Kepentingan India dalam kerjasama pertahanan dengan Tiongkok pada tahun 2013 terkait persoalan di perbatasan

(1)

KEPENTINGAN INDIA DALAM KERJASAMA PERTAHANAN

DENGAN TIONGKOK PADA TAHUN 2013 TERKAIT PERSOALAN DI

PERBATASAN

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial ( S.Sos)

Disusun oleh : Uum Humairoh

1110113000072

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Nama : Uum Humairoh

NIM : 1110113000072

Kepentingan India dalam Kerjasama Pertahanan dengan Tiongkok pada tahun 2013 Terkait Persoalan di Perbatasan

Penelitian ini berisi tentang analisa kepentingan India dalam kerjasama pertahanan dengan Tiongkok pada tahun 2013 terkait persoalan di perbatasan. Analisa kepentingan dengan melihat artikel atau pasal yang terdapat dalam perjanjian kerjasama India dan Tiongkok pada tahun 2013. Penulisan penelitian ini menggunakan studi pustaka dari berbagai sumber dan media. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah kualitatif analisis deskriptif.

Kepentingan India dalam kerjasama pertahanan dengan Tiongkok pada tahun 2013 terkait persoalan di perbatasan adalah demi mencapai keamanan di perbatasan dan mengatasi persoalan penyelundupan atau smuggling. Analisa kepentingan ini menggunakan kerangka pemikiran dari berbagai konsep, yakni konsep keamanan, kepentingan nasional dan kerjasama keamanan.

Keyword : Kepentingan nasional, kerjasama pertahanan, perbatasan, India dan Tiongkok.


(6)

KATA PENGANTAR Assalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Allhamdulillahi rabbilalamin

Segala puji bagi Allah SWT penulis panjatkan dan segala rahmat penulis ucapkan karena telah diberi kelancaran dalam penulisan skripsi yang berjudul Kepentingan India dalam Kerjasama Pertahanan dengan Tiongkok 2013 Terkait Persoalan di Perbatasan.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengalami berbagai proses yang harus dihadapi demi kelancaran penulisan ini. Namun, kelancaran proses ini tak lepas dari dukungan dan bantuan keluarga dan para sahabat dan para dosen yang senantiasa menemani hingga penulis mampu melewati berbagai kendala dan hambatan. Untuk itu, dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu, yakni :

1. Kedua orang tua penulis yakni ayahanda Alm Agus Salim yang saat ini telah berada disamping Allah SWT dan ibunda Samaah yang telah memberikan segala bentuk dukungan. Serta kepada keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

2. Bapak Teguh Santosa selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan dukungan, bimbingan dan arahan selama proses penulisan skripsi.


(7)

3. Ibu Debbie selaku ketua jurusan hubungan internasional dan dosen di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik yang telah memberikan pengalaman dan ilmu serta kemudahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Teman hidup selama masa perkuliahan yakni Heni Lupita Sari, Fauziah Hayatunnufus, Zathira Meca, Meri Silvita, Aji Nadia, Tiara Wenti, Ulfah Fauziah, Disa Fajria dan Meylia yang selalu memberi semangat.

5. Sahabat dekat penulis yakni Khalilah Mukarramah, Rifkah Nurulita, Sri Windy Rizki, Siskawati, Dede Rifaatul Mahmudah, Dwi Meli, dan Rizka Dhiany. Senantiasa menemani dan mendukung dalam suka maupun duka. 6. Sahabat perkumpulan penulis yakni Dessy Iryanti, Yuni Budiawati, Saman

al Yamani, Bella Handayanti, Herri Heryanto, Albert Ferdinan, Kamil, Fiki dan Fajar Fuadi yang selalu mendukung dan menghibur penulis. 7. Sahabat HI B yakni Fini Rubianti, Fahmi Ramadani, Asri Kusumastuti,

Shofia Nida, Rahmi Kamilah yang senantiasa memberikan masukan dalam pembuatan skripsi.

8. Kepada sahabat dan pihak lain yang tidak disebutkan namanya satu persatau. Penulis mengucapkan banyak terima lasih atas dukungan dan dorongan sehingga mampu menyelesaikan penulisan ini.

Tangerang, 22 September 2014


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………...v

KATA PENGANTAR ………..vi

DAFTAR ISI ………viii

DAFTAR TABEL ………..xi

DAFTAR SINGKATAN ……….xii

DAFTAR LAMPIRAN ………xiii

BAB I PENDAHULUAN ………...1

A. Latar Belakang Masalah ………...1

B. Pertanyaan Penelitian ………..…9

C. Tujuan Penelitian ……….10

D. Manfaat penelitian ……….11

E. Kerangka Pemikiran ……….18

F. Metode Penelitian ……….24

G. Sistematika Penulisan……….25

BAB II DINAMIKA HUBUNGAN INDIA DAN TIONGKOK ……….28

A. Hubungan Sebelum Konflik Perbatsan tahun 1962 ……….30

B. Konflik India dan Tiongkok tahun 1962 ……….…32

C. Permasalahan Penyelundupan /Smuggling ……….……48

D. Permasalahan Terorisme ……….………50

E. Permasalahan Perompak ……….53

BAB III KERJASAMA PERTAHANAN INDIA DAN TIONGKOK PADA TAHUN 2013 ……….56


(9)

A. Rangkaian Pertemuan dan Perjanjian ……….56

B. Capaian Keamanan Terkait Persoalan Perbatasan Hingga Tahun 2012...63

C. Perjanjian Pertahanan India dan Tiongkok pada tahun 2013 Terkait Persoalan di Perbatasan ……….66

BAB IV ANALISIS KEPENTINGAN INDIA DALAM KERJASAMA PERTAHANAN DENGAN TIONGKOK PADA TAHUN 2013 TERKAIT PERSOALAN DI PERBATASAN ……….70

A. Kepentingan Keamanan dan Perdamaian di Perbatasan ……….71

B. Kepentingan untuk Mengatasi Penyelundupan/Smuggling ……….78

C. Kepentingan untuk Mengatasi Terorisme ………...…..84

D. Kepentingan untuk Mengatasi Perompak /Piracy ………..87

BAB V KESIMPULAN ………90 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR GAMBAR


(11)

DAFTAR TABEL


(12)

DAFTAR SINGKATAN

BDCA Border Defense Agreement

CBM Confidence Building Measure

JWG Joint Working Group

LAC Line Actual Control

PLA People Liberation Army


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Agreement on the Maintenance of Peace along the Line of Actual Control in the India-China Border


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

India dan Tiongkok adalah dua negara tempat Asia Selatan Asia Timur bertemu di sepanjang Pegunungan Himalaya. Kedua negara ini memulai hubungan diplomatik pada 30 Desember 1949 yang ditandai dengan pengakuan India yang pada masa itu dibawah kepemimpinan Jawaharlal Nehru, terhadap pemerintahan Republik Rakyat Tiongkok. Pengakuan ini menempatkan India sebagai negara non-sosialis pertama yang menjalin hubungan diplomatik denganTiongkok.1Perbedaan mendasar sistem politik Tiongkok yang sentralistis dan sosialis dengan sistem politik India yang demokratis tidak menjadi penghalang bagi keduanya untuk saling berhubungan.

Namun demikian, India dan Tiongkok masih memiliki sejumlah persoalan bilateral, termasuk konflik di kawasan perbatasan. Bagaimanapun juga, batas yang jelas dengan negeri tetangga penting bagi setiap negara berdaulat. Persoalan di kawasan perbatasan yang masih belum tuntas hingga mendorong India dan Tiongkok menjalin kerjasama di perbatasan termasuk dalam bidang pertahanan.

Dinamika hubungan India dan Tiongkok dirangkum dalam empat fase yang dimulai sejak tahun 1949 hingga saat ini. Fase pertama adalah pada rentang

1

Zhang Li,China-India Relations: Strategic Engagement and Challenges,(Tiongkok: Center for Asian Studies, Sichuan University, 2010) Hal 10. Beberapa sumber lain menyebutkan India adalah negara kedua setelah Burma yang mengakui Tiongkok.


(15)

waktu 1950 hingga 1960. Pada tahun 1949 India melakukan pengakuan terhadap RRC atau saat ini disebut Tiongkok namun kedua negara melakukan hubungan kerjasama pada tahun 1950 an. Pada fase ini keduanya memiliki hubungan yang baik hingga memunculkan istilahHindi-Chini Bhai-Bhaiatau India dan Tiongkok yang Bersaudara. Sikap saling mempercayai dan memahami di antara kedua negara berkembang pada saat itu dan didasarkan pada lima prinsip atauPancsheel yang berasal dari perjanjian pembukaan hubungan dagang antara Tiongkok yang melingkupi wilayah Tibet dengan India. Perjanjian tersebut ditandatangani Dutabesar India Nedyam Raghavan dan Wakil Menteri Luar Negeri Tiongkok Chang Han Fu pada 29 April 1954 di Beijing. Kelima prinsip itu adalah sikap saling menghormati integritas wilayah dan kedaulatan masing-masing negara, tidak saling menyerang, tidak saling ikut mencampuri terhadap urusan dalam negeri, mengembangkan kerjasama yang saling menguntungkan, serta hidup berdampingan secara damai.2

Fase kedua adalah tahun 1960 hingga tahun 1962. Pada Fase ini mulai muncul persoalan perbatasan yang disebabkan keduanya memiliki perspektif yang berbeda mengenai batas negara.Puncak dari fase ini adalah konflik bersenjata selama 31 hari yang terjadi pada Oktober hingga November 1962. Konflik berakhir setelah Tiongkok secara sepihak menghentikan serangan. Fase selanjutnya dari 1962 hingga 1980. Ketegangan di antara kedua negara menurun, namun, masih dipenuhi rasa saling curiga terkait persoalan perbatasan. Kemudian,

2

Vishaka Sharma dan A.K.Ghildial, Relevance of Five Principles of Peaceful Coexistence (Panchsheel) in Post Cold War Era,Asian Journal of Multidisciplinary Studies 2 (Mei 2014) Hal 60


(16)

hubungan baik muncul kembali menyusul perpecahan Uni Soviet pada tahun 1991. Pembubaran Uni Soviet ini mengurangi pengaruh kubu komunis di Tiongkok. Pada fase ini hubungan perdagangan dan ekonomi secara umum kedua negara meningkat hingga tahun 2000.3

Kedua negara ini masing-masing memiliki pandangan yang berbeda untuk garis perbatasan India dan Tiongkok. Tiongkok mengklaim bahwa tidak ada batas yang jelas disepanjang bukit Himalaya. Dengan begitu dibutuhkan garis batas yang jelas untuk memisahkan India dan Tiongkok. Sedangkan India mengklaim bahwa sudah adanya garis perbatasan yang jelas yang ditentukan sejak pemerintahan Inggris di India.4

India merdeka dari Inggris tahun 1947, dengan begitu Inggris memberikan warisan yang salah satunya adalah mengenai warisan teritorial. Isi warisan territorial itu adalah Garis McMahon5 sebagai garis perbatasan antara India dan Tiongkok. Tiongkok menolak batas tersebut, dengan alasan bahwa yang menandatangani adalah Tibet dan Inggris sedangkan Tiongkok tidak ikut serta dalam pembuatan kesepakatan tersebut.6 Sejak saat itu keduanya menggunakan dasar masing-masing untuk mempertahankan klaim masing-masing.

