran.25 Berbeda halnya dengan Tiongkok yang masih menjalin kerjasama dengan Iran
untuk memenuhi kebutuhan energi. Tindakan Tiongkok mendukung nuklir Iran
25

Marybeth Davis. Dkk, China-Iran: A Limited Partnership. Diakses dari
origin.www.uscc.gov/.../China-Iran--A%20Limited%20Partnership.pdf, h. 54-57.

9

membuat AS memaksa Tiongkok untuk segera menyetujui pemberian sanksi. Namun
Tiongkok tetap menolak usulan AS. Hubungan Tiongkok dan Iran tidak hanya dalam
masalah pertahanan keamanan tetapi juga mencakup masalah ekonomi. Hubungan
Tiongkok dan Iran banyak mendapat tekanan dari Amerika Serikat yang
menyebabkan Tiongkok harus mengambil kebijakan untuk menjaga hubungan
kerjasama dengan Iran namun tetap menjalin hubungan yang baik dengan Amerika
Serikat. Kedekatan antara Tiongkok dan Iran membuat para politisi Tiongkok
berpendapat bahwa posisi Tiongkok akan berada dalam kondisi yang berbahaya jika
AS merasa Tiongkok terlalu mendukung Iran. Tiongkok terpaksa membatasi
hubungan dengan Iran demi menjaga hubungan baik dengan AS.26
Sedangkan dalam “Respon AS Terhadap Program Teknologi Nuklir Iran
(2005-2010)” yang ditulis oleh Ragil Wibisono yang disusun untuk gelar Strata I
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta menjelaskan upaya Iran dalam
membuktikan program nuklir untuk kepentingan damai akibat mendapat tekanan dari
AS. Iran membuktikan nuklir yang disebut untuk kepentingan damai dengan
memberitahukan pada dunia mengenai aktifitas nuklir Iran di bawah pengawasan
IAEA serta penandatanganan perjanjian NPT mengenai larangan pengembangan
nuklir. Upaya ini tidak lantas membuat AS dan sekutunya percaya. AS menggunakan
kekuatan politiknya di berbagai kawasan seperti di Asia dan Eropa untuk tidak

26

Ibid., h. 43.

10

mendukung program nuklir Iran. AS juga mendesak DK PBB untuk memberikan
sanksi pada Iran karena tidak menghentikan program nuklirnya.27
Tindakan AS memaksa Iran untuk menghentikan program nuklir akhirnya
mengundang simpati dunia Internasional seperti Tiongkok, Rusia, Venezuela,
Nicaragua, Kuba, Bolivia serta Organisasi Konferensi Islam dan Gerakan Non Blok
mendukung pengembangan nuklir Iran.28 Rasa simpati dari dunia internasional
muncul karena menganggap tindakan AS tidak adil pada Iran. Organisasi dan negara
yang bersimpati pada nuklir Iran menganggap bahwa setiap negara memiliki hak
yang sama untuk mengembangkan nuklir untuk kepentingan damai. Hal ini sesuai
dengan pasal IV kerangka NPT dan Iran telah mematuhi aturan tersebut dengan
melaporkan perkembangan nuklir pada IAEA.29
AS menggunakan alasan nuklir untuk memojokkan Iran. Upaya ini dilakukan
untuk melindungi Israel di Timur Tengah karena merasa terancam dengan kemajuan
teknologi militer Iran.30 AS juga berusaha untuk mempertahankan pengaruhnya di
Timur Tengah dan kurang suka jika negara Muslim terutama Iran tidak berperilaku
sesuai dengan keinginannya. Israel juga meminta AS untuk menyerang Iran untuk
menghentikan nuklirnya. Namun AS tidak menanggapi permintaan tersebut karena

27

Wibisono, Ragil. Respon AS Terhadap Program Teknologi Nuklir Iran (2005-2010). Skripsi S1
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitad Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012, h. 86-96.
28
Ibid.
29
Ibid.
30
Ibid.

