Strategi multi track diplomacy dalam kerjasama ekonomi industri Korea Selatan (ROK) terhadap Indonesia Tahun 2006-2012
“STRATEGI MULTI TRACK DIPLOMACY DALAM KERJASAMA
EKONOMI INDUSTRI KOREA SELATAN (ROK) TERHADAP
INDONESIA TAHUN 2006- 2012”
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Mahyar Diani
NIM: 1110083000015
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
ABSTRAKSI
Skripsi ini menganalisis strategi multi track diplomacy dalam kerjasama ekonomi industri Korea Selatan (ROK) dengan Indonesia pada tahun 2006-2012. Penelitian ini menemukan bahwa hubungan kerjasama ekonomi Korea Selatan dengan Indonesia sudah cukup lama terjalin sejak tahun 1971, bahkan hubungan kedua negara cenderung dikatakan semakin meningkat sejak dibentuknya deklarasi bersama kemiraan strategis (Joint Declaration on Strategic Partnership) yang kemudian difokuskan kedalam Indonesia-Korea Joint Task Force on
Economic Cooperation (JTF-EC) pada Desember 2006. Melalui strategi multi
track diplomacymaka kesepakatan kerjasama ekonomi industri antara kedua negara dapat lebih mudah dijalankan. Strategi multi track diplomacy dilatarbelakangi oleh kepentingan Korea Selatan untuk meningkatkan perekonomian Korea Selatan, mempertahankan posisinya sebagai negara industri maju dengan mobilisasi industri Indonesia, dan menyebarkan citra “global Korea”. Penelitian ini menjelaskan bahwa pelaksanaan strategi multi track
diplomacy
yaitu melalui diplomasi government, diplomasi business, diplomasi
communications and media
yang dilakukan Korea Selatan terhadap Indonesia salah satunya diwujudkan dengan keterlibatan perusahaan industri besar Korea Selatan seperti POSCO dan Arirang World (After School Club).
Kerangka pemikiran yang digunakan dalam skripsi ini adalah konsep Kepentingan Nasional, Kerjasama Internasional, dan Multi Track Diplomacy dengan mengutip dari berbagai sumber. Konsep Kepentingan Nasional digunakan untuk menganalisis kepentingan ekonomi industri Korea Selatan menggunakan strategi multi track diplomacy, konsep Kerjasama Internasional digunakan untuk menganalisis sejauh mana kestabilan dan keadaan ekonomi industri Korea Selatan beserta peluang dan ancaman terhadap keadaan ekonomi industri Korea Selatan terhadap Indonesia melalui soft power, sedangkan Multi Track Diplomacy digunakan untuk menganalisis strategi diplomasi soft power dan langkah yang dilakukan Korea Selatan terhadap pencapaian kepentingan nasionalnya dalam kerjasama ekonomi industri terhadap Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan menggunakan sumber data skunder dan pustaka. Dari hasil analisis dengan menggunakan tiga konsep tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi multi track diplomacy merupakan kebijakan diplomasi
soft power
yang tepat bagi Korea Selatan terhadap Indonesia dalam kerjasama ekonomi industri tahun 2006-2012 untuk menyebarkan perdamaian dan mewujudkan kepentingan nasionalnya di abad ke-21, yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi industrinya dan memperkuat posisi Korea Selatan sebagai negara industri maju dunia melalui peran industri besar Korea Selatan di Indonesia seperti POSCO dan After School Club melalui program Arirang World.
Kata Kunci: Multi track diplomacy, Kepentingan Nasional, Kerjasama Internasional, Korea Selatan, Indonesia, Joint Declaration, Ekonomi, Industri, Citra Global Korea, POSCO, Arirang World.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi ALLAH SWT atas segala nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
“Strategi Multi Track Dalam Kerjasama Ekonomi Industri Korea Selatan (Rok) Diplomacy
Terhadap Indonesia Tahun 2006-2012. Skripsi ini dikerjakan demi memenuhi
salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana pada program studi Hubungan Internasional.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin selesai dengan hasil karya penulis sendiri tanpa ada bantuan baik secara materi, bantuan bimbingan penulisan, saran, motivasi, tenaga, waktu, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini:
1. Kepada kedua orang tuaku yang terkasih dan tercinta, ayahanda dan ibunda (Najamuddin dan Yustuti Erlina S.H) untuk setiap doa, kasih sayang, perhatian, didikan, ajaran, semangat, motivasi dan segalanya yang tak terbatas disepanjanng hidup saya. Semoga Allah SWT selalu melindungi dan mengasihi kedua malaikat penolongku.
2. Kepada abang saya dan istri (M. Reza Akmal S.H dan Sri Rani Putri Am.Keb), keponakan cantik Raissa Anindita Akmal, atok H.Ibnu Hajar, andong alm.Hj.
Fauziah, kakek alm.sudin, nenek alm.Surti, dan semua keluarga ku tersayang.
3. Bapak Febri Dirgantara Hasibuan, M.M selaku dosen pembimbing skripsi saya.
Terima kasih atas semua pengetahuan, motivasi, nasihat, dan kesabaran beliau yang sangat luar biasa dalam membimbing saya menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Armein Daulay, M.Si juga Papa Herman dan Mama Eva atas doa dan perhatian, semoga Allah SWT selalu menjaga mereka sebagai orang tua ku.