3

Vishaka Sharma dan A.K.Ghildial, Relevance of Five Principles of Peaceful Coexistence (Panchsheel) in Post Cold War Era,Asian Journal of Multidisciplinary Studies 2 (Mei 2014) :61

4

Zhang Li,Tiongkok India Relations : Strategic Engagement and Challenges.Hal 77.

5

Garis ini berada di antara India dan Tiongkok bagian timur, garis ini berada terluar wilayah Aksai Chin yang mengarah ke Tiongkok.

6

Aldo Abitbol D,Causes Of The 1962 Sino-Indian War: A Systems Level Appraoch(University

of Denver) Hal 76. Diunduh 07 Maret 2014..


(17)

Konflik antara India dan Tiongkok pecah tahun 1962.7 Konflik ini memperebutkan tiga wilayah, yakni wilayah bagian timur, tengah dan barat. Pada wilayah bagian timur meliputi garis McMahon yang membentang dari jalur atau garis penghubung antara India, Tiongkok dan Butan. Wilayah tersebut saat ini disebut Arunachal Pradesh. Sedangkan untuk Bagian Barat dimulai dari Karakoram di Utara ke jalur Administrasi Tibet Ngari, La Dwags dan Himachal Pradesh.8(gambar 1)

Berbagai upaya dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan ini. Hingga tahun 2013 pun upaya tetap dilakukan, hal ini terjadi karena kedua negara menginginkan hubungan yang lebih erat tdalam bidang keamanan di perbatasan serta masih munculnya persoalan di perbatasan.

7

Konflik ini terjadi antara India dan Tiongkok pada Oktober 1962, terjadi selama 31 hari dan konflik dimenangkan Tiongkok.

8

Hongzhou Zhang dan Mingjiang Li, Sino‐Indian Border Disputes, (Singapore: Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University). Hal 2.Diunduh 07 Maret 2014 (http://www.ispionline.it/sites/default/files/pubblicazioni/analysis_181_2013.pdf)


(18)

Gambar 1 Wilayah Konflik India dan Tiongkok

Sumber :www.heritage.org

Penyelesaian permasalahan diawali pada Desember 1988, dimana PM India Rajiv Gandhi mengunjungi Tiongkok. India mengajak Tiongkok untuk membentuk JWG atauJoint Working Groupdan ini menjadi kerangka dasar untuk melakukan kerjasama pertahanan dan keamanan di perbatasan kedua negara. Selama pertemuan berlangsung, keduanya menyepakati pertukaran pengembangan akademik, militer, ilmu pengetahuan dan teknologi. Selanjutnya, Menteri Pertahanan India Sharad Pawar mengunjungi Tiongkok pada Juli 1992 yang mengawali untuk melakukan hubungan dalam bidang militer. Selain itu, kunjungan ini pun menghasilkan dilakukannya Perjanjian untuk Memelihara


(19)

Perdamaian dan Keamanan di sepanjang Garis Kontrol Aktual atau LAC yang ditandatangani pada 7 September 1993 .9

Kemudian dibuat pula kerangka CBM atau Confidence Building Measures pada 29 November 1996 untuk menyatakan dan menegaskan kembali perjanjian yang di buat pada tahun 1993. Implementasi dan pelaksanaan CBM dalam penerapan disepanjang LAC ini, maka dibentuk dalam bentuk protokol. Protokol ini dilaksanakan setelah kunjungan PM Tiongkok Wen Jiabao ke India pada April 2005 dan menandatangani pada 11 April 2005. Dalam protokol ini diuraikan ketentuan yang harus dilakukan untuk implementasi CBM yang ditandatangani pada 1996. Hal ini semakin menjelaskan komitmen keduanya untuk meningkatkan hubungan alam bidang pertahanan dan keamanan.

Dalam kesepakatan CBM ini keduanya menyepakati untuk membatasi penggunaan peralatan militer seperti tank, kendaraan militer, senjata-senjata dengan standar tinggi, penggunaan misil darat, misil udara dan sistem persenjataan lain. Kemudian keduanya melakukan pertukaran data dan informasi dalam bidang pertahanan untuk mengurangi dan melindungi wilayah atau zona pengawasan di sepanjang perbatasan India dan Tiongkok.10

Pertemuan selanjutnya dilakukan dalam rangka kewajiban untuk menjalin hubungan secara berlanjut semenjak perjanjian sebelumnya disepakati. Kunjungan ini dilakukan oleh Menteri Pertahanan India, Praneb Mukherjee ke Tiongkok pada

9

Rup Narayan Das, India-Tiongkok Defence Cooperation and Military Engagement. (New Delhi: Institute for Defence Studies and Studies and Analyises, 2010) Hal 110.

10


(20)

Mei 2006 dan menghasilkan poin penting yakni ditandatanganinya MoU. MoU ini membahas tentang mekanisme dan waktu mengenai kunjungan-kunjungan yang dilakukan Menteri Pertahanan. MoU ini kemudian dipertegas dengan ditandatanganinya Joint Declaration pada 21 November 2006. Joint Declaration ini pada dasarnya membahas tentang diperkuatnya rasa saling percaya dan rasa saling memahami diantara kedua negara.

Kemudian pada tahun 2012 India dan Tiongkok membuat mekanisme untuk membangun rasa saling percaya antara kedua negara di sepanjang garis LAC dan memperkuat kemampuan komandan yang bertugas di sepanjang wilayah guna menghilangkan kesalahpahaman.11 Hal ini dilakukan agar pelaksanaan perjanjian-perjanjian sebelumnya berjalan lancar.

Kemudian, India dan Tiongkok kembali melakukan kerjasama pertahanan terkait persoalan di perbatasan. Ini dilakukan untuk meningkatkan kembali kerjasama demi mencapai keamanan dan perdamaian di wilayah perbatasan. Wilayah perbatasan sesungguhnya sangat mudah bagi keduanya memicu dalam memunculkan masalah12, karena hal ini terkait dengan kedaulatan wilayah suatu negara.

Penulis memilih masalah ini untuk dijadikan bahan penelitian karena persoalan perbatasan menjadi bagian yang vital bagi suatu negara. Perbatasan memilik peran yang sangat krusial karena sebagai jalur dalam menjalin hubungan

11

Mandiph Singh, China’s Defence Minister in India: Raising Military Relations to the Next Level?, ((New Delhi : IDSA (Institute of Defence Studies & Analyses), 2012). Hal 3

12

Masalah ini berupa serangan-serangan dari kedua pihak dengan menggunakan peralatan militer yang ditempatkan di perbatasan.


(21)

dengan negara luar. Batas suatu negara dengan negara lain akan menyediakan berbagai kesempatan dalam manjalin hubungan dalam bidang ekonomi dan sosial budaya dengan negara lain.13 Dengan begitu kerjasama India dan Tiongkok ini menjadi persoalan yang penting utuk dibahas karena berkaitan dengan perbatasan dengan kerjasama yang dilakukan secara terus menerus.

Penelitian ini merujuk pada perjanjian kerjasama di perbatasan India dan Tiongkok pada tahun 2013, karena perjanjian ini merupakan bentuk lanjutan dari kesepakatan atau perjanjian yang sebelumnya dibuat. Sehingga perjanjian ini terdiri dari poin-poin penting yang sebelumnya tecantum dalam perjanjian sebelumnya dan poin penting yang baru ditambahkan. Penulis akan mengenalisa kepentingan India dalam melanjutkan untuk melakukan kerjasama keamanan di perbatasan dengan Tiongkok. Pada dasarnya kepentingan ini tidak hanya bertujuan pertahanan di perbatasan saja, melainkan kepentingan lain yakni kepentingan untuk memerangi permasalahan lintas batas seperti penyelundupan, terorisme dan perompakan disekitar perairan Samudera Hindia.

Penulis mengambil sudut pandang India dalam melihat kepentingan dalam perjanjian ini adalah karena India memiliki kemampuan untuk berperan dalam tataran global dengan melakukan hubungan baik dengan negara tetangga.14 Kemudian karena India berbatasan dengan beberapa negara yang selain memudahkan untuk melakukan hubungan kerjasama, memudahkan pula untuk

13

Shreesh K.Pathak, India’s Border and Cross-Border Issues: Problems and Prospect, (New Delhi: Centre for South Asian Studies) Hal 4.

14

Srinath Raghavan,Stability in Southern Asia: India and Region,Crux of Asia:China, India, and The Emerging Global Order() Hal 135.


(22)

masuknya ancaman dari negara lain. Dengan begitu, kerjasama keamanan perlu dilakukan dengan negara tetangga. Hal ini pun berlaku bagi India untuk melakukan kerjasama dengan negara yang memiliki sejarah terkait persoalan perbatasan.

Perdana Menteri India Manmohan Singh mengatakan bahwa “India will not be able to realize its own destiny without the partnership of its South Asian neighbours”. 15 Hal ini semakin menegaskan bagi India untuk melakukan kerjasama dengan Tiongkok. Hubungan baik dapat tercapai apabila keduanya menjalin rasa saling percaya dan menghilangkan rasa saling curiga.

Kemudian konsep yang digunakan penulis adalah konsep keamanan yang merupakan tujuan utama India dalam menjalin kerjasama ini. Tujuan keamanan dapat tercapai dengan melakukan kerjasama dalam bidang pertahanan karena hal ini berkaitan dengan pencapaian keamanan dan perdamaian di perbatasan.

B. Pertanyaan Penelitian

Penulis melihat potensi ancaman yang di hadapi India di perbatasan yang tidak hanya terkait keamanan wilayah perbatasan saja, melainkan ancaman lain yang muncul yang bersifat lintas batas. Maka perlu bagi India untuk melakukan kerjasama pertahanan di perbatasan. Persoalan di perbatasan India perlu di selesaikan adalah dengan dilakukannya kerjasama pertahanan di perbatasan dengan Tiongkok. Dengan begitu pertanyaan penelitian ini adalah :

15

Srinath Raghavan,Stability in Southern Asia: India and Region,Crux of Asia:China, India, and The Emerging Global Order Hal 136.


(23)

Mengapa India Ingin melanjutkan kerjasama pertahanan dengan Tiongkok pada tahun 2013 terkait persoalan di perbatasan ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini dibuat untuk mengetahui beberapa poin yang berkaitan dengan hubungan antara India dan Tiongkok. Tujuan tersebut adalah :

1. Mengetahui dinamika hubungan India dan Tiongkok.

2. Untuk mengetahui kerjasama pertahanan di perbatasan India dan Tiongkok pada tahun 2013.

3. Untuk mengetahui kepentingan India dalam melakukan kerjasama pertahanan di perbatasan India dan Tiongkok pada tahun 2013.

Selain tujuan, penelitian ini ditujukan untuk memberikan manfaat, yakni :

1. Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh di perguruan tinggi dan untuk menambah wawasan mengingat adanya proses pengumpulan berbagai referensi.

2. Untuk civitas akademik dapat menjadi sumber informasi ilmiah dan sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk studi Hubungan Internasional.

3. Sebagai informasi serta dapat dijadikan bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya.


(24)

D. Tinjauan Pustaka

Penulis menggunakan artikel dan skripsi sebagai bahan perbandingan terhadap penelitian yang bekaitan dengan kerjasama pertahanan perbatasan India dan Tiongkok tahun 2013. Bahan perbandingan pertama adalah tesis yang dibuat oleh Johan Svensson dari Universitas Halmstad di Sweddia yang membahas tentang Sino-Indian Relations: Complex Challenges in a Complex Relationship16 tahun 2012.

