Implementasi Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) (Studi Pada Rumah Sakit Tingkat Ii Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan)

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara

Disusun Oleh :

FADHILLA DZIKRA ATH. THAHIRAH

110903013

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

i

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dosen Pembimbing : Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si

Salah satu tujuan pendirian Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 berupaya meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kesejahteraan tersebut harus dapat dinikmati secara berkelanjutan, adil, dan merata menjangkau seluruh rakyat. Jaminan sosial merupakan salah satu bentuk pelayanan publik yang menjadi misi negara untuk melaksanakannya. BPJS merupakan badan hukum dengan tujuan yaitu mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan untuk terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya. Pelayanan kesehatan BPJS mempunyai sasaran di dalam pelaksanaan akan adanya sustainibilitas operasional dengan memberi manfaat kepada semua yang terlibat dalam BPJS, pemenuhan kebutuhan medik peserta, dan kehati-hatian serta transparansi dalam pengelolaan keuangan BPJS.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Implementasi Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan pada Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan dan untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi dalam Implementasi Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan pada Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Bentuk deskriptif adalah bentuk penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan dan menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana diikuti dengan interpretasi yang akurat.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan Implementasi Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan sudah dilaksanakan dengan baik, hal tersebut dapat dilihat dari proses pelaksanaan BPJS yang dilakukan sudah memenuhi tingkat kebutuhan kesehatan TNI dan masyarakat umum dengan adanya pelayanan BPJS tersebut. Diharapkan dengan adanya program BPJS tersebut maka akses pelayanan kesehatan semakin meningkat dan pada akhirnya tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.

Kata kunci : Implementasi BPJS, pelayanan kesehatan, Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.


(3)

ii

Allah, tidak ada kemudahan kecuali Engkau buat mudah Dan Engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah” sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi berjudul “IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) (Studi Pada Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan)”. Skripsi ini sebagai salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Pertama dan terutama sekali skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda tercinta Pelda Ponijan yang telah memberikan cinta dan kasihnya dengan sepenuh jiwa dan raga dan Ibunda tersayang Nesmawati yang telah membesarkan anak-anaknya dengan doa dan kasih sayangnya yang tulus sepanjang masa. Terima kasih “yah” “mak” telah menjadi orangtua terhebat dengan selalu memberikan dukungan, nasehat, dan doa kepada penulis. Selanjutnya dengan rasa hormat dan kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin, M. Si selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sekaligus yang menjadi dosen pembimbing bagi penulis terimakasih telah memberikan bimbingan dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M. Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.


(4)

iii

membimbing penulis sejak awal perkuliahan dan seluruh dosen-dosen Departemen Ilmu Administrasi Negara yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya selama ini kepada penulis.

6. Seluruh staf administrasi di lingkungan FISIP USU khususnya pegawai Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Kak Dian dan Kak Mega yang telah membantu dalam urusan administrasi di kampus.

7. Kepala Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan Bapak Letkol Ckm dr. Sukirman, Sp. KK yang telah memberikan izin melakukan penelitian kepada penulis. 8. Ibu drg. Trisna Prihatin selaku Kepala Seksi Pelayanan Medik Rumah Sakit Tingkat II

Putri Hijau Kesdam I/BB Medan yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian dan Ibu Deni yang membantu penulis menyebarkan kuesioner penelitian ke ruangan-ruangan rawat inap pasien.

9. Ibu Letkol Ckm dr. Suvi Novida M. Kes selaku Kepala Pengendali BPJS Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan dan Bapak Pelda Agus Pramono yang membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini.

10. Bagian Instaldik Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan yang telah membantu penulis dalam urusan surat menyurat izin penelitian dan pasien rawat inap yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner penelitian pada saat penulis melakukan penelitian ke lapangan.

Dan tidak lupa pula ucapan terima kasih khusus penulis sampaikan kepada :

1. Adik-adikku tersayang Zikri Syafardiansyah harapan keluarga sebagai penerus ayah, Annisa Aulia semoga menjadi hafidzah yang membanggakan orangtua dan keluarga,


(5)

iv sayang yang diberikan kepada penulis.

2. Sahabatku yang sama-sama berjuang dari awal kuliah Dewi dan Vivin terimakasih atas kebersamaan, semangat, dan waktunya selama ini “sayang kalian wee”. Juga Hanindhita yang sama-sama daftar ulang masuk kuliah dan melakukan penelitian bersama dengan penulis.

3. Teman-teman kelompok IX magang “the kuriks” Desa Dahari Selebar Amin, Dewi, Ditha, Fariz, Henny, Nisa, Putri, Santo, Tiwi, Vivin terimakasih atas kerjasama, pengalaman, kenangan, dan kegilaan yang luar biasa tak terlupakan selama magang. 4. Seluruh teman-teman AN ‘11 salam semangat “AN 1 AN JAYA”. Dan teman-teman

IMIB USU yang telah memberikan pengalaman berorganisasi Fauzan, Ade, Ifa, dan semuanya terimakasih.

5. Teman-teman kost “Umbrella 21” Kak Dina, Kak Nita, Nisa, Ziza, Yana terimakasih atas kebersamaan susah senang yang kita alami selama ini, kalian keluarga kedua yang tak terlupakan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga Allah SWT. selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Amin.

Medan, 25 Maret 2015

Penulis

Fadhilla Dzikra Ath. Thahirah NIM. 110903013


(6)

v

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1Latar Belakang Masalah 1

1.2Rumusan Masalah 5

1.3Tujuan Penelitian 6

1.4Manfaat Penelitian 6

1.5Kerangka Teori 7

1.5.1 Kebijakan Publik 7

1.5.1.1 Pengertian Kebijakan Publik 7

1.5.1.2 Proses Kebijakan Publik 9

1.5.2 Implementasi Kebijakan 11

1.5.2.1 Pengertian Implementasi Kebijakan 11

1.5.2.2 Model Implementasi Kebijakan 12

1.5.2.3 Pendekatan Model George C. Edwards 14

1.5.3 Pelayanan Publik 20

1.5.3.1 Pengertian Pelayanan Publik 20

1.5.3.2 Pengertian Pelayanan Kesehatan 22

1.5.4 Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) 24

1.5.4.1 Visi dan Misi BPJS Kesehatan 24

1.5.4.2 Hak dan Kewajiban BPJS 25

1.6Definisi Konsep 29

1.7Sistematika Penulisan 33 1.8


(7)

vi

2.3 Informan Penelitian 34

2.4 Teknik Pengumpulan Data 35

2.5 Teknik Analisis Data 36

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 38

3.1 Profil Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 38

3.1.1 Latar Belakang Rumah Sakit 38

3.1.2 Tujuan 40

3.2Gambaran Umum Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 40

3.2.1 Letak Geografis 40

3.2.2 Visi, Misi, dan Motto 41

3.3 Sumber Daya Manusia (SDM) 42

3.4Struktur Organisasi Rumah Sakit Tk II Putri Hijau 47 3.5Tugas Pokok dan Fungsi Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 48

3.5.1 Karumkit dan Wakarumkit 50

3.5.2 Seksi Pelayanan Medik 53

3.5.3 Urusan Informasi Kesehatan 55

3.5.4 Instalansi Rawat Jalan 55

3.5.5 Instalansi Rawat Inap 56

BAB IV PENYAJIAN DATA 58

4.1 Jenis Pelayanan Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 59 4.2Proses Pendaftaran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) 61

4.2.1 Alur Pendaftaran BPJS 61

4.2.2 Instalansi Rawat Jalan 63

4.2.3 Instalansi Gawat Darurat (IGD) 63

4.3 Hasil Wawancara 64


(8)

vii

5.2 Implementasi Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di

Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan 86

BAB VI PENUTUP 100

6.1 Kesimpulan 100

6.2 Saran 101


(9)

viii

Tabel 3.2 Data Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB

Medan dari Departemen Kesehatan 43

Tabel 3.3 Data Tenaga Sukarela Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 44 Tabel 3.4 Data Tenaga Dokter di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 44 Tabel 3.5 Data Tenaga Paramedis Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 46 Tabel 3.6 Data Tenaga Non Medis Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 46 Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 73 Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 73 Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan 74 Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan tempat Tinggal 74 Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir 75 Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan 75 Tabel 4.7 Jawaban Responden yang Mengetahui BPJS 76 Tabel 4.8 Jawaban Responden yang Mengetahui Adanya Pelayanan BPJS di RSPH 77 Tabel 4.9 Jawaban Responden Mengenai Pelayanan BPJS di RSPH 78 Tabel 4.10 Jawaban Responden Mengenai Prosedur Pengurusan BPJS di RSPH 78 Tabel 4.11 Jawaban Responden Mengenai Pemungutan Biaya BPJS 79

Tabel 4.12 Jawaban Responden Mengenai Perbedaan Pelayanan BPJS Pasien Umum dengan

Pasien Aktif 80

Tabel 4.13 Jawaban Responden Mengenai BPJS Membantu Mengurangi Biaya


(10)

(11)

x

Medan 48


(12)

xi

2. Lampiran 2 Surat Permohonan Persetujuan Judul Skripsi 3. Lampiran 3 Surat Penunjukan Dosen Pembimbing

4. Lampiran 4 Surat Undangan Seminar Proposal Kepada Dosen Pembimbing 5. Lampiran 5 Surat Undangan Seminar Proposal Kepada Dosen Penguji 6. Lampiran 6 Jadwal Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi 7. Lampiran 7 Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal

8. Lampiran 8 Berita Acara Seminar Proposal

9. Lampiran 9 Surat Izin Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 10. Lampiran 10 Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Penelitian dari Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan 11. Lampiran 11 Surat Telegram dari Kakesdam perihal Memberikan Pelayanan Terbaik Kepada Pasien Terutama Pasien Dinas

12. Lampian 12 Surat Data Yankes BPJS di Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB

13. Lampiran 13 Surat Edaran Ketentuan Pelayanan Kesehatan Pasien BPJS di Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB

14. Lampiran 14 Surat Edaran Prosedur Pelayanan Obat Kronis

15. Lampiran 15 Surat Laporan Pelaksanaan Yankes BPJS Prajurit TNI, PNS Kemhan beserta Keluarganya di Rumkit Tk II Putri Hijau 16. Lampiran 16 Surat dari BPJS Kesehatan perihal Pelayanan Kesehatan Peserta BPJS Kesehatan

17. Lampiran 17 Surat Rujukan Puskesmas/Dokter Keluarga 18. Lampiran 18 Surat Pengantar Orang Sakit

19. Lampiran 19 Surat Masuk Rawat Inap

20. Lampiran 20 Jumlah tempat Tidur di Instalansi Rawat Inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB

21. Lampiran 21 Laporan Data Pasien Rawat Inap untuk Kesdam dan Depkes 22. Lampiran 22 Daftar Personil Bagian Pengelolaan BPJS Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB


(13)

xii

Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional 25. Lampiran 25 PERGUBSU Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan di Provinsi Sumatera Utara

26. Lampiran 26 Buku Pedoman tentang Sistem Pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi Personel Militer, PNS, dan Keluarganya di Lingkungan TNI AD bagi Pemberi Pelayanan

Kesehatan/Faskes

27. Lampiran 27 Perjanjian Kerjasama PT. JASA RAHARJA (PERSERO) Cabang Sumatera Utara dengan Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I Bukit Barisan

28. Lampiran 28 Pedoman Wawancara, Daftar Pertanyaan Wawancara, dan Kuesioner Penelitian

29. Lampiran 29 Kartu Kendali Bimbingan Skripsi 30. Lampiran 30 Hasil Dokumentasi


(14)

i

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dosen Pembimbing : Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si

Salah satu tujuan pendirian Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 berupaya meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kesejahteraan tersebut harus dapat dinikmati secara berkelanjutan, adil, dan merata menjangkau seluruh rakyat. Jaminan sosial merupakan salah satu bentuk pelayanan publik yang menjadi misi negara untuk melaksanakannya. BPJS merupakan badan hukum dengan tujuan yaitu mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan untuk terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya. Pelayanan kesehatan BPJS mempunyai sasaran di dalam pelaksanaan akan adanya sustainibilitas operasional dengan memberi manfaat kepada semua yang terlibat dalam BPJS, pemenuhan kebutuhan medik peserta, dan kehati-hatian serta transparansi dalam pengelolaan keuangan BPJS.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Implementasi Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan pada Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan dan untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi dalam Implementasi Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan pada Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Bentuk deskriptif adalah bentuk penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan dan menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana diikuti dengan interpretasi yang akurat.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan Implementasi Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan sudah dilaksanakan dengan baik, hal tersebut dapat dilihat dari proses pelaksanaan BPJS yang dilakukan sudah memenuhi tingkat kebutuhan kesehatan TNI dan masyarakat umum dengan adanya pelayanan BPJS tersebut. Diharapkan dengan adanya program BPJS tersebut maka akses pelayanan kesehatan semakin meningkat dan pada akhirnya tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.

Kata kunci : Implementasi BPJS, pelayanan kesehatan, Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.


(15)

1 1.1Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan pendirian Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 berupaya meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kesejahteraan tersebut harus dapat dinikmati secara berkelanjutan, adil, dan merata menjangkau seluruh rakyat. Jaminan sosial merupakan salah satu bentuk pelayanan publik yang menjadi misi negara untuk melaksanakannya. Pengembangan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat merupakan amanat konstitusi dalam rangka memenuhi hak rakyat atas jaminan sosial yang dijamin dalam Pasal 28 H ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945.

Penyelenggaraan jaminan sosial nasional yang adekuat merupakan salah satu pilar untuk memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945. UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN menentukan 5 jenis program jaminan sosial, yaitu program jaminan kesehatan (JK), jaminan kecelakaan kerja (JKK), jaminan hari tua (JHT), jaminan pensiunan (JP), dan jaminan kematian (JKM), yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang merupakan transformasi dari BUMN penyelenggara jaminan sosial yang sekarang telah berjalan.


(16)

Pada tanggal 25 November 2011, ditetapkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan sosial yang mulai dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2014. BPJS merupakan badan hukum dengan tujuan yaitu mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan untuk terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya. Dalam penyelenggaraannya BPJS ini terbagi menjadi dua yaitu BPJS kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan.

Pada tanggal 1 januari 2014 mulai diberlakukan BPJS kesehatan di seluruh pelayanan kesehatan di Indonesia. Ujicoba BPJS sudah mulai dilaksanakan sejak tahun 2012 dengan rencana aksi dilakukan pengembangan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan dan perbaikan pada sistem rujukan dan infrastruktur. Evaluasi jalannya Jaminan Kesehatan Nasional ini direncanakan setiap tahun dengan periode per enam bulan dengan kajian berkala tahunan elitibilitas fasilitas kesehatan, kredensialing, kualitas pelayanan dan penyesuaian besaran pembayaran harga keekonomian. Diharapkan pada tahun 2019 jumlah fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan mencukupi, distribusi merata, system rujukan berfungsi optimal, pembayaran dengan cara prospektif dan harga keekonomian untuk semua penduduk.

Pelaksanaan UU BPJS melibatkan PT ASKES, PT ASABRI, PT JAMSOSTEK dan PT TASPEN. Dimana PT ASKES dan PT JAMSOSTEK beralih dari Perseroan menjadi Badan Publik mulai 1 januari 2014. Sedangkan PT ASABRI dan PT TASPEN pada tahun 2029 beralih menjadi badan publik dengan bergabung ke dalam BPJS ketenagakerjaan.


(17)

Pelayanan kesehatan BPJS mempunyai sasaran di dalam pelaksanaan akan adanya sustainibilitas operasional dengan memberi manfaat kepada semua yang terlibat dalam BPJS, pemenuhan kebutuhan medik peserta, dan kehati-hatian serta transparansi dalam pengelolaan keuangan BPJS.

Saat ini masalah yang banyak muncul dari implementasi BPJS adalah : 1.Sistem pelayanan kesehatan (Health Care Delivery System)

a.Penolakan pasien tidak mampu di fasilitas pelayanan kesehatan hal ini dikarenakan PP No. 101/2012 tentang PBI jo. Perpres 111/2013 tentang Jaminan kesehatan hanya mengakomodasi 86,4 juta rakyat miskin sebagai PBI padahal menurut BPS (2011) orang miskin ada 96,7 juta. Pelaksanaan BPJS tahun 2014 didukung pendanaan dari pemerintah sebesar Rp. 26 trliun yang dianggarkan di RAPBN 2014. Anggaran tersebut dipergunakan untuk Penerima Bantuan Iuran (PBI) sebesar Rp. 16.07 trliun bagi 86,4 juta masyarakat miskin sedangkan sisanya bagi PNS, TNI dan Polri. Pemerintah harus secepatnya menganggarkan biaya kesehatan Rp. 400 milyar untuk gelandangan, anak jalanan, penghuni panti asuhan, panti jompo dan penghuni lapas (jumlahnya sekitar 1,7 juta orang). Dan tentunya jumlah orang miskin yang discover BPJS kesehatan harus dinaikkan menjadi 96,7 juta dengan konsekuensi menambah anggaran dari APBN.

b. Pelaksanaan di lapangan, pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh PPK I (Puskesmas klinik) maupun PPK II (Rumah Sakit) sampai saat ini masih bermasalah. Pasien harus mencari-cari kamar dari satu


(18)

RS ke RS lainnya karena dikatakan penuh oleh RS, bukanlah hal yang baru dan baru sekali terjadi.

2.Sistem pembayaran (Health Care Payment System)

a.Belum tercukupinya dana yang ditetapkan BPJS dengan real cost, terkait dengan pembiayaan dengan skema INA CBGs dan Kapitasi yang dikebiri oleh Permenkes No. 69/2013. Dikeluarkannya SE No. 31 dan 32 tahun 2014 oleh Menteri Kesehatan untuk memperkuat Permenkes No.69 ternyata belum bisa mengurangi masalah di lapangan.

b.Kejelasan area pengawasan masih lemah baik dari segi internal maupun eksternal. Pengawasan internal seperti melalui peningkatan jumlah peserta dari 20 juta (dulu dikelola PT Askes) hingga lebih dari 111 juta peserta, perlu diantisipasi dengan perubahan system dan pola pengawasan agar tidak terjadi korupsi. Pengawasan eksternal, melalui pengawasan Otoritas jasa Keuangan (OJK), Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) dan Badan Pengawas Keuangan (BPK) masih belum jelas area pengawasannya.

3.Sistem mutu pelayanan kesehatan (Health Care Quality System)

a.Keharusan perusahaan BUMN dan swasta nasional, menengah dan kecil masuk menjadi peserta BPJS Kesehatan belum terealisasi mengingat manfaat tambahan yang diterima pekerja BUMN atau swasta lainnya melalui regulasi turunan belum selesai dibuat. Hal ini belum sesuai dengan amanat Perpres No. 111/2013 (pasal 24 dan 27) mengenai keharusan pekerja BUMN dan swasta menjadi peserta BPJS Kesehatan


(19)

paling lambat 1 Januari 2015. Dan regulasi tambahan ini harus dikomunikasikan secara transparan dengan asuransi kesehatan swasta, serikat pekerja dan Apindo sehingga soal Manfaat tambahan tidak lagi menjadi masalah.

b. Masih kurangnya tenaga kesehatan yang tersedia di fasilitas kesehatan sehingga peserta BPJS tidak tertangani dengan cepat.

Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Medan merupakan salah satu rumah sakit milik Kesdam I/Bukit Barisan Medan. Kehadiran rumah sakit ini sangat berarti dalam pelayanan kesehatan bagi anggota tentara dan keluarganya khususnya di wilayah Kesdam I/Bukit Barisan Medan, Sumatera Utara, serta bagi masyarakat umum. Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau ini adalah rumah sakit negeri kelas B. Rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas. Rumah sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau ini. Penelitian ini diberi judul “Implementasi Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan (Studi pada Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan)”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah


(20)

“Bagaimana Implementasi Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan?”

1.3Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang diajukan mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian jelas diketahui sebelumnya. Suatu riset khusus dalam ilmu pengetahuan empiris pada umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran ilmu pengetahuan itu sendiri.

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Program Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan pada Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan.

2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi dalam Implementasi Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan pada Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


(21)

1. Secara Subjektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir secara ilmiah dan sistematis dalam memecahkan suatu permasalahan, melalui sebuah kajian literatur sehingga diperoleh kesimpulan yang teruji dan bermanfaat.

2. Secara Praktis, sebagai masukan/sumbangan pemikiran bagi Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan.

3. Secara Akademis, sebagai bahan untuk mengembangkan ilmu Administrasi Publik bagi mahasiswa Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang ingin mengadakan penelitian lanjutan dalam bidang yang sama.

1.5Kerangka Teori

Dengan adanya teori, peneliti dapat memahami secara jelas masalah yang akan diteliti. Menurut Kerlinger teori adalah sekumpulan konstruk (konsep), definisi, dan dalil yang saling terkait yang menghadirkan suatu pandangan yang sistematis tentang fenomena dengan menetapkan hubungan di antara beberapa variabel, dengan maksud menjelaskan dan meramalkan fenomena (Black, 1999:11).

1.5.1 Kebijakan Publik

1.5.1.1Pengertian Kebijakan Publik

Istilah kebijakan publik adalah terjemahan istilah bahasa Inggris "Public Policy". Kata “policy” ada yang menerjemahkan menjadi "kebijakan"


(22)

dan ada juga yang menerjemahkan menjadi "kebijaksanaan". Mustopadidjaja menyebutkan “Kebijakan Publik” adalah suatu keputusan yang dimaksudkan untuk tujuan mengatasi permasalahan yang muncul dalam suatu kegiatan tertentu yang dilakukan oleh instansi pemerintah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan.

Thomas R. Dye mendefinisikan kebijakan publik "Public Policy is whatever the government choose to do or not to do". (Kebijakan publik adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu). Menurut Dye, apabila pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu, maka tentunya ada tujuannya, karena kebijakan publik merupakan "tindakan" pemerintah. Apabila pemerintah memilih untuk tidak melakukan sesuatu, inipun merupakan kebijakan publik, yang tentunya ada tujuannya.

David Easton memberikan pengertian kebijakan publik sebagai pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Sehingga cukup pemerintah yang dapat melakukan sesuatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat.

Harrold Laswell dan Abraham Kaplan berpendapat bahwa kebijakan publik hendaknya berisi tujuan, nilai-nilai, dan praktika-praktika sosial yang ada dalam masyarakat (Subarsono, 2005:3).


(23)

Anderson (Tangkilisan, 2003:2) memberikan definisi kebijakan publik sebagai kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah dimana implikasi dari kebijakan itu adalah :

1) Kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan

2) Kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah

3) Kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan

4) Kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu, atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu

5) Kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa.

1.5.1.2Proses Kebijakan Publik

James Anderson (Subarsono, 2005:12-13) sebagai pakar kebijakan publik menetapkan proses kebijakan publik sebagai berikut :

a. Formulasi Masalah (problem formulation)

Apa masalahnya? Apa yang membuat hal tersebut menjadi masalah kebijakan? Bagaimana masalah tersebut dapat masuk dalam agenda pemerintah?


(24)

b. Formulasi Kebijakan (formulation)

Bagaimana mengembangkan pilihan-pilihan atau alternatif-alternatif untuk memecahkan masalah tersebut? Siapa saja yang berpartisipasi dalam formulasi kebijakan?

c. Penentuan Kebijakan (adoption)

Bagaimana alternatif ditetapkan? Persyaratan atau kriteria seperti apa yang harus dipenuhi? Siapa yang akan melaksanakan kebijakan? Bagaimana proses atau strategi untuk melaksanakan kebijakan? Apa isi dari kebijakan yang telah ditetapkan?

d. Implementasi (implementation)

Siapa yang terlibat dalam implementasi kebijakan? Apa yang mereka kerjakan? Apa dampak dari isi kebijakan?

e. Evaluasi (evaluation)

Bagaimana tingkat keberhasilan atau dampak kebijakan diukur? Siapa yang mengevaluasi kebijakan? Apa konsekuensi dari adanya evaluasi kebijakan? Adakah tuntutan untuk melakukan perubahan atau pembatalan?

Sedangkan Michael Howlet dan M. Ramesh (Subarsono, 2005:13-14) menyatakan bahwa proses kebijakan publik terdiri dari lima tahapan sebagai berikut :

a. Penyusunan Agenda (agenda setting), yakni suatu proses agar suatu masalah bisa mendapat perhatian dari pemerintah.


(25)

b. Perumusan Kebijakan (policy formulation), yakni proses perumusan pilihan-pilihan kebijakan oleh pemerintah.

c. Pembuatan Kebijakan (decision making), yakni proses ketika pemerintah memilih untuk melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan sesuatu tindakan.

d. Implementasi Kebijakan (policy implementation), yaitu proses untuk melaksanakan kebijakan supaya mencapai hasil.

e. Evaluasi Kebijakan (policy evaluation), yakni proses untuk memonitor dan menilai hasil atau kinerja kebijakan.

1.5.2 Implementasi Kebijakan

1.5.2.1Pengertian Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan merupakan rangkaian kegiatan setelah suatu kebijakan dirumuskan. Tanpa suatu implementasi maka suatu kebijakan yang telah dirumuskan akan sia-sia belaka. Oleh karena itulah implementasi kebijakan mempunyai kedudukan yang penting di dalam kebijakan publik.

Menurut Robert Nakamura dan Frank Smallwood, hal-hal yang berhubungan dengan implementasi kebijakan adalah keberhasilan dalam mengevaluasi masalah dan kemudian menerjemahkan ke dalam keputusan-keputusan yang bersifat khusus. Sedangkan menurut Pressman dan Wildavsky, implementasi diartikan sebagai interaksi antara penyusunan tujuan dengan sarana-sarana tindakan dalam mencapai tujuan tersebut, atau


(26)

kemampuan untuk menghubungkan dalam hubungan kausal antara yang diinginkan dengan cara untuk mencapainya.

Jones (Tangkilisan, 2003:17-18) mengemukakan beberapa dimensi dari implementasi pemerintahan mengenai program-program yang sudah disahkan, kemudian menentukan implementasi, juga membahas aktor-aktor yang terlibat, dengan memfokuskan pada birokrasi yang merupakan lembaga eksekutor. Dengan demikian implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program ke dalam tujuan kebijakan yang diinginkan. Tiga kegiatan yang paling penting dalam implementasi keputusan adalah :

1) Penafsiran yaitu merupakan kegiatan yang menterjemahkan makna program ke dalam pengaturan yang dapat diterima dan dijalankan.

2) Organisasi yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program ke dalam tujuan kebijakan.

3) Penerapan yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah, dan lain-lainnya.

1.5.2.2Model Implementasi Kebijakan

Dalam rangka untuk mengimplementasikan kebijakan publik, dikenal beberapa model sebagai berikut :


(27)

a. Model Goggin

Goggin (Tangkilisan, 2003:20) mengimplementasikan kebijakan dengan mengidentifikasikan variabel-variabel yang mempengaruhi tujuan formal pada keseluruhan implementasi, yakni :

1) Bentuk dan isi kebijakan, termasuk di dalamnya kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi

2) Kemampuan organisasi dengan segala sumber daya berupa dana maupun insentif lainnya yang akan mendukung implementasi secara efektif

3) Pengaruh lingkungan dari masyarakat dapat berupa karakteristik, motivasi, kecenderungan hubungan antara warga masyarakat, termasuk pola komunikasinya.

b. Model Grindle

Keberhasilan implementasi menurut Merilee S. Grindle (Subarsono, 2005:93) dipengaruhi oleh dua variabel besar, yaitu :

1) Variabel Isi Kebijakan (content of policy) mencakup :

a. Sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target group termuat dalam isi kebijakan

b. Jenis manfaat yang diterima oleh target group

c. Sejauh mana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan d. Apakah letak sebuah program sudah tepat

e. Apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan rinci


(28)

2) Variabel Lingkungan Kebijakan mencakup :

a. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan

b. Karakteristik institusi dan rejim yang sedang berkuasa c. Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran

c. Model Meter dan Horn

Model implementasi kebijakan ini dipengaruhi 6 (enam) faktor, yaitu : 1) Standar kebijakan dan sasaran yang menjelaskan rincian tujuan keputusan

kebijakan secara menyeluruh

2) Sumber daya kebijakan berupa dana pendukung implementasi

3) Komunikasi inter organisasi dan kegiatan pengukuran digunakan oleh pelaksana untuk memakai tujuan yang hendak dicapai

4) Karakteristik pelaksanaan, arrtinya karakteristik organisasi merupakan faktor krusial yang akan menentukan berhasil tidaknya suatu program 5) Kondisi sosial ekonomi dan politik yang dapat mempengaruhi hasil

kebijakan

6) Sikap pelaksanaan dalam memahami kebijakan yang akan ditetapkan.

1.5.2.3Pendekatan Model George C. Edwards III

Pendekatan yang digunakan oleh George C. Edwards III terhadap implementasi kebijakan ada empat faktor atau variabel kritis dalam


(29)

mengimplementasikan kebijakan publik, yaitu: komunikasi, sumberdaya, disposisi atau sikap, dan struktur birokrasi.