5. Ibu Debbie Affianty, M.Si dan Bapak Agus Nilmada Azmi, M.Si selaku ketua dan sekretaris program studi Hubungan Internasional UIN Jakarta.
6. Dosen program studi Hubungan Internasional: Bapak Nazaruddin Nst S.H, M.A, Bapak Adian Firnas, Bapak Faisal Nurdin, Ibu Eva Mushofa, Kak
Mutiara Pertiwi, Ibu Dina Afriyanti, Ibu Rahmi Fitriyanti. Terima kasih atas ilmu yang diberikan selama penulis menuntut ilmu di UIN Jakarta.
7. Sahabat Hubungan Internasional 2010 (Detty, Peni, Uun, Lydia, Defa, Yuri, Mai, Isti, Zakiya, Dienny, Uni Puput, Rossa, Tisa, Oya, Reza, Nindy, Retno, Murdok Aulia, Uda Alva, Bg Wahyu, Rian, Rami, Ode, Navis, Edo, Yoga, Viqry, Dhani, Adam, Farhan, Rafsan, Herman, Aldy, Malo, Rachmad) tidak satupun kenangan bersama kalian yang akan penulis lupakan. Terima kasih untuk kebersamaan kita, sukses untuk kita dan seluruh angkatan 2010.
8. Sahabat HMJ HI UIN Jakarta periode 2012-2013, BEM FISIP UIN Jakarta periode 2012-2013, PMII Komisariat FISIP, Komunitas Mahasiswa Sumatera Utara (KMSU), HI-A 2010, HI 2008/2009 Indra Ramadhan, Ardhy Dinata, Dimas Juniarto, Imam Rhozali, Imam Baihaqi, Bagus Aulia, M.Eka, Rajif Amar, Muhibin, Rizky.A, Affan Akbar, Khairunnisa Lbs, Andi Dian, Nyimas Diah, Andini, Hudaf.M, Derry.A, Majid Aswaja. Terima kasih kakak senior atas doa, bantuan, saran, serta motivasi selama ini, sukses selalu untuk kakak.
9. Sahabat cantik kost Griya Aini (Mbak Ar, Mbal Lis, Uni Resti, Nourma, ka Findri, tata Mutya, teh Icha, amal, ka Hikma, ka Harum, ka Ummu, Ka Aini, Asmi, Ega, Rahmah, Ka Desi, Nita, Vizel,Vina, Anjar, Bibil).
10. Terkhusus untuk sahabat “Adventure” (R.S Ayu Ramadhana, Alfi Fadli, Edi Syaputra, M.Rajiv Syarif, Trihilman Hasbi, alm.Reza Hendrik) terima kasih atas persahabatan yang begitu indah, semoga kita bisa terus saling mendukung dan meraih masa depan bersama-sama.
11. Sahabat perjuangan MAN Binjai 2010 dan Sahabat kompak KKN GARUDA- 18 tahun 2014 UIN Jakarta terima kasih untuk kebersamaan kita.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi perbaikan mendatang. Semogaini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan menambah ilmu pengetahuan bagi pembacanya, semoga Allah SWT meridhoi dan dicatat sebagai ibadah disisi-Nya, amin.
Jakarta, 26 September 2014
Mahyar Diani
DAFTAR SINGKATAN
BUMN : Badan Usaha Milik Negara RI: Republik Indonesia CES: Consumer Electronik Show ROK : Republic of Korea. FDI : Foreign Direct Investment SDA: Sumber Daya Alam GDP: Gross Domestic Product SDM: Sumber Daya Manusia GFK: Growth for Knowledge UMR: Upah Minimum Rakyat. HAM: Hak Asasi Manusia UNESCO:
IMF: International Monetary Fund United Nations Educational, JCC: Joint Commission on Cultural Scientific, and Cultural Organization Cooperation USA: United State of America JSG: Joint Study Group UWI: United Way International JTF-EC: Joint Task Force on Economic WG: Working Group Cooperation WLTFM: Working Level Task Force JUMP: Job Upgrading and Maturing Meetting Program
WRC: Worker‟s Rights Consortium
IK-CEPA: Indonesia Korea Conprehensive Economic Partnership Agreement KFF: Korean Freedom Federation KHIS: Korean House for International Solidarity KOICA: Korea International Cooperation Agency KS : Krakatau Steel MOFAT: Ministry of Foreign Affairs and Trade MOTIE: Ministry of Trade, Industry and Energy MoU: Memorandum of Understanding MNC: Multinational Corporation OECD: Organization for Economic Cooperation and Development PHK: Pemutusan Hubungan Karyawan POSCO: Pohang Iron and Steel Company
DAFTAR GAMBAR, GRAFIK DAN TABEL
Gambar I.I .............................................................................................................. 6 Gambar IV.2 ......................................................................................................... 65 Gambar IV.3...........................................................................................................74 Grafik I.1 ................................................................................................................. 4 Grafik II.2 .............................................................................................................. 31 Grafik II.3 .............................................................................................................. 32 Grafik II.4 ............................................................................................................... 35 Grafik II.5 ............................................................................................................... 37 Grafik III.6 ............................................................................................................. 49 Grafik III.7 ............................................................................................................. 49 Grafik III.8 ............................................................................................................. 50 Grafik IV.9 ............................................................................................................. 68 Grafik IV.10 ........................................................................................................... 76 Tabel II.I ................................................................................................................ 28 Tabel IV.2 ............................................................................................................. 60