Tesis ini membahas hubungan India dan Tiongkok dari dua persepsi, yakni neo-realisme dan neo-liberalisme. Dari pandangan neo-realisme hubungan India dan Tiongkok lebih dilihat sebagai dua negara yang saling bersaing dengan kekuatan militer, sedangkan dari persepsi neo-liberalisme hubungan keduanya lebih dilihat sebagai suatu kerjasama yang kemudian dapat menghasilkan kerjasama yang lainnya.17

Neo-realisme melihat konflik yang terjadi antara India dan Tiongkok di Arunachal Pradesh akan mengakibatkan dilema diantara keduanya. Dilema ini terjadi karena ketidakyakinan dari kedua negara dalam menilai kemampuan militer masing-masing negara. Dilemma dan permasalahan yang mudah dipicu ini mengakibatkan kedua negara membangun pertahanan militer di perbatasan. Hal ini diperlukan sebagai strategi persiapan apabila salah satunya melakukan

16

Johan Svensson, Sino-Indian Relations: Complex Challenges in a Complex Relationship,

(Sweden: Halmstad University, 2012) Diunduh 07 Maret 2014 ( http://www.diva-portal.org/smash/get/diva2:543006/FULLTEXT01.pdf)

17

Johan Svensson,Sino-Indian Relations: Complex Challenges in a Complex Relationship.Hal

39. Diunduh 07 Maret 2014 (


(25)

penyerangan. Keadaan seperti ini akan tetap pada status qou, karena keduanya memiliki kekuatan nuklir.18

Kedua negara mempertahankan kekuatannya di perbatasan ini, neo-realisme memandang bahwa masing-masing negara hendak meningkatkan pengaruhnya tidak hanya di Asia Selatan melainkan menyebar ke wilayah lain. Selain pengaruh, neo-realis memandang hal ini sebagai zero sum game, dimana keuntungan yang didapat adalah dengan bertambahnya jumlah sekutu di kawasan Asia Selatan. Tiongkok memiliki hubungan dekat dengan Pakistan, maka keuntungan Tiongkok akan didapat lebih apabila Tiongkok mencari sekutu lain. Keuntungan relatif yang akan diperoleh adalah bahwa hubungan ini akan memunculkan terjadinya kerjasama perdagangan, dan hal ini akan memperluas distribusi perdagangan Tiongkok.19

Sedangkan neo-liberalisme melihat bahwa kerjasama perdagangan yang terjalin antara kedua negara selain akan menambah keuntungan ekonomi, juga akan memulihkan hubungan kedua negara.20 Selain hubungan dalam bentuk kerjasama perdagangan, kerjasama juga terjalin dalam dimensi lain, seperti militer, antar lembaga bahkan pertemuan yang dilakukan rutin tiap tahun.

Neo-18

Johan Svensson,Sino-Indian Relations: Complex Challenges in a Complex Relationship. Hal

39. Diunduh 07 Maret 2014 (

http://www.diva-portal.org/smash/get/diva2:543006/FULLTEXT01.pdf)

19

Johan Svensson,Sino-Indian Relations: Complex Challenges in a Complex Relationship. Hal

40. Diunduh 07 Maret 2014 (

http://www.diva-portal.org/smash/get/diva2:543006/FULLTEXT01.pdf)

20

Johan Svensson,Sino-Indian Relations: Complex Challenges in a Complex Relationship.Hal

39. Diunduh 07 Maret 2014 (


(26)

liberalisme melihat bahwa kerjasama perdagangan akan menciptakan efek spill overkedua negara.

Kemudian, kedua negara ini percaya bahwa dalam meraih tujuan masing-masing dengan menggunakan cara-cara ekonomi ini akan lebih menguntungkan dan mengurangi resiko dibanding menggunakan cara kekerasan (konflik). Meskipun keduanya memiliki kekuatan nuklir, namun solusi damai yang harus dipilih dalam menjalin hubungan dari masing-masing negara.21

Berbeda dengan penelitian ini, penulis melihat adanya upaya yang dilakukan India dan Tiongkok dalam mengatasi persoalan di perbatasan dengan melakukan berbagai pertemuan dan perundingan yang kemudian membentuk suatu forum Joint Working Group (JWG).JWG merupakan kerangka kerja kedua negara untuk melakukan kerjasama pertahanan pada tahun 1993, 1996, 2005, 2012, dan 2013.

Bahan selanjutkan yang dijadikan perbandingan adalah artikel yang ditulis oleh Mandip Singh dari Intsitute Defence Studies & Analyses (IDSA), New Delhi pada tahun 2012, yang berjudul China's Defence Minister in India: Raising Military Relations to the Next Level?. Artikel ini membahas tentang hubungan

21

Johan Svensson,Sino-Indian Relations: Complex Challenges in a Complex Relationship.Hal

40. Diunduh 07 Maret 2014 (


(27)

India dan Tiongkok dalam bidang keamanan yang dicapai dengan melakukan hubungan dengan negara lain.22

India dan Tiongkok melakukan kerjasama untuk tujuan keamanan, ini terjadi karena Tiongkok mendapatkan ancaman teroris Pakistan yang tidak menyetujui kedekatan Tiongkok dengan India. Teroris yang berkembang di Pakistan ini diduga berasal dari Taliban Afganistan. Maka, Tiongkok melalui kerjasama dengan India dapat mengurangi dan mencegah ancaman teroris ini. Ketika India memberikan bantuan dengan jumlah 2 miliar dollar AS kepada Afganistan untuk membantu rekonstruksi dan pengembangan Afganistan, Tiongkok pun berkontribusi sebesar 200 juta dollar AS.23

Hubungan selanjutnya adalah Tiongkok dengan Nepal dan Butan yang mendapat perhatian dari India. Tiongkok memberikan bantuan militer ke Nepal. Keduanya penandatangani perjanjian kerjasama dalam bidang keamanan. Selain itu, Tiongkok pun memberikan bantuan dalam perlengkapan komunikasi, peralatan kesehatan, transportasi untuk angkatan bersenjata Nepal. Kedekatan Tiongkok dan Nepal ini membuat India menghargai perilaku Tiongkok. India juga melihat bahwa kerjasama antara Tiongkok dan Nepal ini akan memberikan pengaruh yang baik dalam sistem politik Nepal. Dengan begitu, sebagai negara

22Mandiph Singh, China’s

Defence Minister in India: Raising Military Relations to the Next Level?, ((New Delhi : IDSA (Institute of Defence Studies & Analyses), 2012). Hal 2. Diunduh 07 Maret 2014 (http://www.idsa.in/system/files/IB_TiongkokDMIndia.pdf)

23Mandiph Singh, China’s

Defence Minister in India: Raising Military Relations to the Next

Level?. Hal 3. Diunduh 07 Maret 2014


(28)

tetangga Nepal, maka India dan Tiongkok akan terjalin hubungan yang damai dan menciptakan stabilitas di negara masing-masing.24

India juga menghargai hubungan Butan yang saat ini mulai mengembangkan demokrasi dengan Tiongkok. India melihat bahwa hubungan baik Butan dan Tiongkok akan menciptakan stabilitas di wilayah Lembah Chumby, yang merupakan wilayah sensitif yang terletak diantara Butan, India dan Tiongkok.25

Perbedaan dengan penelitian ini adalah penulis menganalisa kepentingan yang akan dicapai India dengan melakukan kerjasama pertahanan dengan Tiongkok pada tahun 2013 ini adalah perdamaian dan keamanan di perbatasan. India melihat Tiongkok terkait persoalan di perbatasan adalah dari peningkatan kekuatan muliter di perbatasan yang akan mengancam keamanan dan perdamaian. Dengan begitu, kerjasama pertahanan dengan Tiongkok ini akan menghasilkan batasan-batasan pada penggunaan senjata serta upaya-upaya lain demi mencapai keamanan di perbatasan.

Penelitian ketiga yang dijadikan perbandingan adalah mengenai Sino-Indian Border Dispute yang dibuat oleh Hongzhou Zhang and Mingjiang Li, dari ISPI pada tahun 2013, yang menerangkan tentang konflik di perbatasan India dan

24Mandiph Singh, China’s

Defence Minister in India: Raising Military Relations to the Next

Level?. Hal 5. Diunduh 07 Maret 2014

(http://www.idsa.in/system/files/IB_TiongkokDMIndia.pdf)

25Mandiph Singh, China’s

Defence Minister in India: Raising Military Relations to the Next

Level?. Hal 6. Diunduh 07 Maret 2014


(29)

Tiongkok, kemudian penyelesaiannya dalam bentuk hubungan kerjasama baik dalam bidang militer maupun dalam bidang ekonomi.

Penelitian ini membahas hubungan India dan Tiongkok pasca konflik 1962, dimana keduanya sepakat untuk memperkuat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dengan tujuan untuk menurunkan angka kemiskinan dan meningkatkan standar hidup masyarakat di masing-masing negara. Stabilitas dan perdamaian yang terjadi di perbatasan merupakan prasyarat negara untuk fokus pada keadaan sosial ekonomi internalnya. Ini mungkin saja penyebab mengapa keduanya melakukan usaha yang serius untuk melakukan negosiasi mengenai perbatasan.

Keduanya pun melakukan pertemuan dalam rangka konsultasi mengenai pertahanan dan latihan militer bersama, meskipun upaya ini dilakukan dalam skala kecil namun mampu mengurangi permasalahan di wilayah yang sensitif. Ketika kedunya memprioritaskan pada pemikiran strategik, maka hasilnya adalah terjadi peningkatan pada perdagangan keduanya. Ini menunjukan bahwa hubungan bilateral yang dekat akan menghasilkan keuntungan dan juga berasal dari espek ekonomi yang lain.26

India dan Tiongkok tergabung dalam RCEP atauRegional Comprehensive Economic Partnership. RCEP merupakan organisasi Kemitraan ini menunjukan bahwa keduanya memiliki keinginan untuk berpasrtisipasi dalam integrasi

26

Hongzhou Zhang dan Mingjiang Li, Sino‐Indian Border Disputes, (Singapore: Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University). Hal 8.Diunduh 07 Maret 2014 (http://www.ispionline.it/sites/default/files/pubblicazioni/analysis_181_2013.pdf)


(30)

kawasan Asia Timur. Pada level global, keduanya sepakat bahwa dunia harus menjadi multi-polar dan kekuatan yang sedang berkembang harus memainkan peran yang penting dalam urusan internasional. Keduanya juga memiliki pandangan yang sama mengenai kebijakan dalam merespon fenomena global seperti perubahan iklim, perdagangan dan keuangan inetrnasional, dankebijakan non-interfensi terhadap urusan domestic negara lain.27

Meskipun pada dasarnya terdapat kesamaan dengan penelitian skripsi ini, dimana kedua negara melakukan demi mencapai stabilitas dan perdamaian. Namun, skripsi ini tidak menganalisa kepentingan atau tujuan ekonomi kedua negara, melainkan kepentingan di perbatasan seperti keamanan dan perdamaian, mengatasi penyelundupan, terorisme dan perompakan.

E. Kerangka Pemikiran

Untuk menganalisa hubungan yang terjadi antara India dan Tiongkok, maka penulis menggunakan konsep kepentingan nasional, keamanan dan kerjasama internasional.

