2.3 Lignin Terlarut Asam
Penentuan lignin dengan prosedur Klason terutama dihasilkan bagian lignin yang tidak larut sebagai residu setelah hidrolisis asam sulfat acid insoluble
lignin, sedangkan bagian dari lignin yang larut dalam filtrat disebut dengan lignin terlarut asam acid soluble lignin Yasuda et al. 2001, Swan 1965.
Metode Klason merupakan metode yang selama ini paling sering digunakan untuk menduga kadar lignin dalam kayu atau non-kayu. Sementara itu, kandungan
lignin total adalah gabungan dari lignin yang tidak larut dalam asam lignin Klason dan lignin yang larut dalam asam. Pada kayu daun lebar, sebagian lignin
larut dalam hidrolisis asam sehingga harus diperhitungkan dalam penentuan total lignin. Kadar lignin terlarut asam dapat ditentukan dengan menggunakan
spektrofotometri UV Swan 1965, Sjostrom 1991, berdasarkan nilai serapan pada panjang gelombang 205 nm Swan 1965.
Selain itu, proporsi lignin terlarut asam yang semakin tinggi pada kayu daun lebar cenderung memiliki kadar lignin Klason yang semakin rendah. Sementara
itu, tingginya kadar lignin terlarut asam berkorelasi positif dengan kadar metoksil Akiyama et al. 2005, Musha dan Goring 1974. Hal ini karena keberadaan gugus
metoksil berkaitan erat dengan tipe fenilpropana penyusun lignin. Tipe fenilpropana penyusun lignin juga merupakan faktor penting dalam reaksi
delignifikasi selama proses pulping. Apabila suatu jenis kayu memiliki kandungan unit siringil lignin yang lebih tinggi maka akan menyebabkan laju delignifikasi
yang semakin cepat dengan konsumsi bahan kimia yang semakin rendah Chiang 2006,
karena unit siringil memiliki reaktivitas yang tinggi dibandingkan dengan
unit guaiasil saat proses pulping Tsutsumi et al. 1995. Oleh sebab itu, lignin terlarut asam dapat digunakan sebagai salah satu parameter untuk menduga
reaktivitas lignin apabila terbukti pembentukan lignin terlarut asam berkorelasi positif dengan proporsi unit siringil penyusun lignin.
2.4 Bambu