tunggal atau merumpun berbentuk silindris dengan serangkaian node dan antarnode. Bambu memiliki ketebalan dinding batang yang bervariasi mulai dari
yang tipis hingga hampir padat. Ruas bambu terpisah satu sama lain oleh septa di node PCARRD 1985.
Menurut Dransfield dan Widjaja 1995 terdapat sekitar lebih dari 1000 spesies bambu yang tersebar di 80 negara di dunia, 200 spesies di antaranya
ditemukan di Asia Tenggara dengan 8 kelompok utama di antaranya Bambusa Schreber, Cephalostachyum Munro, Dendrocalamus Nees, Gigantochloa Kurz ex
Munro, Melocanna Trin, Phyllostachys Sieb. Zucc., Schizostachyum Nees, dan Thyrsostachys Gamle.
2.4.1 Bambu Betung Dendrocalamus asper
Bambu betung mampu tumbuh pada tempat-tempat dari dataran rendah sampai daerah pada ketinggian 2000 mdpl. Rumpun bambu betung agak sedikit
rapat dengan tinggi mencapai 20 m dan bergaris tengah sampai 20 cm. Bagian buku-bukunya memiliki akar pendek yang bergerombol. Panjang ruas 40-60 cm
dengan dinding buluh cukup tebal Sonisa 1995. Menurut Dransfield dan Widjaja 1995 bambu betung memiliki panjang
serat sekitar 3,78 mm, diameter 19 µm, tebal lumen 7 µm, tebal dinding 6 µm. Kadar air bambu betung dalam keadaan segar sebesar 55, kadar air kering udara
15, kandungan holoselulosa 53, pentosan 19, lignin 25, abu 3, kelarutan dalam air dingin 4,5, kelarutan dalam air panas 6, kelarutan dalam alkohol-
benzena 1, dan dalam NaOH 1 sebesar 22.
2.4.2 Bambu Tali Gigantochloa apus
Bambu tali mempunyai buluh yang berwarna hijau kekuningan dengan lapisan lilin pada bagian bawah buku-bukunya ketika muda. Bambu ini mudah
dibedakan dengan jenis-jenis yang lain dari pelepah buluhnya yang selalu melekat pada buluhnya. Di samping itu, kuping pelepah buluhnya sangat kecil sehingga
hampir tidak tampak. Buluhnya berdiameter 7-10 cm dengan tinggi mencapai 12 m. Bambu ini sangat cocok untuk bahan baku anyaman karena seratnya yang
panjang, halus, dan mudah lentur. Walaupun demikian bambu ini tidak baik
digunakan untuk membuat alat musik bambu karena memiliki buku-buku yang cekung sehingga menyebabkan terjadinya gaung yang tak beraturan. Di Jawa
Tengah dan Timur serta Bali bambu ini disebut pring bahasa Jawa atau tiying bahasa Bali tali Widjaja et al. 1989.
Bambu tali memiliki kadar air 54,3 dalam keadaan basah dan 15,1 dalam keadaan kering udara, holoselulosa 52,1-54,7, pentosa 19,1-19,3, lignin
24,8-25,8, kadar abu 2,7-2,9, silika 1,8-5,2, kelarutan dalam air dingin 5,2, kelarutan dalam air panas 5,4-6,4, kelarutan dalam alkohol-benzena 1,4-
3,2, dan kelarutan dalam 1 NaOH 21,2-25,1. Kandungan pati berfluktuasi antara 0,24-0,71 tergantung pada musim Dransfield dan Widjaja 1995.
Sonisa 1995 menambahkan bahwa bambu tali merupakan bambu yang terpenting dalam kehidupan masyarakat. Bambu ini biasa digunakan untuk
bangunan rumah, barang anyaman, tali dan daunnya digunakan sebagai bahan pembungkus makanan.
2.4.3 Bambu Andong Gigantochloa nigrociliata