Kepentingan Nasional

Sama halnya dengan manusia, negara memiliki kepentingan masing-masing. Dalam memandang konflik, menurut Sorensen dan Jackson negara pun melihat bahwa pencapaian perdamaian bukanlah hal yang mustahil, karena setiap negara akan bertindak secara rasional untuk mencapai kepentingan tersebut dan

27

Hongzhou Zhang dan Mingjiang Li,Sino‐Indian Border Disputes.Hal 9.Diunduh 07 Maret 2014 (http://www.ispionline.it/sites/default/files/pubblicazioni/analysis_181_2013.pdf)


(31)

negara-negara akan menundukkan diri pada hukum internasional yang akan mengatur kehidupannya dalam pergaulan internasional.28

Kemudian Jeremy Bentham menambahkan bahwa konflik tidak akan terjadi jika segala kepentingan diberikan wadah.29 Wadah ini berupa kerjasama yang dilakukan dua negara atau lebih untuk menyatukan kepentingan yang kemudian dicapai daalam bentuk praktek kerjasama.

Scott Burchill menambahkan bahwa, dalam hubungan internasional jika diantara negara-negara ditumbuhkan kesadaran untuk saling menghormati kepentingan orang lain dan bahwa kebutuhan itu hanya dapat dipenuhi melalui kerjasama.30Dengan kerjasama memudahkan negara-negara untuk menyampaikan infromasi terkait kepentingan negaranya, sehingga muncul batasan-batasan agar negara-negara saling menghormati.

Konsep kepentingan nasional seperti yang dikutip dari George Kennan pada tahun 1954 menjelaskan mengenai kepentingan sebagai suatu kewajiban yang harus dicapai negara dimana kepentingan ini adalah representasi dari masyarakat.31 Dengan begitu bentuk kebijakan suatu negara merupakan cerminan dari kepentingan dalam negerinya yang berasal dari kepentingan masyarakatnya. Dalam melihat persoalan India dan Tiongkok, kepentingan yang dicapai oleh

28

Robert Jackson dan George Sorensen,Pengantar Study Hubungan Internasional.(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009).

29

Iva Rahcmawati, Memahami Perkembangan Studi Hubungan Internasional (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012) Hal 81.

30

Iva Rahcmawati,Memahami Perkembangan Studi Hubungan Internasional Hal 81.

31

Scott Burchill, ed..Theories of International Relation 3rdEdition. (New York : Palgrave Macmillan, 2005) Hal 50.


(32)

India adalah keamanan, maka bentuk kebijakan negaranya adalah kerjasama keamanan.

Kepentingan nasional merupakan kebutuhan negara terhadap unsur-unsur yang membentuk negara yang paling vital, seperti pertahanan, keamanan, militer, dan kesejahteraan ekonomi.32. Dengan begitu, maka biasanya kebijakan suatu negara terdapat unsur-unsur yang berkaitan dengan kebutuhuan negara yang paling penting.

Nuechterlein berpendapat bahwa kepentingan nasional dapat dilihat dari hubungan yang dilakukan dengan negara lain. Nuechterlein menambahkan bahwa dasar kepentingan nasional berasal dari kepentingan pertahanan, kepentingan ekonomi, kepentingan untuk keamanan terhadap tatanan dunia, dan kepentingan ideologi. Kepentingan perthanan meliputi, perlindungan terhadap negara dan masyarakatnya dari ancaman negara lain dan ancaman dari luar yang dapat mengancam sistem pemerintahan. Kepentingan ekonomi meliputi, pencapaian kesejahteraan suatu negara dengn menjalin hubungan dengan negara lain. Kepentingan pencapaian keamana tatanan dunia meliputi pemeliharaan sistem ekonomi dan politik guna mencapai keamanan dalam melakukan inetraksi. Kepentingan ideologi meliputi perlindungan dan dorongan terhadap nilai-nilai yang orang-orang percaya dan yakini guna mencapa keadaan yang lebih baik.33

32

Anak Agung B. P dan Yanyan Mochamad Y,Pengantar Ilmu Hubungan Internasional,Hal 35.

33

Donald Nuechterlein, National Interests and Foreign Policy: A Conceptual Framework for Analysis and Decision-Making,British Journal of International Studies,Vol 2(3) (Oct, 1976) pp246-266 dalam Rear Admiral Simon Williams, The Role of the National Interest in the National Security Debate(Inggris :, 2012) Hal 32


(33)

Adam Smith mengatakan bahwa konflik dan perang tidak dapat dihindarkan, ketika manusia memakai akal pikirannya mereka dapat mencapai kerjasama yang saling menguntungkan bukan hanya dalam negara melainkan lintas batas internasional.34 Hal ini membuktikan bahwa konflik semata-mata prilaku negara untuk mencapai kepentingan nasional. Namun, ketika manusia berpikir secara rasional dan mempertimbangkan untung dan rugi, maka negara akan memilih cara yang lebih efektif untuk mencapai kepentingan tersebut.

Keamanan

Untuk mencapai tujuan negara berdasarkan kepentingan nasional, maka dibutuhkan keadaan yang aman dari segala bentuk ancaman yang mengganggu. Ancaman dalam persoalan ini adalah berasal dari luar wilayah suatu negara. Penulis menggunakan konsep keamanan untuk menganalisa kepentingan keamanan yang hendak dicapai India dari kerjasama pertahanan yang dilakukan dengan Tiongkok terkait persoalan perbatasan pada tahun 2013.

Bary Buzan mengatakan bahwa keamanan berkaitan dengan masalah kelangsungan hidup. Masalah-masalah yang mengancam kelangsungan hidup suatu unit kolektif tertentu dianggap sebagai ancaman yang eksistensial. Untuk itu diperlukan tindakan untuk memprioritaskan isu tersebut agar ditangani sesegera mungkin dan menggunakan sarana-sarana yang ada dalam menangani masalah tersebut. Keamanan tersebut dibagi ke dalam lima jenis, yaitu politik, milliter,

34

Robert Jackson dan George Sorensen,Pengantar Study Hubungan Internasional.(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009). Hal 144.


(34)

ekonomi, sosial, dan lingkungan.35 Dalam melihat persoalan yang dihadapi India maka keamanan yang berkaitan perbatasan adalah keamanan militer. Wilayah perbatasan India dan Tiongkok dilakukan pengawasan dengan menggunakan perlengkapan militer.

Dengan melihat masalah yang dihadapi India dan Tiongkok, dimana masalah perbatasan ini berimplikasi terhadap kedua negara. Maka perlu adanya upaya dari masing-masing negara dan juga upaya keduanya untuk melakukan kerjasama guna menyelsaikan permasalahan di perbatasan India dan Tiongkok ini. Kerjasama tidak hanya dilakukan dalam bidang ekonomi begitu juga keuntungan tidak hanya mutlak di peroleh dengan ekonomi saja, melainkan keamanan dapat menghasilkan keuntungan bagi stabilitas negara.

Cooperative Security berdasarkan kutipan dari buku Anak Agung dan Yanyan menjelaskan bahwa kejasama keamanan dilakukan dalam upaya untuk menciptakan keamanan melalui dialog, konsultasi, pembentukan rasa saling percaya tanpa harus melalui pendekatan-pendekatan formal institusional. Konsep-konsep pelaksanaan Cooperative Security pada dasarnya dibentuk dengan menyusun hubungan-hubungan baru atas dasar nilai-nilai bersama tentang keamanan sebagai suatu yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan bahwa

35

Anak Agung B. P dan Yanyan Mochamad Y, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional,


(35)

masing-masing aktor harus mempunyai komitmen dan tanggung jawab sebagai anggota masyarakat internasional.36

Common Security di perkenalkan oleh Komisi Palme (the Palme Commission) pada akhir tahun 1980-1981 yang percaya bahwa hubungan antar aktor yang saling bermusuhan bisa diubah dengan mencapai dengan menciptakan kebijakan keamanan yang saling transparan dan tidak agresif dikutip dari buku Anak Agung dan Yanyan. Tujuannya adalah untuk menghilangkan rasa saling curiga akan maksud pihak lain untuk mencegah konflik bersenjata.37 Common Security atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai keamanan bersama, dimana negara merasa perlu adanya keamanan untuk mencapai kepentingan bersama. Dengan begitu pencapaian keamanan ini dapat tercapai jika adanya pandangan yang sama mengenai tujuan masing-masing negara mengenai keamanan.

Kerjasama Internasional

Hubungan internasional dapat berupa kerjasama dan konflik. Dalam kerjasama internasional bertemu berbagai macam kepentingan nasional dari berbagai negara dan bangsa yang tidak dapat dipenuhi di dalam negerinya sendiri. Jeremy Bentham menjelaskan bahwa jika diantara negara-negara ditumbuhkan

36

Anak Agung B. P dan Yanyan Mochamad Y. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional.

(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006). Hal 129.

37

Anak Agung B. P dan Yanyan Mochamad Y. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional.Hal 129.


(36)

kesadaran untuk saling menghormati kepentingan nasionalnya dan kebutuhan itu dapat dicapai melalui kerjasama internasional.38

Kerjasama internasional suatu negara berasal dari kepentingan nasional yang dibentuk dalam suatu kebijakan dan dipraktikan dalam bentuk kerjasama dengan negara lain. Pada dasarnya, dalam mencapai tujuan negara memerlukan mitra yang dapat membantu pencapaian tujuan tersebut.

Kerjasama internasional dapat terbentuk karena kehidupan internasional meliputi berbagai bidang seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial, lingkungan hidup, kebudayaan, pertahanan, dan keamanan. Hal ini akan memunculkan kepentingan yang beraneka ragam sehingga mengakibatkan bebagai masalah sosial. Maka untuk mencari solusinya beberapa negara membentuk suatu kerjasama internasional.39

Berkaitan dengan tujuan dalam bidang pertahanan di perbatasan, India melakukan kerjasama dalam bidang pertahanan di perbatasan dengan Tiongkok. Ini terjadi karena Tiongkok merupakan negara yang berbatasan langsung dengan India dan hubungan kedua negara mengalami hubungan pasang surut.

Immanuel Kant percaya bahwa ada hal yang mendorong manusia untuk menghindari konflik dan menegakan keadila dalam hubungan internasional, yaitu Perpectual Peace atau perdamaian abadi. Perdamaian abadi ini akan dapat diwujudkan dengan jalan mentransformasikan kasadaran individu bahwa

38

Iva Rahcmawati, Memahami Perkembangan Studi Hubungan Internasional, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo,2012). Hal 80

39


(37)

pengelolaan kebutuhan mereka hanya dapat tercapai dengan jalan pengelolaaan dengan baik hubungan antar mereka dan juga antar negara.40

Selain adanya keamanan yang dicapai, maka pengelolaan dalam bentuk kerjasama pun menciptakan suatu perdamaian yang abadi yang secara langsung mendorong pada stabilitas negara yang aman dari ancaman. Stabilitas negara selain terbentuk karena terbebas dari ancaman, juga mendorong negara dalam mencapai keamanan dalam bidang lain, seperti ekonomi dan politik.