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Joint Statement Between The Republic of Indonesia and The
Republic of Korea
Lampiran 2 Joint Study Group IK-CEPA Lampiran 3 Siaran Pers ke-
Presidenan Kedutaan RI di Seol “Indonesia dan Korea Tentang JTF
Lampiran 4 Perusahaan Korea Selatan Yang Menjalankan Industri Di Indonesia Tahun 2010-2012
Lampiran 5 Pemantauan Impor 31 Kelompok Hasil Industri Korea Selatan di Indonesia
Lampiran 6 Steel Plant-Overseas Steel Mill-POSCO Lampiran 7 Negara Asal Impor Terbesar Untuk Produk Hasil Industri Lampiran 8 Laporan Kegiatan Sidang Pertama Komisi Bersama Kebudayaan
DAFTAR ISI
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .......................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ......................................................ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI.....................................................iii
ABSTRAK.............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... vii
DAFTAR GRAFIK, GAMBAR, TABEL ........................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
BAB.I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Pertanyaan Penelitian ......................................................................................... 9
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................ 10
1.4 Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 10
1.5 Kerangka Teori................................................................................................. 13
1.5.1 Konsep Kepentingan Nasional ............................................................... 13
1.5.2 Konsep Kerjasama Internasional ........................................................... 16
1.5.3 Multi Track Diplomacy .......................................................................... 17
1.6 Metodelogi Penelitian ...................................................................................... 21
1.7 Sistematika Penulisan ...................................................................................... 22
BAB.II. HUBUNGAN BILATERAL EKONOMI KOREA SELATAN-
INDONESIA
2.1 Kondisi Ekonomi Korea Selatan-Indonesia ................................................... 24
2.1.1 Gambaran Umum Perekonomian Korea Selatan Pasca Krisis ............ 24
2.1.2 Perekonomian Korea Selatan Sebagai Negara Industri Maju ............. 27
2.1.3 Gambaran Umum Perekonomian Indonesia Dalam Kerjasamaa Kemitraan Strategis dengan Korea Selatan .................... 36
2.2 Bentuk Kerjasama Ekonomi Korea Selatan-Indonesia ................................... 38
2.2.1. Kerjasama Kemitraan Strategis Korea Selatan-Indonesia (MoU
Joint Declaration on Strategic
Partnership between RI and ROK) ... 38
2.2.2. Indonesia-Korea Joint Task Force on Economic Cooperation
(JTF-EC)
............................................................................................ 40 2.2.3. Peluang dan Hambatan citra “global Korea” di Indonesia ................. 42
BAB.III. PERAN PENTING STRATEGI MULTI TRACK DIPLOMACY
DALAM KERJASAMA EKONOMIINDUSTRI KOREA SELATAN-INDONESIA 2006-2012
3.1 Latar Belakang Penggunaan Strategi Multi Track Diplomacy ........................ 45
3.2 Multi Track Diplomacy Sebagai Strategi Untuk Meningkatkan
Ekonomi Korea Selatan .................................................................................. 47
3.3 Multi Track Diplomacy sebagai Strategi Untuk Mobilisasi Industri Indonesia ........................................................................................................ 52
3.4 Multi Track Diplomacy Sebagai Strategi Untuk Membangun Citra “global Korea” ...................................................................................... 53
BAB.IV. LANGKAH MULTI TRACK DIPLOMACY DALAM KERJASAMA
EKONOMI INDUSTRI KOREA SELATAN-INDONESIA 2006- 20124.1 Aktor Multi Track Diplomacy dalam Kerjasama Ekonomi Industri Korea Selatan Indonesia..................................................................................57
4.2 Strategi Multi Track Diplomacy Korea Selatan Terhadap Indonesia..............58
4.2.1 Diplomasi Government Korea Selatan Terhadap Indonesia (Perwujudan Perdamaian melalui Diplomasi) .... ..................................58
4.2.1.1 Kepala Negara dan Kedutaan Korea Selatan ..........................58
4.2.1.2 Ministry of Foreign Policy and Trade-MOFAT......................62
4.2.2 Diplomasi Business Korea Selatan Terhadap Indonesia (Perwujudan Perdamaian melalui Perdagangan, Ekspor, FDI) ............67
4.2.2.1 Perusahaan Industri Baja POSCO (Pohang Iron and
Steel Company) Korea Selatan................................................69
4.2.3 Diplomasi Communications and the Media Korea Selatan Terhadap Indonesia (Perwujudan Perdamaian melalui Media dan Informasi) ...................................................................................... 74
4.2.3.1 Arirang World TV (Program After School Club) .................... 76
BAB.V. KESIMPULAN
Kesimpulan ............................................................................................ 79
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... xii
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................................