11

ingin menumbuhkan citra kembali setelah melakukan invansi ke Iraq dan
Afganistan.31
Dalam “Dukungan Tiongkok Terhadap Program Nuklir Iran (2006-2009)”
oleh Agung Nugroho Alumni Jurusan Hubungan Internasional FISIP Universitas
Riau membahas mengenai upaya Iran dalam mengembangkan nuklir mendapat
tekanan dari AS dan Eropa. Tiongkok dan Rusia menolak usulan AS dan Eropa untuk
memberi sansi bagi Iran. Tiongkok menolak sanksi Iran karena berpendapat akan
mengalami kesulitan dalam mencari sumber energi baru. Tiongkok juga
mempertimbangkan kerugian yang akan dialami jika Iran diembargo karena investasi
yang telah ditanam Tiongkok di Iran. Tiongkok berpendapat bahwa kerugian yang
akan ditanggung negara lebih besar dari pada tekanan yang diberikan oleh Barat.
Upaya Tiongkok mencari sumber-sumber energi menimbulkan kekhawatiran AS. Hal
ini dikarenakan Tiongkok mencari sumber energi dari negara-negara yang menentang
AS seperti Iran, Myanmar, Korea Utara, Pakistan, Angola, Zimbabwe, Sudan dan
negara-negara di Amerika Latin. AS khawatir upaya Tiongkok akan melahirkan
kekuatan baru di dunia.
Kebijakan luar negeri Tiongkok mendukung program nuklir Iran merupakan
upaya untuk mencapai kepentingan nasional. Tiongkok menjalin kerjasama dengan
Iran di bidang pengembangan nuklir sejak awal tahun 1990an. Tiongkok
menyediakan reaktor, melatih tenaga ahli Iran dan membantu dalam pengoperasian
reaktor nuklir. Melalui DK PBB, Tiongkok menolak sanksi sebagai cara penyelesaian
31

Ibid.

12

masalah nuklir Iran. Tiongkok mendukung program nuklir Iran namun tidak juga
oposisi terhadap Barat. Alasan Tiongkok mendukung program nuklir Iran hanyalah
untuk menjaga stabilitas ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang pesat di Tiongkok
memiliki pengaruh besar terhadap kebutuhan minyak dan gas. Tiongkok berusaha
mencari sumber-sumber energi yang tidak dapat dipenuhi negara untuk mendukung
laju pertumbuhan ekonomi.
Sedangkan dalam faktor penyebab Tiongkok menjalin kerjasama dengan Iran
di bidang pertahanan keamanan, penulis mencoba untuk menjelaskan faktor-faktor
yang menyebabkan Tiongkok menjalin hubungan kerjasama keamanan dengan Iran di
saat Iran sedang mendapat sanksi dari DK PBB karena program pengembangan
nuklir. Perbedaan dari penulisan ini dengan penulisan-penulisan sebelumnya terletak
pada pembahasan yang tidak memfokuskan pada pembahasan nuklir melainkan
hubungan kerjasama pertahanan keamanan Tiongkok dan Iran dengan memberikan
bentuk-bentuk kerjasama yang telah dilakukan.

I.5 Kerangka Teori
Motivasi Tiongkok menjalin hubungan kerjasama dengan Iran di bidang
pertahanan dan keamanan akan dianalisa dengan menggunakan teori aliansi dan teori
balance of power dalam konsep realis serta menggunakan konsep national interests.

13



National interests
Dalam Understanding Foreign Policy Decision Making (2010) Alex Mintz

menyebutkan bahwa kebijakan luar negeri suatu negara biasanya dipengaruhi oleh
kepentingan nasional. Pembentukan kerjasama dengan dunia internasional juga
biasanya merupakan upaya untuk mencapai kepentingan nasional.32
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok memberikan dampak yang besar bagi
teknologi dan industri. Hal ini mengakibatkan kebutuhan energi seperti minyak dan
gas juga meningkat. Iran adalah salah satu negara penyuplai minyak bagi Tiongkok.
Iran memasok hingga 11% dari total kebutuhan minyak Tiongkok.33 Kerjasama
antara Iran dan Tiongkok merupakan kerjasama yang dibentuk untuk mencapai
kepentingan kedua negara baik dalam bentuk politik dan ekonomi. Hubungan kedua
negara yang sempat terputus dan kembali terjalin dipengaruhi oleh faktor ekonomi.34


Aliansi
Menurut Alex Mintz dalam Understanding Foreign Policy Decision Making

(2010), salah satu kebijakan yang penting yang harus dilakukan oleh penguasa negara
adalah membentuk aliansi karena dianggap dapat menghindarkan terjadinya perang.
Aliansi militer menjadi hubungan yang paling banyak berpengaruh dalam negara

32

Mintz, Alex and Derouen, Karl. Understanding foreign policy decision making. (New York:
Cambridge University Press, 2010), h. 130-131.
33
Julie Jiang dan Jonathan Sinton. Overseas Investments by Chinese National Oil Companies. Diakses
dari www.iea.org/.../overseas_china.pdf, h. 6.
34
Marybeth Davis. Dkk. China-Iran: A Limited Partnership. Diakses dari
origin.www.uscc.gov/.../China-Iran--A%20Limited%20Partnership.pdf, h. 7-24.