Kerjasama dilihat sebagai kegiatan yang saling menguntungkan daripada sebaliknya. Dengan segala hubungan suatu keanggotaan yang saling bersilangan antara kelompok dengan melewati batas negara maka resiko konflik serius semakin dapat ditekan.41

F. Metodologi Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian menggunakan metode ini berkembang di abad 19 yakni penelitian yang dilakukan Engel, The Condition of Working Class in England. Menurut Sugiyono, dalam buku Metode Penelitian Kuantitif Kualitatif dan R&D menjelaskan bahwa metode penelitian kualitatif disebut juga penelitian interpretif karena hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap

40

Iva Rahcmawati, Memahami Perkembangan Studi Hubungan Internasional’, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012) . Hal 80.

41


(38)

data yang ditemukan di lapangan.42 Penelitian kualitatif dilakukan guna mencari makna yang sebenarnya. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan secara gabungan, dimana pengumpulan data yang utama dilakukan dengan Library Research dan pengumpulan data lainnya hanya sebagai pelengkap untuk penelitian. Pengumpulan data dengan proses kepustakaan, peneliti akan mengumpulkan data dari berbagai instansi yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini.

Kemudian teknik selanjutnya adalah referensi media. Meskipun secara akademik tidak termasuk dalam materi, namun media pers dalam hal ini majalah, koran, radio dan televisi menjadi bahan pertimbangan apabila itu adalah satu-satunya sumber informasi terbaru tentang permasalahan dan kejadian politik. Sumber yang digunakan penulis untuk melakukan analisis adalah dari internet. Internet berguna dalam menyediakan ulasan buku, artikel jurnalonline,kelompok diskusi, data statistik dan sumber daya lain yang di peroleh secara online. 43 Internet membantu penulis dalam menemukan referensi ketika munculnya kesulitan untuk mencari data dalam bentuk cetak.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini berisi tentang gambaran secara umum isi dari penelitian ini. Yakni berupa bab dan sub-sub bab yang disusun sesuai urutan dalam pembuatan penelitian.

42

Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,(Bandung: Alfabeta, 2012) Hal 7.

43

Day, S. 1997. Breaking Free Through the Use of Unusual Source. Dalam Harrison, Lisa. 2007.Metodologi Penelitian Politik.Jakarta : Kencana. Hal 184.


(39)

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian yang kemudian akan dipaparkan dalam bab analisa yakni bab IV, serta tujuan dan manfaat dari penelitian. kemudian yaitu tinjauan pustaka dari penelitian sebelumnya, kerangka pemikian yang berisi konsep-konsep yang akan digunakan dalam menganalisa kepentingan serta metode yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB II DINAMIKA HUBUNGAN INDIA DAN TIONGKOK

Pada bab dinamika hubungan India dan Tiongkok ini akan dijelaskan mengenai hubungan India dan Tiongkok sebelum konflik 1962 dimana India dan Tiongkok memiliki hubungan baik. Kemudian akan dijelaskan pula mengenai konflik yang terjadi antara India dan Tiongkok pada tahun 1962 dengan melihat unsure yang menjadi penyebab konflik, wilayah yang menjadi penyebab konflik, serta solusi dalam menyelesaikan konflik. Solusi konflik ini adalah dengan melakukan berbagai pertemuan atau Join Working Group (JWG) yang berlangsung hinga tahun 2013 yakni dalam bentuk kerjasama pertahanan India dan Tiongkok. Dalam pembahasan ini terdapat pula persoalan perbatasan yang dihadapi India dan Tiongkok, yakni penyelundupan atau smuggling, terorisme, dan perompak.

BAB III KERJASAMA PERTAHANAN INDIA DAN TIONGOK PADA TAHUN 2013


(40)

Dalam pembahasan kerjasama pertahanan ini akan dipaparkan mengenai perjanjian yang disepakati pertama kali terkait persoalan perbatasan yakni pada tahun 1993, kemudian 1996, 2005, 2012, dan 2013. Pada tahun 2013 merupakan rangkaian Join Working Group yang kelima. Namun, sebelum pada pembahasan kerjasama pertahanan India dan Tiong pada tahun 2013, akan dijelaskan pula mengenai capaian yang diraih kedua negara terkait persoalan perbatasan.

BAB IV ANALISA KEPENTINGAN INDIA DALAM KERJASAMA PERTAHANAN DENGAN TIONGKOK PADA TAHUN 2013 TERKAIT PERSOALAN DI PERBATASAN

Analisa ini merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian yang dilihat dari kerjasama pertahanan India dan Tiongkok pada tahun 2013. Analisa ini berisi kepentingan India dalam kerajama pertahanan dengan Tiongkok pada tahun 2013. Berdasarkan pada isi perjanjian dan persoalan yang dihadapi India pada tahun 2013 maka kepentingan dari kerjasama ini adalah untuk mencapai keamanan dan perdamaian di perbatasan dan mengatasi persoalan penyelundpan atau smuggling. Pemaparan analisa ini dengan menggunakan kerangkan pemikiran yang terdiri dari kepentingan nasional dan kerjasama keamanan.

BAB V KESIMPULAN

Pada bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan penelitian mengenai kepentingan India dalam kerjasama pertahanan dengan Tiongkok pada tahun 2013 terkait persoalan di perbatasan dengan menggunakan konsep pemikiran dan metode penelitian.


(41)

BAB II

DINAMIKA HUBUNGAN KEAMANAN PERBATASAN INDIA DAN TIONGKOK

Dinamika hubungan India dan Tiongkok tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang terkadang menjadi hambatan dalam menjalin hubungan kerjasama. Hubungan keduanya dibayangi oleh sejarah, sehingga sejarah dapat membentuk kedua negara untuk melakukan kerjasama di masa depan.

Hubungan India dan Tiongkok dipengaruhi oleh berbagai persitiwa. Tahun 1950 Tiongkok melakukan invasi ke Tibet, invasi ini disebabkan karena adanya kedekatan sejarah antara India dan Tibet, sehingga pada saat itu India memiliki pengaruh di Tibet. Tahun 1959 Tibet melakukan perlawanan terhadap Tiongkok yang ketika itu masih berkuasa. Pasukan pembebasan rakyat Tiongkok atau PLA meningkatkan pemberontakan di ibukota Tibet, Lhasa. Akibat perlawanan Tiongkok, pada 30 Maret 1959 Dalai Lama melarikan diri dari Tibet ke India, kemudian India memberikan suaka kepada pemimpin Tibet tersebut. Tiongkok mengutuk perbuatan India terhadap Dalai Lama dan dianggap telah merusak isi dari perjanjianPanchshellpada tahun 1954.44

Peristiwa lain yang mempengaruhi hubungan India dan Tiongkok adalah pembuatan keputusan mengenai status Sikkim45. Sikkim merupakan wilayah yang memiliki hubungan dekat secara budaya dengan Tibet dan wilayah ini dibawah

44

Aldo D. Abitbol,Cause of the 1962 Sino-Indian War: A System Level Aproach.(University of Denver) Hal 76.

45


(42)

pengawasan pemerintah Inggris sejak tahun 1888. Secara de facto 46 Sikkim dimiliki Inggris dan secara de jure 47 dimiliki Tibet. Untuk status Sikkim ini kemudian dilakukannya negosiasi.

Tahun 1890 dibuat perjanjian mengenai status Sikkim antara pemeritah Inggris dan Tiongkok.48 Hasil perjanjian itu menunjukan adanya batas jalur air Himalaya yang memisahkan Tibet dan Sikkim. Posisi pemerintah Inggris di Sikkim adalah sebagai negara perwalian dimana Pemerintah Inggris melakukan pengawasan terhadap Sikkim baik dalam urusan internal maupun dalam urusan eksternal. Setelah perjanjian tahun 1890, otoritas Sikkim masuk ke dalam wilayah Tibet.

Muncul permasalahan ketika Tiongkok tidak menyerahkan hak Sikkim kepada pemerintah Inggris. Tiongkok menunjukan sikap tidak konsisiten dari perjanjian sebelumnya terhadap posisi Inggris di Sikkim. Hal ini memunculkan persoalan tidak hanya pada Pemerintah Inggris melainkan juga terhadap Pemerintah India pasca merdeka dari Inggris pada tahun 1947.

Pada tahun 1950, hubungan antara India dan Sikkim mengalami kemajuan yang dibuktikan dalam sebuah perjanjian yang berisi tentang pemberian hak otonomi kepada Sikkim untuk mengurusi urusan dalam negeri sedangkan India bertanggung jawab dalam mengawasi pertahanan wilayah territorial Sikkim.

46

Diakui secara wilayah dan kedaulatan.

47

Diakui secara hukum.

48

Alfred P. Rubin,The Sino-Indian Boder Disputes.(Columbia University : Rsearch Student in International Law, 1960) Hal 111.


(43)

A. Konflik Perbatasan

1. Hubungan Sebelum Konflik Perbatasan tahun 1962

Hubungan suatu negara tidak lepas dari alasan dan latar belakang sejarah. Dalam hal ini baik berupa kerjasama maupun perang. Berkaitan dengan penelitian ini, hubungan yang terjadi antara India dan Tiongkok adalah kerjasama yang terbentuk karena adanya latar belakang sejarah.

Sebelum keduanya menjalin hubungan kejasama seperti sekarang ini, India dan Tiongkok telah melakukan hubungan ekonomi(dagang) sejak jaman kerajaan. Pada masa kerajaan Wu (222-280) M, Tiongkok menjalin hubungan dagang dengan India dengan menggunakan jalur laut.49 Bahan dagang pada masa itu adalah sutra, garam, dan hasil pertanian lainnya. Hubungan pada masa kerajaan ini membuktikan bahwa kedua negara telah melakukan kerjasama dalam bidang ekonomi.

Setelah hubungan pada masa kerajaan dimana keduanya telah menjadi negara, India dan Tiongkok melakukan hubungan diplomatik pada 30 Desember 1949. India menjadi negara non-sosialis pertama yang melakukan hubungan diplomatik dengan Tiongkok. India membuktikannya dalam memberikan dukungan serta dorongan dalam pencapaian Tiongkok, yakni India memediasi dalam Perang Korea serta mendukung Tiongkok terkait permasalahannya dengan Taiwan.50

49

Ivan Taniputera,History of China,(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Gropu, 2008) Hal 231.

50

Zhang Li, Tiongkok India Relations : Strategic Engagement and Challenges, (Tiongkok : Center fi Asian Stidies, Sichuan University, 2010) Hal 10.


(44)

Hubungan kerjasama yang terbentuk pada awal mula India dan Tiongkok menjadi suatu negara, merupakan titik pembuka keduanya melakukan kerjasama pada tingkat dan jangkauan yang lebih tinggi. Hal ini menunjukan bahwa kerjasama antara India dan Tiongkok terbentuk berdasarkan sejarah.

Pada tahun 1952, Pandit Jawaharlal Nehru sebagai Perdana Menteri disingkat PM India melakukan kunjungan ke Tiongkok dan menghasilkan berbagai pencapaian. Dalam kunjungan tersebut, ia mengatakan bahwa perlu adanya kerjasama pada ukuran dan tingkat yang lebih tinggi. PM Nehru pada saat itu melihat Tiongkok sebagai negara yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan keuntungan bagi India.51 Setelah kunjungan tersebut, India mengirimkan perwakilan untuk mempelajari metode dan pengaturan dalam bidang pertanian.

Pada tahun 1954 secara resmi India mengakui kedaulatan Tiongkok melingkupi wilayah Tibet. Kemudian kedua melakukan hubungan ekonomi melalui penggunaan jalur Himalaya.52 Jalur Himalaya merupakan jalur yang membentang yang memisahkan India dan Tiongkok. Penggunaan jalur ini dalam hubungan dagang (ekonomi) merupakan bukti bahwa dalam keduanya sudah terbentuk rasa saling percaya untuk melakukan kerjasama.

