INDEKS KERAGAMAN JENIS SERANGGA PADA TAN (3)
INDEKS KERAGAMAN JENIS SERANGGA PADA TANAMAN STROBERI (Fragaria Sp ) DI LAPANGAN SKRIPSI OLEH AGUSTINA SARAGIH 030302048 HPT DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
INDEKS KERAGAMAN JENIS SERANGGA PADA TANAMAN STROBERI (Fragaria Sp ) DI LAPANGAN SKRIPSI OLEH AGUSTINA SARAGIH 030302048 HPT
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat MemperolehGelar Sarjana diFakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing
(Ir. Amansyah Siregar )
( Ir. Fatimah Zahara)
Ketua Anggota
DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
ABSTRACT
Agustina Saragih, Diversity of Insect population of Strwberry (Fragaria SP.) at Tongkoh, Berastagi in Sub-Province of Karo. With Counselor commission Ir. Amansyah Siregar as Chiep and Ir. Fatimah Zahara as a member.
The purpose of this reseach is to find index of insect variety of strawberry, also need to find the absolute frequency value, relative frequency value, accuracy absolute, accuracy relative in all field of this research.
This research held in Tongkoh, Berastagi, Sub- Province of Karo Insect executed by net snare, pit fall trap, light trap and snaring yellow. General result of research was identifying in laboratory. Diversity index of insects population analyze by using calculation Shannon- Weinner.
Final result of research indicated that insects executed in vegetative vase counted in the amount 173 pieces consist of 7 orders and 20 families. Result of generative vase was counted with 1102 pieces consist of 22 families.
The absolute accurate of strawberry plant start from I, II, III, IV, V, observation. The result in vegetative vase as followed 7.20, 6.40, 6.60,
5.40, 7.20, 42.00, 41.80, 37.80. Value of absolute frequency in observation as followed 7.20, 6.40, 6.60, 5.40, 7.20, andin generative vase as followed 10.20, 9.90, 10.80, 8.80, 12.20.
The highest value of diversity index invegetative vase is in the I observation as 1,03 and the lowest is III observation with value as 0,10. The highest value in vegetativevase is in the IV observation as 0,34 and the lowest is I observation with value as 0,21.
ABSTRAK
Agustina Saragih , Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman Stroberi ( Fragaria Sp. ) di Lapangan, di Desa Tongkoh Berastagi kecamatan Berastagi Kabupaten Karo dibawah bimbingan Ir. Amansyah Siregar selaku ketua dan Ir. Fatimah Zahara selaku anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis serangga yang tertangkap pada pertanaman stroberi untuk mengtahui nilai Kerapatan Mutlak, Kerapatan Relatif, Frekuensi Mutlak dan Frekuensi Relatif pada setiap pengamatan untuk mengetahui nilai indeks keragaman jenis serangga pada pertanaman stroberi.
Penelitian ini dilaksanakan didesa Tongkoh Kecamatan Berastagi. Penangkapan serangga digunakan dengan menggunakan perangkap jaring, perangkap jatuh, perangkap kuning dan perangkap cahaya. Hasil pengamatan diidentifikasi dilaboratorium. Indeks keanekaragaman dianalisis dengan menggunakan perhitungan Shanon-Weinner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah serangga yang tertangkap pada fase vegetatif sebanyak 173 ekor, yang terdiri atas 7 ordo dan 20 famili dan fase Generatif sebanyak 1102 ekor terdiri dari 22 famili.
Adapun nilai Kerapatan mutlak (KM) pada pertanaman stroberi pada fase vegetatif mulai dari pengamatan I, II, III, IV dan V secara berturut-turut yaitu: 7.20, 6.40, 6.60, 5.40, dan 7.20.Pada fase generatif nilai Kerapatan Mutlak pada setiap pengamatan dari I samapai V yaitu:
50.60, 49,40, 42,00, 41.80, 38,80. Sedangkan nilai Frekuensi Mutlak pada fase vegetatif pada pengamatang I sampai V yaitu: 7.20, 6,40, 6,60,
5.40, 7.20 dan pada fase generatif yaitu: 10.20, 9.90, 10.80, 8,80, 12,20.
Nilai indeks keragaman tertinggi pada Fase vegetatif yaitu pada pengamatan I sebesar 1,03 dan terendah pada pengamatan III sebesar 0,10 dan pada fase generatif tertinggi yaitu pada pengamatan IV yaitu sebesar 0,34 dan terendah pada pengamatan I sebesar 0,21.
RIWAYAT HIDUP
Agustina Saragih dilahirkan pada tanggal 11 Agustus 1984 dari pasangan Ayahanda T. Saragih dan Ibunda M. Purba. Penulis merupakan putri ketujuh dari 7 bersaudara.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah SD Inpres 094134 Tigaurung lulus tahun 1996, SLTP N I Sidamanik lulus tahun 1999, SMU Negeri I Sidamanik lulus tahun 2002 dan pada tahun 2003 masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Perkebunan Swasta Kelapa Sawit Buana Estate Cinta Raja Stabat.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.
Adapun judul dari Skripsi adalah INDEKS KERAGAMAN JENIS
SERANGGA PADA TANAMAN STROBERI ( Fragaria Sp ) DILAPANGAN.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Amansyah Siregar selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir. Fatimah Zahara selaku anggota komisi pembimbing dan juga kepada teman-teman yang telah memberikan saran dan arahan sehingga Skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penulisan Kripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan Skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Agustus 2008
Penulis
Nilai KM, KR, FM, FR Fase ............................................... 24 Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga ......................... 28
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ....................................................................... 33 Saran ................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1. Jumalah Serangga yang Terangkap Pada Fase vegetatif ............ 20
2. Jumlah Seangga Yang tertangkap Pada Fase Generatif ............ 22
3. Nialai Kerapatan Mutlak(KM), Kerapatan Relatif(KR), Frekuensi Mutlak(FM) dan Frekuensi Relatif (FR) pada Fase Vegetatif ....... 25
4. Nilai Kerapatan Mutlak (KM), Kerapatan Relatif (KR) Frekuensi Mutlak (FM) dan Frekuensi Relatif (FR) Fase Generatif ............ 27
5. Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Fase Vegetatip . 28
6. Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada fase Generatif ... 30
DAFTAR GAMBAR
1. Perangkap Jaring (Swepp Net) ............................................
15
2. Perangkap Jatuh ( Pit fall Trap) ............................................
16
3. Perangkap Cahaya (Light Trap) ...........................................
17
4. Perangkap Kuning (Yellow Trap)..........................................
48
5. Gambar Lokasi Penelitian ....................................................
49
6. Jenis-jenis serangga yang Tertankap...................................
DAFTAR LAMPIRAN
1.Populasi Serangga pada Fase Vegetatif ...................................
37
2. Populasi Serangga Pada Fase Generatif .................................
38
3. Contoh analisa Data ................................................................
48
4. Foto Lahan Penelitian ..............................................................
49
5. Foto Serangga Yang Tertangkap .............................................
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman stroberi telah dikenal sejak jaman Romawi. Stroberi merupakan salah satu buah-buahan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Daya pikatnya terletak pada warna buah, yang merah mencolok dengan bentuk yang mungil, menarik, serta rasa yang manis segar (Kurnia, 2005).