14

karena dianggap dapat mengurangi ancaman masuk dalam negara. Hal ini terjadi
karena dengan pembentukan aliansi akan mendukung terjadinya arms races yang
digunakan untuk menjaga stabilitas negara dari ancaman negara lain. Dengan
pembentukan aliansi, kedua negara bisa bersepakat untuk menghadapi perang jika
salah satu negara mendapat serangan dari musuh. Namun pembentukan aliansi juga
bisa dilakukan tanpa kesepakatan berperang dalam menghadapi musuh. Pembentukan
aliansi juga dianggap sebagai cara untuk menciptakan balance of power.35
Hubungan kerjasama antara Iran dengan Tiongkok yang sudah dimulai pada
era 70an telah menimbulkan keadaan saling ketergantungan antara Tiongkok dan
Iran. Tiongkok tergantung pada minyak Iran sedangkan Iran tergantung pada
perlengkapan persenjataan Tiongkok. Hubungan antara Tiongkok dan Iran juga
sering disebut sebagai natural partner karena pada dasarnya hubungan kedua negara
terbentuk karena adanya saling ketergantungan. Hubungan antara Tiongkok dan Iran
sempat terhenti ketika Amerika Serikat menuduh program nuklir Iran untuk
kepentingan keamanan. Setiap negara yang memiliki hubungan dengan Iran diminta
untuk menghentikan hubungan khususnya bagi negara yang membantu program
nuklir Iran. Tiongkok sempat membatalkan kerjasama dengan Iran karena tekanan

35

Mintz, Alex and Derouen, Karl. Understanding foreign policy decision making. (New York:
Cambridge University Press, 2010), h. 126-127.

15

dari AS. Namun hubungan kembali berlanjut karena adanya perasaan saling
ketergantungan antara Tiongkok dan Iran.36


Balance of power
Balance of power menurut Kenneth Waltz dalam Theory of international

politics (1979) adalah upaya untuk menciptakan perdamaian karena adanya usaha
untuk menghindari dominasi kekuatan yang besar. Setiap negara akan melakukan
aliansi untuk melindungi diri dari pengaruh kekuatan asing atau untuk menghindari
kekalahan. Balance of power merupakan strategi yang digunak untuk meningkatkan
kemampuan militer untuk mengimbangi ancaman dari lawan.37
Balance of power pada dasarnya merupakan upaya suatau negara untuk
melindungi negaranya sendiri. Suatu negara yang merasa terancam dengan dominasi
kekuatan negara lain akan berusaha menjalin kerjasama dengan negara yang
merasakan hal sama dengan negaranya untuk mengimbangi kekuatan dominasi
tersebut. 38
Kerjasama antara Tiongkok dan Iran terjalin karena peningkatan pengaruh AS
di kawasan Asia dan Timur Tengah. Tiongkok dan Iran menjalin hubungan aliansi
untuk menghentikan pengaruh AS. Tiongkok dan Iran menyatakan keinginan untuk

36

Marybeth Davis. Dkk. China-Iran: A Limited Partnership. Diakses dari
origin.www.uscc.gov/.../China-Iran--A%20Limited%20Partnership.pdf, h. 7-24.
37
Kenneth N. Waltz. Theory of International Politics. (Berkeley: Addison-Welesy Publishing Company,
1979), h.103-128.
38
Ibid.