BAB. I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Abad ke 21 ditandai sebagai abad yang sangat menentukan dalam meningkatkan eksistensi Korea Selatan di kancah internasional. Hal tersebut dikarenakan, Korea Selatan dinilai telah berhasil dalam menyebarkan pengaruh
1
budaya Hallyu/Korean Wave ke berbagai wilayah di dunia, dan berhasil meraih
2 Bahkan Korea Selatan juga berhasil “Memory of the World Heritage” UNESCO.
dalam membangun hubungan kerjasama ekonomi di bidang industri dengan berbagai negara salah satunya Indonesia. Hubungan kerjasama ekonomi industri yang dilakukan oleh Korea Selatan tersebutlah yang pada akhirnya mendorong Korsel sebagai negara ekonomi industri maju dunia. Keberhasilan hubungan kerjasama ekonomi industri tersebut, tidak terlepas dari beberapa pihak, seperti: pemerintah, bisnis, dan media.
Sejarah mencatat bahwa hubungan bilateral ekonomi antara Korea Selatan dengan Indonesia telah lama terjalin, hal tersebut dibuktikan dengan adanya penandatanganan kerjasama ekonomi dan teknik serta pengembangan perdagangan antara Republik Indonesia dan Korea Selatan pada bulan April 1971
3
di Jakarta. Pada tahun sebelumnya juga terdapat beberapa kerjasama ekonomi 1 yang telah dijalankan kedua negara seperti penanaman FDI petama Korea Selatan
Lee, S.J , “The Korean Wave: The Seoul of Asia‟, The Elon Journal of Undergraduate Research in Communications Vol. 2 2(1), 2011, 85.
UNESCO, “UNESCO Memory Of The World -Training Workshop In The Asia-Pasific Region”, [Pdf online], (Incheon,
3 Republic of Korea, 2009).
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, “Korea Republic (Korea Republik)”, [data online]; tersedia di: ;internet; diunduh pada 6 Agustus 2014. berupa perusahaan pengembangan tambang senilai USD 2,85m dan pabrik
4
pengolahan kayu di Kalimantan pada tahun 1969, dan sebagainya. Kemudian, hubungan kedua negara terutama dalam aspek ekonomi semakin intens dilaksanakan setelah ditandatanganinya deklarasi bersama pembentukan kemitraan strategis (Joint Declaration on Strategic Partnership to Promote
Friendship and Cooperation between the Republic of Indonesia and the Republic
of Korea in the 21st Century)oleh kedua kepala negara pada tanggal 4 Desember
5
2006. Terkait dalam aspek kerjasama ekonomi, kedua negara memfokuskan
6 kedalam FDI, ekspor dan perdagangan.
Kerjasama ekonomi antara kedua negara ini memberikan peluang bagi Korea Selatan untuk memperluas industrinya ke Indonesia melalui FDI maupun ekspor atau perdagangan. Salah satu kerjasama tersebut dibuktikan dengan masuknya perusahaan industri besar Korea Selatan seperti POSCO di Indonesia yang menanamkan FDI nya dan melakukkan kerjasama joint venture agreement dengan perusahaan negeri Indonesia (BUMN) Indonesia PT.Krakatau Steel
7 menjadi PT.Krakatau Posco pada Agustus 2010.
Keberhasilan Korea Selatan sebagai negara ekonomi maju dan industri maju dunia, memberikan inspirasi yang baik bagi rekan kerjasama ekonomi negara berkembang seperti Indonesia. Sebagai negara bekas penjajahan Jepang, 4 konflik perang saudara dan negara yang pernah dilanda krisis 1997 dan 2008,
Jaisohn Eau, “Crisis, Contradiction and Contingency: An Ethnography of Corporate Capitalism in Korea and Indonesia”,
5 Dissertation, (eScholarship, University of California, 2010),h.20. 6 Diplomasi Indonesia 2012, “Republik Korea”, Jakarta: Perpustakaan Departemen Luar Negeri Ali Alatas, 2012, h.36.Kedu taan Republik Indonesia, Seoul, Korea Selatan, “Kerjasama Ekonomi,” Indonesia Embassy Seoul 2014. [Artikel on-
line]; tersedia di: ;Internet; diunduh pada 20 7 Februari 2014
PT.Krakatau Posco, “Perusahaan-Latar Belakanng” [Data online]; tersedia di: internet; diunduh pada 8 Oktober 2014. pertumbuhan ekonomi Korea Selatan tergolong sangat dinamis dan kuat. Hal tersebut terbukti dari perubahan besar Korea Selatan sebagai negara perekonomian agraris, menjadi salah satu negara industri maju di dunia dengan
8
pendapatan perkapita saat ini melebihi US$ 20.000 pertahunnya. Selanjutnya hal tersebut mendorong adanya penurunan tingkat pengangguran Korea Selatan yang
9 saat ini sebesari total 196 negara dunia.
Saat ini, isu ekonomi telah menjadi concern hampir di seluruh negara di dunia. Modernisasi pada abad ke-21 membawa masyarakat internasional kearah yang lebih beragam, sehingga diplomasi yang dilakukan juga ikut berubah kearah yang lebih modern, salah satunya multi track diplomacy. Melalui multi track
diplomacy
inilah, Korea Selatan mencoba untuk melangsungkan hubungan kerjasama ekonomi industri dengan Indonesia dan seolah menggambarkan bahwa telah adanya sebuah kesatuan yang kuat di internal Korea Selatan dan memiliki
power
yang mampu mempengaruhi lingkungan internasional. Sehingga, multi
track diplomacy
dapat dikatakan sebagai langkah yang dapat memberi jalan kemudahan bagi Korea Selatan untuk meningkatkan eksistensi dan pengaruhnya terhadap Indonesia.
