a. Peraturan Pemerintah No.101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran PBI
b. Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan c. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2013 tentang
Gaji Atau Upah Dan Manfaat Tambahan Lainnya Serta Insentif Bagi Anggota Dewan Pengawas Dan Anggota Direksi Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2013 tentang
Modal Awal Untuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan e. Peta Jalan JKN Roadmap Jaminan Kesehatan Nasional.
Keterlambatan regulasi ini berkontribusi sekali pada masalah di lapangan. Salah satu contoh, sampai saat ini banyak pengusaha tidak mengetahui berapa
iuran yang harus dibayarkan ke BPJS Kesehatan dan manfaat serta fasilitas yang akan didapat pekerja.
2. Kurangnya sosialisasi, Pelaksanaan jaminan kesehatan yang menjadi salah
satu hambatan upaya dalam pelayanan kesehatan pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS di mana hambatan ini karena kurangnya sosialisasi
yang dilakukan sehingga pengetahuan masyarakat mengenai BPJS ini masih sangat rendah. Hal ini menyebabkan banyak dampak yang terjadi seperti
perbedaan pemahaman mengenai asuransi sosial kesehatan yang sudah mulai diberlakukan awal tahun 2014 ini pada tanggal 1 januari 2014. Sosialisasi pun
hendaknya juga dilakukan sampai ke daerah termasuk wilayah terpencil sampai perbatasan. Saat ini komitmen antara manajemen dan penyedia
layanan kesehatan dengan masyarakat tidak sama. Untuk itu sosialisasi sangat penting dilakukan untuk menyamakan komitmen tersebut. Untuk itu
sosialisasi sangat penting dilakukan untuk menyamakan komitmen tersebut. Sasaran sosialisasi Program JKN meliputi:
a. Manajemen Rumah Sakit b. Penyedia Layanan Kesehatan
c. Masyarakat sebagai anggota JKN yang memerlukan pelayanan
pemeliharaan kesehatan yang layak seperti apa yang telah tertera pada Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BadanPenyelenggara
Jaminan Sosial BPJS Pasal 3.
3. Kurangnya fasilitas, infrastruktur dan akses di daerah, peralatan dan
perlengkapan yang masih belum ada dan terdistribusi di daerah terutama pada
4
unit layanan tingkat I seperti klinik dan puskesmas. Di fasilitas kesehatan faskes rumah sakit RS misalnya, masih ada pasien yang ditolak, adanya
perbedaan pelayanan antara pasien program BPJS dengan pasien umum, pembatasan waktu rawat inap bagi pasien BPJS, dan juga pembatasan kuota
kamar untuk pasien program BPJS. Ketidakkesiapan obat pasien diresepkan obat diluar dan harus membayar, juga hambatan ketidaksiapan alat kesehatan
yang dipasang di dalam tubuh karena RS belum menyediakan dan Antrian Panjang. Dengan jumlah peserta asuransi BPJS Kesehatan yang sangat banyak
dengan berbagai kalangan maka hal ini akan menjadikan BPJS Kesehatan akan banyak antrian baik itu di Faskes tingkat 1 ataupun di rumah sakit.
Antrian panjang ini akan sangat terasa apabila ada pasien dalam kondisi gawat darurat. Hal itu merupakan hambatan tersendiri bagi masyarakat dalam
mengakses layanan kesehatan yang berkualitas.
4. Terbatasnya jumlah mitra rumah sakit. Tidak semua rumah sakit sudah