Pada tahun yang sama, tahun 1954 India dan Tiongkok melakukan kesepakatan untuk berhubungan dan kerjasama dagang di Tibet, kesepakatan ini

51

Zhang Li, Tiongkok India Relations : Strategic Engagement and Challenges, (Tiongkok : Center fi Asian Stidies, Sichuan University, 2010) Hal 10.

52


(45)

menciptakan Five Principles of Peaceful Co-existence atau lima prinsip dalam palaksanaan hidup berdampingan secara damai. 53 Lima prinsip itu adalah saling menghormati masing-masing wilayah dan kedaulatan, tidak saling melakukan serangan, tidak saling mecampuri urusan masing-masing, saling menguntungkan, dan hidup berdampingan secara damai.

B. Konflik India dan Tiongkok (1962)

Dengan melihat hubungan India dan Tiongkok sebelumnya dimana keduanya memiliki pandangan yang sama mengenai manfaat yang akan dicapai jika dengan melakukan kerjasama. Hal ini pun menunjukan adanya kesamaan pandangan mengenai pencapaian tujuan ekonomi melalui kerjasama. Dengan begitu, ketika muncul perbedaan pandangan dalam tujuan dan kepentingan maka akan ada perubahan dalam bentuk kerjasama. Berkaitan dengan perbatasan dimana India dan Tiongkok merupakan neagar yang berbatasan langsung, keduanya memiliki perbedaan persepsi mengenai garis dan wilayah. Perbedaan ini menimbulkan persoalan dan kemudian berkembang menjadi konflik.

1. Penyebab Terjadinya Konflik 1962

Kerjasama pertahanan India dan Tiongkok terkait persoalan di perbatasan dilatarbelakangi adanya perbedaan persepsi mengenai batas wilayah perbatasan. Permasalahan di perbatasan ini dimulai jauh sebelum India merdeka dan juga sebelum Tiongkok menjadi negara republik. Hubungan yang di jelaskan

53

Naville Maxwell,Sino-Indian Border Dispute Reconsidered,(Economic and Political Weekly, 1999) Hal 909.


(46)

sebelumnya, mengenai hubungan India dan Tiongkok sebelum konflik sesungguhnya tidak terlepas dari persoalan-persoalan yang berkaitan dengan masalah di perbatasan. Hal ini terjadi karena hubungan baik yang terjadi dan persoalan perbatasan berjalan seiringan.

Sebelum membahas lebih jauh mengenai konflik yang terjadi antara India dan Tiongkok terkait permasalahan di perbatasan, terdapat dasar dari keduanya dalam mempertahankan klaim wilayah perbatasan masing-masing. Klaim yang dikeluarkan India berdasarkan pada :54

1. Klaim yang dikeluarkan India ini berdasarkan keabsahan dari perjanjian yang tidak di ratifikasi oleh pemerintahan Tiongkok, seperti Perjanjian Simla55 pada tahun 1914 yang hanya diratifikasi oleh pemerintahn Tibet, dan perjanjian 1842 yang membahas tentang Ladakh yang ditandatangani oleh perwakilan dari Kerajaan Tiongkok namun tidak diratifikasi oleh Tiongkok

2. Klaim India pun berdasarkan pada sejarah yang kemudian membentuk prilaku dan nilai terkait persoalan perbatasan. Misalnya, India melakukan aktivitas dan deklarasi secara sepihak terkait kedaulatan wilayah yang disengketakan dan tidak diikuti oleh Tiongkok. Dalam sudut pandang India, alasan Tiongkok untuk tetap diam adalah terkait dengan pernyataan Nehru pada tahun 1950 mengenai status McMahon Line sebagai batas timur laut India, dan

54

Yaacov Vertzberger,India’s Border Conflict with Tiongkok: A Perpectual Analysis.Journal of Contemporary History (London and Beverly Hills:,SAGE,1982) Hal 608.

55

Konferensi pada 1913-1914 yang membahas status Tibet dimana dibahas pula mengenai batas-batas wilayah Tibet.


(47)

Tiongkok tidak menunjukan ketidaksetujuannya mengenai hal ini pada pertemuan yang dilakukan oleh Nehru dan Chou Enlai tahun 1954 dan 1956.

3. Klaim selanjutnya berdasarkan pada sejarah kepemilikan teritori atau pengakuan terhadap wilayah yang disengketakan.

4. Kemudian berkaitan dengan keadaan geografi di garis perbatasan. Keadaan ini dengan melihat secara fisik dari topografi dan garis perbatasan pun harus mengikuti bentuk tanahnya, seperti garis batas air dan batas pegunungan.

5. Klaim berdasarkan pada pengaruh dari perubahan rezim yang dapat saja membatalkan perjanjian. Namun, dalam sudut pandang India perubahan rezim tidak merubah pada keptusan perjanjian.

6. Klaim yang berhubungan dengan kondisi atau keadaan pada saat penandatangan dan dapat berubah pada saat yang lain.

Pemerintah India menggunakan perjanjian dan dokumen sebagai dasar untuk mendukung klaim perbatasan yang berada pada wilayah barat, tengah dan timur sebagai batas yang sah dan diakui.

Sedangkan Tiongkok, menggunakan dasar yang menjelaskan yang berdasarkan pada sejarah, terutama pada wilayah barat dimana India tidak mempelajari konstruksi jalan antara Tibet dan Sinkiang hingga akhir tahun 1957. Mereka menolak klaim ini karena Tibet memiliki hak untuk menandatangani dan meratifikasi perjanjian kapan saja.56 Dasar yang diungkapkan Tiongkok ini berdasarkan pada bentuk geografis yang membentang dan secara jelas

56

Yaacov Vertzberger,India’s Border Conflict with Tiongkok: A Perpectual Analysis.Journal of Contemporary History (London and Beverly Hills:,SAGE,1982) Hal 609.


(48)

memisahkan India dan Tiongkok dan terlihat jelas pula pada garis atau kontur tanah dan jalur yang dialiri air.

Persoalan perbedaan persepsi mengenai perbatasan dimulai pada tahun 1913-1914, dimana pada saat itu diadakannya Konferensi Simla yang dihadiri tiga negara yakni, delegasi Tibet, perwakilan dari Tiongkok dan sekretaris pemerintah Inggris yang bekuasa di India, Sir Henry McMahon. Pihak Inggris dan Tibet menadatangani perjanjian mengenai Garis McMahon atau McMahon Line, yakni garis batas negara yang memisahkan India dan Tibet. Meskipun secara wilayah, sebagian besar wilayah Tiongkok tidak berbatasan langsung dengan Garis McMahon, namun Tiongkok masih memiliki kekuasaan atas Tibet. Hal ini yang membuat Tiongkok menolak mengenai keputusan letak Garis McMahon tersebut. Secara resmi Inggris mencantumkan Garis McMahon pada bagian peta India pada tahun 1937 dan mempublikasikan pada tahun 1938. Selama masa Perang Dunia II, Inggris berusaha untuk memperluas daerah pengawasannya dengan mengklaim Garis McMahon. Pada 1947 India merdeka dan Garis McMahon menjadi batas timurlaut India.57

Pada 23 Mei 1951, perjanjian mengenai status Tibet mulai tercatat di pemerintahan Tibet di Lhasa dan di Pemerintahan Komunis Tiongkok di Peking. Secarade jureTibet merupakan bagian dari kedulatan Tiongkok. Status ini diakui oleh India pada 1954. Kemudian untuk memperbaharui status Tiongkok di Tibet, maka diadakannya konferensi antara PM India dan dan PM Tiongkok pada April

57

Hongzhou Zhang dan Mingjiang Li, Sino‐Indian Border Disputes, (Singapore: Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University). Hal 4.


(49)

1954. Pada pertemuan ini pun menghasilkan pula mengenai batas wilayah India dan Tiongkok. Setelah konferensi pada Juli 1954, mulai muncul ketidaksepakatan mengenai garis batas India dan Tiongkok.58

Secara ekonomi hubungan keduanya dituangkan dalam bentuk kerjasama. Namun, terkait garis perbatasan keduanya memiliki pandangan yang berbeda yang mengakibatkan timbulnya permasalahan. Permasalahan ini timbul karena sejarah atau awal mula ketika penentuan garis perbatasan India dan Tiongkok sebelum India merdeka dan sebelum Tiongkok menjadi suatu negara republik.

Perselisihan mengenai perbatasan dimulai diwilayah tengah kemudian ke barat dan terakhir ke timur dan di timur menyebabkan terjadinya konflik 1962. Awal mula persoalan perbatasan muncul di wilayah tengah, dimana pada tahun 1954 pasukan India mendirikan pos pengawasan di wilayah tengah.59 Hal ini bertujuan untuk mengawasi seluruh wilayah perbatasan dengan Tiongkok.

Pada tahun 1958, Duta Besar Tiongkok untuk India mengrimkan dua memo kepada Menteri Luar Negeri India yang berisi tentang ajakan negosiasi dan permintaan terhadap pasukan India untuk meninggalkan pos wilayah tengah.60Hal ini terjadi karena pasukan India menempatkan pos dalam wilayah yang disengketakan.

58

Alfred P. Rubin,The Sino-Indian Boder Disputes.(Columbia University : Research Student in International Law, 1960) Hal 96

59

Hongzhou Zhang dan Mingjiang Li, Sino‐Indian Border Disputes, (Singapore: Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University). Hal 5.

60


(50)

Perselisihan kemudian menyebar ke wilayah barat, dimana Tiongkok mempublikasikan mengenai proyek pembangunan jalan yang melintasi Aksai Chin dan menghubungkan Sinkiang dan Tibet Barat. Pembangunan jalan ini dibawah administrasi dan pengawasan pemerintah Tiongkok yang dimulai pada 1953 hingga 1957. Berdasarkan peta terbaru yang dimiliki pada 1954 menunjukan wilayah teritorial India dilalui pembangunan jalan oleh Tiongkok. Kemudian India mengirimkan memo tidak setuju karena pembangunan jalan dan juga mengenai batas negara yang tergambar pada peta Tiongkok.61

Tensi meningkat ke wilayah barat dimana wilayah yang dijadikan Tiongkok untuk mendirikan projek pembangunan jalan raya (1953-1957) guna menegaskan kedudukannya di Tibet.62Wilayah barat ini mencakupi daerah Aksai Chin.

Tensi meningkat menjadi konflik terjadi di wilayah timur, yakni di Aruchnachal Pradesh dimana hal ini dipicu oleh India yang mengklaim garis McMahon dan menempatkan bagian utara sebagai garis batas dengan Tiongkok. Konflik ini di Longu pada Agustus 1959.63

Pada dasarnya kedua negara telah melakukan berbagai protes sejak 18 Oktober 1958, dimana Pemerintah India mengirimkan memo atau catatan kepada Pemerintah India dan mengatakan bahwa secara resmi wilayah barat yakni Aksai

61

Naville Maxwell,Sino-Indian Border Dispute Reconsidered,(Economic and Political Weekly, 1999) Hal 911

62

Alfred P. Rubin,The Sino-Indian Boder Disputes.(Columbia University : Research Student in International Law, 1960) Hal 96.

