49
3. Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu Legislatif Tahun 2009 di
Daerah Hukum Pengadilan Negeri Sukoharjo a.
Jumlah Laporan Pelanggaran Pidana Pemilu Legislatif Tahun 2009 :
Jumlah laporan pelanggaran pidana Pemilu Legislatif tahun 2009 yang masuk ke Panwaslu Kabupaten Sukoharjo yaitu sebagai berikut:
BULAN TERLAPOR
JENIS LAPORAN TINDAK LANJUT
KETERANGAN
Januari 2009 Pebruari 2009
Maret 2009 7 April 2009
7 April 2009 8 April 2009
8 April 2009
9 April 2009 Drs.Suwardi
Syarif Hidayatullah
H,Idris Sarjono Marno Diharjo
Mamin kampanye
untuk caleg PPP.
Bambang Palur kampenye untuk partai demokrat.
Slamet Gomang.
Supardi, Sarjono, Sasono, Riadi .
PNS melakukan kampenye. Pemasangan gambar disertai
gambar pejabat
negara polisi
yang berseragam
dinas. Pemberian
uang kepada
anggota tim pemenang caleg. Money politic bukti uang
tunai Rp.15.000. Money politic bukti uang
Rp.20.000,- x 28 lembar. Money politic
Money politic bukti uang Rp.20.000,- x 2 lembar.
Money politic bukti uang Rp.646..000.
Dinilai kejari daluwarsa. Di vonis 6 bl oleh PN.
Kajian Panwaslu tidak cukup bukti.
Kajian Panwaslu tidak cukup bukti.
Kajian Panwaslu tidak cukup bukti.
Saksi mundur. Laporan dicabut pelapor.
Kajian Panwaslu tidak cukup bukti.
Sumber : data primer Dari data diatas terdapat dua laporan yang ditindaklanjuti sampai
dengan tahap pemberkasan yaitu perkara pelanggaran Pidana Pemilu Legislatif tahun 2009 :
50 1
Atas nama Syarief Hidayatullah bin Mohammad Ali , Diduga melanggar Pasal 270 Jo. Pasal 84 ayat 1 huruf I Undang-
undang RI Nomor 10 tahun 2008, dengan unsur pidana yaitu : -
Setiap orang, -
Dengan sengaja -
Melakukan larangan pelaksanaan kampenye Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 ayat 1 huruf a,b,c,d,e,f,g,h atau huruf i.
Adapun ancaman sanksi pidananya yaitu pidana penjara minimum 6 bulan maksimum 24 bulan dan denda minimum Rp.6.000.000,- enam
juta rupiah maksimum Rp.24.000.000,- dua puluh empat juta rupiah.
2 Atas nama Drs. Suwardi,
Diduga melanggar Pasal 273 jo Pasal 84 ayat 5 Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 2008, dengan unsur pidana yaitu :
- Setiap PNS, anggota TNI dan Polri, Kepala Desa dan Perangkat
desa dan Anggota BPD, -
Melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 ayat 3 dan ayat 5.
Ancaman sanksi pidananya yaitu pidana penjara minimum 3 bulan maksimum 12 bulan dan denda minimum Rp.3.000.000,- tiga juta
rupiah maksimum Rp.12.000.000,- dua belas juta rupiah. Dari kedua laporan tersebut untuk perkara atas nama Syarif Hidayatulloh
oleh Jaksa Penuntut Umum dinyatakan lengkap P-21 sedangkan untuk perkara atas nama Drs.Suwardi dinyatakan belum lengkap P-19 dengan
alasan kedaluwarsa yaitu Panwaslu terlambat melaporkan temuan tersebut lebih dari 5 lima hari. Sesuai dengan Pasal 7 Peraturan Badan Pengawas
Pemilihan Umum Nomor 5 tahun 2008 tentang tata cara pelaporan pelanggaran Pemilihan Umum anggota DPR, DPD dan DPRD,
disebutkan :
51 1
Pelanggaran pidana Pemilu diteruskan kepada penyidik kepolisian Negara Republik Indonesia paling lama 1 satu hari setelah
diputuskan oleh Pengawas Pemilu. 2
Penerusan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilampiri dengan salinan laporan pelapor dan hasil kajian terhadap laporan.