Jika dilihat berdasarkan pada perkembangan hubungan kerjasama ekonomi Korea Selatan dengan Indonesia hingga saat ini, maka tidak terlepas dari adanya
10
8 peran pengaruh budaya Korea Selatan. Pengaruh budaya Korea Selatan padaAsian info, “Korea's Economy,” [artikel on-line]; tersedia di;
9 internet; diunduh pada 10 Februari 2014Trading Economic, “Indocators for 196 Countries”; [data oline]; tersedia di:;internet;
10 diunduh pada 15 Mei 2014.
Hallyu atau Korean Wave (gelombang Korea), merupakan suatu fenomena budaya pop Korea, yang berawal dari drama
televisi, musik pop Korea, film, industri hiburan yang disebarluaskan melalui media massa dan popularitasnya menyebar ke
seluruh kawasan Asia, terutama Indonesia, Taiwan, Jepang, Hong Kong, Filipina, Thailand, Vietnam, sebagian Rusia, serta Meksiko abad ke-21 dapat dikatakan cukuplah kuat di Indonesia, hingga berhasil memberikan pengaruh besar kepada masyarakat Indonesia.
Grafik.I.1. View of South Korea’s Influence in 2010
Sumber: BBC Cuntry Polling-Vie w of South Korea‟s Influence
Sumber
Data grafik analisis diatas berdasarkan survey yang dilakukan oleh BBC pada tahun 2010, menjelaskan bahwa dunia internasional memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap pengaruh Korea Selatan dan menjelaskan bahwa urutan paling teratas terhadap pengaruh positif Korea Selatan ialah negaranya sendiri, kemudian disusul oleh Indonesia sebagai negara yang sangat menerima dengan positif masuknya pengaruh kebudayaan Korea Selatan, selanjutnya disusul oleh Ghana, Nigeria, USA, Australia, China Spanyol, Inggris, dan Chili, sedangkan pada posisi terakhir adalah Germany.
Jika berbicara mengenai pengaruh budaya, maka dapat dikatakan terdapat ekspansi budaya Korea Selatan yang menjadi fenomena global bersejarah ialah ialah fenomena “Arirang”. Asal mula munculnya “Arirang” memiliki persfektif yang berbeda antara Korea Utara dengan Korea Selatan, akan tetapi para peniliti kedua negara setuju dengan satu pemahaman tentang keberadaan Arirang yaitu berdasarkan dari cerita sebuah film yang berjudul
“Arirang” pada tahun 1926
tentang kehidupan seorang pria Korea yang berjuang hidup dan membela hak
11
bangsa Korea saat imprealisme Jepang hingga ditangkap dan siksa. Bukti keberadaan
“Arirang” sebagai fenomena internasional ialah pada masa Perang
Dunia I, ketika tentara Jerman melakukan rekaman riset berupa cerita juga lagu- lagu rakyat tahanannya terhadap tentara-tentara tahanan perangnya dan menghasilkan 230 bahasa yang berbeda, kemudian salah satu hasil rekaman riset tersebut berisi lagu ”Arirang” yang dinyanyikan oleh dua tahanan tentara Korea dan tentara Rusia, rekaman disimpan dalam tempat penyimpanan data di
12 Universitas Humboldt Berlin.
Saat ini berbagai peristiwa yang membuktikan simbol keberhargaan “Arirang” diantaranya ialah pemerintah Korea Selatan membentuk stasiun Arirang TV pada tahun 1996 dan masih bertahan hingga saat ini untuk memperkenalkan bangsa Korea lebih jauh lagi ke dunia internasiona yaitu Arirang
13 World TV
. Arirang World TV memberikan andil yang cukup besar dalam pegaruh kebudayaan Korea Selatan ke dunia internasional termasuk Indonesia dan salah satunya melalui program After School Club. Kebudayaan cukup memberikan pengaruh positif terhadap industri Korea Selatan sehingga dapat meningkatkan nilai FDI, ekspor dan perdagangan Korea Selatan terhadap Indonesia. Berikut merupakan peresentasi pengaruh kebudayaan Korea Selatan terhadap minat industri Korea Selatan: 11 Koreana, A Quarterly on Korean Culture & Arts, “Arirang”, [data online]; tersedia di:
;internet; diunduh pada 9
12 Agustus 2014. 13 Koreana, A Quarterly on Korean Culture & Arts, “Arirang”,internet; diunduh 9 Agustus 2014.
Infotelevisi.com, “Arirang World”; [artikel online]; tersedia di:;interner; diunduh pada 7 Agustus 2014.