16

menjalin kerjasama dalam perdagangan seperti gas, industri minyak, sektor
petrokimia serta infrastruktur untuk membangun jaringan pipa gas. Tiongkok akan
memberikan dukungan terhadap Iran dengan memberikan bantuan teknologi
persenjataan dan di pihak lain Iran akan menyuplai minyak ke Tiongkok.39
I.6 Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian
kualitatif yang menjelaskan tentang kajian yang bersifat sebab-akibat. Jenis penelitian
ini sesuai dengan tujuan peneliti yang dibatasi oleh rentang waktu dalam
menggambarkan permasalahan terkait dengan isu kerjasama pertahanan keamanan
antara Tiongkok dan Iran. Penulis akan mencoba menjelaskan tindakan Tiongkok
menjalin hubungan kerjasama di bidang pertahanan keamanan dengan Iran yang
dianggap dapat mengancam keamanan Tiongkok sendiri karena Iran yang sedang
memiliki masalah dengan dunia internasional.
Jenis data yang penulis gunakan dalam tekhnik pengumpulan data adalah jenis
data sekunder yang diperoleh dari buku-buku literature maupun situs internet yang
berkaitan dengan masalah yang dibahas dan menggunakan teknik library research
dengan mencari buku-buku, surat kabar, website serta berbagai sumber informasi
yang dapat mendukung dalam meneliti permasalahan yang diangkat dan digabung
untuk menganalisis masalah.

39

Marybeth Davis. Dkk. China-Iran: A Limited Partnership. Diakses dari origin.www.uscc.gov/.../ChinaIran--A%20Limited%20Partnership.pdf, h. 7-24.

17

Jenis data yang akan digunakan adalah data teoritis, yakni data yang diperoleh
dari berbagai sumber dan literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan
diteliti sedangkan data yang dikumpulkan bersifat kualitatif yang selanjutnya akan
dianalisis dan dijawab berdasarkan fenomena-fenomena dan data yang diperoleh.

I.7 Sistematika Penulisan
Dalam Bab I, membahas mengenai pendahuluan dengan menguraikan latar belakang
masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Dalam latar belakang masalah akan dijelaskan mengenai masalah yang dihadapi oleh
Iran serta tanggapan Tiongkok terhadap masalah tersebut. Tiongkok memberikan
dukungan pada Iran walaupun dunia internasional berusaha untuk menjatuhkan sanksi
pada Iran. Tiongkok muncul sebagai negara yang melindungi Iran di DK PBB
walaupun tidak semua sanksi yang dijatuhkan pada Iran ditolak Tiongkok.

Dalam Bab II, membahas mengenai politik luar negeri dan kekuatan militer
Tiongkok. Politik luar negeri berpengaruh pada kepentingan energi. Pertumbuhan
teknologi dan industri membuat Tiongkok harus mencari sumber energi dari luar
negara karena negara dianggap tidak dapat memenuhi kebutuhan domestik. Politik
luar negeri Tiongkok menggambarkan bahwa Tiongkok lebih mementingkan
keamanan energi daripada ideologi. Politik luar negeri Tiongkok juga mendorong
Tiongkok untuk melakukan modernisasi pertahanan.
18

Dalam modernisasi militer dijelaskan upaya Tiongkok dalam meningkatkan
kemampuan pertahanan. Tiongkok mulai mengganti senjata militer yang dianggap
sudah tua dengan senjata yang lebih canggih dan modern. Kekuatan laut dan udara
menjadi prioritas utama karena Tiongkok menganggap dua kekuatan tersebut akan
mengurangi fungsi kekuatan darat. Modernisasi militer dilakukan untuk menjaga
pertumbuhan ekonomi Tiongkok.

Dalam Bab III, membahas mengenai kondisi Iran yang sedang berada dalam tekanan
dunia internasional dan membahas mengenai kekuatan pertahanan militer Iran. Nuklir
Iran menjadi penyebab munculnya berbagai konflik. Embargo menjadi masalah yang
harus diterima karena nuklir.
Garda revolusi menjadi angkatan bersenjata yang paling berpengaruh bagi kekuatan
militer Iran. Pertahanan militer Iran mengalami modernisasi dengan penggantian
senjata yang sudah tua. Modernisasi militer dilakukan untuk mempertahankan
kedaulatan negara.

Dalam Bab IV, membahas mengenai faktor penyebab Tiongkok menjalin kerjasama
dengan Iran di bidang pertahanan keamanan dan membahas mengenai kerjasama
yang dilakukan. Pengaruh Iran bagi Tiongkok menjadi alasan Tiongkok untuk
menjaga hubungan dengan Iran walaupun Iran sedang berada dalam tekanan dunia
internasional. Pengaruh Iran bagi Tiongkok bisa berbentuk politik, ekonomi dan
sebagainya. Peranan Iran memberi pengaruh bagi politik luar negeri Tiongkok
19

sehingga berusaha untuk tetap membela Iran di DK PBB. Kerjasama Tiongkok dan
Iran di bidang pertahanan keamanan dilihat dari penjualan senjata, pembelian lisensi
senjata hingga pelatihan pengembangan nuklir.

