36
sebaliknya di luar rumah lebih dominan A. vagus 2,98 diikuti A. annularis 1,16 kemudian A. barbirostris 0,55 dan yang paling rendah A. subpictus 0,03.
Kondisi yang berbeda pada A. barbirostris dan A. subpictus di daerah pantai Banyuwangi, Jawa Timur, menunjukkan dominasi yang sangat rendah dengan
kelimpahan nisbi 0,05 dan 2,42 dibandingkan dengan spesies Anopheles lain yang ada di lokasi tersebut Shinta et al., 2003.
4.3.2 Padat Populasi dan Dominasi di Dinding dan Kandang Sapi
Kelimpahan nisbi, frekuensi dan dominasi spesies Anopheles spp. yang hinggap di dinding dalam rumah dan di kandang sapi di Desa Lifuleo terlihat pada
Tabel 4 dan Gambar 15. Kelimpahan nisbi nyamuk Anopheles spp. yang hinggap
di dinding dalam rumah tertinggi pada populasi A. barbirostris 72,12 sedangkan terendah pada populasi A. annularis 0,20. Kelimpahan nisbi
nyamuk Anopheles spp. yang hinggap di kandang sapi tertinggi pada populasi A. barbirostris 58,04, sedangkan terendah pada A. annularis 1,04.
Berdasarkan frekuensi adanya kehadiran nyamuk di Desa Lifuleo nyamuk yang mempunyai nilai frekuensi tertinggi yang tertangkap hinggap di dinding dalam
rumah dan kandang sapi A. barbirostris 0,72 dan 0,58, dan frekuensi yang terendah yang hinggap di dinding dalam rumah yaitu A. annularis d a n A.
indefinitus 0,00, sedangkan yang terendah yang hinggap di kandang sapi A. annularis 0,01 .
Tabel 4 Padat Populasi, Kelimpahan Nisbi, Frekuensi Tertangkap dan Dominasi
Anopheles spp. yang Tertangkap di Dinding Dalam Rumah dan Kandang Sapi di Desa Lifuleo, Maret–Juni 2009
Spesies Anopheles
Dinding dalam rumah Kandang sapi
Jml ekor
kn frek
dom Jml
ekor kn
frek dom
A.barbirostris 1.102
72,12 0,72
52,01 1.794
58,04 0,58
33,69 A.subpictus
293 19,18
0,19 3,68
665 21,51
0,22 4,63
A.annularis 3
0,20 0,00
0,00 32
1,04 0,01
0,01 A.vagus
94 6,15
0,06 0,38
379 12,26
0,12 1,50
A.umbrosus 31
2,03 0,02
0,04 166
5,37 0,05
0,29 A.indefinitus
5 0,33
0,00 0,00
55 1,78
0,02 0,03
Total 1.528
3.091
37
Gambar 15 Angka Dominasi Nyamuk Anopheles spp. yang Tertangkap di Dinding Dalam Rumah dan di Kandang Sapi di Desa Lifuleo,
Maret–Juni 2009
Berdasarkan nilai dominasi tertinggi ternyata pada A. barbirostris baik yang tertangkap hinggap di dinding dalam rumah maupun di kandang sapi 52,01
dan 33,69 kemudian disusul A. subpictus 3,68 dan 4,63, A. vagus 0,38 dan 1,5 A. umbrosus 0,04 dan 0,29, A. annularis dan A. indefinitus tidak memiliki
dominasi 0,00 pada dinding dalam rumah, sedangkan nilai dominasi yang hinggap di kandang sapi terendah pada populasi A. annularis 0,01.
