Recovery Biosurfaktan Hasil Produksi

besar, menghasilkan biosurfaktan dengan karakteristik berupa tegangan permukaan yang lebih baik dan dimungkinkan biosurfaktan yang dihasilkan juga semakin banyak. Berdasarkan hasil uji statistik Duncan seperti yang tersaji pada lampiran 8, semua konsentrasi minyak kedelai mempengaruhi penurunan tegangan permukaan tetapi konsentrasi minyak kedelai 20 mempunyai rata-rata tegangan permukaan yang paling rendah. Untuk waktu fermentasi tidak dapat ditentukan secara statistik. Berdasarkan penentuan kondisi optimum pada produksi biosurfaktan terbukti bahwa minyak kedelai dapat digunakan sebagai substrat dalam produksi biosurfaktan oleh R. rhodochrous dan dari ketiga parameter uji yang telah diukur maka penambahan konsentrasi minyak kedelai sebesar 20 dan lama fermentasi 7 hari memberikan karakteristik yang paling baik pada produksi biosurfaktan. Produksi biosurfaktan selanjutnya dipilih konsentrasi minyak kedelai 20 dengan waktu fermentasi 7 hari.

B. Recovery Biosurfaktan Hasil Produksi

Biosurfaktan yang direcovery adalah biosurfaktan hasil optimasi kondisi sebanyak 200 mL. Sentrifugasi diperlukan untuk memisahkan biosurfaktan dari sisa mikroorganisme bakteri. Lapisan atas dari hasil sentrifugasi merupakan supernatan yang berupa cairan agak kental karena terdapat sebagian minyak kedelai yang belum mengalami biotransformasi menjadi biosurfaktan dan dinamakan sebagai Crude biosrrhosoy. Sedangkan lapisan bawahnya merupakan pelet yang berupa endapan bakteri yang telah mati. Ekstraksi menggunakan pelarut dengan tingkat kepolaran yang semakin meningkat dilakukan karena biosurfaktan yang diperoleh dari hasil produksi belum diketahui tingkat kepolarannya, apakah bersifat polar, semipolar atau non polar. Dengan ekstraksi menggunakan pelarut dengan tingkat kepolaran semakin meningkat, maka diperoleh biosurfaktan yang terdistribusi dalam salah satu pelarut yang memiliki karakteristik terbaik yaitu yang memiliki indeks emulsi paling besar dan tegangan permukaan paling kecil. Hasil pengukuran indeks emulsi dan tegangan permukaan dari hasil recovery dapat dilihat pada tabel 5, sedangkan data pendukungnya dapat dilihat pada lampiran 9. Tabel 5. Hasil Recovery 200 mL Crude biosrrhosoy Hasil Optimasi Kondisi dan Karakterisasinya Jenis Pelarut Bentuk Warna Jumlah ml atau g Tegangan Permukaan Ekstrak + Air Nm E24 n-Heksana Cairan kental Kuning 38,5 ml 0,0437 62 Kloroform Padatan Coklat tua 0,998 g 0,0415 85 Etil asetat Cairan kental Kuning keruh 4,7 ml 0,0478 31 Butanol Serbuk Kuning muda 3,109 g 0,0797 32 Air Padatan Coklat tua 2,394 g 0,0725 40 Tabel 5 menunjukkan bahwa biosurfaktan yang memiliki karakteristik terbaik adalah biosurfaktan yang terdistribusi dalam pelarut kloroform chlo- biosrrhosoy karena memiliki nilai indeks emulsi yang paling besar yaitu 85 dan tegangan permukaan yang paling kecil yaitu 0,0415 Nm. Dimungkinkan bahwa biosurfaktan yang dihasilkan memiliki sifat yang hampir sama dengan kloroform yaitu bersifat semipolar. Hasil recovery dengan menggunakan pelarut n-heksana hex-biosrrhosoy, menghasilkan cairan kental yang berwarna kuning. Cairan kuning kental tersebut, dimungkinkan adalah sisa dari minyak kedelai yang belum mengalami biotransformasi menjadi biosurfaktan. Hex-biosrrhosoy mempunyai sifat nonpolar sesuai dengan sifat kepolaran pelarutnya. Hasil recovery dengan menggunakan pelarut etil asetat et-biosrrhosoy, butanol buth-biosrrhosoy, dan air aq- biosrrhosoy tidak memberikan karakteristik yang terbaik karena tidak memberikan nilai indeks emulsi lebih besar dan tegangan permukaan yang lebih kecil dibandingkan dengan chlo-biosrrhosoy. Selanjutnya yang dianalisa dengan menggunakan FT-IR adalah chlo-biosrrhosoy.

C. Analisa Chlo-biosrrhosoy dengan Menggunakan FT-IR