3 Penerusan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 bersifat
rahasia. Sedangkan Pasal 8 mengatur mengenai :
1 Keputusan Pengawas Pemilu atas penanganan laporan diinformasikan
kepada pelapor. 2
Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diumumkan di Sekretariat Pengawas Pemilu.
Dengan adanya perkara tindak pidana Pemilu atas nama Drs. Suwardi yang oleh Kejaksaan tidak dapat dinyatakan lengkap P-21 kerena
Panwaslu terlambat melaporkan temuan kedaluwarsa ini menunjukkan belum optimalnya koordinasi antara aparat penegak hukum yang duduk
dalam Sentra Gakkumdu . Selain itu juga menunjukkan bahwa tingkat pemahaman terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku masih
lemah dan belum adanya kesamaan pemahaman terhadap peraturan perundang-undangan
antara Panitia
Pengawas Pemilu, penyidik Kepolisian dan Jaksa Pemilu pada Kejaksaan Negeri Sukoharjo.
b. Tahap Penuntutan :
Pada tahap Penuntutan hanya ada satu perkara yakni atas nama terdakwa Syarief Hidayatullah yang oleh Pengadilan Negeri Sukoharjo
Nomor 01Pid.S2009PN.SKH tanggal 12 Maret 2009 dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana :
“Dengan Sengaja menggunakan tanda gambar selain dari tanda gambar peserta Pemilu yang bersangkutan “ dan menjatuhkan pidana kepada
terdakwa dengan pidana penjara selama 6 enam bulan dan membayar
52 denda sebesar Rp.6.000.000,- enam juta rupiah , apabila pidana denda
tersebut tidak dibayar, maka diganti dengan pidana kurungan selama 1 satu bulan .Atas putusan Pengadilan Negeri Sukoharjo tersebut terdakwa
menyatakan banding. Pada tingkat banding oleh Pengadilan Tinggi Jawa Tengah Nomor 102Pid2009PT.Smg tanggal 16 Maret 2009 terdakwa
dinyatakan bebas. Ketentuan pidana dalam Undang-undang Pemilu Nomor 10 tahun 2008
diatur dalam Pasal 260 sampai dengan Pasal 311. Dari uraian di atas, menurut hemat penulis bahwa keberadaan atau eksistensi
Sentra Gakkumdu masih sangat diperlukan dalam rangka penegakan hukum tindak pidana Pemilu Legislatif. Karena dapat dibayangkan apabila Sentra Gakkumdu
ditiadakan, maka penanganan perkara tindak pidana Pemilu Legislatif tentu akan terhambat. Masing-masing aparat penegak hukum akan berjalan sendiri-sendiri
tanpa adanya koordinasi sehingga tentunya dikhawatirkan laporan-laporan perkara tindak pidana Pemilu Legislatif tidak dapat ditindaklanjuti secara maksimal atau
dengan kata lain akan banyak perkara tindak pidana Pemilu yang tidak bisa diproses sampai ke tingkat pengadilan.
B. Pola Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu Legislatif Tahun 2009
Pelanggaran Pemilu meliputi Pelanggaran Administrasi Pemilu dan Pelanggaran Pidana pemilu. Pelanggaran administrasi Pemilu menurut Pasal 248
UU Nomor 10 Tahun 2008 adalah pelanggaran terhadap ketentuan Undang-undang yang bukan merupakan ketentuan pidana Pemilu dan ketentuan lain yang diatur
dalam peraturan KPU. Pelanggaran administrasi Pemilu diselesaikan oleh KPU berdasarkan laporan dari BaPanwaslu.
Sedangkan tindak pidana Pemilu atau pelanggaran pidana Pemilu adalah pelanggaran terhadap ketentuan pidana Pemilu yang diatur dalam Undang-undang
Nomor 10 Tahun 2008 yang penyelesaiannya dilaksanakan melalui pengadilan dalam lingkungan peradilan umum.
53 Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008 telah menetapkan hukum acara yang
diberlakukan secara khusus dalam penyelesaian perkara tindak pidana Pemilu, dengan memberikan batasan waktu penyidikan, pra penuntutan serta penuntutan
yang lebih singkat dibandingkan dengan KUHAP. Pola penanganan perkara tindak pidana Pemilu pada dasarnya dilaksanakan
berdasarkan pedoman sebagai berikut :
1. Tahapan pelaksanaan Penyidikan