63


(51)

Chin merupakan bagian dari wilayah India. Pada Januari 1959 Zhou dari pemerintah Tiongkok membalas memo tersebut dengan mengatakan bahwa:64

1. Batas wilayah kedua negara secara formal belum terbentuk.

2. Masih adanya perselisihan mengenai batas wilayah antara India dan Tiongkok.

3. Wilayah Aksai Chin merupakan bagian dari Tiongkok dan selalu menjadi wilayah yuridiksi Tiongkok.

4. Tiongkok akan mempertimbangan untuk menerima garis McMahon apabila India mengubah klaimnya atas Aksai Chin.

Pengajuan Zhou ini kemudian di tolak oleh Nehru dan dibalas dengan mengirimkan pasukan militer ke wilayah yang diklaim oleh India. Melihat hal ini, Zhou mengunjungi India dan mengharapkan untuk menyelesaikan permasalahan di perbatasan dengan jalur negosiasi. Pada saat itu Zhou mengajukan untuk adanya timbal balik untuk saling menerima kedua wilayah dan konstitusi yang dibuat oleh Komisi Perbatasan.65

Upaya PM Tiongkok, Zhou Enlai ini menunjukan bahwa negosiasi merupakan cara yang dapat diterima untuk menyelesaikan permasalahan di perbatasan ini. Pada dasarnya permasalahan timbul akibat adanya benturan kepentingan antara India dan Tiongkok mengenai wilayah perbatasan.

64

Hongzhou Zhang dan Mingjiang Li, Sino‐Indian Border Disputes, (Singapore: Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University). Hal 5.

65


(52)

Melihat upaya yang dilakukan Zhou gagal, maka tahap selanjutnya adalah dengan dilakukannya kunjungan secara diplomatik dimana keduanya mengungkapkan pendapat mengenai wilayah perbatasan berdasarkan sejarah dan geografi.66 Hal ini dianggap sangat menentukan mengenai penentuan garis perbatasan karena awal mula timbulnya klaim-klaim dari masing-masing negara yakni India dan Tiongkok adalah berdasarkan sejarah. Sejarah sebelum Tiongkok menjadi negara republik dan sejarah sebelum India merdeka, yakni ketika pemerintahan Inggris masih menduduki India. Kemudian berdasarkan geografi adalah dengan melihat aliran air dan pegunungan yang membentang yang memisahkan kedua negara tersebut.

Kunjungan ini kemudian menemui jalan buntu dan India menerapkan Forward Policy67 atau kebijakan untuk masa depan pada 1961 dan 1962. Kebijakan ini mengakibatkan munculnya konfrontasi, bentrokan senjata dan berakhir pada perang. Kebijakan India ini membuat pihak Tiongkok meningkatakan pasukan militernya disemua wilayah yang diklaim. Tensi meningkat disemua wilayah perbatasan India dan Tiongkok.68

Pada Oktober 1962, konflik ini terjadi di sektor barat dan pasukan militer India mendirikan pos-pos mliter di wilayah yang diklaim Tiongkok. Peningkatan

66

Navile Maxwell,Sino-Indian Border Dispute Reconsidered.(Economic and Political Weekly : 1999) Hal 912.

67

Kebijakan pada 2 November 1961, dalam kebijakan ini India meningkatkan kekuatan militernya di wilayah perbatasan sebagai bentuk respon terhadap kekuatan militer Tiongkok di wilayah yang disengketakan.

68

Hongzhou Zhang dan Mingjiang Li, Sino‐Indian Border Disputes, (Singapore: Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University). Hal6.


(53)

tensi militer India ini mengakibatkan Tiongkok untuk menutup pintu negosiasi.69 Keputusan ini diambil ketika dilihat tidak terbukanya pintu negosiasi dari India. bisa dikatakan ini merupakan bentuk prilaku balasan terhadap India yang terus menerus meningkatkan kekuatan militernya di wilayah yang menjadi masalah.

Pada 20 Okteober 1962, Tiongkok meningkatkan kekuatan militer yang lebih ofensif dan hal ini merupakan titik awal terjadinya perang India dan Tiongkok. Kemudian Tiongkok menunda serangannya dan secara pribadi Zhou menemui Nehru untuk mengupayakan dilakukannya gencatan senjata dan penarikan pasukan dari wilayah yang disengketakan.70 Zhou masih berupaya untuk menyelesaikan permasalahan perbatasan ini dan menghindari terjadinya perang dalam skala besar.

Namun, Nehru menolak upaya yang diajukan oleh Zhou. Setelah penolakan upaya tersebut, tiga minggu kemudian Tiongkok meningkatkan kekuatan militernya secara besar-besaran dan hanya dalam waktu tiga hari pasukan Tiongkok berhasil mengalahkan pasukan militer India.71

Perang berkahir pada 22 November 1962 dengan kemenangan di Tiongkok dan secara unilateral atau sepihak memutuskan untuk melakukan gencatan senjata di perbatasan yang disengketakan. Satu bulan kemudian, pasukan militer

69

Navile Maxwell,Sino-Indian Border Dispute Reconsidered.(Economic and Political Weekly : 1999) Hal 911

70

Yaacov Vertzberger,India’s Border Conflict with Tiongkok: A Perpectual Analysis(London: Sage) Hal 619.

71

Navile Maxwell,Sino-Indian Border Dispute Reconsidered.(Economic and Political Weekly : 1999) Hal 913


(54)

Tiongkok meninggalkan Garis McMahon sejauh 20 KM dibelakang garis tersebut.72

2. Wilayah yang menjadi Penyebab Konflik

Wilayah yang menjadi penyebab konflik antara India dan Tiongkok dibagi ke dalam tiga sektor wilayah yakni Barat, Timur dan Tengah. Total wilayah yang diperebutkan adalah 135.000 km2yang dibagi menjadi tiga bagian yakni, sektor barat sebesar 38.000 km2 yang akui oleh Tiongkok meliputi wilayah Aksai Chin, Leh dan Ladakh dan 5180 km2 dibawah pengawasan Tiongkok meliputi Lembah Shakgam. Sektor tengah hanya 1820 km2 meliputi wilayah Uttarakhand dan Himachal Pradesh dan sektor timur sebesar 90.000 km2 dibagian wilayah Timur Laut India yakni Arunachal Pradesh.73

Wilayah Timur

Wilayah ini terletak di sebelah timur India dan berbatasan dengan Tiongkok. Wilayah tersebut saat ini disebut Arunachal Pradesh. Wilayah ini memiliki luas sekitar 90.000 km2 dan memiliki populasi lebih dari satu juta orang.74 Kemudian di wilayah ini terdapat Garis McMahon yang membentang dari garis India, Tiongkok dan Butan.

Ketika dilakukannya konferensi Simla untuk menentukan batas Tiongkok dan Tibet, status McMahon masih belum ditentukan secara pasti. Pada 23 Juli

72

Navile Maxwell,Sino-Indian Border Dispute Reconsidered.(Economic and Political Weekly : 1999) Hal 913

73

Bijoy Das,Border Defence Cooperation Agreement: The Icebreaker in Making (New Delhi: IDSA, 2014) Hal 36

74

Hongzhou Zhang dan Mingjiang Li, Sino‐Indian Border Disputes, (Singapore: Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University). Hal 2.Diunduh 07 Maret 2014 (http://www.ispionline.it/sites/default/files/pubblicazioni/analysis_181_2013.pdf)


(55)

1914 Raja Hardinge75 dalam sebuah memo menyebutkan bahwa batas wilayah timur antara India dan Tiongkok atau batas terdepan timurlaut dari India tidak ditentukan dalam konferensi ini (Simla 1913-1914). Hal ini yang membuat PM Tiongkok, Chou Enlai menolak keputusan yang dibuat pada 1956-1957.76 Tiongkok tidak mengakui mengenai status Garis McMahon karena Tiongkok tidak pernah menandatangani mengenai batas wilayah India dan Tibet ini, karena perjanjian ini hanya disepakati oleh India dan Tibet.77

Sebelum India merdeka pada tahun 1947, pemerintah terdahulu India yakni masih dibawah pemerintah Inggris, memberikan perlakuan terhadap Garis McMahon sebagai bagian dari wilayahnya. India pun melakukan hal yang sama terhadap status Garis McMahon pada tahun 1950.78Sebagai wilayah warisan yang diturunkan setelah merdeka, maka India menganggap wilayah ini sebagai bagian dari wilayahnya.

Selain India memasukan Garis McMahon ke dalam wilayahnya sama seperti pemerintahan terdahulu, India pula melakukan hal yang sama dalam menolak untuk melakukan negosiasi dengan Tiongkok dalam memutuskan mengenai kepemilkan Garis McMahon tersebut.79 India melakukan ini karena alasan sejarah yang menentukan kepemilikan wilayah tersebut yakni pada masa pemerintahan Inggris.

75

Raja Hardinge merupakan Raja Muda kerajaan Inggris ketika berkuasa di India.

76

Perjanjian pada tahun 1956-1957 membahas tentang batas wilayah Butan dengan India dan Tiongkok

77

Neville Maxwell, Tiongkok and India: The Un-Negotiated Dispute. (Cambridge Universitu Press: The Tiongkok Quarterly, 1970) Hal 47

78

Neville Maxwell,Tiongkok and India: The Un-Negotiated Dispute.Hal 48.

79


(56)

Persoalan mengenai perbatasan antara India dan Tiongkok sempat teralihkan setelah dilakukannnya negosiasi antara India dan Tibet pada tahun 1954. Keduanya berupaya untuk menjalin hubungan ekonomi. Perjanjian ditandatangani pada 1954. India berencana memperluas kerjasama ini ke dalam lingkup dalam pembahasan persoalan perbatasan. India menggunakan dasar Five Principles sebagai dasar untuk memperkuat status Garis McMahon atas India.80 India meminta Tiongkok untuk menghormati kedaulatan dan wilayah otoritas India atas Garis McMahon.

Hingga konflik yang terjadi pada tahun 1962 antara India dan Tiongkok, status Garis McMahon menjadi status quo. Keduanya masih belum menentukan titik temu untuk menentukan mengenai kepemilikan Garis McMahon. Apabila melihat bagaimana permasalahan ini muncul, maka jalan satu-satunya untuk menyelesaikan persoalan perbatasan ini adalah dengan membicarakan kembali mengenai hasil dari Konferensi Simla pada 1913-1914 dan melibatkan Tibet dalam perundingan ini.

Wilayah Tengah

Wilayah selanjutnya adalah wilayah tengah. Wilayah Tengah di hitung dari garis yang menghubungkan wilayah Administrasi Ngari, Tibet, La Dwags

80


(57)

dan Punjab menuju ke garis yang menghubungkan Tiongkok, India dan Nepal. Luas wilayah ini sekitar 2000 km2.Wilayah ini disebut Sikkim.81

Pada tahun 1890, Pemerintah Inggris dan Tiongkok menyepakati bahwa India memiliki hak untuk mengawasi dan mengontrol urusan luar negeri Sikkim. Sedangkan untuk posisi Butan, Pemerintah Inggris dan Butan menyepakati bahwa India mengontrol urusan luar negeri Butan.82 Keputusan ini menjadikan India sebagai negara yang memiliki hak dan kekuasaan dalam mengakui wilayah tengah sebagai bagian dari wilayahnya.