Dari enam jenis nyamuk Anopheles spp. yang tertangkap hinggap di dinding dalam rumah dan kandang sapi di Desa Lifuleo terlihat A. barbirostris
lebih dominan hinggap di dinding dalam rumah di bandingkan dengan di kandang sapi, sebaliknya A. subpictus, A. annularis, A. vagus dan A. umbrosus dan A.
indefintus lebih dominan hinggap di kandang sapi. Kondisi yang sama ditemukan Effendi 2002, di Kecamatan Kokap D.I Yogyakarta A. vagus lebih dominan
hinggap di kandang sapi 12,38 di bandingkan dengan di dinding dalam rumah 0,58, sedangkan A. annularis tidak ditemukan hinggap di dinding dalam rumah
tetapi hinggap di kandang sapi 0,26. Di Desa Sedayu Kabupaten Purworejo Jawa Tengah, Noor 2002 menyatakan A. vagus yang paling dominan 10,80
dibandingkan dengan A. annularis 6,7, A. barbirostris 0,98, A. subpictus 0,65.
38
Spesies yang sering tertangkap baik dengan umpan orang di dalam rumah, di luar rumah, hinggap di dinding dan kandang sapi di Desa Lifuleo adalah A.
barbirostris dibandingkan dengan spesies lainnya, karena di dukung oleh kondisi topografis setempat. Adanya kolam ikan yang bersifat permanen, keberadaannya
sepanjang tahun merupakan habitat A. barbirostris. Di Provinsi Nusa Tenggara Timur A. barbirostris telah dikonfirmasi sebagai vektor malaria bersama-sama A.
subpictus dan A. sundaicus Depkes, 2007.
4.4
Kepadatan Nyamuk Anopheles spp. Per Jam
4.4.1
Kepadatan Nyamuk Anopheles spp. Menggigit Orang Per Jam
Kepadatan populasi nyamuk Anopheles spp. di dalam rumah dan luar
rumah Tabel 5 dan Gambar 16 terlihat A. barbirostris yang paling padat di
dalam rumah maupun di luar rumah dengan total kepadatan MHD 11,68 ekororangjam, sedangkan yang terendah adalah A. annularis 0,1 ekororangjam
d a n A. indefinitus 0,07 ekororangjam. Pengamatan bionomik ini dilakukan
selama empat bulan dengan penangkapan sebulan empat kali, sehingga diperoleh gambaran tentang fluktuasi kepadatan vektor menggigit tertinggi.
Kepadatan A. barbirostris yang menggigit orang di luar rumah lebih tinggi 6,23 ekor tiap orangjam dibandingkan dengan yang menggigit di dalam rumah
5,45 ekor tiap orangjam. Kepadatan menggigit tertinggi pada bulan Maret masing-masing di dalam rumah 7,92 per orangjam dan di luar rumah 9,50 per
orangjam, bertepatan dengan curah hujan yang tinggi dan banyak terbentuk habitat larva Anopheles. Di Desa Tongoa, Sulawesi Tengah A. barbirostris juga
lebih banyak mengisap darah manusia yang berada di luar rumah, tetapi paling banyak pada bulan Juli saat petani menanam padi Jastal, 2005. Berbeda dengan
di Desa Sedayu Noor, 2002, A. barbirostris lebih padat menggigit di dalam rumah 0,036 per orangjam dibandingkan dengan di luar rumah 0,015 per
orangjam dan di Kecamatan Lengkong Sukabumi Munif et al., 2007 di dalam rumah 21,67 per orangjam, di luar rumah 6,50 per orangjam.
Kepadatan populasi A. subpictus Tabel 5 d a n Gambar 16 yang
menggigit orang di luar rumah rata-rata lebih tinggi 1,56 ekor tiap orangjam dibandingkan dengan di dalam rumah rata-rata 1,35 ekor tiap orangjam di Desa
39
Lifuleo. Hasil ini sama dengan A. subpictus di Pulau Adonara NTT lebih senang menggigit di luar rumah yaitu 8,90 ekororangjam dibandingkan dengan di dalam
rumah 5,40 ekororangjam Barodji et al., 2003. Di Desa Sedayu, Jawa Tengah, Noor 2002 juga menyatakan A. subpictus lebih padat menggigit di luar rumah
0,003. Demikian halnya A. subpictus di daerah Lombok NTB dilaporkan oleh Sukowati 2001, senang menggigit orang di dalam rumah dan luar rumah namun
demikian cenderung lebih menyukai menggigit di luar rumah exofagik. Kepadatan nyamuk ini menggigit di dalam rumah di Desa Lifuleo tertinggi pada
bulan Maret 2,25 per orangjam begitu juga di luar rumah tertinggi pada bulan Maret 2,04 per orangjam.