1) Komunikasi

Secara alami, komunikasi ini membutuhkan keakuratan, dan komunikasi mesti secara akurat pula diterima oleh para implementor. Jika kebijakan harus diimplementasikan secara tepat, ukuran implementasi mesti tidak hanya diterima, namun mereka mesti juga jelas. Aspek lain dari ukuran implementasi adalah konsistensinya. Keputusan kontradiksi mengacaukan dan membuat frustasi staf administratif dan memaksa kemampuannya untuk mengimplementasikan kebijakan secara efektif.

Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi reistensi dari kelompok sasaran.

Secara umum, semakin terdesentralisasi implementasi kebijakan publik, semakin mungkin terjadi distorsi ketika proses transmisi terjadi, sehingga informasi yang berkembang menjadi kurang akurat di tangan implementator. Desentralisasi biasanya berarti bahwa sebuah keputusan mesti dikomunikasikan melalui beberapa level otoritas sebelum mencapai mereka


(30)

yang akan melakukannya. Lebih banyak langkah sebuah komunikasi mesti bertentangan dari sumber aslinya, semakin lemah sinyal yang utama yang akan diterima.

2) Sumber Daya

Sumberdaya bisa menjadi suatu faktor kritis di dalam mengimplementasikan kebijakan publik. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, yakni kompetensi implementor dan sumberdaya finansial.

Kemungkinan sumberdaya yang paling esensial dalam mengimplementasikan kebijakan adalah staf. Dalam sebuah era dimana “pemerintah besar” berada dalam serangan dari semua arahan, hal ini mungkin nampak mengejutkan untuk belajar bahwa sebuah sumber pokok kegagalan implementasi adalah staf yang tidak cukup.

Informasi merupakan sumber esensial kedua dalam implementasi kebijakan. Informasi ini datang dalam dua bentuk. Pertama adalah informasi berkenaan dengan bagaimana melakukan sebuah kebijakan. Implementasi perlu tahu apa yang harus dikerjakan ketika mereka diberikan petunjuk untuk bertindak. Bentuk informasi esensial kedua adalah data dalam bentuk peraturan pemerintah.

Para implementor mesti tahu apakah orang lain yang terlibat di dalam mengimplementasikan kebijakan melengkapi undang-undang yang dipelukan sebagai dasar legitimasi. Sumber lain yang penting dalam implementasi


(31)

adalah kewenangan (otoritas). Kewenangan ini beragam dari program ke program dan masuk dalam berbagai bentuk berbeda, hak untuk mengeluarkan jaminan, membawa kasus ke pengadilan, mengeluarkan perintah untuk para pejabat lain, menarik dana dari sebuah program, memberikan dana, staf, dan bantuan teknik untuk yuridiksi pemerintah tingkat lebih rendah, mengeluarkan cek untuk para warga, membeli barang dan jasa, atau memungut pajak. Kebijakan yang memerlukan pengawasan atau peraturan pemerintah dari yang lainnya di dalam sektor publik atau private adalah pengawasan atau peraturan, karenanya kewenangan merupakan faktor yang krusial juga.

Berbagai fasilitas fisik mungkin juga menjadi sumber kritis dalam implementasi. Seorang implementor mungkin memiliki staf cukup, mungkin memahami apa yang ia duga harus dikerjakan, memiliki otoritas untuk mengamalkan tugasnya, namun tanpa bangunan perlu, peralatan, persediaan, dan bahkan implementasi ruang hijau tidak akan berhasil.

3) Disposisi

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan.

Banyak kebijakan jatuh dalam “sone apathi”. Kebijakan ini kemungkinan akan diimplementasikan secara meyakinkan karena para implementor tidak


(32)

memiliki perasaan kuat mengenainya. Kebijakan lain, bagaimanapun juga, akan mengalami konflik langsung dengan tinjauan kebijakan atau kepentingan implementor secara pribadi atau organisasional.

Disposisi implementor menimbulkan rintangan serius terhadap implementasi kebijakan. Namun jika personalia yang ada tidak mengimplementasikan kebijakan dengan cara dimana para pejabat puncak kehendaki, mengapa mereka tidak digantikan dengan orang-orang yang lebih responsif terhadap para pemimpin. Salah satu cara untuk meningkatkan berbagai kesempatan bahwa kebijakan akan diimplementasikan secara tepat adalah memilih implementor yang bernilai yang memungkinkan terhadap kebijakan itu. Dangan kata lain, mengesampingkan personalia yang tengah ada yang mungkin menolak terhadap sebuah kebijakan dan memakai yang lain.

Teknik potensial lainnya untuk berhubungan dengan masalah disposisi implementor adalah untuk merubah disposisi implementor yang tengah ada melalui manipulasi insentif. Karena orang pada umumnya bertindak dalam kepentingannya, manipulasi insentif oleh pembuat kebijakan tingkat tinggi mungkin mempengaruhi berbagai tindakannya. Dengan meningkatkan keuntungan atau biaya perilaku khusus mungkin membuat para implementor lebih atau kurang memungkinkan untuk memilihnya sebagai suatu cara memajukan kepentingan kebijakan pribadi, organisasional, dan substantif.


(33)

4) Struktur Birokrasi

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Dua karakteristik utama dari birokrasi ini adalah prosedur pengoperasian standar (sandard operating procedure/SOP) dan fragmentasi. SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-type, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Ini pada gilirannya menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel.

Aspek kedua dari struktur birokrasi yang dipertimbangkan adalah fragmentasi. Fragmentasi merupakan pembagian tanggungjawab untuk sebuah bidang kebijakan diantara unit-unit organisasional. Kelanjutan fragmentasi pemerintah tersebar luas. Dalam bidang kesejahteraan, lebih dari 100 program pelayanan manusia federal diselenggarakan oleh 10 departemen dan dinas berbeda. Departemen Kesehatan dan Pelayanan Masyarakat memiliki tanggungjawab untuk program Bantuan atas Anak-Anak Tanggungan, Departemen Perumahan dan Pembangunan Perkotaan memberikan bantuan perumahan untuk orang miskin, Departemen Pertanian menjalankan program merk pangan, dan Departemen Tenaga Kerja mengelola program pelatihan tenaga kerja dan memberikan bantuan dalam mendapatkan pekerjaan. Semakin banyak aktor dan dinas yang terlibat dengan kebijakan khusus dan semakin seling bergantung keputusannya, semakin sedikit probabilitas implementasi berhasil.


(34)

Sifat dari kebijakan publik juga merupakan sebuah faktor dalam memproduksi fragmentasi. Kebijakan luas, semacam yang berhubungan dengan proteksi lingkungan, adalah multidimensional dan rancu dengan dimensi kebijakan lain, semacam pertanian, transportasi, rekreasi, dan energi. Dengan begitu, agen-agen pemerintah tidak bisa dengan mudah diorganisir seputar suatu bidang kebijakan.

Komunikasi

Sumberdaya

Implementasi

Disposisi

Struktur Birokrasi

Gambar : 1.1 Bagan Faktor Penentu Implementasi menurut G.Edwards III

1.5.3 Pelayanan Publik

1.5.3.1 Pengertian Pelayanan Publik

Pengertian pelayanan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hal, cara, atau hal kerja melayani, sedangkan melayani adalah menyuguhi (orang) dengan makanan atau minuman; menyediakan keperluan orang; mengiyakan, menerima; menggunakan. Pelayanan menurut Moenir adalah kegiatan yang


(35)

diteruskan oleh organisasi atau perseorangan kepada konsumen yang bersifat tidak berwujud dan tidak dapat dimiliki, konsumen yaitu masyarakat yang mendapat manfaat dan aktivitas yang dilakukan oleh organisasi yang memberikan pelayanan.

Pelayanan publik menurut Kurniawan adalah pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Berdasarkan KEMENPAN No.63/KEP/M.PAN/7/2003, pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggaraan pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Secara garis besar jenis-jenis layanan publik menurut Kepmenpan No. 63 tahun 2003 dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

1. Kelompok pelayanan administratif, yaitu jenis pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik, misalnya status kewarganegaraan, sertifikat kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan sebagainya. Dokumen-dokumen ini antara lain Kartu Tanda Peduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), Akte Pernikahan, Akte Kelahiran, Akte Kematian, Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), Surat Izin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK), Izin Membangun


(36)

Bangunan (IMB), Paspor, Sertifikat Kepemilikan/Penguasaan Tanah, dan lain-lain.

2. Kelompok pelayanan barang, yaitu jenis pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/jenis barang yang digunakan oleh publik, misalnya jaringan telepon, penyediaan tenaga listrik, air bersih, dan lain-lain.

3. Kelompok pelayanan jasa, yaitu jenis pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan oleh publik, misalnya pendidikan, pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan transportasi, pos, dan lain-lain.

Berdasarkan Undang-Undang No. 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik, yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggaraan pelayanan publlik. Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah seluruh kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan dalam suatu organisasi atau instansi dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat yang pelaksanaannya berdasarkan peraturan perundang-undangan.

1.5.3.2 Pengertian Pelayanan Kesehatan

Kesehatan adalah faktor paling utama dalam kehidupan manusia. Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan dalam


(37)

memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Definisi pelayanan kesehatan menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo adalah sebuah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Sedangkan menurut Levey dan Loomba, Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendiri/secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan mencembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan peroorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2009), pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atupun masyarakat. Sesuai dengan batasan seperti di atas, mudah dipahami bahwa bentuk dan jenis pelayanan kesehatan yang ditemukan banyak macamnya. Karena kesemuanya ini ditentukan oleh:

• Pengorganisasian pelayanan, apakah dilaksanakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi.

• Ruang lingkup kegiatan, apakah hanya mencakup kegiatan pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan atau kombinasi dari padanya.

Menurut pendapat Hodgetts dan Casio, jenis pelayanan kesehatan secara umum dapat dibedakan atas dua, yaitu :


(38)

1. Pelayanan kedokteran : Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran (medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi. Tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.

2. Pelayanan kesehatan masyarakat : Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok kesehatan masyarakat (public health service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam suatu organisasi. Tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasarannya untuk kelompok dan masyarakat.

1.5.4 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) 1.5.4.1Visi dan Misi BPJS Kesehatan

Adapun yang menjadi visi BPJS Kesehatan adalah : CAKUPAN SEMESTA 2019. Paling lambat 1 Januari 2019, seluruh penduduk Indonesia memiliki jaminan kesehatan nasional untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang handal, unggul dan terpercaya.


(39)

1. Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan mendorong partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

2. Menjalankan dan memantapkan sistem jaminan pelayanan kesehatan yang efektif, efisien dan bermutu kepada peserta melalui kemitraan yang optimal dengan fasilitas kesehatan.

3. Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana BPJS Kesehatan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel untuk mendukung kesinambungan program.

4. Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsip-prinsip tata kelola organisasi yang baik dan meningkatkan kompetensi pegawai untuk mencapai kinerja unggul.

5. Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan dan evaluasi, kajian, manajemen mutu dan manajemen risiko atas seluruh operasionalisasi BPJS Kesehatan.

6. Mengembangkan dan memantapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung operasionalisasi BPJS Kesehatan.

1.5.4.2Hak dan Kewajiban BPJS

Berdasarkan UU Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ada 2 (dua) hak menentukan dalam melaksanakan kewenangannya, BPJS berhak:


(40)

a. Memperoleh dana operasional untuk penyelenggaraan program yang bersumber dari Dana Jaminan Sosial dan/atau sumber lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. Memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program jaminan sosial dari DJSN.

UU BPJS tidak memberikan pengaturan mengenai berapa besaran “dana operasional” yang dapat diambil dari akumulasi iuran jaminan sosial dan hasil pengembangannnya. UU BPJS tidak juga mendelegasikan pengaturan lebih lanjut mengenai hal tersebut kepada peraturan perundang-undangan di bawah Undang-undang. “Dana Operasional” yang digunakan oleh BPJS untuk membiayai kegiatan operasional penyelenggaraan program jaminan sosial tentunya harus cukup pantas jumlahnya agar BPJS dapat bekerja secara optimal, tetapi tidak boleh berlebihan apalagi menjadi seperti kata pepatah “lebih besar pasak daripada tiang”. Besaran “dana operasional” harus dihitung dengan cermat, mengunakan ratio yang wajar sesuai dengan best practice penyelenggaraan program jaminan sosial.

Mengenai hak memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program jaminan sosial dari DJSN setiap 6 bulan, dimaksudkan agar BPJS memperoleh umpan balik sebagai bahan untuk melakukan tindakan korektif memperbaiki penyelenggaraan program jaminan sosial. Perbaikan penyelenggaraan program akan memberikan dampak pada pelayanan yang semakin baik kepada peserta. Tentunya DJSN sendiri dituntut untuk melakukan monitoring dan evaluasi secara objektif dan profesional


(41)

untuk menjamin terselenggaranya program jaminan sosial yang optimal dan berkelanjutan, termasuk tingkat kesehatan keuangan BPJS.

UU No. 24 tahun 2011 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial menentukan bahwa untuk melaksanakan tugasnya ada 11 (kewajiban), BPJS berkewajiban untuk:

a. Memberikan nomor identitas tunggal kepada Peserta; Yang dimaksud dengan ”nomor identitas tunggal” adalah nomor yang diberikan secara khusus oleh BPJS kepada setiap peserta untuk menjamin tertib administrasi atas hak dan kewajiban setiap peserta. Nomor identitas tunggal berlaku untuk semua program jaminan sosial.

b. Mengembangkan aset Dana Jaminan Sosial dan aset BPJS untuk sebesar-besarnya kepentingan peserta;

c. Memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik mengenai kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil pengembangannya;

Informasi mengenai kinerja dan kondisi keuangan BPJS mencakup informasi mengenai jumlah asset dan liabilitas, penerimaan, dan pengeluaran untuk setiap Dana Jaminan Sosial, dan/atau jumlah aset dan liabilitas, penerimaan dan pengeluaran BPJS.

d. Memberikan manfaat kepada seluruh peserta sesuai dengan UU SJSN; e. Memberikan informasi kepada peserta mengenai hak dan kewajiban untuk


(42)

f. Memberikan informasi kepada peserta mengenai prosedur untuk mendapatkan hak dan memenuhi kewajiban;

g. Memberikan informasi kepada peserta mengenai saldo JHT dan pengembangannya 1 kali dalam 1 tahun;

h. Memberikan informasi kepada peserta mengenai besar hak pensiun 1 kali dalam 1 tahun;

i. Membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktik aktuaria yang lazim dan berlaku umum;

j. Melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntasi yang berlaku dalam penyelenggaraan jaminan sosial; dan

k. Melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk kondisi keuangan, secara berkala 6 bulan sekali kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN.

Jika dicermati ke 11 kewajiban BPJS tersebut berkaitan dengan governance BPJS sebagai badan hukum publik. BPJS harus dikelola sesuai dengan prinsip-prinsip transparency, accountability and responsibility, responsiveness, independency, dan fairness.

Dari 11 kewajiban yang diatur dalam UU BPJS, 5 diantaranya menyangkut kewajiban BPJS memberikan informasi. UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik memang mewajibkan badan publik untuk mengumumkan informasi publik yang meliputi informasi yang berkaitan dengan badan publik, informasi mengenai kegiatan dan kinerja badan publik, informasi mengenai laporan keuangan, dan informasi lain yang


(43)

diatur dalam peraturan perundang-undangan. Dengan keterbukaan informasi tersebut diharapkan ke depan BPJS dikelola lebih transparan dan fair, sehingga publik dapat turut mengawasi kinerja BPJS sebagai badan hukum publik yang bertanggung jawab kepada pemangku kepentingan.

1.6Definisi Konsep

Konsep (Singarimbun, 1995:33) merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya interpretasi ganda dari variabel yang diteliti.

Oleh karena itu, untuk mendapatkan batasan-batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang akan diteliti, maka definisi konsep dalam penelitian ini adalah :

1. Kebijakan Publik

Kebijakan publik adalah sebagai kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah. Kebijakan publik berfungsi untuk mengatur, mengarahkan, dan mengembangkan interaksi dalam sebuah komunitas.

2. Implementasi Program BPJS Kesehatan

Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaaan sudah dianggap fix.


(44)

BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan) merupakan pemerintah untuk menyelenggarakan bagi seluruh rakyat Penerima Pensiun PNS dan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya ataupun rakyat biasa.

Implementasi Program BPJS Kesehatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana kegiatan dan pelaksanaan program BPJS Kesehatan yang dikeluarkan oleh pemerintah sesuai dengan UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan model George Edwards III, yaitu :

a. Komunikasi

Komunikasi dalam implementasi kebijakan harus jelas dan tepat sasaran agar tercapai keberhasilan dari implementasi kebijakan tersebut. Keberhasilan Program BPJS Kesehatan dapat dilakukan oleh BPJS Kesehatan dengan mensosialisasikan tujuan dan manfaat Program BPJS Kesehatan kepada masyarakat melalui berbagai media baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu, BPJS Kesehatan juga harus berkoordinasi dengan Rumah Sakit yang menerima pelayanan BPJS Kesehatan agar Implementasi Program BPJS Kesehatan tersebut dapat terlaksana dengan baik.


(45)

b. Sumberdaya

Sumberdaya adalah faktor penting dalam implementasi kebijakan agar kebijakan tersebut dapat terlaksana dengan efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, yakni kemampuan pelaksana kebijakan dan sumberdaya finansial, yaitu dana yang dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan implementasi suatu kebijakan. Dalam penelitian ini sumberdaya yang dimaksud adalah kemampuan para implementor atau pelaksana Program BPJS Kesehatan dan dana yang dibutuhkan serta fasilitas yang mendukung untuk melaksanakan Program BPJS Kesehatan.

c. Disposisi

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor atau pelaksana kebijakan, seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Yang akan dilihat dari penelitian Implementasi Program BPJS Kesehatan ini adalah komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis dari pelaksana kebijakan sesuai dengan UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

d. Struktur Birokrasi

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan menjadi tempat sasaran pelaksanaan Implementasi Program BPJS Kesehatan yang dipilih oleh peneliti. Peneliti memilih Rumah Sakit


(46)

Putri Hijau karena Rumah Sakit ini menyediakan pelayanan BPJS Kesehatan bagi pasien pengguna BPJS Kesehatan dari kalangan prajurit TNI dan keluarga maupun masyarakat umum dengan melihat

SOP dan Fragmentasi sebagai pedoman implementor dalam melaksanakan kebijakan.


(47)

1.7Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri atas latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang profil rumah sakit dan gambaran umum mengenai rumah sakit yang meliputi letak geografis, visi misi dan motto, sumber daya manusia, struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi rumah sakit. BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini menyajikan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan.

BAB V ANALISIS DATA

Bab ini berisi analisis data-data yang diperoleh saat penelitian dilakukan dan memberikan interpretasi atas permasalahan yang diteliti.

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang dilakukan.


(48)

34 2.1 Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Bentuk deskriptif adalah bentuk penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan dan menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana diikuti dengan interpretasi yang akurat (Nawawi, 2005:64). Dengan metode deskriptif ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas fakta-fakta yang ada dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian dan mencoba menganalisis untuk memberi kebenaran berdasarkan data yang ada.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan, Sumatera Utara yang beralamat di Jln. Putri Hijau No. 17 Medan.

2.3 Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, informan penelitian tidak berdasarkan populasi dan sampel. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian tidak ditentukan secara sengaja dan akan memberikan berbagai informasi-informasi yang diperlukan selama proses penelitian.


(49)

Informan penelitian ini meliputi tiga macam, yaitu : 1. Informan kunci

(key informant) , yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai

informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian; 2. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti; 3. Informan tambahan, yaitu pasien yang menggunakan BPJS Kesehatan (Suyanto, 2005:172).

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah :

1. Informan Kunci yaitu Kepala Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Medan. 2. Informan Utama yaitu Kepala Seksi Pelayanan Medik dan Kepala

Pembinaan Pengendali BPJS Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Medan. 3. Informan Tambahan yaitu pasien rawat inap Rumah Sakit Tingkat II Putri

Hijau Medan yang menggunakan BPJS Kesehatan.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1. Data Primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari lapangan yang diperoleh melalui:

a. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dan terbuka kepada informan kunci atau pihak yang berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian.


(50)

b. Metode observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung terhadap objek penelitian kemudian mencatat gejala-gejala yang ditemukan dilapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkaitan dengan pemasalahan penelitian.

c. Penyebaran Kuesioner, yaitu teknik mengumpulkan data dengan cara menyebarkan kuesioner penelitian kepada pasien rawat inap yang menggunakan BPJS dengan mengisi pertanyaan – pertanyaan yang tertera dalam kuesioner penelitian tersebut.

2. Data Sekunder, yaitu data yang diperolah baik yang belum diolah maupun yang telah diolah, baik dalam bentuk angka maupun uraian. Dalam penelitian ini data-data sekunder yang diperlukan antara lain literatur yang relevan dengan judul penelitian ini seperti buku-buku, artikel, jurnal, peraturan-peraturan, struktur organisasi, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis dan lain-lain yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti. Data sekunder dapat juga berupa dokumentasi seperti foto, rekaman wawancara, maupun catatan-catatan kecil yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi secara langsung. Dokumentasi ini sebagai bukt i yang akurat bahwa penelitian telah dilaksanakan oleh peneliti.

2.5Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan, membuat suatu urutan, menyingkatkan data sehingga mudah untuk membuat suatu deskripsi.


(51)

Data yang diperolah melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi dan studi literature diolah kemudian dianalisis. Teknik analisis data kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, menyusun dalam satu satuan yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan dan serta menafsirkan dengan analisis dengan kemampuan nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian (Moleong, 2006:247).

Sedangkan data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner akan disajikan dengan analisis tabel frekuensi. Analisis tabel frekuensi dimaksudkan untuk memperinci data-data sekaligus menyajikan persentase dari masing-masing jawaban responden, sehingga akan diketahui data paling dominan atau yang paling besar persentasenya.


(52)

38

3.1 Profil Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 3.1.1 Latar Belakang Rumah Sakit

Setelah masa kemerdekaan Tahun 1945 banyak anggota tentara maupun keluarganya yang mengalami sakit dan berdomisili di Medan memanfaatkan fasilitas kesehatan rumah sakit swasta yang ada disekitar medan. Karena rumah sakit tentara satu-satunya yang ada di Sumatera Utara hanya ada di Pematang Siantar ( merupakan peninggalan tentara Belanda ) sementara jumlah anggota yang memanfaatkan fasilitas kesehatan ini terus bertambah dari hari kehari, untuk itu para pejuang kemerdekaan maupun dokter tentara yang ada di Medan berpikir perlu adanya fasilitas kesehatan ( Rumah sakit ) khusus tentara di Kota Medan ini. Pada tahun 1950 atas prakarsa dokter militer yang diketuai Letkol dr. Moh Majoedin mendirikan sebuah Tempat Perawatan Asrama (TPA) yang berlokasi di Jalan Banteng 2A Medan. TPA ini dipergunakan untuk merawat anggota Tentara maupun keluarga yang menderita penyakit ringan, sedangkan untuk penyakit berat dirawat di RST P. Siantar. TPA ini memiliki fasilitas 10 tempat tidur, laboratorium kecil, kamar obat, kamar suntik, kamar bedah kecil serta dapur.

Pada tahun 1951 Letkol Dr. Moh Majoedin sekaligus selaku Kepala Dinas Kesehatan TK I menerima penyerahan 4 buah bangsal Rumah Sakit Verenigde Deli Maatschkapy (VDM), yaitu RS PTPN II sekarang ( Dahulu RS PTP IX /


(53)

Tembakau Deli ) yang sebelumnya dipergunakan oleh Belanda untuk merawat Tentara Belanda yang sakit dan berlokasi di Jalan Putri Hijau Medan. Dengan diserah terimakannya VDM tersebut maka TPA berubah menjadi satu Tempat Perawatan Tentara (TPT) yang selanjutnya disebut Rumkit Tk II Putri Hijau Medan.

Tiga tahun setelah berdirinya Rumkit Tk II Putri Hijau Medan mengirimkan personilnya untuk mendukung operasi DI/TII (1953), tahun berikutnya sebagai Team Kesehatan PON III (1954) , dukungan kesehatan pada operasi PRRI (1957), Team Kesehatan Pekan Olah raga Mahasiswa (1960 ), sebagai Duta Perdamaian PBB dengan turut serta dalam Kontingen Garuda III ke Kongo (1963), Operasi PGRS/Paraku Kalbar (1973), Operasi Timor Timur (1976-1998) dan operasi Militer di DI Aceh serta penanganan korban Gempa Bumi & Tsunami Aceh – Nias (2004). Sampai saat sekarang ini Rumkit Tk II Putri Hijau Medan telah dipimpin oleh 24 Kepala Rumah Sakit.

Berdasarkan Peraturan Kasad Nomor Perkasad/265/XII/2007 tanggal 31 Desember 2007 tentang DSPP Kesdam, termasuk didalamnya Rumkit Tk II Tugas Pokok Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB yaitu menyelenggarakan fungsi kuratif dan rehabilitasi medik, preventif terbatas, dukungan kesehatan terbatas, secara terus menerus di wilayah medan pada khususnya dan wilayah Kodam I/BB. Adanya kapasitas lebih Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB juga memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum.


(54)

3.1.2 Tujuan

Profil ini dibuat sebagai gambaran sekaligus fakta sejarah berdirinya rumah sakit, juga untuk memotivasi seluruh personil TNI dan PNS TNI beserta keluarganya guna lebih mengenal, merasa memiliki dan peduli terhadap perkembangan unit kesehatan yang menjadi kebanggaan bersama warga TNI. Tujuan dibuatnya profil Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan ini ada dua, yaitu :

a. Tujuan Umum

Memberikan gambaran secara umum tentang kondisi, kemampuan, pelayanan di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB serta perkembangannya.

b. Tujuan khusus

Memberikan informasi dan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat umum untuk memafaatkan Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB sebagai fasilitas kesehatan.

3.3Gambaran Umum Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 3.3.1 Letak Gografis

Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB beralamat di Jl. Putri Hijau No. 17 Kel. Kesawan Kecamatan Medan Barat Kotamadya Medan Sumatera Utara, tepatnya pada 3°-35' Lintang Utara dan 98° 40’ Bujur Timur. Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB berdiri diatas lahan dengan luas tanah 43.434 m2 (sesuai


(55)

sertifikat BPN Sumut Nomor 02.01.01.03.1.01648) san luas bangunan 18.293,2 m2.

3.3.2 Visi, Misi, dan Motto

Rumkit Tk II Putri Hijau Medan yang merupakan pelaksana Kesdam I/BB dalam memberikan pelayanan kepada prajurit TNI , PNS TNI beserta keluarganya mempunyai Visi, Misi dan Motto sebagai berikut :

V I S I

Menjadi Rumah Sakit Dambaan Warga TNI Dan Masyarakat Dikawasan Barat Negara Kesatuan Republik Indonesia.

M I S I

1. Memberikan dukungan dan pelayanan kesehatan yang tepat, akurat bagi personil beserta keluarga tni secara profesional.

2. Turut Berperan Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Dengan Memberikan Pelayanan Dan Pendidikan Kesehatan Yang Bermanfaat Secara Optimal, Sesuai Kemampuan Masayarakat.

MOTTO Kami Banyak...

Kami Solid ...


(56)

3.4Sumber Daya Manusia (SDM) A. Organik

Personel merupakan anggota TNI yang ditugaskan di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan dari berbagai golongan dan pangkat. Organik merupakan tenaga kesehatan dari golongan militer yang ditugaskan di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan. Data Organik tersebut disajikan dalam tabel 3.1 di bawah ini :

Tabel 3.1 Data Anggota Personel Organik Rumah Sakit Putri Hijau


(57)

B. B/P dari Departemen Kesehatan

Data sumber daya manusia dari Departemen Kesehatan di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan dapat dilihat dalam tabel 3.2 di bawah ini :

Tabel 3.2 Data Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan dari Departemen Kesehatan

NO STATUS NYATA KETERANGAN

1 Dokter ahli 2 Kebidanan, Peny. Kulkel

2 Dokter umum 1

3 Dokter gigi 1

4 Paramedis 11

5 Non medis 2

Jumlah 17

Sumber : Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

C. Tenaga Sukarela (TKS)

Tenaga sukarela Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB merupakan tenaga kesehatan non organik yang dalam pelaksanaan tugasnya mendukung/membantu tugas-tugas pelayanan kesehatan. Adapun jumlah tenaga sukarela yang ada sampai dengan Oktober 2014 sebagai berikut :


(58)

Tabel 3.3 Data Tenaga Sukarela Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

NO. KUALIFIKASI JUMLAH KETERANGAN

1 Dokter Spesialis 2 Spesialis Anak, Obsgyn

2 Dokter umum 1

3 Paramedis 58

4 Non medis 64

5 Dokter Gigi 1

Jumlah 126

Sumber : Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

D. Tenaga Dokter

Tenaga Dokter pada Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB dapat dilihat dalam tabel 3.4 berikut ini :

Tabel 3.4 Data Tenaga Dokter di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

NO. KUALIFIKASI

ORGANIK

PURN B/P DEPKES

KONSUL

TAN JLH KET MILITER PNS CAPEG

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Dokter umum 3 21 1 - 1 - 26

2 Dokter gigi 2 6 - - 1 - 9

3 Spes. Bedah umum

3


(59)

4 Spes. Bed. Ortopedi

1

- - - 1

5 Spes. Bedah. Syaraf

1

- - - 1

6 Spes. Bedah Digestif

-

- - 1 - 1 2

7 Spes. Peny. Dalam

3

- - - - 1 4

8 Spes. Obsgyn 1 - - - 2 1 4

9 Spes. Anak - - - - - 1 1

10 Spes. Peny. Jantung

1

- - - 1

11 Spes. Peny. Paru

1

1 - 1 - - 3

12 Spes. Peny. Jiwa

1

- - 1 - - 2

13 Spes. Peny. Syaraf

-

- - - - 1 1

14 Spes. Peny. Kulkel

1

- - 1 - 1 3

15 Spes. THT 1 - - 1 - 1 3

16 Spes. Mata 1 - - - - - 1

17 Spes. Patologi klinik

-

- - 1 - - 1


(60)

19 Spes. Radiologi

-

- - 1 - - 1

JUMLAH 21 28 1 9 4 7 70

Sumber : Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

E. Tenaga Paramedis

Tenaga Paramedis Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan dapat dilihat dalam tabel 3.5 berikut ini :

Tabel 3.5 Data Tenaga Paramedis Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

NO. KUALIFIKASI MILITER PNS B/P DEPKES JUMLAH KET

1 Perawat 72 163 7 242

2 Penunjang Medis 20 44 4 68

JUMLAH 92 207 11 310

Sumber : Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

F. Tenaga Non Medis

Tenaga Non Medis Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan dapat dilihat dalam tabel 3.6 berikut ini :

Tabel 3.6 Data Tenaga Non Medis Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

NO. KUALIFIKASI MILITER PNS B/P DEPKES

JUMLAH KET

1 Non Medis 28 32 2 62


(61)

3.5 Struktur Organisasi Rumah Sakit Tk II Putri Hijau

Struktur organisasi Rumkit Tk II Putri Hijau berdasarkan pada Peraturan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Nomor Perkasad/25/XII/2007 tanggal 31 Desember 2007 tentang Organisasi dan Tugas Kesehatan Daerah Militer (Kesdam) termasuk Rumah Sakit Tk II Putri Hijau.

Rumkit Tk II Putri Hijau dipimpin oleh seorang Kepala Rumkit Tk II, disingkat Karumkit Tk II Putri Hijau yang bertanggung jawab kepada Kakesdam I/BB. Susunan organisasi Rumkit Tk II Putri Hijau terdiri dari :

1) Karumkit 2) Waka Rumkit 3) Komite Medik

4) Seksi Tata Usaha dan Urusan Dalam disingkat Situud 5) Seksi Pelayanan Medik, disingkat Siyanmed

6) Seksi Penunjang Medik ,disingkat Sijangmed 7) Seksi Penunjang Umum, disingkat Sijangum 8) Urusan Infokes, disingkat Urinfokes

9) Unit Pemeriksaan Kesehatan, disingkat Unit Rikkes 10) Departemen Bedah dan Anastesi

11) Departemen Penyakt Jantung dan Paru 12) Departemen Gigi dan Mulut

13) Departemen Obgyn dan Ibu Kesehatan Anak 14) Departemen Mata , THT dan Kulkel


(62)

16) Instalasi selaku Pelaksana Teknis

17) Para Tenaga Medik yang merupakan Staf Medik Fungsional, disingkat SMF.

Gambar 3.1 : Struktur Organisasi Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

3.6Tugas Pokok dan Fungsi Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan Berdasarkan Skep Kasad I/BB Nomor : Skep / 69 / XII / 2004 Tanggal 24 Desember 2004 tentang organisasi dan tugas Kesdam I/BB termasuk Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB sebagai berikut :

a. Eselon Pimpinan : - Kepala / Wakil Kepala

b. Komite Medik


(63)

- Sijangmed.

- Sijangum.

d. Eselon unsur pelayanan

1) Pelayanan Teknis : - Urinfokes

2) Pelayanan Umum : - Situud

e. Eselon pelaksana

1) Teknis Medis

a) Dep. Bedah Gadar dan Anastesi

b) Dep. Obsgyn dan IKA

c) Dep. Peny. Dalam, Jantung dan Paru

d) Dep. Mata, THT dan Kulkel

e) Dep. Gigi dan Mulut

f) Dep. Peny. Syaraf dan Jiwa

2) Penunjang Pelayanan

a) Instalasi Kamar Bedah Pendidikan

b) Instalasi Rehab Medik


(64)

d) Instalasi Watnap

e) Instalasi Jangdiag

f) Instalasi Farmasi

g) Instalasi Jangwat

h) Instaldik

i) Staf Medik Fungsional

3.6.1 Karumkit dan Wakarumkit

Karumkit merupakan Kepala Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan yang berpangkat Kolonel golongan IV. Atasan Karumkit adalah Kakesdam I/BB, sedangkan bawahan Karumkit antara lain :

1) Waka

2) Ketua Komite Medik 3) Kasiyanmed

4) Kasijangmed 5) Kasijangum 6) Kaurinfokes 7) Kasituud

8) Kadep Bedah dan Anastesi 9) Kadep Obsgin dan Ika


(65)

11) Kadep Mata, THT dan Kulkel 12) Kadep Penyakit Syaraf dan Jiwa 13) Kadep Gilut

14) Kainstalwatlan 15) Kainstalwatnap 16) Kainstal Kabed 17) Kainstalrehabmed 18) Kainstaljangdiag 19) Kainstal Farmasi 20) Kainstaljangwat 21) Kainstaldik

22) Staf Medik Fungsional

Tugas Pokok Karumkit ialah pembantu dan pelaksana Kesdam di bidang penyelenggaraan pengobatan, perawatan dan rehabilitasi penderita, serta pendidikan tenaga kesehatan. Sedangkan tugas sehari-hari Karumkit sebagai berikut :

1) Menyelenggarakan dan melaksanakan semua jenis kegiatan pengobatan dan perawatan penderita berdasarkan teknik dan pengetahuan kedokteran umum dan spesialis sesuai dengan tingkatnya

2) Menyelenggarakan dan melaksanakan sistem perawatan dan pengobatan penderita serta rujukan penderita dari tingkat bawah ketingkat atas serta rujukan ilmiah (asistensi) dari tingkat atas ke tingkat bawah


(66)

3) Menyelenggarakan pendidikan tenaga kesehatan dan pengembangan teknik secara terbatas

4) Menyediakan fasilitas uji badan personil TNI AD pada tingkat Kodam sesuai dengan petunjuk kebijaksanaan dan pengarahan Ka Kesdam I/BB

5) Menyelenggarakan tugas lainnya yang ditentukan oleh Kakesdam I/BB.

Wakarumkit merupakan Wakil Ketua Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan berpangkat Letnan Kolonel golongan V. Atasan Wakarumkit adalah Karumkit, sedangkan bawahan Wakarumkit sebagai berikut : 1) Ketua Komite Medik

2) Kasiyanmed 3) Kasijangmed 4) Kasijangum 5) Kaurinfokes 6) Kasituud

7) Kadep Bedah dan Anastesi 8) Kadep Obsgin dan Ika

9) Kadep Penyakit Dalam, Jantung dan Paru 10) Kadep Mata, THT dan Kulkel

11) Kadep Penyakit Syaraf dan Jiwa 12) Kadep Gilut

13) Kainstalwatlan 14) Kainstalwatnap 15) Kainstal Kabed


(67)

16) Kainstalrehabmed 17) Kainstaljangdiag 18) Kainstal Farmasi 19) Kainstaljangwat 20) Kainstaldik

21) Staf Medik Fungsional

Tugas Pokok Wakarumkit ialah pembantu dan penasehat Karumkit. Sedangkan tugas sehari-hari Wakarumkit antara lain :

1) Memimpin, mengatur, mengkoordinasikan, dan mengawasi segala kegiatan unsur staf pelaksana dan unsur pelaksana Rumkit

2) Menentukan tata kerja seecara umum

3) Mengkoordinasikan dan mengawasi kegiatan

4) Mengkoordinasi pembuatan laporan dari Rumkit untuk bahan laporan kepada Ka Kesdam

5) Mengerjakan tugas lain yang dibebankan secara khusus oleh Karumkit (Kekayaan rumkit)

6) Mewakili Karumkit apabila Karumkit berhalangan untuk melaksanakan tugas.

3.6.2 Seksi Pelayanan Medik

Seksi pelayanan medik dikepalai oleh Kepala Seksi Pelayanan Medik yang disebut Kasiyanmed berpangkat Mayor golongan VI. Atasan Kasiyanmed adalah Karumkit, sedangkan bawahan Kasiyanmed adalah :


(68)

2) Kaur Medis

3) Paur Rekam Medis 4) Penata Keperawatan 5) Tur Formulir Medik 6) Opr. Komputer

Tugas Pokok Kasiyanmed adalah membantu Karumkit melaksanakan tugas dalam bidang penyelenggaraan administrasi pelayanan medis rumah sakit. Untuk Tugas Sehari-hari Kasiyanmed adalah sebagai berikut :

1) Menyelenggarakan dan melaksanakan administrasi rumah sakit

2) Menyelenggarakan dan melaksanakan administrasi pasien rawat jalan/ rawat mondok pasien rujukan

3) Menyelenggarakan dan melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data rumah sakit serta penyajian

4) Menyelenggarakan dan melaksanakan administrasi untuk evaluasi. Tugas Periodik Kasiyanmed antara lain :

1) Menyelenggarakan laporan bulan, triwulan, tahunan, dan pasien rawat mondok 2) Melaksanakan pengadaan formulir medik yang dibutuhkan untuk poliklinik

dan ruangan rawat mondok.

Tugas Insidentil Kasiyanmed antara lain : 1) Melaksanakan laporan kejadian medis khusus 2) Administrasi visum et refertum


(69)

3.6.3 Urusan Informasi Kesehatan

Kepala Urusan Informasi Kesehatan disebut dengan Kaurinfokes berpangkat Kapten golongan VII. Atasan Kaurinfokes adalah Karumkit, sedangkan bawahan Kaurinfokes adalah :

1) Penata Infokes 2) Bainfokes 3) Opr Komputer

Tugas Pokok Kaurinfokes ialah pembantu dan pelaksana pengumpulan, penyajian data, dan kegiatan yang berkenaan dengan informasi kesehatan. Tugas sehari-hari Kaurinfokes adalah :

1) Menerima dan menyimpan data yang menjadi tanggung jawabnya dan menatanya menurut prosedur yang berlaku

2) Menyelenggarakan dan melaksanakan pengumpulan penyajian data informasi kesehatan.

Tugas Periodik Kaurinfokes adalah membuat laporan bulanan, triwulan dan tahunan. Tugas Insidentil Kaurinfokes adalah membuat dan mengerjakan laporan medis penting dan laporan yang sewaktu-waktu diminta oleh atasan.

3.6.4 Instalansi Rawat Jalan

Kepala Instalansi Rawat Jalan disebut dengan Kainstalwatlan berpangkat Letnan Kolonel golongan V. Atasan Kainstalwatlan adalah Karumkit, sedangkan bawahan Kainstalwatlan adalah :


(70)

2) Kasubinstalwatlan A 3) Kasubinstalwatlan B

4) Ka Poliklinik (14) 5) Staf Fungsional Perawat (30)

6) Turmin (4)

Tugas Pokok Kainstalwatlan adalah mengatur dan mengendalikan kegiatan pelayanan rawat jalan di rumkit. Sedangkan Tugas Sehari-hari Kainstalwatlan adalah sebagai berikut :

1) Mengatur dan mengkoordinir kegiatan seluruh poliklinik rawat jalan

2) Mencatat dan membuat laporan pengunjung dan kunjungan penderita rawat jalan

3) Mencatat dan membuat laporan jenis penyakit dari penderita rawat jalan

4) Membuat perencanaan alkes dan matkes yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan poliklinik rawat jalan.

3.6.5 Instalansi Rawat Inap

Intalansi Rawat Inap dikepalai oleh Kepala Instalansi Rawat Inap yang disebut dengan Kainstalwatnap, berpangkat Letnan Kolonel golongan V. Atasan Kainstalwatnap adalah Karumkit, sedangkan bawahan Kainstalwatnap adalah :

1) Kasubinstalwatnap A 2) Kasubinstalwatnap B 3) Kasubinstalwatnap C


(71)

5) Staf Fungsional Perawat (183)

6) Turyan (9)

7) Turmin (4)

Tugas Pokok Kainstalwatnap adalah mengatur dan mengendalikan kegiatan pelayanan perawatan di rumah sakit. Tugas sehari-hari Kainstalwatnap adalah : 1) Mengendalikan seluruh ruangan perawatan

2) Mengkoordinir dan mengawasi petugas pekerjaan ruangan 3) Meneliti kebutuhan ruangan

4) Setiap pagi atau setiap saat ikut mengawasi penderita rawat mondok

5) Mengadakan koordinasi dengan Kadep-kadep Kainstal-kainstal Kosi-kosi yang ada hubungannya dengan penderita rawat mondok.

Tugas Periodik Kainstalwatnap adalah mengadakan pertemuan rutin dengan Ka ruangan 2x per bulan. Tugas Insidentil Kainstalwatnap adalah mengatur pemindahan personil ruangan.


(1)

99

menggunakan kartu BPJS. Menurut pengakuan informan, mereka yang belum menggunakan kartu karena mereka merasa tidak perlu membuat kartu BPJS sebelum mereka merasakan sakit. Sehingga perlu dilakukan penindakan terhadap permasalahan tersebut dan diuruskan ke dinas sosial.

Hal tersebut menunjukkan bahwa masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam memelihara kesehatan. Mereka menganggap kartu BPJS tersebut tidak penting pada saat mereka masih merasakan sehat. Kemudian apabila mereka tiba-tiba sakit disitu barulah mereka menyadari bahwa kartu BPJS itu penting untuk pemeliharaan kesehatan. Sehingga apabila ditemukan pasien dengan keadaan seperti itu pihak rumah sakit langsung melakukan penindakan dan koordinasi dengan dinas sosial agar segera diuruskan Kartu BPJS untuk jaminan kesehatan mereka.


(2)

100

1. Implementasi Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan merupakan suatu program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk memberikan perlindungan kesehatan dalam bentuk manfaat pemeliharaan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada pasien TNI/keluarga dan masyarakat umum yang telah membayar iuran atau iurannya dibayarkan.

2. BPJS Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan ada dua jenis, yaitu BPJS Aktif adalah BPJS yang ditanggung oleh Kementerian Pertahanan yaitu TNI/keluarga dan PNS Kementerian Pertahanan dan BPJS Mandiri adalah BPJS yang tidak ditanggung oleh Kementerian Pertahanan yaitu pensiunan TNI, Polri, PNS Askes, dan masyarakat umum.

3. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, terdapat data dan fakta bahwa implementasi Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan berlangsung sejak bulan Februari 2014 dan pada saat ini sudah masuk tahun yang kedua.


(3)

101

4. Implementasi Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan sudah dilaksanakan dengan baik, hal tersebut dapat dilihat dari proses pelaksanaan BPJS yang dilakukan sudah memenuhi tingkat kebutuhan kesehatan TNI dan masyarakat umum dengan adanya pelayanan BPJS tersebut. Diharapkan dengan adanya program BPJS tersebut maka akses pelayanan kesehatan semakin meningkat dan pada akhirnya tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.

6.2 Saran

1. Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan agar lebih memperhatikan lagi kelengkapan tempat tidur pasien seperti sprei dan selimut. Karena hasil dari sebaran kuesioner peneliti menemukan pasien yang mengaku tidak adanya spreidan selimut pada tempat tidurnya.

2. Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan juga lebih intensif lagi memperhatikan dan mengawasi dokter dan perawat koas yang bertugas di rumah sakit agar memberikan pelayanan yang lebih baik terhadap pasien.


(4)

102

Bungin, Burhan H.M, 2008. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Kencana: Jakarta.

Dunn, William N, 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Edisi kedua. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Moenir, A.S.2002. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Bumi Aksara: Jakarta.

Moleong, Lexy.2006. Metode Penelitian Kualitaitif. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.

Nawawi, Hadawi.2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Poerwadarmita, WJS, 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gajah University Press: Yogyakarta.

Sinambela, Poltak Lijan, 2008. Reformasi Pelayanan Publik. Bumi Aksara: Jakarta.

Sinambela, Poltak Lijan, 2010. Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan, dan Implementasi. Bumi Aksara: Jakarta.

Singarimbun, Masri, 1995. Metode Penelitian Survey.LP3ES: Jakarta.

Subarsono, 2005. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.


(5)

103

Suyanto, Bagong dan Sutina, 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Prenada Media: Jakarta.

Tangkilisan, Nogi S. Hessel, 2003. Implementasi Kebijakan Publik: Transformasi Pikiran George Edwards. Lukman Offset: Yogyakarta.

Tangkilisan, Nogi S. Hessel, 2003. Kebijakan Publik yang Membumi. Lukman Offset & YPAPI: Yogyakarta.

Wahab, Solichin Abdul, 2001. Analisis Kebijakan : Dari Formulasi Ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. UMM Press: Malang.

Winarno, Budi, 2005. Kebijakan Publik, Teori, dan Proses. Media Presindo: Yogyakarta.

Sumber Perundang-undangan

UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

KEPMENPAN No. 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Pelayanan Publik

Sumber Website

diakses pada tanggal 15 Oktober 2014

pukul 21.00 WIB

diakses pada tanggal 27 Oktober 2014 pukul 15.49 WIB


(6)

Oktober 2014 pukul 16.23 WIB

2014 pukul 17.00 WIB

http:// pengertian-jenis-jenis-dan-tingkat.html diakses pada tanggal 17 November 2014 pukul 21:18 WIB

http:// DEFENISI KEBIJAKAN PUBLIK MENURUT PAKAR _ Afrizal Woyla Saputra Zaini.html diakses pada tanggal 17 November 2014 pukul 21:37 WIB

http://analisa-kebijakan-undang-undang-implementasi-bpjs-1-januari-2014 659904.html diakses pada tanggal 08 Desember 2014 pukul 16:20 WIB


Dokumen yang terkait

Kedudukan Hukum Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

7 149 101

Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Studi Pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Ketenagakerjaan Kantor Cabang Binjai)

6 127 174

Implementasi Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) (Studi Pada Rumah Sakit Tingkat Ii Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan)

15 148 118

Kebijakan Pemerintah Terhadap Pelaksanaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Di Rumah Sakit Jiwa (Rsj) Provinsi Sumatera Utara

4 100 108

Karakteristik Penderita Hepatitis B Rawat Inap Di Rumah Sakit Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan Tahun 2010-2013

0 66 129

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Implementasi Kebijakan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Studi Pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Ketenagakerjaan Kantor Cabang Binjai)

0 0 38

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Implementasi Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) (Studi Pada Rumah Sakit Tingkat Ii Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan)

0 1 33

Kebijakan Pemerintah Terhadap Pelaksanaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Di Rumah Sakit Jiwa (Rsj) Provinsi Sumatera Utara

0 0 28

Kebijakan Pemerintah Terhadap Pelaksanaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Di Rumah Sakit Jiwa (Rsj) Provinsi Sumatera Utara

0 0 25

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Hepatitis B - Karakteristik Penderita Hepatitis B Rawat Inap Di Rumah Sakit Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan Tahun 2010-2013

0 0 26