Pada tahun 1950, India dan Sikkim menyepakati untuk memberikan otonomi kekuasaan pada Sikkim dalam mengurus urusan dalam negeri, namun urusan lingkungan luar akan mendapatkan pengawasan dari India.83 Secara kepemilikan, wilayah Sikkim sendiri menyetujui untuk menjadi bagian dari wilayah kekuasaan India meskipun tidak sepenuhnya.

Dengan melihat sejarah kepemilikan wilayah tengah, hal ini berasal dari perubahan pengakuan yang dilakukan oleh Tiongkok. pada tahun 1959, Tiongkok menegaskan bahwa kepemilikah wilayah tengah diberikan kepada pemerintah India. Pada tahun 1960, PM Tiongkok Chou Enlai mengakui India sebagai negara

81

Hongzhou Zhang dan Mingjiang Li,Sino‐ Indian Border Disputes, (Singapore:Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University). Hal 2.Diunduh 07 Maret 2014 (http://www.ispionline.it/sites/default/files/pubblicazioni/analysis_181_2013.pdf)

82

Surya P.Sharma, The India-Chia Border Dispute: An Indian Perspective,The American Journal of International Law (Januari 1965) Hal 27

83

Alfred P. Rubin,The Sino-Indian Boder Disputes.(Columbia University : Rsearch Student in International Law, 1960) Hal 112.


(58)

yang memiliki kekuasaan atas Sikkim dan Butan yang ketika itu masih menjadi negara perlindungan.84

Wilayah Barat

Wilayah barat memiliki luas wilayah 33.500 km2, wilayah ini disebut Aksai Chin. Wilayah ini di klaim oleh Tiongkok. India mengklaim wilayah Garis Johnson yang membentang di wilayah Aksai Chin.85 Disebut Garis Johnson atau Johnson Line berasal dari W.H Johnson, pegawai negeri sipil Inggris yang diperintahkan Pemerintah Inggris yang menguasai India untuk mencantumkan wilayah Aksai Chin ke dalam wilayah Kashmir. Wilayah Kashmir pada saat itu yakni tahun 1846 berada dibawah pengawasan Pemerintah Inggris. Untuk mengamankan wilayah klaimnya, maka Pemerintah Inggris menginginkan wilayah Aksai Chin.

Nehru memiliki keyakinan yang besar untuk mengklaim Garis McMahon dengan alasan sejarah, yakni ketika pemerintah Inggris masih menguasai India. Namun, di wilayah barat, yakni Aksai Chin, keyakinan Nehru tidak sebesar ketika mengklaim Garis McMahon.

Kebingungan ini terjadi karena Nehru tidak memiliki dasar yang kuat dalam mengeluarkan kalim menengenai wilayah atau sektor barat (Aksai Chin). Dalam peta yang ditunjukan setelah India merdeka, sektor barat (Aksai Chin)

84

Surya P.Sharma,The India-Chia Border Dispute: An Indian Perspective.Hal 27

85

Hongzhou Zhang dan Mingjiang Li,Sino‐ Indian Border Disputes, (Singapore:Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University). Hal 2.Diunduh 07 Maret 2014 (http://www.ispionline.it/sites/default/files/pubblicazioni/analysis_181_2013.pdf)


(1)

Partnership 2013/10/23, http://www.fmprc.gov.cn/en g/zxxx/t1092256.shtml dalam P.S Suryanarayana,A New Way to Managae Old Dispute,Singapura: ISAS, 2013.

Holslag, Jonathan.Tiongkok , India and the Military Securty Dilemma, Brussel: BICCS.

Kronstadt, Alan.Terrorist Attacks in Mumbay, India, and Implications for U.S. Interest. Congresional Research Service (Desember 2008).

Li, Zhang Tiongkok India Relations : Strategic Engagement and Challenges.Tiongkok : Center fi Asian Stidies, Sichuan University, 2010.

Maxwell, Navile.Sino-Indian Border Dispute Reconsidered. Economic and Political Weekly : 1999..

Narayan Das, Rup. India-Tiongkok Defence Cooperation and Military Engagement. New Delhi: Institute for Defence Studies and Studies and Analyises, 2010.

Nuechterlein, Donald.National Interests and Foreign Policy: A Conceptual Framework for Analysis and Decision-Making, British Journal of International Studies, Vol 2(3) (Oct, 1976) pp246-266 dalam Rear Admiral Simon Williams, The Role of the National Interest in the National Security Debate (Inggris :, 2012).

Pal Singh, Wahegur Sidhu. dan Jing-dong Yuan, Resolving The Sio-Indian Border Dsipute,Asian Survey, (April 2011).

Pal Singh, Yaacov. India’s Border Conflict with China: A Perpectual Analysis,Jounal of Contemporary 17. London :SAGE, 1982.

Pathak, Shreesh K.India’s Border and Cross-Border Issues: Problems and Prospect,New Delhi: Centre for South Asian Studies.


(2)

Press Information Bureau Government of India Ministry of Defence: Indo-China Border Defence Cooperation Agreement diunduh dari http://pib.nic.in/newsite/PrintRelease.aspx

Raghavan, Srinath. Stability in Southern Asia: India and Region, Crux of Asia:China, India, and The Emerging Global Order.

Rubin, Alfred P. The Sino-Indian Boder Disputes. Columbia University : Research Student in International Law, 1960.

Scot Tanner, Murray dan Kerry B Dumbaugh, Distracted Antagonosts, Wary Partners:China and India Assess their Security Relations.CAN (September 2011).

Sharma, Surya P. The India-Chia Border Dispute: An Indian Perspective,The American Journal of International Law (Januari 1965).

Sharma, Vishaka. dan A.K.Ghildial, Relevance of Five Principles of Peaceful Coexistence (Panchsheel) in Post Cold War Era, Asian Journal of Multidisciplinary Studies 2 (Mei 2014).

Singh, Mandiph. Tiongkok's Defence Minister in India: Raising Military Relations to the Next Level?. New Delhi : IDSA (Institute of Defence Studies & Analyses), 2012.

Suryanarayana, P. S. Tiongkok-India Defence Diplomacy: Weaving a New Sense Stabilty.Singapura: ISAS, 2012.

Zhang, Hongzhou dan Mingjiang Li, SinoIndian Border Disputes, Singapore: Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University. Hal 2. Diunduh 07 Maret 2014 (http://www.ispionline.it/sites/default/files/pubblicazioni/analysis_181_2013.pdf)


(3)

Skripsi

Svensson, Johan.Sino-Indian Relations: Complex Challenges in a Complex Relationship, Sweden: Halmstad University, 2012. Diunduh 07 Maret 2014 (http://www.diva-portal.org/smash/get/diva2:543006/FULLTEXT01.pdf)

Media Online

Government loses Rs 26K crore in taxes to smuggling, counterfeiting: FICCI diunduh dari http://articles.economictimes.indiatimes.com/2012-12-20/news/35933683_1_fmcg-tobacco-sector-ficci pada 21 September 2014 pukul 20.00.

Indian Army To Hold Joint Military Exercise With China To Combat Terrorism diunduh dari http://archive.indianexpress.com/news/indian-army-to-hold-joint-military-exercise-with-china-to-combat-terrorism/1190777/ pada 21 September 2014 pukul 20.00.

India-China joint military exercise on 'counter terrorism' on Pakistan border in November diunduh dari http://timesofindia.indiatimes.com/india/India-

China-joint-military-exercise-on-counter-terrorism-on-Pakistan-border-in-November/articleshow/37650954.cmspada 8 Oktober 2014 pukul 20.00.

Fourth India-China military exercise in Nov diunduh dari http://indianexpress.com/article/india/india-others/fourth-india-china-military-exercise-in-nov/pada 8 Oktober 2014 pukul 20.00

Victor Maulana,China Dan India Siap Latihan Militer Bersama diunduh dari http://international.sindonews.com/read/839845/40/china-dan-india-siap-latihan-militer-bersamapada 8 Oktober 2014 pukul 20.00


(4)

Lampiran I

Agreement on the Maintenance of Peace along the Line of Actual Control in the India-China Border

September 7, 1993

The Government of the Republic of India and the Government of the People's Republic of China (hereinafter referred to as the two sides), have entered into the present Agreement in accordance with the Five Principles of mutual respect for sovereignty and territorial integrity, mutual non-aggression, non-interference in each other's internal affairs, equality and mutual benefit and peaceful coexistence and with a view to maintaining peace and tranquility in areas along the line of actual control in the India-China border areas.

1. The two sides are of the view that the India-China boundary question shall be resolved through peaceful and friendly consultations. Neither side shall use or threaten to use force against the other by any means. Pending an ultimate solution to the boundary question between the two countries, the two sides shall strictly respect and observe the line of actual control between the two sides. No activities of either side shall overstep the line of actual control. In case personnel of one side cross the line of actual control, upon being cautioned by the other side, they shall immediately pull back to their own side of the line of actual control. When necessary, the two sides shall jointly check and determine the segments of the line of actual control where they have different views as to its alignment.

2. Each side will keep its military forces in the areas along the line of actual control to a minimum level compatible with the friendly and good neighbourly relations between the two countries. The two sides agree to reduce their military forces along the line of actual control in conformity with the requirements of the


(5)

principle of mutual and equal security to ceilings to be mutually agreed. The extent, depth, timing, and nature of reduction of military forces along the line of actual control shall be determined through mutual consultations between the two countries. The reduction of military forces shall be carried out by stages in mutually agreed geographical locations sector-wise within the areas along the line of actual control.

3. Both sides shall work out through consultations effective confidence building measures in the areas along the line of actual control. Neither side will undertake specified levels of military exercises in mutually identified zones. Each side shall give the other prior notification of military exercises of specified levels near the line of actual control permitted under this Agreement.

4. In case of contingencies or other problems arising in the areas along the line of actual control, the two sides shall deal with them through meetings and friendly consultations between border personnel of the two countries. The form of such meetings and channels of communications between the border personnel shall be mutually agreed upon by the two sides.

5. The two sides agree to take adequate measures to ensure that air intrusions across the line of actual control do not take place and shall undertake mutual consultations should intrusions occur. Both sides shall also consult on possible restrictions on air exercises in areas to be mutually agreed near the line of actual control.

6. The two sides agree that references to the line of actual control in this Agreement do not prejudice their respective positions on the boundary question.

7. The two sides shall agree through consultations on the form, method, scale and content of effective verification measures and supervision required for the


(6)

reduction of military forces and the maintenance of peace and tranquility in the areas along the line of actual control under this Agreement.

8. Each side of the India-China Joint Working Group on the boundary question shall appoint diplomatic and military experts to formulate, through mutual consultations, implementation measures for the present Agreement. The experts shall advise the Joint Working Group on the resolution of differences between the two sides on the alignment of the line of actual control and address issues relating to redeployment with a view to reduction of military forces in the areas along the line of actual control. The experts shall also assist the Joint Working Group in supervision of the implementation of the Agreement, and settlement of differences that may arise in that process, based on the principle of good faith and mutual confidence.

9. The present Agreement shall come into effect as of the date of signature and is subject to amendment and addition by agreement of the two sides.

Signed in duplicate at Beijing on the Seventh day of September 1993 in the Hindi, Chinese and English languages, all three texts having equal validity.

[Signed:] R. L. Bhatia

Minister of State for External Affairs Republic of India

Tang Jiaxuan Vice-Foreign Minister People's Republic of China

Sumber : http://www.stimson.org/research-pages/agreement-on-the-maintenance-of-peace-along-the-line-of-actual-control-in-the-india-china-border/