Gambar.I.1
Purchased Korean Products After Experiencing Korean Wave in Asia
Sumber: KITA.org, News, Korean Wave Show a Way to Export
Data analisis gambar diatas menjelaskan bahwa berdasarkan survey yang dilakukan oleh Lembaga Perdagangan Internasional Korea Selatan (KITA) pada 1.173 konsumen di Asia, kebudayaan Korea Selatan salah satunya melalui
Hallyu/Korean Wave
terbukti memberikan keuntungan terhadap industri Korea Selatan saat ini dengan perbandingan sebesar 75,4% konsumen yang terpengaruh dan 24,6 % konsumen yang menolak.
Hal tersebut seakan menjadi sebuah pintu bagi Korea Selatan untuk meningkatkan berbagai langkah diplomasi seperti diplomasi multi track dalam melangsungkan kerjasama ekonomi industri kedua negara. Terkait penulisan ini, kerjasama ekonomi industri kedua negara melalui diplomasi multi track dimainkan oleh berbagai aktor seperti pemerintah, bisnis, dan media yang diperankan oleh POSCO dan After School Club dalam program Arirang World TV.
Meneliti kerjasama ekonomi industri antara kedua negara tersebut, dapat dilihat dari perspektif kepentingan nasional masing-masing negara. Artinya, jika kedua negara menjalin hubungan kerjasama ekonomi industri maka akan menghasilkan keuntungan bagi kedua negara. Dimana Korea Selatan merupakan negara yang terus berinovasi dalam kemajuan teknologi dan informasi, sumber daya manusia juga manajemen yang berkualitas, dan industri maju sedangkan Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam melimpah, pasar domestik yang besar dan strategis, juga sumber daya manusia yang sedang berkembang,
14 stabilitas politik (yang relatif), dan upah tenaga kerja yang tergolong rendah.
Terkait hubungan ekonomi industri, Korea Selatan adalah partner dagang yang penting bagi Indonesia dilihat sejak tahun 2006 hingga tahun 2012 yang secara umum mengalami peningkatan dan pada tahun 2012 merupakan peningkatan yang tergolong luar biasa dari pada tahun sebelumnya. Pada tahun 2006 total perdagangan kedua negara sebesar US$ 3,05 miliar, pada tahun 2007 total perdagangan sebesar US$ 3,40 miliar mengalami peningkatan sebesar
15
11,68% bila dibandingkan data tahun 2006 dan pada tahun 2008 total
16
perdagangan sebesar US$ 19,25 miliar . Selanjutnya pada tahun 2009 total perdagangan kedua negara sebesar US$ 12,8 miliar, pada tahun 2010 total perdagangan sebesar US$ 20,3 miliar mengalami peningkatan sebesar 57,36% dibandingkan data tahun 2009 dan tahun 2011 total perdagangan mencapai US$
17
21,2 miliar , sedangkan pada tahun 2012 nilai perdagangan kedua negara sebesar
14 Indonesia Investment, “Budaya-Ekonomi Indonesia”, [artikel online]; tersedia di: http://www.indonesia-
15 internet; diunduh pada: 8 Juni 2014.
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia ,”Laporan Atase Perdagangan-Perkembangan Perdagangan Indonesia
Korea Selatan 2007”; [data online]; tersedia di: ;
internet; 14 Mei 2014 16 Conference of Indonesian Students (CISAK) 2009, Astase perdagangan KBRI Seoul, “Perkembangan Perdagangan Indonesia-Korea Tahun 2008”; [pdf online]; tersedia di: 17 ;internet; diunduh pada: 15 Mei 2014
Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Luar Negeri RI, ” Dampak Perjanjian Perdagangan Barang Asean-Korea FTA
(AKFTA) Terhadap Indonesia dan Korea Selatan”; [Artikel online]; tersedia di: internet; diunduh pada 14 Mei 2014.18 US$ 27,020 miliar. Data analisis tren menunjukkan nilai penurunan dan peningkatan, namun secara umum menunjukkan kecenderungan meningkat.
Hubungan ekonomi kedua negara juga dapat dilihat dari besarnya FDI Korea Selatan yang menempati urutan keempat selama dua tahun beturut-turut yaitu pada tahun 2012 dengan nilai FDI sebesar US$ 1.949,7 juta, meningkat sebesar 60% dibandingkan data tahun 2011 dengan nilai FDI sebesar US$ 1.218,7
19
juta. Besarnya keinginan Korea Selatan untuk menanamkan FDI di Indonesia, membuat kedua pemerintah berencana untuk membuka sebuah kantor Indonesia
Investment Promotion Center
di Seoul yang bertujuan untuk mempromosikan keunggulan dan potensi-potensi yang dimiliki Indonesia agar lebih meningkatkan
20 minat FDI Korea Selatan di Indonesia.
Secara konseptual dapat dikatakan bahwa, ekosistem multi track
diplomacy dalam pengembangan kerjasama ekonomi industri Korea Selatan
dengan Indonesia terdiri dari berbagai dimensi, seperti: adanya perubahan politik dunia dalam sistem internasional, power yang dimiliki negara untuk mewujudkan kepantingannya melalui soft power, perilaku masyarakat domestik ikut mempengaruhi kebijakan yang nantinya akan dibuat oleh aktor negara dan non negara, kemajuan dibidang ilmu pengetahuan teknologi dan informasi dalam
18 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, “Berita Industri-Karpet Merah Untuk Korea Selatan”; [artikel online];
tersedia di:
;internet; diunduh pada 15 Mei
19 2014.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, “Pertemuan Komite Bersama Kerjasama Ekonomi
Indonesia Korea Selatan ke- 3”; [Artikel on-line]; tersedia di: 20 internet; diunduh pada 14 Mei 2014.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, “Pertemuan Komite Bersama Kerjasama Ekonomi Indonesia Korea Selatan ke- 3”; [Artikel on-line] diunduh pada 14 Mei 2014. industri, keterbukaan terhadap aktivitas internasional, serta potensi SDA dan SDM.
