ber-watermark. Proses ekstraksiverifikasi ini bertujuan untuk mendapatkan kembali citra watermark yang disisipkan dalam citra digital tersebut. Umumnya proses ekstraksiverifikasi
melibatkan proses pembandingan citra digital asal dengan citra ber-watermark untuk mendapatkan watermark yang disisipkan, seperti yang digambarkan pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Ekstraksi Watermark[4]. Pengkategorian watermarking berdasarkan proses ekstraksiverifikasi watermark
terbagi dua jenis, yaitu [2]: 1.
Blind Watermarking yaitu verifikasi watermark tanpa membutuhkan citra yang asli.
2.
Non-Blind Watermarking yaitu Verifikasi watermark dengan membutuhkan citra asli.
Sebuah teknik watermarking yang bagus harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Fidelity
Penyisipan suatu watermark pada citra seharusnya tidak mempengaruhi nilai citra tersebut. Watermark pada citra idealnya tidak dapat dipersepsi oleh indera dan tidak dapat
dibedakan dengan citra yang asli.
2. Robustness
Watermark dalam citra digital harus memiliki ketahanan yang cukup terhadap pemrosesan digital yang umum.
3.
Security
Watermarking memiliki daya tahan terhadap usaha sengaja untuk memindahkan watermark dari suatu citra ke citra yang lain.
Universitas Sumatera Utara
4.
Imperceptibility
Keberadaan watermark tidak dapat di persepsi oleh indra visual. Hal ini bertujuan untuk menghindari pengamatan visual
5.
Key Uniqueness
Sebuah kunci harus identik terhadap sebuah watermark. Hal ini berarti kunci yang berbeda seharusnya menghasilkan watermark yang berbeda. Pegggunaan kunci yang salah dapat
mengakibatkan hasil ekstraksideteksi watermark yang salah pula. 6.
Non-Invertibility
Proses untuk mendeteksi apakah citra tersebut ber-watermark atau tidak akan sangat sulit jika hanya diketahui citra ber-watermark saja.
7.
Image Dependency
Watermark yang berada pada suatu image bergantung pada isi dari image tersebut.
2.2.4 Klasifikasi Image Watermarking
Klasifikasi terhadap image watermarking dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori [4] yaitu:
1. Kategori berdasarkan kenampakan dari watermark.
a. Visible Watermarking
Pada visible watermarking ini, watermark yang disisipkan pada suatu image terlihat dengan jelas. Watermark biasanya berbentuk logo atau teks baik transparan atau tidak
yang diletakkan tidak mengganggu atau menutupi image asal. Jenis watermarking ini biasanya diterapkan pada image yang memang dimaksudkan untuk disebar secara
umum bersama dengan identitas pemilik asal image tersebut. b.
Invisible Watermarking Sesuai namanya, watermark pada invisible watermarking yang disisipkan pada image
tidak lagi dapat dipersepsi dengan indera. Namun, keberadaannya tetap dapat dideteksi. Penerapan teknik invisible watermarking ini lebih sulit dari pada teknik yang digunakan
pada visible watermarking.
2. Kategori berdasarkan kekuatan watermark yang ada pada image.
Kategori berdasarkan kekuatan watermark adalah: a.
Fragile Image Watermarking Fragile image watermarking merupakan jenis watermark yang ditujukan untuk
menyisipkan label kepemilikan image. Pada fragile watermarking ini, watermark
Universitas Sumatera Utara
mudah sekali berubah atau bahkan hilang jika dilakukan perubahan terhadap image. Dengan begitu, image sudah tidak lagi memiliki watermark yang asli. Fragile image
watermarking ini biasanya digunakan agar dapat diketahui apakah suatu image sudah berubah atau masih sesuai aslinya. Jenis watermark inilah yang banyak diterapkan pada
suatu image.
b. Robust Image Watermarking
Robust image watermarking adalah teknik penggunaan watermark yang ditujukan untuk menjaga integritas atau orisinalitas image. Watermark yang disisipkan pada
media akan sangat sulit sekali dihapuskan atau dibuang. Dengan Robust Image, proses penggandaan image yang tidak memiliki izin dapat dihalangi. Kebanyakan aplikasi dari
robust watermarking ini bukan pada sebuah image, melainkan pada sistem proteksi CD atau DVD.
2.2.5 Aplikasi Watermark
Watermark telah gunakan secara luas untuk mengurangi berbagai tindak kejahatan yang berkaitan dengan penggandaan dokumen digital. Fungsi penggunaan watermark tersebut
antara lain adalah sebagai: 1.
Identifikasi kepemilikan Sebagai identitas dari pemilik dokumen digital, identitas ini disisipkan dalam
dokumen digital dalam bentuk watermark. Biasanya identitas kepemilikan seperti ini diterapkan melalui visible watermarking.