Dalam Bab V, membahas mengenai kesimpulan dari seluruh pembahasan dalam
penelitian. Isi dari pembahasan adalah menjawab pertanyaan mengenai faktor
penyebab Tiongkok melakukan kerjasama dengan Iran yang sedang dalam tekanan
internasional.

20

BAB II
KEKUATAN PERTAHANAN KEAMANAN TIONGKOK
Dalam Bab ini akan dijelaskan mengenai pertahanan militer Tiongkok dan
politik luar negeri Tiongkok. Dalam politik luar negeri Tiongkok akan dibahas
mengenai kebutuhan energi sehingga Tiongkok menolak usulan AS untuk
mengembargo energi Iran di DK PBB. Sedangkan dalam pertahanan militer
Tiongkok akan dibahas mengenai modernisasi militer dan persenjataan militer
Tiongkok yang menimbulkan kekhawatiran bagi dunia internasional.
II.1 Politik Luar Negeri Tiongkok
Politik luar negeri adalah upaya suatu negara untuk menjalin kerjasama
dengan negara lain. Politik luar negeri bertujuan untuk mencapai kepentingan
nasional. Untuk mencapai kepentingan nasional, negara-negara maju yang memiliki
industri dan teknologi modern akan menjalin hubungan kerjasama dengan negaranegara berkembang.40 Hal ini disebabkan oleh sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui banyak diperoleh dari negara berkembang sedangkan negara tersebut
tidak bisa mengolah sumber daya alamnya. Kelemahan negara berkembang untuk
mengolah sumber daya alamnya menjadi sebuah peluang besar bagi negara maju di

40

http://www.academia.edu/8471042/PENGERTIAN_HUBUNGAN_INTERNASIONAL_POLITIK_INTERN
ASIONAL_DAN_POLITIK_LUAR_NEGERI

21

bidang teknologi dan industri untuk memenuhi kebutuhan energi sehingga negara
maju memilih untuk menjalin kerjasama dengan negara berkembang.41
Tiongkok menjadi salah satu negara dengan industri dan teknologi modern
yang melakukan kerjasama dengan negara berkembang untuk memenuhi suplai
energi. Tiongkok berupaya untuk terus meningkatkan kekuatan negara sesuai dengan
tiga prinsip politik luar negeri yang pertama Tiongkok berupaya untuk meningkatkan
kekuatan militer, ekonomi dan politik untuk menjadi salah satu negara yang kuat di
dunia. Kedua, Tiongkok merupakan negara yang menjadi korban kekerasan negara
lain termasuk Barat dan Jepang sehingga menimbulkan rasa takut yang besar bagi
Tiongkok. Ketiga, negara lemah akan menjadi sarang kejahatan dari negara yang kuat
sehingga negara lemah tersebut harus membatasi ruang geraknya akibat adanya
dominasi dari negara kuat.42
Tiongkok menjadi salah satu negara yang kuat sekarang. Aktif di dunia
internasional menjadi salah satu contoh keberhasilan Tiongkok dalam meningkatkan
kekuatan negara. Hal tersebut menggambarkan Tiongkok menjadi salah satu negara
yang dipandang di dunia internasional. Untuk menjaga eksistensi negara, Tiongkok
berupaya meningkatkan kekuatan ekonomi, militer dan politik negaranya. Tiongkok
juga berusaha menjalin kerjasama dengan negara-negara yang berusaha menghambat
41

Peter Mackenzie. A Closer Look at China-Iran Relations. http://www.cna.org/research/2010/closerlook-china-iran-relations., h. 4-5. Diakses pada 21/11/2014.
42
Evan S. Medeiros. Chi a’s I ter atio al Beha iour: A ti is , Opportu is , a d Di ersifi atio .
www.rand.org/content/dam/rand/pubs/monographs/.../RAND_MG850, h. 18. Diakses pada
3/11/2014.