Negara penghasil utama didunia adalah Amerika Serikat. Kemajuan produksi stroberi di Amerika didukung oleh penelitian-penelitian intensiv selama 60-70 tahun, yang meliputi aspek genetika, fisiologi, kimia, agronomi, hama dan penyakit, pasca panen, pengolahan, serta tata niaganya (Gunawan, 2003).
Stroberi yang kita temukan di pasar swalayan adalah hibrida yang dihasilkan dari persilangan F. virgiana L. var Duchesne asal Amerika Utara dengan F. chiloensis L. var Duchesne asal Chili. Persilangan itu menghasilkan hibrid yang merupakan stroberi modern (komersil) Fragaria x annanassa var Duchesne. Varietas stroberi introduksi yang dapat ditanam di Indonesia adalah Osogrande, Pajero, Selva, Ostara, Tenira, Robunda, Bogota, Elvira, Grella dan Red Gantlet ( Hancocks, 1999).
Di Cianjur ditanam varietas Hokowaze asal Jepang yang cepat berbuah. Petani Lembang (Bandung) yang sejak lama menanam stroberi, menggunakan varitas lokal Benggala dan Nenas yang cocok untuk membuat makanan olahan dari stroberi seperti jamu (Anonimus, 2005).
Stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali di Chili, Amerika. Salah satu species stroberi yaitu Fragaria chiloensis L. menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan Asia . Selanjutnya species lain, yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas dibandingkan species lainnya. Jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia (Anonimus, 2007).
Dibandingakan dengan di luar negeri, usaha stroberi di Indonesia masih tergolong skala sangat kecil. Skala usaha budidaya stroberi di Indonesia hanya antara 2-10 Ha. Usaha ini dicoba oleh beberapa perusahaan di daerah Jawa Barat seperti Sukabumi, Cipanas, Lembang, serta Bali. (Kurnia, 2005).
Perusahaan-perusahaan ini mendatangkan bibit dari Amerika dan sebagian kecil dari New Zealand. Produksi sudah menunjukkan angka yang menggembirakan pada kultivar tertentu. Puncak produksi adalah Juni sampai Oktober. Pada bulan-bulan lain masih ada produksi, tetapi kecil dan kualitasnya pun tidak sebaik yang terjadi pada bulan Juni- Oktober (Gunawan, 2003).
Stroberi termasuk tanaman yang memerlukan perawatan intensif. Sifat dasarnya adalah rentan terhadap beberapa faktor lingkungan, seperti Stroberi termasuk tanaman yang memerlukan perawatan intensif. Sifat dasarnya adalah rentan terhadap beberapa faktor lingkungan, seperti
Hama yang sering menyerang stroberi adalah kutu daun (Chaetosiphon fragaefolii). Kutu berwarna kuning-kuning kemerahan, kecil (1-2 mm), hidup bergerombol di permukaan bawah daun. Gejala: pucuk/daun keriput, keriting, pembentukan bunga/buah terhambat. Pengendalian: dengan insektisida Fastac 15 EC dan Confidor 200 LC. Tungau (Tetranychus sp. dan Tarsonemus sp.) Tungau berukuran sangat kecil, betina berbentuk oval, jantan berbentuk agak segi tiga dan telur kemerah-merahan. Gejala yang ditimbulkan yaitu daun berbercak kuning sampai coklat, keriting, mengering dan gugur. Pengendalian dengan insektisida Omite 570 EC, Mitac 200 EC atau Agrimec 18 EC. Kumbang penggerek bunga (Anthonomus rubi), kumbang penggerek (Otiorhynchus rugosostriatus) dan kumbang penggerek batang (O. sulcatus).Gejala serangan hama ini adalah di bagian tanaman yang digerek terdapat tepung. Pengendalian dengan insektisida Decis 2,5 EC, Perfekthion 400 EC atau Curacron 500 EC pada waktu menjelang fase berbunga. Kutu putih (Pseudococcus sp.) Gejala serangan hama ini adalah bagian tanaman yang tertutupi kutu putih akan menjadi abnormal (Kurnia, 2005).
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui jenis hama yang terdapat pada tanaman Stroberi ( Fragaria sp.)
2. Untuk mengetahui jenis serangga bukan hama yang terdapat pada pertanaman stroberi (Fragaria sp.)
Hipotesis Penelitian
Ada perbedaan indeks keragaman jenis serangga pada pertanaman stroberi dilapangan pada fase vegetatif dan fase generatif.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Sebagai sumber informasi tambahan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Stroberi
Stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang rata-rata memiliki 200 biji kecil per satu buahnya. Ada 700-an macam jenis stroberi. Salah satu jenis spesiesnya bernama Fragaria hiloensis L. Jenis ini yang menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan Asia . Spesies yang lainnya yaitu F. vesca L. Yang satu ini lebih menyebar luas dibandingkan spesies lainnya. Jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia (Anonimus, 2007).
Heterozigositas genetik yang tinggi pada Fragaria Spp. Telah memungkinkan pemulia tanaman mengembangkan kultivar-kultivar yang berbeda serta resistensi terhadap beberapa hama. Masing-masing kultivar telah dikembangkan untuk suatu daerah tertentu. Dengan demikian, stroberi dapat dikembangkan pada kisaran regional yang luas dengan lingkungan yang berbeda (Hancock, 1999).
Satu-satunya sifat yang tidak menguntungkan dari stroberi adalah buahnya tidak tahan disimpan dan mudah sekali rusak dalam transportasi.
Untuk penyimpanan jangka panjang, stroberi dibekukan atau dalam bentuk olahan berupa jus dan konsentrat (Puls, 1990).
Syarat Tumbuh
Tanaman stroberi bisa tumbuh dengan baik dilingkungan beriklim sedang, tetapi suhu dan kelembaban yang ekstrem. Kondisi yang menyebabkan berkurangnya kelembaban, seperti embusan angin yang kuat merupakan kondisi yang kurang baik bagi stroberi. Hal tersebut dapat diantisifasi dengan keberadaan tanaman penahan angin, rumah angin, rumah kaca, pemberian mulsa dan pengairan yang memadai (Kurnia, 2005).
Tanaman stroberi merupakan tanaman yang responsif terhadap pemberian air, namun kendala yang sering dihadapi dalam pemberian air irigasi adalah terbatasnya air irigasi selama pemberian air, sehingga diperlukan usaha pemberian air irigasi yang efisien. Salah satu usaha untuk menghemat air irigasi adalah dengan menggunakan lapisan penutup tanah atau mulsa. Penggunaan mulsa mampu mereduksi panas dari sinar matahari yang langsung menimpa permukaan tanah sehingga mampu memperkecil besarnya jumlah evaporasi pada tanaman serta menciptakan kondisi yang cocok bagi tanaman (Anonimus, 2007).