Kepadatan populasi A. vagus di Desa Lifuleo yang menggigit orang lebih tinggi di luar rumah 0,53 ekor tiap orangjam daripada di dalam rumah rata-rata
0,29 ekor tiap orangjam . Fluktuasi kepadatan menggigit di dalam dan luar rumah tertinggi pada bulan Maret 0,67 per orangjam dan 1,04 per orangjam. Hasil ini
sama dengan di Desa Sedayu, Jawa Tengah, Noor 2002 menyatakan A. vagus lebih padat di luar rumah 0,43 per orangjam daripada di dalam rumah 0,041
per orangperekor. Selain itu juga terjadi di Desa Tongoa, Sulawesi Tengah Jastal, 2005 dan di Kecamatan Kokap D.I Yogyakarta Effendi, 2002 nyamuk
ini banyak menggigit di luar rumah eksofagik. Sebaliknya di Kecamatan Lengkong Sukabumi A. vagus tidak menggigit orang Munif et al., 2007.
Tabel 5 Kepadatan Anopheles spp. yang Menggigit Orang Per Orang Per Jam Man Hour Density di Desa Lifuleo, Maret–Juni 2009
Spesies Anopheles
Maret April
Mei Juni
Rata-rata Total
UOD UOL
UOD UOL
UOD UOL
UOD UOL
UOD UOL
A.barbirostris 7.92
9.52 4.92
5.2 4.52
5.08 4.44
5.12
5.45 6.23
11.68
A.subpictus 2.24
2.04 1.88
1.68 0.8
1.6 0.48
0.92
1.35 1.56
2.91
A.annularis 0.16
0.12 0.04
0.08 0.00
0.00 0.00
0.00
0.05 0.05
0.10
A.vagus 0.68
1.04 0.36
0.76 0.08
0.16 0.04
0.16
0.29 0.53
0.82
A.umbrosus 0.28
0.32 0.2
0.32 0.16
0.24 0.2
0.28
0.21 0.29
0.50
A.indefinitus 0.04
0.08 0.04
0.04 0.004
0.04 0.00
0.04
0.02 0.05
0.07
40
Gambar 16 Kepadatan nyamuk Anopheles spp. per orang per jam Man Hour Density, MHD yang menggigit dalam rumah dan luar rumah di desa
Lifuleo, Maret–Juni 2009.
Kepadatan populasi A. umbrosus lebih tinggi yang menggigit orang di luar rumah 0,29 ekor tiap orangjam daripada di dalam rumah rata-rata 0,21 ekor tiap
orangjam. Maloha 2005, melaporkan di Desa Pondok Meja, Jambi A. umbrosus tidak menggigit orang. Nyamuk ini lebih banyak yang aktif mencari darah pada
siang hari dan lebih senang menghisap darah manusia daripada hewan Horsfall, 1955.
Sedangkan A. annularis dan A. indefinitus merupakan spesies yang paling jarang ditemukan menggigit orang. Di Kecamatan Kokap D.I Yogyakarta
A. annularis tidak diketahui menggigit orang Effendi, 2002. Sama dengan A. indefinitus di Desa Pondok Meja, Jambi juga tidak menggigit orang Maloha,
2005.