22

pertumbuhan kekuatan negaranya karena menurut Tiongkok, menjalin kerjasama
dengan musuh lebih baik daripada menantangnya.43
Potensi ekonomi serta modernisasi militer dapat mendukung upaya Tiongkok
dalam mengejar kepentingan nasional. Kebijakan Tiongkok menjalin kerjasama
dengan Iran yang sedang dalam tekanan internasional merupakan cara untuk
mengejar kepentingan ekonomi dan keamanan di kawasan Timur Tengah. Keputusan
negara-negara seperti AS dan Uni Eropa menghentikan kerjasama dengan Iran
menjadi sebuah peluang besar bagi Tiongkok untuk mengejar kepentingan nasional.44
Tiongkok menjadi salah satu negara yang memiliki hak veto di DK PBB. Hal
ini menjadi salah satu pertimbangan bagi negara lain untuk menjalin kerjasama
dengan Tiongkok khususnya Iran. Keputusan Tiongkok menjalin kerjasama dengan
Iran menjadi alat bagi Iran untuk menjaga keutuhan negara di DK PBB.45 Hal ini
sesuai dengan kebijakan Tiongkok yang akan terus mendukung negara aliansinya di
DK PBB untuk menjaga kepentingan nasional. Selain itu, Iran juga menganggap
politik luar negeri Tiongkok yang bersifat anti hegemoni menjadi alasan Iran bersedia
bekerjasama dengan Tiongkok.46

43

Ibid., 17-21.
Scott Harold dan Alireza Nader. China and Iran Economic, Political, and Military Relations.
http://www.rand.org/pubs/occasional_papers/OP351.html., h. 8-10. Diakses pada 22/10/2014.
45
Marybeth Davis. Dkk. China-Iran: A Limited Partnership. Diakses dari
origin.www.uscc.gov/.../China-Iran--A%20Limited%20Partnership.pdf., h. 43.
46
Ibid, h. 7.
44

23

Pertumbuhan industri dan teknologi yang pesat membuat kebutuhan energi
Tiongkok semakin bertambah sedangkan sumber energi negara dianggap tidak bisa
memenuhi kebutuhan. Tiongkok mulai mencari negara-negara penghasil minyak dan
gas di dunia untuk memenuhi kebutuhan energi karena terjadi peningkatan kebutuhan
energi setiap tahun. Negara-negara yang menjadi penyuplai energi bagi Tiongkok
selain Iran adalah Kazakhstan, Rusia, Venezuela, Sudan, Angola, Kuwait, Iraq,
Oman, Arab Saudi, Myanmar dan sebagainya.47
Tabel II.1 Impor Minyak Tiongkok
Tahun

Total

2007

3872.7 kb/d

2008

3982.6 kb/d

2009

4245.7 kb/d

2010

4,7 mb/d

2011

5 mb/d

2012

5,7 mb/d

Sumber: Overseas Investments by Chinese National Oil Companies.
Keterangan: kb/d: thousand barrels per day.
mb/d: million barrels per day.

Lebih dari 50 persen kebutuhan minyak Tiongkok diimpor dari Timur
Tengah.48 Arab Saudi menjadi negara penyuplai minyak terbesar bagi Tiongkok.

47

Julie Jiang dan Jonathan Sinton. Overseas Investments by Chinese National Oil Companies. Diakses
dari www.iea.org/.../overseas_china.pdf., h. 11.
48
Ibid., h. 6.

24

Total minyak yang diimpor dari Arab Saudi pada tahun 2011 mencapai 20%
kemudian Angola sebanyak 12%, Iran 11%, Oman 7% Iraq 5%, Sudan 5%. Untuk
memenuhi kepentingan nasional, Tiongkok lebih mengutamakan keamanan energi
daripada ideologi. Tiongkok berupaya menjalin hubungan baik dengan negara-negara
di kawasan Timur Tengah karena masalah keaman energi merupakan isu yang
penting bagi pertumbuhan kekuatan ekonomi, politik dan militer Tiongkok.49
Program modernisasi pertahanan adalah salah satu strategi Tiongkok untuk
mencapai kepentingan nasional. Modernisasi pertahanan dianggap penting untuk
melindungi kedaulatan negara. Modernisasi pertahanan Tiongkok dilakukan bukan
untuk menyaingi pengaruh AS di dunia melainkan hanya untuk menjaga kepentingan
nasional Tiongkok.50