2. Bukti kepemilikan
Watermark merupakan suatu bukti yang sah yang dapat dipergunakan di pengadilan. Banyak kasus pemalsuan foto yang akhirnya terungkap karena penggunaan
watermark ini. 3.
Memeriksa keaslian isi karya digital Watermark juga dapat digunakan sebagai cara untuk mendeteksi keaslian dari suatu
karya digital. Suatu image yang telah disisipi watermark dapat dideteksi perubahan yang dilakukan terhadapnya dengan memeriksa apakah watermark yang disisipkan
dalam image tersebut rusak atau tidak. 4.
User authentication atau fingerprinting
Universitas Sumatera Utara
Seperti halnya bukti kepemilikan, watermark juga dapat digunakan sebagai pemeriksaan hak akses atau penanda sidik jari dari suatu image.
5. Transaction tracking
Fungsi transaction tracking ini dapat dilakukan pada image yang mengandung watermark. Pengimplementasiannya dilakukan dengan memberikan watermark yang
berbeda pada sejumlah domainkelompok pengguna. Sehingga bila image tersebar diluar domain tersebut, dapat di ketahui domain mana yang menyebarkannya.
6. Piracy protectioncopy
Untuk dapat melakukan ini, perancang teknik watermark harus bekerjasama tidak hanya pada masalah software, tetapi juga dengan vendor yang membuat hardware.
Sehingga sebelum dilakukan peng-copy-an, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan apakah image tersebut boleh di-copy atau tidak.
7. Broadcast monitoring
Dalam dunia broadcastingtelevision news channel, watermark biasanya disisipkan sebagai logo dari perusahaan broadcasting yang bersangkutan. Hal ini dilakukan
untuk menandai berita yang mereka siarkan. Sehingga bila pihak lain merekam berita tersebut, maka watermark-nya akan otomatis terbawa.
2.3 Serangan Terhadap Citra Ber- watermark
Serangan terhadap citra ber-watermark umumnya bertujuan untuk menghilangkan watermark yang disisipkan di dalam citra digital tersebut. Serangan ini disebut sebagai serangan yang
disengaja. Serangan yang tidak disengaja biasanya berhubungan dengan pengubahan citra digital. Secara umum jenis serangan terhadap citra ber-watermark dibagi menjadi dua, yaitu
standard attack dan malicious attack [3].
2.3.1 Standard Attact
Standard attack biasanya merupakan serangan yang tidak disengaja untuk merusak atau mendapatkan watermark[11]. Contoh dari jenis standard attack adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Cropping
Cropping merupakan serangan yang umum karena banyak orang sering menginginkan bagian tertentu dari sebuah citra saja. Untuk dapat mengatasi serangan ini dapat
dilakukan dengan cara menyebarkan watermark pada tempat-tempat yang memungkinkan terjadinya serangan.
2. Geometrical Attack
Geometrical attack sering tidak secara sengaja bertujuan untuk menghilangkan watermark pada citra yang sudah ber-watermark. Geometrical attack ini menyebabkan
pendeteksi watermark kehilangan sinkronisasinya dengan citra ber-watermark.
3. Kompresi
Serangan ini juga merupakan serangan yang sering dilakukan secara tidak sengaja. Kompresi sering dilakukan pada file multimedia seperti audio, video, dan citra.
Watermark yang disisipkan biasanya lebih tahan terhadap kompresi yang memiliki domain sama dengan domain yang dipakai pada saat watermarking. Misalnya citra
yang disisipi watermark menggunakan DCT Discrete Cosine Transform lebih tahan terhadap kompresi JPEG dari pada citra yang disisipi watermark dalam domain spasial.
Atau citra yang disisipi watermark menggunakan DWT Discrete Wavelet Transform lebih kuat terhadap kompresi JPEG2000.
4. Penambahan
Random Noise
Random noise adalah gangguan pada citra yang ditandai dengan perubahan intensitas warna pada gambar. Perubahan ini terjadi secara random dan lokasinya tidak dapat
diprediksi. Jenis-jenis random noise diantaranya adalah random hurl, random slur dan random pick. Random hurl mengubah warna pada piksel citra secara acak, sehingga
menghasilkan ganggauan acak random noise. Random Slur memberikan efek seperti gambar yang mencair ke bawah. Random Pick mengubah setiap piksel citra yang
terkena dengan nilai piksel yang dipilih secara acak dari delapan nilai piksel tetangganya dan dirinya sendiri. HVS noise memberikan gangguan pada layer yang
aktif dengan menggunakan model warna Hue, Saturation dan nilai cahaya [1].
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.6 Gambar citra asli dan gambar dengan Random Pick Noise[12].
5. Filterisasi