Fenomena ini sekaligus memperlihatkan adanya sebuah transisi dan strategi baru dari sistem pemerintahan Korea Selatan yang mulai melakukan perubahan signifikan untuk menyebarkan perdamaian melalui kerjasama ekonomi industri terhadap Indonesia bahkan terhadap dunia internasional. Konsekuensi transisi tersebut adalah memposisikan Korea Selatan sebagai negara yang tetap
survive di sistem internasional salah satunya dalam bidang ekonomi industri.
Melalui strategi inilah pada akhirnya Korea Selatan berhasil meraih sukses dalam bidang ekonomi khususnya melalui sektor industri yang menjadi salah satu fokus dalam kepentingan nasionalnya. Keberhasilan dari strategi tersebut membuat penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai penggunaan strategi multi
track diplomacy dalam kerjasama ekonomi industri Korea Selatan (ROK)
terhadap Indonesia tahun 2006-2012.1.2 Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian yang diangkat ialah: “Bagaimana strategi multi track
diplomacy
dalam kerjasama ekonomi industri Korea Selatan (ROK) terhadap Indonesia tahun 2006-
2012?”
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Terkait dengan pembahasan diatas, tujuan dari penulisan ini adalah untuk: 1. Mengetahui alasan mengapa Korea Selatan semakin meningkatkan hubungan kerjasamanya dengan Indonesia terutama dalam bidang kerjasama ekonomi terkait industri.
2. Mengetahui dan menjelaskan bagaimana strategi multi track diplomacy dalam kerjasama ekonomi industri Korea Selatan dengan Indonesia sehingga dapat mewujudkan kepentingan nasional negara.
3. Mengetahui apakah strategi multi track diplomacy berhasil dalam mewujudkan kerjasama ekonomi industri Korea Selatan dengan Indonesia periode 2006- 2012.
Sedangkan manfaat dari penulisan ini ialah: 1. Diharapkan penulisan ini dapat menjadi salah satu bahan referensi dan pengetahuan bagi pelajar studi Hubungan Internasional dalam hal kajian mengenai multi track diplomacy, dan memahami pembangunan citra suatu bangsa serta kemajuan perekonomian suatu bangsa melalui kerjasama ekonomi industri.
2. Diharapkan penulisan ini dapat memberikan sumbangsih kepada masyarakat, pelajar dan khususnya pemerintah terkait aspek ekonomi di bidang industri melalui diplomasi multi track.
1.4 Tinjauan Pustaka
Tiga penelitian yang menjadi sumber referensi berkaitan dengan penulisan ini adalah pertama, skripsi yang ditulis oleh Silvi Fitri Ayu (Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea, 2011) berjudul “Kebijakan Ekonomi Park Chung Hee Dalam
Industrialisasi Di Korea Selatan Periode 1961- 1979”. Pada penelitiannya fokus
pembahasan ialah pada aspek ekonomi yaitu kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh Park Chung Hee sebagai Presiden Korea Selatan, yang mampu memberi bentuk awal perekonomian Korea Selatan, sekaligus memberi sisi kelam bagi masyarakat Korea Selatan saat itu.
Penelitian menggunakan tiga konsep yaitu pendekatan ekonomi oleh David Hunt. Pertama, Neoklasik yaitu fokus pada sistem pasar bebas, menekankan peran pemerintah dan pendekatan ketergantungan pada pengalokasian sumber daya yang efisien, berhubungan dengan kekuatan pasar dan strategi pasar. Kedua
Development State
yaitu keberhasilan perkembangan ekonomi Korea Selatan berkat ketergantungan tinggi pada modal asing, teknologi, dan perdagangan (Evans 1979, Kim 1988, Castley 1997, 1998). Ketiga, Dependency Approach (pendekatan ketergantungan) yaitu keuntungan didapatkan dari faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara industri baru, seperti perang dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur.
Kebijakan Park Chung Hee untuk menjadikan negaranya sebagai negara industri terbesar dunia saat itu masih belum efektif. Kegagalan tersebut disebabkan karena kebijakan industrialisasi Park Chung Hee tidak sesuai dengan keadaan masyarakat Korea Selatan yang mayoritas adalah petani dan merupakan negara kecil yang masyarakatnya minim ilmu pengetahuan saat itu. Beliau juga terlalu kuat memaksakan semangat kerja, berani mengadapi resiko untuk mencapai tujuan, akibatnya membuat sebagian masyarakat Korea Selatan merasa tertekan dan tertindas.
Sumber referensi kedua ialah skripsi oleh Adina Dwirezanti (Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Hubungan Internasional, 2012) berjudul “Budaya Populer Sebagai Alat Diplomasi Publik :
Analisa peran Korea Wave Dalam Diplomasi Publik Korea periode 2005- 2010”.