II.2. Kekuatan Pertahanan Militer Tiongkok

Peningkatan ekonomi Tiongkok memberikan dampak positif bagi modernisasi
militer. Tiongkok berusaha memodernisasi militer karena menganggap bahwa
pertumbuhan ekonomi bisa dijaga oleh kekuatan militer.51 Setiap tahun anggaran
militer semakin meningkat sehingga menimbulkan perkembangan yang pesat dalam
Evan S. Medeiros. Chi a’s I ter ational Behaviour: Activism, Opportunism, and Diversification.
www.rand.org/content/dam/rand/pubs/monographs/.../RAND_MG850., h. 20-21. Diakses pada
3/11/2014.
50
Japan White Paper 2014. http://www.mod.go.jp/e/publ/w_paper/pdf/2014/DOJ2014_1-13_web_1031.pdf., h. 31. Diakse pada 4/11/2014.
51
China White Paper on National Defense 2008.
www.china.org.cn/english/features/book/194421.htm., h. 7. Diakses pada 23/5/2014.
49

25

melakukan modernisasi militer. Pada tahun 2005, Tiongkok mengeluarkan anggaran
militer sekitar 29,9 miliyar dollar. Tahun 2006 anggaran militer menjadi 35 milyar
dollar, 2007 meningkat menjadi 45 milyar dollar, 2008 menjadi 57 milyar dollar,
2009 menjadi 70 milyar dollar dan pada tahun 2012 anggaran militer Tiongkok
mencapai sekitar 106 milyar dollar.52 Peningkatan anggaran militer diupayakan untuk
menyesuaikan kebutuhan militer dengan harga yang terus meningkat setiap tahun.
Peningkatan anggaran militer tidak hanya digunakan untuk belanja perlengkapan,
tetapi juga dalam masa latihan hingga waktu untuk beroperasi dalam perang.53
Dalam dokumen pertahanan Tiongkok, China’s White Paper on National
Defense (2008) disebutkan sejak 1979 Tiongkok sudah mulai membangun kekuatan
militer yang diupayakan setara dengan kekuatan ekonomi. Pertahanan militer
dianggap sebagai jalan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi sehingga pertumbuhan
ekonomi dan militer harus berbanding lurus.
People’s Liberation Army (PLA) adalah angkatan bersenjata Tiongkok yang
terbentuk pada 1 Agustus 1927.54 Pasukan ini memiliki peran yang penting dalam
melindungi kepentingan nasional Tiongkok. PLA dibagi dalam pasukan Angkatan
Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara dan ditambah dengan Angkatan Artileri
Kedua yang bertugas secara khusus pada masalah persenjataan nuklir yang terbentuk

52

http://www.globalsecurity.org/military/world/china/budget.htm. Diakses pada 3/11/2014.
Ibid.
54
China White Paper on National Defense 2008.
www.china.org.cn/english/features/book/194421.htm., h. 20. Diakses pada 23/5/2014.
53

26

secara resmi pada Juni 1966. Semua pasukan bersenjata Tiongkok berada di bawah
kendali Central Military Commission (CMC).55
Dalam China's National Defense (2008) disebutkan bahwa strategi angkatan
bersenjata Tiongkok diutamakan pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Setelah mengalami modernisasi, Tiongkok berpendapat bahwa jumlah angkatan
bersenjata tidak menjadi patokan kekuatan militer. Angkatan bersenjata Tiongkok
diwajibkan mampu menggunakan teknologi yang modern sehingga perekrutan calon
angkatan bersenjata lebih diutamakan pada orang-orang yang berpendidikan. Untuk
memenuhi persyaratan tersebut pemerintah Tiongkok memberikan beasiswa bagi
calon PLA untuk sekolah di berbagai universitas demi mendapatkan hasil angkatan
yang ahli dalam bidang teknologi dan informasi.
Tiongkok melakukan modernisasi militer untuk menjaga kedaulatan negara,
menjaga keamanan dan keutuhan negara, menjaga keamanan negara di luar angkasa,
serta meningkatkan perdamaian dalam negara. Hal ini sesuai dengan buku pertahanan
Tiongkok “China Defence White Paper 2013.” Tiongkok menerapkan strategi
defence untuk militer yakni tidak akan menyerang satu negara jika negara tersebut
tidak lebih dulu menyerang. Militer Tiongkok juga tidak difokuskan pada masalah
perang. Pasukan ini juga digunakan untuk misi perdamaian dunia seperti untuk

55

Ibid., h. 18.

