Zakat Maal di Kota Palembang Karakteristik Responden

4.3. Zakat Maal di Kota Palembang

Berdasarkan data dari BAZDA Sumatera Selatan Tabel 9, jumlah dana zakat yang terhimpun selama 5 tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Namun, indikator dalam kesuksesan zakat, bukan hanya dari sisi penerimaannya saja, tetapi juga dilihat dari penyalurannya. Penyaluran dana zakat di BAZDA Sumatera Selatan dalam 5 tahun terakhir relatif berfluktuasi. Tabel 9. Penerimaan dan Penyaluran Dana Zakat di Sumatera Selatan Tahun Penerimaan Penyaluran 2006 64.812.973 100.000.000 2007 100.933.057 53.375.000 2008 727.137.566 177.537.000 2009 1.127.960.748 1.201.293.175 2010 1.193.440.864 972.027.825 Sumber : BAZDA Sumsel, 2011 Berdasarkan Tabel 10, penerimaan dana zakat di BAZ Kota Palembang berfluktuatif selama tahun 2010. Hal ini berarti, masyarakat kota Palembang belum konsisten dalam membayarkan zakat pendapatannya. Ini merupakan suatu indikasi bahwa masyarakat belum memiliki kesadaran akan kewajibannya sebagai seorang muslim. Berdasarkan data-data tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan zakat di Kota Palembang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari penerimaan zakat selama lima tahun terakhir yang meningkat walaupun selama tahun 2010 penerimaannya berfluktuatif, tergantung bagaimana kondisi perekonomian masyarakat. Namun, jika dilihat dari penyalurannya semua dana zakat yang terhimpun belum tersalurkan semua. Sumber : data primer diolah Tabel 10. Penerimaan Zakat di Kota Pelembang Tahun 2010 Bulan Penerimaan Rp Desember 2009 72.433.986 Januari 2010 98.390.267 Februari 2010 47.429.380 Maret 2010 71.212.944 April 2010 60.333.353 Mei 2010 66.829.544 Juni 2010 70.366.063 Juli 2010 52.998.942 Agustus 2010 84.909.249 September 2010 69.973.193 Oktober 2010 64.629.944 November 2010 59.393.720 Desember 2010 57.593.905 Sumber : BAZ Kota Palembang, 2011

4.4. Karakteristik Responden

Penelitian ini menggunakan 80 orang sebagai responden. Mereka adalah masyarakat muslim yang membayar zakat. Sampel tersebar hampir di semua kecamatan di Kota Palembang. Gambar 4. Responden Berdasarkan Pendapatan 40 45 15 2.500.000 2.500.000 ‐ 5.000.000 5.000.000 Sumber : data primer diolah Batas seseorang dinyatakan wajib zakat dengan mengikuti kias pertanian, yaitu setara dengan 524 kg beras dalam harga berlaku saat ini yaitu sekitar 3 juta rupiah per bulan. Responden dalam penelitian ini, 40 persen memiliki pendapatan kurang dari 2,5 juta rupiah, 45 persen dengan pendapatan antara 2,5 – 5 juta rupiah, dan 15 persen memiliki pendapatan lebih dari 5 juta rupiah. Mereka yang memiliki pendapatan kurang dari 2,5 juta tetap berzakat, karena mereka merasa kebutuhan mereka sudah tercukupi. Gambar 5. Responden berdasarkan umur Adapun kelompok umur dalam penelitian ini adalah mereka yang berusia produktif. Menurut BPS, usia produktif adalah usia antara 16-64 tahun. Kelompok usia dalam penelitian ini adalah 20-29 tahun sebesar 41 persen, 30-39 tahun sebesar 24 persen, kelompok usia 40-49 tahun sebesar 19 persen, dan lebih dari 50 tahun sebesar 16 persen. Berdasarkan Tabel 11 diatas, 60 persen PNS membayarkan zakatnya melalui lembaga formal. Hal ini terkait dengan adanya SK walikota No. 177 tahun 2009 mengenai kewajiban zakat bagi PNS. Untuk Karyawan swasta pun juga demikian, 86,67 persen membayarkan zakat melalui lembaga formal. Hal ini 41 24 19 16 20 ‐29 30 ‐39 40 ‐49 ≥ 50 dikarenakan adanya pemotongan gaji langsung oleh tempat mereka bekerja ataupun mereka mendatangi lembaga zakat formal tertentu. Sedangkan pedagang dan wiraswasta sebagian besar 50 persen membayarkan zakatnya melalui lembaga informal. Sedangkan untuk kategori lainnya dalam hal ini adalah pensiunan dan notaris lebih memilih membayarkan zakatnya melalui lembaga informal. Secara keseluruhan, responden dalam penelitian ini lebih banyak membayarkan zakat melalui organisasi formal karena sebesar 43,75 persen respondennya adalah PNS. Tabel 11. Jumlah dan Proporsi Pembayaran Zakat Berdasarkan Pekerjan Pekerjaan Zakat N Proporsi Non Formal Formal Non Formal Formal Petani 0.00 0.00 Pedagang 5 100.00 0.00 karyawan BUMN 5 4 55.56 44.44 PNS 14 21 40.00 60.00 Karyawan Swasta 2 13 13.33 86.67 Wiraswasta 7 3 70.00 30.00 Lainnya 6 100.00 0.00 Jumlah 39 41 48.75 51.25 Sumber : data primer diolah Berdasarkan Tabel 12 di atas, dapat dilihat bahwa pada 100 persen responden yang memiliki pendidikan hingga SD membayarkan zakatnya melalui lembaga informal. Sedangkan pada tingkat pendidikan SMA 70 persen membayar zakat melalui lembaga informal, dan sisanya 30 persen membayarkan zakatnya melalui lembaga formal. Pada tingkat pendidikan D3, 100 persen responden membayarkan zakatnya melalui lembaga formal. Untuk jenjang pendidikan S1 dan S2, responden lebih banyak memilih membayarkan zakatnya melalui lembaga formal yaitu 56,52 dan 63,64 persen. Tabel 12. Jumlah dan Proporsi Pembayaran Zakat Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan Zakat N Proporsi Non Formal Formal Non Formal Formal SD 1 100.00 0.00 SLTP 0.00 0.00 SMA 14 6 70.00 30.00 D3 2 0.00 100.00 S1 20 26 43.48 56.52 S2 4 7 36.36 63.64 S3 0.00 0.00 Jumlah 39 41 48.75 51.25 Sumber : data primer diolah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN