Kadar abu AOAC 1999 Kadar serat AOAC 1995

64

3. Kadar protein AOAC 1984

Metode yang digunakan adalah metode kjehdahl. Sebanyak ± 1 gram sampel dicampur dengan 0,25 gram Selenium dimasukkan ke dalam labu kjehdahl kemudian ditambahkan 2,5 mL H 2 SO 4 pekat. Sampel didestruksi dalam lemari asam hingga berwarna hijau larutan jernih, lalu didinginkan. Larutan kemudian diencerkan hingga 100 mL. Sebanyak 5 mL sampel dimasukkan ke dalam alat destilasi dan ditambahkan 20 mL NaOH 40. Hasil destilat ditampung di dalam erlenmeyer yang telah berisi 10 mL H 3 BO 2 2 dan 2 tetes indikator Brom Cresol Green – Methyl Red berwarna merah muda. Destilasi dihentikan bila volume destilat mencapai dua kali volume sebelum destilasi dan berwarna hijau kebiruan. Hasil destilasi kemudian dititrasi dengan H 2 SO 4 0,1N hingga berwarna merah muda. Cara yang sama juga dilakukan untuk blanko. Kadar nitrogen total dihitung dengan rumus : Keterangan : S : volume titrasi sampel mL B : Volume titrasi blanko mL N : Normalitas H 2 SO 4 Kadar protein = N x faktor perkalian berbagai bahan pangan Faktor perkalian bahan pangan berkisar 5,18 – 6,38. Pada penelitian ini faktor perkaliannya adalah 6,25 untuk kategori biji-bijian.

4. Kadar abu AOAC 1999

Pengukuran kadar abu menggunakan metode dry ashing. Cawan proselin dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 oC selama ± 15 menit. Cawan kemudian didinginkan di dalam desikator kemudian ditimbang sebagai berat cawan kosong. Sebanyak 2 gram sampel kering ditempatkan dalam cawan porselin dan dibakar sampai terbentuk arang dan tidak berasap di atas pemanas destruksi. Kemudian sampel diabukan di dalam tanur bersuhu 600 o C selama 1 jam. Sampel didinginkan lalu ditimbang. Kadar abu dihitung dengan rumus : 65

5. Kadar serat AOAC 1995

± 1 gram sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 mL kemudian ditambahkan 100 mL H 2 SO 4 0,3N. Contoh kemudian dididihkan dengan pendingin balik selama 30 menit. Sebanyak 50 mL NaOH 1,25 N ditambahkan kedalam sampel kemudian dididihkan lagi selama 30 menit. Cairan kemudian disaring dengan kertas saring Wheatman yang telah dikeringkan dan diketahui beratnya. Hasil saringan kemudian dibilas secara berurutan dengan 50 mL asam sulfat 0,3N, air panas, dan aseton. Kertas saring dikeringkan di dalam oven selama 12 jam, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Kadar serat kasar dihitung dengan rumus : 66 Lampiran 2 Prosedur Analisis Sifat Fisiko-Kimia Minyak 1. Densitas SNI – 06-4085-1996 Prinsip kerja dari penentuan densitas adalah perbandingan massa contoh tanpa udara pada suhu dan volume tertentu dengan massa air pada suhu dan volumeyang sama. Piknometer kosong dikeringkan di dalam oven kemudian ditimbang terlebih dahulu. Lalu piknometer diisi dengan aquadest suhu 20 o C kemudian disimpan dalam water bath pada suhu 25 o C selama 30 menit. Diusahakan tidak ada gelembung-gelembung udara di dalam piknometer yang berisi aquadest maupun contoh. Piknometer kemudian diangkat, dikeringkan, dan ditimbang. Berat aquadest diperoleh dari selisih berat piknometer berisi aquadest dan berat piknometer kosong. Pada tahap selanjutnya sampel minyak didinginkan sampai suhu 20 o C. Kemudian minyak dimasukkan ke dalam piknometer yang sebelumnya telah dibersihkan dan dikeringkan hingga meluap dan tidak terbentuk gelembung udara. Bagian luar piknometer dikeringkan dan piknometer ditempatkan di dalam water bath pada suhu konstan 25 o C selama 30 menit. Piknometer diangkat dari water bath lalu dikeringkan, dan ditimbang. Berat sampel diperoleh dengan menghitung selisih berat piknometer berisi sampel dan berat piknometer kosong. Densitas dihitung dengan rumus : Keterangan : W 1 : berat sampel g W 2 : berat aquadest g ρ air : densitas air gmL

2. Viskositas ASTM D 445