Gambar 2 Proporsi lignin terlarut asam ASL empat jenis bambu pada bagian buku dan ruas.
4.2 Proporsi Jenis Monomer Penyusun Lignin Bambu
Berdasarkan unit monomernya, lignin secara umum dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu lignin guaiasil dalam kayu daun jarum
softwood, lignin guaiail-siringil dalam kayu daun lebar hardwood, dan lignin guaiasil-siringil-p-hidroksifenil
dalam rumput-rumputan
Higuchi 2006.
Berdasarkan hasil analisis Pyr-GC-MS Lampiran 1, lignin bambu tersusun atas monomer siringil, guaiasil, dan p-hidroksifenil. Kandungan masing-masing unit
monomer penyusun lignin berbeda-beda pada setiap jenis dan posisi dalam batang bambu Tabel 3. Kadar relatif unit siringil pada lignin bambu yang diteliti
berkisar 23,34-53,27, guaiasil berkisar antara 37,64-65,56, dan p-hidroksifenil berkisar antara 4,22-17,20. Walaupun secara umum lignin bambu terutama
disusun oleh guaiasil dan siringil sama dengan jenis kayu daun lebar, akan tetapi lignin bambu memiliki kandungan unit p-hidroksifenil yang tinggi seperti yang
terdapat pada lignin jenis kayu daun jarum. Lignin kayu daun jarum mengandung sekitar 10 unit p-hidroksifenil Gullichsen dan Paulapuro 2000.
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
5 10
15 20
25 30
35
2 4
6 8
10
ASL T
o ta
l Li g
nin
L ig
nin K
la so
n da n T
o ta
l Li g
nin
Jenis Bambu
Lignin Klason Total Lignin
ASL Total Lignin
Tabel 3 Proporsi jenis monomer penyusun lignin di dalam bambu dengan metode Pyr-GC-MS
Bagian Sampel Jenis Bambu Lignin Terlarut
Asam Proporsi S : G : H
D. asper 1,45
43,16 : 51,42 : 5,46 Buku
G. nigrociliata 1,48
30,67 : 52,13 : 17,20
B. vulgaris 1,62
53,27 : 37,64 : 9,10
D. asper 1,34
23,34 : 65,56 : 11,10 Ruas
G. nigrociliata 1,04
30,75 : 62,31 : 6,94
B. vulgaris 1,52
46,26 : 49,52 : 4,22 Terdapat kecenderungan, sampel bambu yang memiliki kadar lignin terlarut
asam yang tinggi memiliki proporsi unit monomer siringil yang tinggi pula atau nisbah SG yang tinggi Gambar 3. Hal ini sesuai dengan dugaan awal bahwa
pembentukan lignin terlarut asam selama prosedur lignin Klason ditentukan oleh tingkat reaktivitas dari masing-masing unit monomer penyusun lignin. Meskipun
bambu memiliki kadar lignin yang sama namun bisa memiliki nisbah SG yang berbeda-beda. Dengan kata lain, walaupun jenis bambu memiliki kadar lignin
yang sama, akan tetapi bisa memiliki reaktivitas lignin yang berbeda, misalnya dalam proses pulping.
Gambar 3 Kecenderungan nisbah lignin siringil-guaiasil dengan kadar lignin terlarut asam.
Polimer lignin dengan nisbah siringil-guaiasil rendah bisa menyebabkan molekul lignin memiliki tingkat kondensasi yang tinggi. Hal ini disebabkan
tingginya proporsi unit monomer guaiasil yang berpotensi membentuk ikatan
2 4
6 8
0,2 0,4
0,6 0,8
1 1,2
1,4 1,6
1,8
Ruas Andong
Ruas Betung
Buku Betung
Buku Andong
Ruas Ampel
Buku Ampel
Nis ba
h SG
L ig
nin T
er la
rut Asa
m
Jenis Bambu
Lignin Terlarut Asam S G
karbon-karbon yang lebih banyak dibandingkan dengan unit siringil. Kondisi tersebut akan berpengaruh pada proses pengolahan kayu, misalnya dalam proses
pulping karena jumlah ikatan dalam polimer lignin yang semakin banyak mengakibatkan kebutuhan bahan kimia pemasak yang semakin banyak dengan
waktu proses yang semakin lama. Lignin bambu yang termasuk tipe siringil- guaiasil dapat memiliki reaktivitas yang tinggi pada proses delignifikasi karena
memiliki phenolic hydroxyl yang tinggi sehingga lebih reaktif saat proses delignifikasi Salmela et al. 2008.
4.3 Korelasi antara Lignin Terlarut Asam dan Nisbah Siringil-Guaiasil