Kondisi Demografis Kota Palembang

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

4.1. Kondisi Demografis Kota Palembang

Kota Palembang merupakan salah satu kota sekaligus ibukota provinsi Sumatera Selatan. Jumlah penduduk di kota ini berdasarkan sensus penduduk 2010 adalah 1.452.840 jiwa. Kota ini memiliki 14 kecamatan yang kemudian mengalami pemekaran pada tahun 2007 menjadi 16 kecamatan, dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Penduduk Kota Palembang Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Tahun 2010 Kecamatan Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan Ilir Barat II 32.094 31.680 63.774 Gandus 29.092 28.196 57.288 Seberang Ulu I 81.450 81.783 163.233 Kertapati 40.531 39.645 80.176 Seberang Ulu II 46.575 46.678 93.253 Plaju 39.659 39.325 78.984 Ilir Barat I 62.439 61.580 124.019 Bukit Kecil 22.231 21.504 43.735 Ilir Timur I 33.592 35.405 68.997 Kemuning 40.283 41.360 81.643 Ilir Timur II 78.692 79.692 158.384 Kalidoni 49.653 49.704 99.357 Sako 41.098 41.009 82.107 Sematang Borang 16.092 15.865 31.957 Sukarami 69.450 69.783 139.233 Alang-alang Lebar 43.397 43.305 86.700 KOTA PALEMBANG 726.328 726.512 1.452.840 Sumber : BPS Kota Palembang, 2010 Laju pertumbuhan penduduk Kota Palembang per tahun selama sepuluh tahun terakhir yakni dari tahun 2000-2010 sebesar 1,76 persen. Laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Alang-Alang Lebar adalah yang tertinggi dibandingkan kecamatan lain di Kota Palembang yakni sebesar 5,21 persen, sedangkan yang terendah di Kecamatan Ilir Timur I, yakni sebesar -0,95 persen. Kecamatan Ilir Timur II walaupun menempati urutan kedua dari total jumlah penduduk di Kota Palembang namun dari sisi laju pertumbuhan penduduk relatif cukup rendah yakni hanya sebesar 0,56 persen. Kecamatan Seberang Ulu I walaupun jumlah penduduknya yang tertinggi tetapi laju pertumbuhannya masih di bawah Kecamatan Alang-Alang Lebar 5,21. Kecamatan Sematang Borang 4,39 persen dan Kecamatan Sukarami 4,38 persen. Tingginya pertumbuhan penduduk di Kecamatan Alang-Alang Lebar, Sukarami, dan Sematang Borang diakibatkan karena daerah ini merupakan daerah yang perkembangan pemukimannya cukup pesat di Kota Palembang, sedangkan Kecamatan Ilir Timur I dan Bukit Kecil mengalami pertumbuhan yang negatif diakibatkan di kedua daerah ini banyak daerah pemukiman yang beralih fungsi menjadi daerah pertokoan dan perkantoran BPS Kota Palembang, 2010. Tabel 4. Persentase Penduduk yang Bekerja Berdasarkan Status Pekerjaan Utama di Kota Palembang Tahun 2006-2009 Status Pekerjaan Utama 2006 2007 2008 2009 1. Berusaha Sendiri Tanpa Bantuan Orang Lain 24,42 24,66 26,38 30,05 2. Berusaha dengan dibantu Anggota Rumah Tangga buruh Tidak tetap 3,14 7,44 12,06 9,08 3. Berusaha dengan buruh tetap 3,22 2,94 2,37 2,83 4. BuruhKaryawanPekerja dibayar 63,04 56,62 47,01 46,72 5. Pekerja bebas di PertanianPekerja bebas di non pertanianpekerja keluarga 6,18 8,34 12,18 11,32 Jumlah 100 100 100 100 Sumber : BPS Kota Palembang, 2010 Berdasarkan Tabel 4, penduduk di Kota Palembang dalam kurun waktu tahun 2006-2009 didominasi oleh mereka yang bekerja sebagai buruhkaryawanpekerja yang di bayar. Disusul dengan mereka yang berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain, seperti perdagangan ataupun jenis usaha lain. Jumlah Pegawai Negeri Sipil PNS di Kota Palembang mengalami peningkatan dari sekitar 16.714 orang pada tahun 2008 menjadi sekitar 16.490 orang pada tahun 2009. Berdasarkan jenis kelaminnya, jumlah perempuan yang menjadi PNS tidak jauh berbeda dengan laki-laki. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Kota Palembang Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2007-2009 Jenis Kelamin 2007 2008 2009 Laki-laki 5.577 7.138 7.278 Perempuan 11.122 9.576 9.212 Jumlah 16.699 16.714 16.490 Sumber : BPS Kota Palembang, 2010 4.2. Kondisi Ekonomi Kota palembang Salah satu ukuran yang sering digunakan untuk menganalisa pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto PDRB. Laju pertumbuhan PDRB Kota Palembang rata-rata selama kurun waktu 2005 – 2009 atas dasar harga konstan 2000 dengan migas adalah 6,74 persen dan tanpa migas sebesar 7,95 persen per tahun. Sektor-sektor yang tumbuh diatas rata-rata adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran 8,94 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi 13,15 persen sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 8,38 persen. Sedangkan salah satu indikator untuk melihat kesejahteraan atau kemakmuran masyarakat biasanya digunakan PDRB Perkapita. Pada tahun 2005 nilai PDRB per kapita berdasarkan harga berlaku dengan migas sebesar Rp 15.058.170,00 dan tanpa migas sebesar Rp 10.578.624,00 sedangkan pada tahun 2009 meningkat