27

memerangi terorisme menolong korban bencana alam, serta dikhususkan untuk
menjaga pertumbuhan ekonomi negara.56
Potensi militer Tiongkok lebih difokuskan pada pengembangan Angkatan
Laut dan Angkatan Udara. Tiongkok menganggap bahwa kekuatan udara serta
serangan jarak jauh dapat mengurangi peranan kekuatan Angkatan Darat. Angkatan
Darat dimodernisasi dengan pengembangan sistem komunikasi karena menurut
Tiongkok keunggulan dalam informasi dapat memberikan dampak yang positif untuk
menjaga keamanan negara. Angkatan Laut dimodernisasi dengan penggantian
persenjataan yang sudah tua. Angkatan Laut diwajibkan mampu menggunakan
senjata

konvensional

dan

nuklir.

Angkatan

Udara

Tiongkok

melakukan

pengembangan kekuatan dengan upaya penggantian pesawat-pesawat tua yang sudah
digunakan sejak tahun 1950 atau era tahun 60an. Angkatan artileri kedua menjadi
angkatan yang bertugas dalam menangani senjata nuklir.57
Dalam China’s military modernization (2008), C. Fred Bergsten menyebutkan
Tiongkok melakukan modernisasi militer dengan pengadaan persenjataan modern dan
meningkatan teknologi militer. Hal ini dilakukan sebagai bentuk persiapan Tiongkok
dalam menjaga pertahanan dalam dunia internasional. Dalam pengadaan persenjataan
modern, Tiongkok berusaha menjalin hubungan perdagangan senjata dengan Rusia
seperti membeli pesawat tempur jenis Sukhoi tipe Su-27 dan Su-30, kapal selam jenis
56

China Defence White Paper 2013.
http://www.nti.org/media/pdfs/China_Defense_White_Paper_2013.pdf., h. 31-32. Diakses pada
4/11/2014.
57
China White Paper on National Defense 2008.
www.china.org.cn/english/features/book/194421.htm., h. 20. Diakses pada 23/5/2014., h. 20-31.

28

Sovremenyy yang memiliki peluru kendali anti-kapal, serta peluru kendali lintas
benua. Tiongkok berupaya memproduksi persenjataan konvensional dalam negeri
seperti kapal selam dan pesawat tempur tipe J-10. Tiongkok juga berupaya
memproduksi peluru kendali, meningkatkan peralatan komunikasi khususnya C4ISR,
serta meningkatkan kemampuan nuklir dan meningkatkan kemampuan di luar
angkasa. Tiongkok mulai menciptakan profesionalisme dalam angkatan militer yang
diharapkan mampu menggunakan teknologi yang modern. Tiongkok melakukan
seleksi yang ketat dalam merekrut personil militer karena negara mulai
mempersiapkan pertempuran dengan teknologi yang lebih canggih. Tiongkok juga
melakukan operasi militer gabungan untuk memperkuat pertahanan maritim, udara,
serta dunia maya dan memfokuskan peninjauan pada kelemahan lawan dan
menempatkan kekuatan militer pada posisi tersebut.
Tiongkok berusaha meningkatkan kemampuan intercontinental balistic
missile (ICBM), intermediate-range ballistic missile (IRBM) atau medium-range
ballistic missile (MRBM) dan short-range ballistic missile (SRBM) untuk
memberikan ancaman bagi negara lain jika hendak menyerang Tiongkok. Tiongkok
juga aktif dalam melakukan pembangunan kapal induk, pesawat tempur yang tidak
terlacak radar dan rudal yang mampu menembak jatuh satelit serta pembangunan
kapal selam.58 Program pengembangan Command, Control, Communications,
Computers, Intelligence, Surveillance and Reconnaissance (C4ISR) menjadi salah

58

www.bbc.co.uk/indonesia/mobile/dunia/2012/03/120304_cina_militer.shtml Diakses pada
14/5/2014.

29

satu fokus PLA untuk memperkuat pertahanan.59 C4ISR adalah sumber informasi
dalam menjaga situasi agar pemerintah dapat mengambil kebijakan yang sesuai
dengan keadaan yang dialami negaranya.60
Kemampuan Tiongkok menggunakan teknologi yang canggih dianggap
sebagai keberhasilan dalam melakukan modernisasi militer. Teknolog