Tanaman stroberi menyukai kondisi lingkungan dengan rentang kelembaban tinggi. Air menjadi kebutuhan utama dalam pembentukan buah dan prtumbuhan tanaman yang baik. Daerah penanam yang relatif Tanaman stroberi menyukai kondisi lingkungan dengan rentang kelembaban tinggi. Air menjadi kebutuhan utama dalam pembentukan buah dan prtumbuhan tanaman yang baik. Daerah penanam yang relatif
Kondisi tanah yang baik adalah Podsolik dan Alluvial. Tanah-tanah dengan kandungan hara yang baik, mutlak dibutuhkan dalam maksimalisasi pembentukan bunga dan buah. Kisaran pH untuk budidaya stroberi adalah antara 5.8-6.5. pemilihan lokasi untuk penanaman stroberi sedapat mungkin dihindari tanah yang pernah ditanami kentang, tomat, atau cabai dalam tiga tahun terakhir. Ketinggian tempat yang baik untuk penanaman stroberi adalah 1000-1500 meter dari permukaan laut (Gunawan, 2003).
Tanah untuk penanaman stroberi perlu ditambah dengan pupuk kandang. Apabila pupuk kandang yang diberikan belum terdekomposisi, maka perlu diberikan jauh sebelum penanaman dengan jumlah mencapai
40 ton per hektar (Berat basah), akan tetapi bila pupuk kandang yang dipergunakan berupa kotoran ayam maka jumlahnya cukup 20 ton per hektar. Bila pupuk kandang diberikan dalam waktu yang dekat denga penanaman, maka harus digunakan pupuk yang sudah matang atau jadi. Syarat utama penaman stroberi adalah sebagai berikut:
1. Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan 600-700 mm/tahun.
2. Lamanya penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan dalam pertumbuhan adalah 8–10 jam setiap harinya.
3. Stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi tropis yang memiliki temperatur 17–20 0 C.
4. Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman stroberi antara 80-90%.
(Anonimus, 2006).
Keragaman Jenis Serangga
Tanaman stroberi termasuk tanaman yang sering terserang hama. Kerusakan yang ditimbulkan hama dan penyakit sering berdampak buruk karena dapat menggagalkan panen. Semua bagian dari tanaman stroberi dapat terserang oleh berbagai organisme pengganggu tanaman, dari tanaman stroberi dapat terserang oleh beragam organisme penganggu tanaman
dari serangga, jamur, virus, tungau, nematoda. (Anonimus, 2007). Keragaman jenis adalah komunitas yang memperlihatkan tingkat keanekaragaman jenis organisme yang ada didalamnya. Untuk memperoleh keragaman jenis cukup diperlukan kemampuan mengenall atau membedakan jenis meskipun tidak dapat mengidentifikasi jenis hama (Odum, 1971).
Keanekaragaman yang tinggi dalam sifat-sifat morfologi, fisiologi dan perilaku adaptasi dalam lingkungannya dan demikian banyaknya serangga yang terdapat dimuka bumi, menyebabkan banyak kajian ilmu pengetahuan, baik yang murni maupun terapan, menggunakan serangga Keanekaragaman yang tinggi dalam sifat-sifat morfologi, fisiologi dan perilaku adaptasi dalam lingkungannya dan demikian banyaknya serangga yang terdapat dimuka bumi, menyebabkan banyak kajian ilmu pengetahuan, baik yang murni maupun terapan, menggunakan serangga
Didalam ekosistem alami semua mahluk hidup berada dalam keadaan seimbang dan saling mengkontrol sehingga tidak terjadi hama. Diekosistem alamiah keragaman jenis sangat tinggi yang berarti dalam setiap kesatuan ruang terdapat flora dan fauna yang beragam. Tingkat keanekaragaman pertanaman mempengaruhi timbulnya masalah hama. Sistem pertanaman yang beraneka ragam berpengaruh terhadap populasi hama (Oka, 1995).
Berbeda dengan ekosistem alami Agro-ekosistem memiliki keaneka ragaman biotik dan genetik yang rendah malahan cendrung semakin seragam seperti yang kita lihat pada sistem persawahan kita, keadaan agro-ekosistem tidak stabil dan selalu berubah karena tindakan manusia untuk mengolah dan mengelola ekosistem untuk kepentingannya. Dalam keadaan demikian diekosistem pertanian sangat mudah terjadi peningkatan populasi hama (Untung,1996).
Jenis Serangga Hama pada Tanaman Stroberi
Hama-hama yang sering menyerang tanaman stroberi yaitu serangga, tungau dan nematoda merupakan ancaman yang selalu ada didalam setiap penanaman. Hama-hama ini sering menyebabkan kerusakan pada akar,daun,bunga dan buah. Disamping kerusakan langsung, serangga dan tungau juga merupakan pembawa virus dari Hama-hama yang sering menyerang tanaman stroberi yaitu serangga, tungau dan nematoda merupakan ancaman yang selalu ada didalam setiap penanaman. Hama-hama ini sering menyebabkan kerusakan pada akar,daun,bunga dan buah. Disamping kerusakan langsung, serangga dan tungau juga merupakan pembawa virus dari
Hama serangga dan tungau pada stroberi dapat dibagi atas beberapa kelompok yaitu kelompok penghisap cairan tanaman (Aphid, tungau, Tarsonemus fragariae, Kepik, Kutu Putih), Kelompok pemakan bagian tanaman (Kumbang moncong Anthonomus Sp, kumbang moncong Otrhynchus, lundi (Larva kumbang) kelompok penggerek yaitu larva kupu- kupu (Aristotelia fragaria) dan larva kumbang (Tyloderma fragaria) (Hyams, 1992).
Tidak semua jenis serangga dalam agro-ekosistem merupakan serangga yang berbahaya atau merupakan hama, malahan sebagian besar jenis serangga yang kita jumpai merupakan serangga bukan hama yang dapat berupa musuh alami hama (predator, parasitoid) atau serangga- serangga berharga lainnya seperti serangga penyerbuk bunga dan serangga penghancur sisa-sisa bahan organik (Untung, 1996).
BAHAN DAN METODA
Waktu dan Tempat Percobaan
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tongkoh Kecamatan Sigundaling, Kabupaten Karo dengan ketinggian tempat 1200 mdpl. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2008
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah imago serangga yang terdapat pada tanaman stroberi, kapas, tissue, air bersih, kertas warna kuning, cery glue dan alkohol 70%.
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah stoples, kain kasa, sweep net, light trap, pit fall trap, perangkap warna kuning, mikroskop, pinset, lup, kalkulator, kamera, killing botle, buku kuncii identifikasi dan alat tulis-menulis.
Metode Analisis Data
Data yang diperoleh pada setiap penangkapan kemudian dihitung dan diidentifikasi, kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus- rumus sebagai berikut:
Frekuensi Mutlak (FM) suatu jenis serangga:
Frekuensi mutlak menunjukkan jumlah individu serangga tertentu yang ditemukan pada habitat yang dinyatakan secara mutlak (Suin, 1997).
jumlah ditemukan suatu jenis serangga
FM =
Jumlah seluruh penangkapa n
Frekuensi Relatif (FR) suatu jenis serangga:
FM
FR =
X 100% FM
Nilai FM suatu jenis serangga setiap penangkapa n
FR =
x 100 %
Nilai FM semua jenis serangga setiap penangkapa n
Frekuensi Relatif menunjukkan kesering hadiran suatu jenis serangga pada habitat dan dapat menggambarkan penyebaran jenis serangga tersebut (Suin, 1997)
Kerapatan Mutlak (KM) suatu jenis serangga:
Kerapatan Mutlak menunjukkan jumlah serangga yang ditemukan pada habitat yang dinyatakan secara mutlak (Suin, 1997).
jumlah individu jenis yang tertangka p
KM =
Jumlah penangkapa n - Kerapatan Relatif (KR) suatu jenis serangga
KM
KR =
X 100% KM
Jumlah individu suatu jenis dalam setiap penangkapa n
KM =
Total individu dalam penangkapa n
Indeks Keanekaragaman Jenis serangga
Untuk membandingkan tinggi rendahnya keragaman jenis serangga digunakan indeks shanon - Weiner (H) dengan rumus:
H= - Pi Ni Pi
Dengan Pi = Ni N
Dimana: Pi = perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan
keseluruhan Jenis
= Jumlah jenis yang tertangkap
Ni = Jumlah individu ke-I N = Jumlah total individu semua jenis Dengan kriteria indeks keanekaragaman menurut krebs (1989) sebagai
berikut: H>3
Pelaksanaan Penelitian Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil serangga pada daerah pertanaman stroberi sebanyak mungkin dan mengumpulkan semua serangga tertangkap pada areal pertanaman stroberi. Sampel serangga yang diambil berupa imago dari serangga yang ada pada areall pertanaman. Penangkapan serangga dilakukan dengan menggunakan berbagai perangkap sebagai berikut: Perangkap cahaya (light trap) untuk serangga yang respon terhadap cahaya pada malam hari (nokturnal), perangkap warna kuning, sweep net (jaring perangkap) dan pit fall trap (perangkap jatuh) di lapangan untuk menangkap serangga yang hidup diatas permukaan tanah, tempat pengambilan sampel serangga (hama, parasit, predator).
Perangkap jaring
Perangkap jaring (Sweep net) terbuat dari bahan ringan dan kuat seperti kain kasa, mudah diayunkan dan serangga yang tertangkap dapat terlihat. Pada pengambilan serangga degan menggunakan perangkap jaring dibutuhkan 2 yaitu Satu untuk fase vegetatif dan satu lagi untuk fase generatif dan penangkapan dilakukan secara serentak. Perangkap jaring ( Sweep net ) diayunkan 2 kali dan Serangga yang tertangkap kemudian dikumpulkan dan dipisahkan lalu dimasukkan kedalam botol kocok untuk diidentifikasi. Penangkapan serangga dilakukan pada sore dan pagi hari. Pada pagi hari sekitar pukul 07.00 – 09.00 Wib dan sore hari jam 17.00 – 18.00 Wib
Gambar 1 : Sweep net
Perangkap Jatuh
Perangkap jatuh (fit fall trap) digunakanuntuk menangkap serangga yang hidup diatas permukaan tanah. Alat ini dibuat dari baskom plastik berwarna hijau dan merah sebanyak 6 baskom untuk setiap fase tanaman Perangkap jatuh (fit fall trap) digunakanuntuk menangkap serangga yang hidup diatas permukaan tanah. Alat ini dibuat dari baskom plastik berwarna hijau dan merah sebanyak 6 baskom untuk setiap fase tanaman
Gambar 2 : Perangkap Jatuh Perangkap Cahaya
Perangkap cahaya lampu (light trap) digunakan untuk menangkap cahaya yang respon pada malam hari (nokturnal). Alat ini diletakkan pada sebuah papan yang telah dipakukan pada sebuah tiang kayu dengan ketinggian 1 meter. Pada bagian tengah baskom diletakkan sebuah lampu minyak atau semprong sebagai sumber cahaya. Alat ini diletakkan sebanyak 2 buah pada daerah pengamatan. Serangga yang jatuh kedalam baskom dikumpulkan, dihitung dan dimasukkan kedalam botol kocok untuk diidentifikasi. Alat ini dipasang pada pukul 18.00 dan diamati kembali pada pukul 07.00 pagi.
Gambar 3 : Perangkap Cahaya
Perangkap Perekat
Perangkap perekat yang terbuat dari kertas berwarna kunig yang berukuran 16 x 20 cm yang diolesi dengan perekat dengan merek dagang Cehry glue merata pada permukaan kertas berwarna kuning. Alat ini diletakkan sebanyak 6 buah pada daerah pengamatan. Serangga yang diperoleh pada perangkap ini dikumpulkan, dihitung dan dimasukkan kedalam botol kocok untuk diidentifikasi. Perangkap ini dipasang pada pukul 08.00-18.00 WIB.
Gambar 4 : Perangkap Kuning
Identifikasi Serangga
Serangga yang dikenali spesiesnya diidentifikasi langsung dilapangan, sedangkan serangga yang belum dikenal diidentifikasi di Laboratorium dengan memakai lup dan mikroskop serta mengacu pada buku kunci determinasi serangga, antara lain Kalshoven (1981), Borror (1992). Identifikasi dilaksanakan maksimal pada tingkat famili. serangga yang tartangakap dari lapangan dimasukkan kedalam botol kocok apabila ukurannya kecil dan kedalam stoples berukuran 20 x 20 cm serangga yang berukuran besar.
Apabila ditemui larva dilapangan akan dilakukan periringan dengan menyungkup tanaman langsung dilapangan supaya iklim cocok dan ketersediaan bahan makanan untuk memperoleh imago dengan pertumbuhan yang maksimal.
Peubah Amatan
1. Jumlah serangga yang tertangkap
Pada setiap pengamatan yang dilakukan pada berbagai cara penangkapan yang serangga dikumpulkan diamati dan diidentifikasi dengan menggunakan mikroskop kemudian dihitung sesuai dengan jenis famili masing-masing pada setiap pengamatan.
2. Nilai indeks keragaman jenis serangga
Setelah jumlah serangga yang tertangkap pada setiap pengamatan dihitung maka dihitung nilai indeks keragaman pada masing-masing pengamatan dapat dihitung dengan menggunakan rumus
H= - Pi Ni Pi
Dengan Pi = Ni N
Dimana:
Pi = perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan Jenis
= Jumlah jenis yang tertangkap
Ni = Jumlah individu ke-I N = Jumlah total individu semua jenis Dengan kriteria indeks keanekaragaman menurut krebs (1989) sebagai
berikut: H>3
3. Nilai Frekuensi Mutlak, Frekuensi Relatif, Kerapatan Mutlak, Kerapatan Relatif pada setiap pengamatan.
Setelah jumlah populasi serangga yang tertangkap diketahui setelah diidentifikasi maka dapat dihitung Nilai Frekuensi Mutlak,
Frekuensi Relatif, Kerapatan Mutlak, Kerapatan Relatif pada setiap pengamatan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
jumlah individu jenis yang tertangka p
KM =
Jumlah penangkapa n KM
KR =
X 100% KM
jumlah ditemukan suatu jenis serangga FM =
Jumlah seluruh penangkapa n FM
FR =
X 100% FM
Setelah diperoleh data hasil penghitungan dari KM, KR(%), FM, FR(%) maka akan diketahui nilai tertinggi KM, KR(%), FM, FR(%) pada masing – masing fase vegetatif dan generatif setiap pengamatan pertanaman stroberi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa serangga yang tertangkap pada fase vegetatif tanaman stroberi sebanyak 7 ordo yang terdiri atas 20 famili dengan jumlah populasi sebanyak 173 ekor. Hasil tangkapan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Serangga Yang Tertangkap Pada Pertanaman Stroberi Fase Vegetatif.
No Serangga
Pengamatan
TOTAL
I II III
IV V
1 Diptera
Tachinidae
Cecydomidae
Muscidae
4 7 0 8 5 24
Pompilidae
Tephritidae
10 3 15 4 7 41
2 Coleoptera
Curculionidae
Stapilinidae
Melandrydae
Cocinellidae
3 Orthoptera
Gryllotalpidae
3 5 2 1 2 13
Blattidae
Tettigonidae
Grillidae
8 5 1 3 9 26
Acrididae
4 Hemiptera
Pentatomidae
5 Homoptera
Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah serangga yang paling banyak tertangkap adalah ordo diptera famili tephritidae hal ini didukung oleh pernyataan Boror (1992) yang menyatakan bahwa diptera menyusun salah satu dari ordo-ordo yang terbesar dari serangga dan anggota- anggotanya secara individual dan jenisnya sangat banyak dan terdapat hamper dimana-mana.
Dari pengamatan yang dilakukan pada tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah serangga yang paling sedikit yang tertangkap yaitu melandrydae, blattidae dan siricidae yaitu sebanyak 1 serangga pada masing-masing penangkapan pada setiap Family yang tertangkap.
Dari empat cara penangkapan serangga yang dilakukan dapat dilihat bahwa serangga lebih banyak tertangkap dengan menggunakan perangkap warna kuning dan yang paling sedikit tertangkap yaitu dengan menggunakan perangkap cahaya hal ini disebabkan karena perekat atau cehry glue yang digunakan mempunyai bau yang khas sehingga seragga tertarik dan lengket dilem tersebut dan rata-rata serangga tersebut aktif pada siang hari. Noviar ( 2007 ) menyatakan bahwa kelimpahan populasi serangga pada suatu habitat ditentukan oleh keaneka ragaman dan Dari empat cara penangkapan serangga yang dilakukan dapat dilihat bahwa serangga lebih banyak tertangkap dengan menggunakan perangkap warna kuning dan yang paling sedikit tertangkap yaitu dengan menggunakan perangkap cahaya hal ini disebabkan karena perekat atau cehry glue yang digunakan mempunyai bau yang khas sehingga seragga tertarik dan lengket dilem tersebut dan rata-rata serangga tersebut aktif pada siang hari. Noviar ( 2007 ) menyatakan bahwa kelimpahan populasi serangga pada suatu habitat ditentukan oleh keaneka ragaman dan
Pengamatan terhadap jumlah serangga yang tertangkap pada fase generatif pertanaman stroberi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Tabel Jumlah Serangga yang tertangkap pada fase Generatif Pertanaman stroberi.
Pengamatan
Serangga
IV V Diptera
I II III
Total
Dolichopodidae
Tephritidae
Nemestrinidae
Pompilidae
Sciomyzidae
Muscidae
Tachinidae
0 0 0 1 0 1 Coleoptera
Carabidae
Curculionidae
Dermestidae
Coccinelidae
3 2 1 0 1 7 Hemiptera
Pentatomidae
0 1 3 0 1 5 Homoptera
Cicadelidae
0 0 2 0 1 3 Hymenoptera
Formicidae
0 1 4 0 5 Lepidoptera
Siricidae
Gelechidae
Noctuidae
1 0 5 0 7 13 Orthoptera
Acridiidae
Blattidae
Grillidae
Grilotalpidae
Hasil pada Tabel 2 menunjukkan bahwa selama periode pengamatan fase generatif pertanaman stroberi yaitu 7 ordo dan terdiri dari 22 famili dan total serangga yang diproleh selama 5 kali pengamatan yaitu 1102 serangga.
Tabel 2 memperlihatkan bahwa jumlah serangga yang paling banyak adalah familii tephritidae yaitu sebanyak 685, diikuti dari famili muscidae 125, famili grillidae sebesar 89 ekor dan formicidae sebanyak 45 ekor. Lalat buah atau famili tephrtidae merupakan hama penting pada tanaman stroberi dan hama ini akan meletakkan telurnya pada kulit buah atau pada celah atau bagian yang luka dipermukaan buah masak atau buah yang sedang masak dan larvanya akan mengisap cairan yang terdapat dalam buah stroberi sehingga buah tersebut busuk dan kadang- kadang menyebabkan daun yang muda gugur. Menurut Suputa (2006 ) famili tephritidae berjumlah kurang lebih 4000 spesies dan dikelompokkan dalam 5 genus. Jumlah tersebut termasuk yang terbesar diantara ordo- ordo diptera yang secara ekonomis penting.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada fase vegetatif dan genratif diketahui jenis hama dan musuh alami yang terdapat pada pertanaman stroberi adalah famili carabidae, coccinellidae, formicidae dan ichneumidae. Menurut Untung (1996) bahwa musuh alami yang berupa parasitoid, predator dan patogen dikenal sebagai faktor pengaturan dan pengendali populasi serangga yang efektif dan pengaturannya yang Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada fase vegetatif dan genratif diketahui jenis hama dan musuh alami yang terdapat pada pertanaman stroberi adalah famili carabidae, coccinellidae, formicidae dan ichneumidae. Menurut Untung (1996) bahwa musuh alami yang berupa parasitoid, predator dan patogen dikenal sebagai faktor pengaturan dan pengendali populasi serangga yang efektif dan pengaturannya yang
Musuh alami Sebagai bagian komunitas agro-ekosistem memiliki peranan yang sangat menentukan dalam pengaturan dan pengendali hama. Sebagai faktor yang bekerjanya dan tergantung pada kepadatan yang tidak lengkap dalam kisaran tertentu dalam populasi musuh alamii utuk tetap berada didalam aras keseimbangan.
Nilai Kerapatan Mutlak, Kerapatan Relatif, Frekuensi Mutlak dan Frekuensi Relatif.
Nilai frekuensi mutlak, frekuensi relatif ,kerapatan mutlak, dan kerapatan relatif dari serangga yang tertangkap pada fase vegetatif pertanaman stroberi dapat dilihat pada tabel 3.
Dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 3 menunjukkan bahwa nilai frekuensi mutlak (FM) yang tertinggi terdapat pada pengamatan III yaitu 8,80 sedangkan nilai frekuensi mutlak yang terendah adalah terdapat pada pengamatan I yaitu sebesar 6,40. Hal ini disebabkan karena jumlah family srangga yang diperoleh pada pengamatan I leih banyak atau lebih tinggi dari pada jumlah family serangga yang diperoleh pada pengamatan yang lain. Kaitan antara perubahan nilai FM dengan kondisi pertanaman dijelaskan oleh Pielou (1985) dalam teori kompetisi. Dimana kompetisi yang tinggi didalam relung yang sempit akan menghasilkan lebih banyak jenis yang dapat memasuki habitat.
Kerapatan Mutlak (KM) yang tertinggi terdapat pada pengamatan ke V sebesar 7.20 dan terrendah terdapat pada pengamatan IV yaitu sebesar 5,40. Hal ini menunjukkan bahwa populasi serangga yang paling tinggi pada pengamatan V hal ini didukung dengan pernyataan Suin (2002) Bahwa besarnya nilai KM menunjukkan banyaknya jumlah populasi serangga yang terdapat dalam suatu habitat.
Pengamatan
IV V Serangga
I II III
KM KR(%) FM FR(%) KM KR(%) FM FR(%) KM KR(%) FM FR(%) KM KR(%) FM FR(%) KM KR(%) FM
Curculionidae 0.00 0.00 0.00 0.00 0.20 3.13 0.40 4.76 0.00 0.00 0.00 0.00 0.20 3.70 0.40 4.88 0.00 0.00 0.00 Stapilinidae
Gryllotalpidae 0.60 8.33 1.00 15.63 1.00 15.63 1.00 11.90 0.40 6.06 1.00 11.36 0.00 0.00 0.00 0.00 0.40 5.56 1.00 Blattidae
Agustina Saragih : Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Tanaman Stroberi (Fragaria Sp ) Di Lapangan, 2008. USU Repository © 2008
Agustina Saragih : Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Tanaman Stroberi (Fragaria Sp ) Di Lapangan, 2008. USU Repository © 2008
Hasil penelitian pada tabel 4 menunjukkan pada nilai Frekuensi Relatif dari pertanaman Stroberi yang tertinggi terdapat pada pengamatan
IV yaitu sebesar 11,36% pada famili dolichopodidae ,tephritidae, formicidae, acridiidae dan tettigonidae pada pengamatan yang sama, diikuti dengan ffamili nemestrinidae pada pengamatan IV sebesar 9,09% berikutnya famili grillidae, acridiidae, tettigonidae pada pengamatan yang sama yaitu pengamatan ke V sebesar 8,20%. Hal ini disebabkan karena jumlah famili serangga yang tertangkap pada pengamatan IV dan V lebih tinggi daripada jumlah famili serangga yang tertangkap pada pengamatan lainnya.
Nilai kerapatam mutlak (KM) serangga yang tertinggi pada fase generatif tanaman stroberi terdapat pada pengamatan I yaitu 50,60 dan terendah pada famili I sebesar pada pengamatan V yaitu sebesar 37,80 Hal ini didukung dengan pernyataan Suin (2002) bahwa besarnya nilai KM menunjukkan banyaknya jumlah populasi serangga yang terdapat dalam satu habitat.
Nilai Indeks Keragaman Jenis Serangga
Data jenis-jenis serangga yang tertangkap setiap pengamatan pada setiap komunitas tanaman stroberi dapat dilihat pada lampiran (1-2). Nilai indeks keanekaragaman jenis serangga Shanon-winer (H), tanaman stroberi pada fase vegetatif dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Indeks keanekaragaman Jenis Serangga Tanaman Stroberi pada fase vegetatif.
Pengamatan
Serangga
IV V Diptera
Dari data indeks keanekaragaman pada tabel 5 dapat dilihat bahwa besar indeks keanekaragaman serangga selalu berubah-ubah pada setiap Dari data indeks keanekaragaman pada tabel 5 dapat dilihat bahwa besar indeks keanekaragaman serangga selalu berubah-ubah pada setiap
a( 0.25 0. 20 21 ag 0.
S 0.10 d 0.05 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00
Coleoptera Melandrydae
Grillidae Acrididae
Gambar 5: Histogram Nilai Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Fase Vegetatif.
Menurut Michael (1995) ada 3 kriteria keragaman jenis serangga dimana: • Keaneka ragaman jenis rendah bila H=<1 (Kondisi Lingkungan
Tidak Stabil) • Keaneka Ragaman Jenis seadang bila H= 1-3 (Kondisi lingkungan Sedang)
• Keaneka ragaman Jenis Tinggi Bila H=> 3 (Kondisi Lingkungan Stabil)
Berdasarkan kriteria tersebut ekosistem tanaman stroberi pada fase vegetatif tergolong tidak stabil (rendah). Nilai keragaman jenis serangga tertinggi pada yaitu 1,03 pada pengamatan I dan hal ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan pada pengamatan I tergolong sedang. Menurut Untung (1996) bahwa keadaan agro-ekosistem tidak stabil dan selalu berubah karena tindakan manusia untuk mengolah dan mengelola ekosistem untuk kepentingannya. Dalam keadaan demikian diekosistem pertanian sangat mudah terjadi peningkatan populasi hama.
Kondisi lingkungan pada fase vegetatif tergolong sedang hal ini mungkin disebabkan sistem budidaya tanaman yang brsifat konvensional dimana adanya digunakan pestisida untuk mengendalikan hama sehingga dapat mempengaruhi keberadaan serangga lain, karena penggunaan pestisida dalam ekosistem pertanian dapat mengakibatkan berbagai kerusakan dan pencemaran lingkungan. Selain itu dapat juga memusnahkan keanekaragaman athropoda dalam ekosistem.
Tabel 6. Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman Stroberi Fase Generatif.
Pengamatan
Serangga
I II III
IV V
Diptera
Muscidae
0.15 0.29 0.17 0.34 0.15
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa pada pengamatan I, II, IV dan ke V indeks keragaman serangga yang diamati tergolong tidak stabil. Dari tabel juga dapat dilihat bahwa nilai keragaman serangga pada setiap periode pengamatan mengalami perubahan. Naik turunnya nilai keragaman jenis serangga diduga erat kaitannya dengan pengaplikasian pestisida. Hal ini didasarkan pada fungsi utama pestisida itu sendiri yang ditujukan untuk mengendalikan populasi hama yang secara langsung berdampak pada serangga keseluruhan. Terjadinya kenaikan yang cukup cepat ini sebagai kemungkinan adanya resistensi dan resurgensi hama sebagai akibat lain dari penggunaan pestisida.
Hama dapat hidup dan berkembang pada suatu agro-ekosistem karena semua yang diperlukan untuk kehidupan hama tersedia diekosistem tersebut. Keperluan hama antara lain dalam bentuk makanan, habitat yang sesuai, tempat untuk pletakan telur dan tetap untuk persembunyian. Semakin sesuai keadaan ekosistem peningkatan populasi akan semakin cepat dan mungkin berakibat pada kerusakan tanaman. Dengan membuat ekosistem kurang sesuai bagi perkembangan hidup hama dapat menghambat peningkatan populasi hama.
er S 0.30 an
0.25
am (H) 0.20 0.15 0.17 0.15 ag 0.15
deks K
Gambar 6: Histogram Nilai Indeks Keragaman Jenis Pada Fase Generatif Seiiring dengan pertumbuhan tanaman akan mempengaruhi keragaman jenis serangga, Krebs (1978) mengatakan bahwa nilai keragaman komunitas sejalan dengan berjalannya waktu, berarti komunitas tua yang sudah lama berkembang lebih banyak terdapat organisme daripada komunitas muda yang belum berkembang.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Populasi serangga tertinggi fase vegetatif pada pengamatan I yaitu 39 famili dan terendah pengamatan IV sebesar 29 famili dan fase generatif yaitu 253 pada pengamatan I dan jumlah populasi trendah terdapat pada pengamatan IV yaitu sebesar 187.
2. KM tertinggi pada fase vegetatif pada pengamatan I dan V sebesar 7,20 dan terendah pengamatan IV sebesar 5,40. FM tertinggi yaitu pada pengamatan III sebesar 8,80 Sedangkan nilai Frekuensi terendah pada pengamatan I sebesar 6,4 dan nilai KM fase Generatif yaitu 50,60 pada pengamatan I dan terendah yaitu pada pengamatan V sebesar 37,80. Sedangkan Frekuensi Mutlak (FM) tertinggi pada fase generatif yaitu 12,20 pada pengamatan V dan terendah sebesar 8,80 pada pengamatan IV.
3. Ekosistem pertanaman fase vegetatif dan generatif tergolong pada kondisi lingkungan tidak stabil dan selalu berubah karena tindakan manusia untuk mengolah dan mengelola ekosistem untuk 3. Ekosistem pertanaman fase vegetatif dan generatif tergolong pada kondisi lingkungan tidak stabil dan selalu berubah karena tindakan manusia untuk mengolah dan mengelola ekosistem untuk
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan hama penting dan musuh alami pada tanaman stroberi dan sejauh mana hubungan perkembangan hama terhadap parasitoid
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 2005. Stroberi.http: // www.google.com diakses tanggal 15 September 2007
-------------, 2006. Budidaya Stroberi. http://www.google.com diakses tanggal 15 September 2007 -------------. 2007. Fragraria sp.http://www.healthnotes. info/http/new
hope/images/logocpprtt. gift. diakses tanggal 15 September 2007
Bappenas, 2003. Sistem Inpormasi Manajemen Pembangunan diPedesaan, Jakarta.
Borror. D. J. Triplehorn,C. A dan N. F. Johson, 1992. Pengenalan PelajaranSerangga edisi ke-6. Terjemahan S. Partosoejono,M.Sc. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Childers N. F, 1980. The Strawbery Cultivar to Marketing Gains Ville, Florida. Holtikultura publication.
Gunawan, 2003. Stroberi. Penebar swadaya, Jakarta.
Hancock, J. F, 1999. Strawbery, NewYork.
Huffaker. C. B dan P. S. Messanger,, 1989.Teori dan Teknik Pengendalian. Biologi Terjemahan, Mangoedihardjo, UI Press, Jakarta.
Hyams. T, 1962. Strawbery Growing Complete a System of Processing Fruit Trought the year. Newyork
Kalshoven. L. G. E, 1981. The pest of krops in Indonesia PT. Ictiar Baru, Van hoeve, Jakarta.
Krebs, C,,J., 1978. Ecology. The eksperimental Analysis of Distibution and
abudance. Third Edition. Harper and Row Publishers, New York
Kurnia, A, 2005. Petunjuk Praktis Budidaya Stroberi. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Noviar, P,, Purnomo dkk 2007. Daya Mangsa Predator Micropis crocea Mulsant.
Odum. E. P, 1971. Fundamental of Ecolgy, W. B. Sounders, Philadelpia. Oka. I. N., 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Inplementasinya di
Indonesia. Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.
Michael, P,. 1995. Metode Ekology Untuk Penyelidikan lapangan dan Laboratorium. Terjemahan Yanty. R. Koester. UI- Press, Jakarta.
Suin. N. M, 1997. Ekologi Hewan. Bumi Aksara, Jakarta.
Suputa, P,. S,. 2006. Taksonomi dan Bioekologi Lalat Buah Penting di Indonesia. Departement of Agricultur , Fisheries of Australia.
Untung, K., 1996. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Lampiran 1. Populasi Serangga Pada Pertanman Stroberi pada Fase Vegetatif
Agustina Saragih : Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Tanaman Stroberi (Fragaria Sp ) Di Lapangan, 2008. USU Repository © 2008
Keterangan: P
: Perangkap Warna Kuning Ft
: Pit fall Trap Sn
: Swep Net Lt
: Light Trap
Agustina Saragih : Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Tanaman Stroberi (Fragaria Sp ) Di Lapangan, 2008. USU Repository © 2008
Lampiran 2. Populasi Serangga Pertanaman Stroberi pada fase Generatif
Agustina Saragih : Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Tanaman Stroberi (Fragaria Sp ) Di Lapangan, 2008. USU Repository © 2008
Keterangan: P
: Perangkap Warna Kuning Ft
: Pit fall Trap Sn
: Swep Net Lt
: Light Trap
Agustina Saragih : Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Tanaman Stroberi (Fragaria Sp ) Di Lapangan, 2008. USU Repository © 2008
Lampiran 3. Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Fase Vegetatif Pada Pengamatan I
PENGAMATAN 1
Serangga
H Diptera
pi
Total pi
4 39 0.10 1 -2.28 0.23 Pompilidae
1 39 0.03 1 -3.66 0.09 Coccinellidae
4 39 0.10 1 -2.28 0.00 Tettigonidae
0 39 0.00 1 0.00 0.00 Grillidae
8 39 0.21 1 0.00 0.00 Acrididae
3 39 0.08 1 -2.56 0.20
Hemiptera
Pentatomidae
Homoptera
Cicadellidae
Hymenoptera
Formicidae
3 39 0.08 1 0.00 0.00 Siricidae
Lepidoptera
Gelechidae
1 39 0.03 1 0.00 0.00 Noctuidae
Total
Lampiran 4. Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Fase Vegetatif Pengamatan ke II
PENGAMATAN 2
Serangga
H Diptera
pi
Total pi
2 36 0.06 1 -2.89 0.16 Muscidae
5 36 0.14 1 -1.97 0.27 Siricidae
Lepidoptera
Gelechidae
0 36 0.00 1 0.00 0.00 Noctuidae
Total
Lampiran 5. Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Fase Vegetatif Pengamatan III
PENGAMATAN 3
pi
Total pi
ln pi
Diptera
Tachinidae
0 35 0.00 1 0.00 0.00 Cecydomidae
1 35 0.03 1 0.00 0.00 Muscidae
0 35 0.00 1 0.00 0.00 Pompilidae
2 35 0.06 1 0.00 0.00 Tephritidae
Coleoptera
Curculionidae
0 35 0.00 1 0.00 0.00 Stapilinidae
1 35 0.03 1 0.00 0.00 Melandrydae
0 35 0.00 0.00 0.00 Cocinellidae
Orthoptera
Gryllotalpidae
2 35 0.06 1 0.00 0.00 Blattidae
0 35 0.00 1 0.00 0.00 Tettigonidae
0 35 Grillidae
0.10 Acrididae
1 35 0.03 1 -3.56
Hemiptera
Pentatomidae
Homoptera
Cicadellidae
Hymenoptera
Formicidae
1 35 0.03 1 0.00 0.00 Siricidae
Lepidoptera
Gelechidae
1 35 0.03 1 0.00 0.00 Noctuidae
Total
Lampiran 6. Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Fase Vegetatif Pengamatan IV
PENGAMATAN 4
pi
Total pi
3 29 0.10 1 -2.27 Acrididae
Hemiptera
Pentatomidae
Homoptera
29 0.00 1 0.00 0.00 Cicadellidae
Hymenoptera
Formicidae
2 29 0.07 1 0.00 0.00 Siricidae
Lepidoptera
Gelechidae
2 29 0.07 0.00 0.00 Noctuidae
1 29 0.03 1 -3.37
Total
Lampiran 7. Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Fase Vegetatif Pengamatan V
PENGAMATAN 4
N pi
Total pi
ln pi
Diptera
Assilidae
0 37 0.00 1 0.00 0.00 Tachinidae
0 37 0.00 1 0.00 0.00 Culicidae
1 37 0.03 1 0.00 0.00 Cecydomidae
0.10 Muscidae
1 37 0.03 1 -3.61
0.27 Pompilidae
5 37 0.14 1 -2.00
0 37 0.00 1 0.00 0.00 Bibionidae
1 37 0.03 1 0.00 0.00 Drosophila
0.32 Agromyzidae
7 37 0.19 1 -1.67
Coleoptera
Curculionidae
0 37 0.00 1 0.00 0.00 Stapilinidae
0 37 0.00 1 0.00 0.00 Melandrydae
0 37 0.00 1 0.00 0.00 Cocinellidae
1 37 0.03 1 -3.61
Orthoptera
0.16 Blattidae
Gryllotalpidae
2 37 0.05 1 -2.92
0 37 0.00 1 0.00 0.00 Tettigonidae
0.27 Grillidae
5 37 0.14 1 -2.00
0.00 Acrididae
9 37 0.24 1 -1.41
Hemiptera
Pentatomidae
Homoptera
Cicadellidae
0 37 0.00 1 0.00 0.00 Cicadidae
Hymenoptera
Formicidae
0.10 Siricidae
1 37 0.03 1 -3.61
Lepidoptera
Gelechidae
0.10 Noctuidae
1 37 0.03 1 -3.61
2 37 0.05 1 -2.92
Tricoptera
Hidroptilidae
Lampiran 8. Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Fase Generatif Pengamatan 1
data
pi
Total pi
ln pi
Diptera
Dolichopodida
0.02 1 0.00 0.00 Tephritidae
e 5 253
0.57 1 0.00 0.00 Nemestrinidae
0.04 1 0.00 0.00 Pompilidae
0.00 1 0.00 0.00 Sciomyzidae
0.00 1 0.00 0.00 Muscidae
0.15 Tachinidae
0.05 1 -2.97
Coleoptera
0.00 1 0.00 0.00 Curculionidae
Carabidae
0.00 1 0.00 0.00 Dermestidae
0.00 1 0.00 0.00 Coccinelidae
Hemiptera
Pentatomidae
Homoptera
Cicadelidae
Hymenoptera
0.06 1 0.00 0.00 Siricidae
Formicidae
Lepidoptera
Gelechidae
0.00 1 0.00 0.00 Noctuidae
Orthoptera
Acridiidae
0.02 1 0.00 0.00 Blattidae
0.02 1 0.00 0.00 Grillidae
0.13 1 0.00 0.00 Grilotalpidae
0.05 Tettigonidae
0.01 1 -4.43
TOTAL
Lampiran 9. Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Fase Generatif Pengamatan 1I
Total
Data
pi
pi
ln pi
Diptera
Dolichopodidae
0.00 1 0.00 0.00 Tephritidae
0.67 1 0.00 0.00 Nemestrinidae
0.02 1 0.00 0.00 Pompilidae
0.00 1 0.00 0.00 Sciomyzidae
0.01 1 0.00 0.00 Muscidae
0.29 Tachinidae
0.16 1 -1.84
Coleoptera
Carabidae
0.00 1 0.00 0.00 Curculionidae
0.00 1 0.00 0.00 Dermestidae
0.00 1 0.00 0.00 Coccinelidae
Hemiptera
Pentatomidae
Homoptera
Cicadelidae
Hymenoptera
0.00 1 0.00 0.00 Siricidae
Formicidae
Lepidoptera
Gelechidae
0.00 1 0.00 0.00 Noctuidae
Orthoptera
Acridiidae
0.01 1 0.00 0.00 Blattidae
0.03 1 0.00 0.00 Grillidae
0.07 1 0.00 0.00 Grilotalpidae
0.02 Tettigonidae
0.00 1 -5.50
TOTAL
Lampiran 10. Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Fase Generatif Pengamatan 1II
Total
Data
pi
pi
ln pi
Diptera
Dolichopodidae
0.00 1 0.00 0.00 Tephritidae
0.78 1 0.00 0.00 Nemestrinidae
0.00 1 0.00 0.00 Pompilidae
0.00 1 0.00 0.00 Sciomyzidae
0.00 1 0.00 0.00 Muscidae
0.17 Tachinidae
0.06 1 -2.84
Coleoptera
Carabidae
0.00 1 0.00 0.00 Curculionidae
0.00 1 0.00 0.00 Dermestidae
0.00 1 0.00 0.00 Coccinelidae
Hemiptera
Pentatomidae
Homoptera
Cicadelidae
Hymenoptera
Formicidae
0.00 1 0.00 0.00 Siricidae
Lepidoptera
0.00 1 0.00 0.00 Noctuidae
Gelechidae
Orthoptera
Acridiidae
0.04 1 0.00 0.00 Blattidae
0.00 1 0.00 0.00 Grillidae
0.01 1 0.00 0.00 Grilotalpidae
0.02 1 -3.71
Tettigonidae
3 205
0.01 1 0.00 0.00
0.26
TOTAL
205
Lampiran 11. Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Fase Generatif Pengamatan 1V
Data
pi
Total pi
ln pi
Diptera
0.01 1 0.00 0.00 Tephritidae
Dolichopodidae 3 212
0.47 1 0.00 0.00 Nemestrinidae
0.00 1 0.00 0.00 Pompilidae
0.00 1 0.00 0.00 Sciomyzidae
0.00 1 0.00 0.00 Muscidae
0.34 Tachinidae
0.25 1 -1.41
Coleoptera
Carabidae
0.01 1 0.00 0.00 Curculionidae
0.00 1 0.00 0.00 Dermestidae
0.00 1 0.00 0.00 Coccinelidae
Hemiptera
Pentatomidae
Homoptera
Cicadelidae
Hymenoptera
Formicidae
0.07 1 0.00 0.00 Siricidae
Lepidoptera
Gelechidae
0.01 1 0.00 0.00 Noctuidae
Orthoptera
Acridiidae
0.00 1 0.00 0.00 Blattidae
0.00 1 0.00 0.00 Grillidae
0.10 1 0.00 0.00 Grilotalpidae
0.00 1 0.00 0.00 Tettigonidae
TOTAL 212
Lampiran 12. Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Fase Generatif Pengamatan V
Data
pi
Total pi
ln pi
Diptera
Dolichopodidae
1.00 1 0.00 0.00 Tephritidae
0.63 1 0.00 0.00 Nemestrinidae
0.01 1 0.00 0.00 Pompilidae
0.01 1 0.00 0.00 Sciomyzidae
0.00 1 0.00 0.00 Muscidae
0.15 Tachinidae
0.05 1 -3.03
Coleoptera
0.00 1 0.00 0.00 Curculionidae
Carabidae
0.00 1 0.00 0.00 Dermestidae
0.00 1 0.00 0.00 Coccinelidae
Hemiptera
Pentatomidae
Homoptera
Cicadelidae
Hymenoptera
0.07 1 0.00 0.00 Siricidae
Formicidae
Lepidoptera
Gelechidae
0.00 1 0.00 0.00 Noctuidae
Orthoptera
Acridiidae
0.01 1 0.00 0.00 Blattidae
0.01 1 0.00 0.00 Grillidae
0.08 1 0.00 0.00 Grilotalpidae
0.12 Tettigonidae
0.04 1 -3.29
TOTAL