menjadi Rp 25.918.220,00 dengan migas dan Rp 18.287.890,00 tanpa migas. Secara umum PDRB Perkapita Kota Palembang berdasarkan harga berlaku dalam kurun waktu tersebut mengalami peningkatan. Tabel 6. PDRB Kota Palembang Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Juta Rupiah Tahun 2005-2009 Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 1. Pertanian 108.584 110.439 116.094 120.337 124.093 2. Pertambangan dan Penggalian ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 3. Industri Pengolahan 5.284.980 5.485.441 5.734.651 5.963.705 6.203.585 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 186.629 204.440 217.441 228.040 236.099 5. Bangunan 994.330 1.080.857 1.172.161 1.247.949 1.336.865 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2.590.029 2.795.938 3.022.420 3.276.507 3.367.981 7. Pengangkutan dan Komunikasi 1.532.965 1.741.812 1.952.723 2.215.854 2.479.961 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 851.012 920.101 1.001.097 1.068.962 1.160.568 9. Jasa‐Jasa 1.539.369 1.659.064 1.775.897 1.916.867 2.033.752 PDRB dengan Migas 13.087.898 13.998.092 14.992.484 16.038.221 16.942.904 PDRB tanpa migas 11.151.255 12.090.111 13.116.176 14.130.240 15.044.463 Sumber : BPS, 2010 Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa dalam kurun waktu 5 tahun 2005-2009, tiga sektor penyumbang terbesar dalam perekonomian di Kota Palembang adalah sektor industri pengolahan; perdagangan, hotel, dan restoran; serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Perdagangan merupakan salah satu kegiatan ekonomi terbesar bagi penduduk Kota Palembang sejak zaman kerajaan Sriwijaya. Pada masa itu, Kota Palembang sudah dikenal sebagai kota dagang yang didukung dengan letak geografis dan kultur historisnya dengan peranan pelabuhan sebagai pintu gerbang arus keluar masuknya barang. Arus perdagangan yang pesat memengaruhi kegiatan transportasi, mobilitas penduduk baik domestik maupun manca negara, dan juga berpengaruh terhadap penghasilan penduduk. Akan tetapi, pesatnya perdagangan akan mempengaruhi masalah kesehatan termasuk peningkatan kasus kecelakaan dan penyebaran penyakit canggih atau penyakit gaya hidup. Pembangunan industri merupakan upaya meningkatkan nilai tambah, menciptakan lapangan kerja, dan menyediakan barang dan jasa termasuk kegiatan ekspor guna menunjang pembangunan daerah. Dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah pada KabupatenKota, maka peluang peningkatan industrialisasi secara kuantitas maupun kualitasnya semakin meningkat. Namun, makin meningkatnya industrialisasi perlu antisipasi akan ancaman terhadap kesehatan seperti : PT. Pusri, PT. Semen Baturaja, PT. Pertamina dan industri rumah tangga. Garis kemiskinan di Kota Palembang adalah Rp 244.223,00 pada tahun 2008, sementara tahun 2009 meningkat menjadi Rp 294.174,00. Secara umum, garis kemiskinan di Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2008 adalah Rp 210.893,00 dan tahun 2009 adalah Rp 235.560,00. Sementara itu, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan. Pada tahun 2009, jumlah penduduk miskin sebesar 211.800 14,75 persen jiwa, sedangkan pada tahun 2008 adalah sebesar 235.200 jiwa 16,66 persen. Kondisi tenaga kerja di Kota Palembang pada Juni 2009 terdapat 1.046.098 penduduk usia kerja atau sekitar 84,22 persen dari total penduduk kota Palembang mengalami peningkatan dari 80,57 persen pada tahun 2008. Sedangkan tingkat pengangguran di kota Palembang mengalami penurunan menjadi 15,78 persen pada tahun 2009 dari 19,43 persen pada tahun 2008. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 7. Tabel 7. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Kota Palembang Tahun 2008-2009 Uraian 2008 2009 TPAK 80,57 84,22 Tingkat Pengangguran 19,43 15,78 Sumber : BPS, 2010 Jumlah pencari kerja di kota Palembang tahun 2009 sebanyak 32.067 orang, yang terserap hanya 2138 orang atau sekitar 6,67 persen. Dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah pencari kerja lebih sedikit dan yang terserap jauh lebih banyak. Jumlah pencari kerja di kota Palembang di dominasi oleh mereka yang tamatan SMU. Berikut adalah tabel jumlah pencari kerja di kota Palembang menurut tingkat pendidikan tahun 2005–2009 Tabel 8. Tabel 8. Jumlah Pencari Kerja yang Terdaftar di Kota Palembang Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2005-2009 Tahun Tidak Tamat Tamat SD Tamat SMP Tamat SMU D1D2 Sarjana Muda Sarjana Jumlah 2005 10 74 366 24.939 1,234 6.245 11.932 44.800 2006 ‐ 79 402 23.276 499 4.452 6.585 35.293 2007 ‐ 161 581 25.684 910 7.422 10.467 45.225 2008 ‐ 90 396 14.370 274 4.412 7.375 26.917 2009 ‐ 85 302 17.576 360 4.916 8.828 32.067 Sumber : BPS Kota Palembang, 2010

4.3. Zakat Maal di Kota Palembang