Penelitian menguraikan tentang besarnya peran korean wave melalui industri ferfilm-an Korea Selatan yang digunakan pemerintah dalam melakukan diplomasi publik. Tiga konsep yang digunakan ialah pertama diplomasi pubik, adanya opini publik dapat berperan dalam rangka mendukung kebijakan negara dan mempengaruhi opini masyarakat negara lain terhap negara sendiri. Kedua diplomasi kebudayaan merupakan strategi yang biasa dipakai negara-negara berkembang. Ketiga Pop culture adalah salah satu efek terjadinya fenomena globalisasi, dan aspek kebudayaan. Ketiga konsep tersebut saat ini tidak sepenuhnya dapat dikontrol negara, keadaan dunia telah dihadapkan pada isu-isu yang semakin kompleks. Melalui budaya populer Korean Wave adalah cara yang efektif untuk mensukseskan diplomasinya dengan negara-negara lainnya.
Penelitian ketiga ialah penulisan Indonesia Journal of International Law oleh Hikmahanto Juwana (Universitas Indonesia, Volume 1 Nomer 1 Oktober 2003) berjudul “Hukum Internasional Sebagai Instrumen Politik: Beberapa
Pengalaman Indonesia Sebagai Studi Kasus”. Penulisan menguraikan, fungsi
hukum internasional yang digunakan pemerintah suatu negara untuk mencapai tujuan nasionalnya (international law as insrument of national policy) dapat dilihat dari instrumen politik, ekonomi, dan keamanan.
Pada dasarnya hukum internasional dimanfaatkan sebagai instrumen politik dan ekonomi oleh negara. Hal demikian terlihat dari bagaimana negara asing juga organisasi internasional menggunakan hukum internasional pada Indonesia untuk menuruti kehendak mereka, dan bagaimana Indonesia memanfaatkan hukum tersebut untuk mencapai kepentingan nasional dan keuntungan ekonomi. Permasalahan yang muncul ialah adanya ketergantungan ekonomi, ketergantungan masalah pertahanan, dan hukum internasional untuk menyampaikan halangan kedaulatan negara lain dalam mencapai Kepentingan Nasionalnya. Sehingga fungsi hukum internasional selain sebagai instrumen politik yang didasarkan pada realitas hubungan antar negara, juga untuk kepentingan ekonomi suatu negara.
Terdapat beberapa hal yang membedakan penelitian di atas dengan penelitian saat ini. Penelitian ini memfokuskan tak hanya pada peran kepala negara atau pemerintah, sedangkan pada penelitian pertama memfokuskan pada kebijakan ekonomi Park Chung Hee. Selanjutnya penelitian kedua dan ketiga, penelitian tersebut memfokuskan pada peran pemerintah, nilai budaya, serta hukum internasional yang prinsipnya bertujuan untuk mensukseskan kebijakan yang telah disepakati antar pemerintah negara. Sedangkan penelitian ini memfokuskan dalam ruang lingkup masalah penelitian pada peran dan strategi
multi track diplomacy
Korea Selatan dengan Indonesia yang melibatkan berbagai aktor melalui kerjasama ekonomi industri dengan interval waktu 2006-2012 untuk meningkatkan perekonomian negara dan mewujudkan citra “global Korea” Selatan.
1.5 Kerangka Teori
1.5.1 Konsep Kepentingan Nasional
Pada hakekatnya, negara memiliki kepentingan nasional masing-masing yang bertujuan untuk membangun peningkatan derajat perekonominya dan posisi negaranya di dunia internasional, dan hal tersebut yang saat ini sedang dilakukan oleh Korea Selatan. Kepentingan nasional merupakan konsep yang penting dalam penelitian ini, karena hal tersebut menjadi dasar kepentingan bagi Korea Selatan dalam melakukan kerjasama ekonomi terkait industri dengan Indonesia yang semakin intens dijalankan sejak tahun 2006 hingga 2012. Pada penelitian ini, Korea Selatan memiliki kepentingan yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian negaranya dan memperkuat posisinya sebagai negara industri maju dunia melalui hubungan kerjasama dan menghindari konflik. Dengan demikian, pada penelitian ini konsep kepetingan nasional akan difokuskan menurut pandangan liberal.
Kepentingan nasional juga merupakan merupakan modal utama bagi setiap negara untuk menentukan arah kebijakannya. Paul Seabury menjelaskan konsep kepentingan nasional kedalam tiga definisi. Pertama, kepentingan nasional yang bersifat normatif atau konsep umum yang biasa digunakan dalam kepentingan nasional yaitu berkaitan dengan serangkaian cita-cita tujuan suatu bangsa yang berusaha dicapainya melalui hubungan dengan negara lain atau hubungan luar negeri. Kedua, kepentingan nasional bersifat deskriptif dimana kepentingan nasional dianggap sebagai tujuan yang harus dicapai suatu bangsa secara tetap dan gigih melalui kepemimpinan pemerintah. Ketiga, kepentingan nasional ialah apa yang dijelaskan dan dikatakan oleh para pembuat kebijakan luar negeri sebagai
21 kepentingan nasional.