4.4.2
Kepadatan Nyamuk Anopheles spp. Istirahat di Dinding dan Kandang Sapi serta Tertangkap Perangkap Cahaya light trap
Pengamatan bionomi ini dilakukan selama empat bulan dengan penangkapan sebulan empat kali, sehingga diperoleh gambaran tentang kepadatan Anopheles
spp. yang istirahat di dinding dalam rumah dan istirahat di kandang sapi serta
yang terperangkap cahaya Tabel 6-7 dan Gambar 17-18.
41
Nyamuk A. barbirostris istirahat di dalam rumah di dinding 11,48 per rumahjam dan istirahat di luar rumah di kandang sapi 18,69 per kandangjam,
lebih padat dibandingkan dengan spesies Anopheles yang lain di Desa Lifuleo. Sedangkan yang terendah kepadatannya di dinding dalam rumah dan kandang sapi
adalah A. annularis 0,03 per rumahjam dan 0,32 per kandangjam.
Tabael 6 Jumlah Rata-rata Kepadatan Populasi Nyamuk Anopheles spp. Per Jam yang Tertangkap di Dinding Rumah dan Kandang Sapi serta Tertangkap
Cahaya light trap di Desa Lifuleo Kecamatan Kupang Barat, Maret – Juni 2009
Spesies Anopheles
Jumlah ekor
Dinding rumah Kandang sapi
Light trap
jumlah kepadatan
jumlah kepadatan
jumlah kepadatan
A.barbirostris 2.935
1.102 11,48
1.794 18,69
39 0,102
A.subpictus 967
293 3,05
665 6,93
9 0,023
A.annularis 36
3 0,03
32 0,33
1 0,003
A.vagus 485
94 0,98
379 3,95
12 0,031
A.umbrosus 200
31 0,32
166 1,73
3 0,008
A.indefinitus 60
5 0,05
55 0,57
0,000
Tabael 7 Kepadatan Populasi Nyamuk Anopheles spp. Per Jam Tiap Bulan yang Tertangkap di Dinding Rumah dan Kandang Sapi di Desa Lifuleo
Kecamatan Kupang Barat, Maret – Juni 2009
Spesies Maret
April Mei
Juni Rata-rata
Ttl Anopheles
dd kd
dd kd
dd kd
dd kd
dd kd
A.barbirostri s
14,38 23,83
10,21 17,67
10,46 15,67
10,88 17,58
11,48 18,69
30,17 A.subpictus
5,17 6,96
4,79 8,25
1,63 7,46
0,63 5,04
3,05 6,93
9,98 A.annularis
0,04 0,88
0,08 0,46
0,00 0,00
0,00 0,00
0,03 0,33
0,36 A.vagus
2,13 6,38
1,50 5,38
0,13 2,17
0,17 1,88
0,98 3,95
4,93 A.umbrosus
0,33 1,71
0,25 1,46
0,29 1,79
0,42 1,96
0,32 1,73
2,05 A.indefinitus
0,13 0,96
0,04 0,63
0,00 0,29
0,04 0,42
0,05 0,57
0,63
42
Gambar 17 Kepadatan nyamuk Anopheles yang hinggap di dinding dalam rumah dan kandang sapi di desa Lifuleo, Maret–Juni 2009.
Kepadatan populasi A. barbirostris lebih tinggi yang istirahat di luar rumah di kandang sapi 18,69 ekor tiap kandangjam dibandingkan dengan di
dalam rumah di dinding 11,49 ekor tiap rumahjam. Hasil tersebut sama dengan di Kecamatan Lengkong, Sukabumi Munif et al., 2007 dan di Desa Tongoa,
Donggala, Sulawesi Tengah Jastal, 2005, demikian juga di Desa Pondok Meja, Jambi Maloha, 2005 A. barbirostris lebih senang istirahat di luar rumah di
kandang sapi dan sekitarnya. Kepadatan A. barbirostris tertinggi pada bulan Maret masing-masing di dinding dalam rumah 14,33 per rumahjam dan di
kandang sapi 23,83 per kandangjam. Puncak kepadatan nyamuk yang istirahat di dalam dan luar rumah di Desa Lifuleo pada bulan Maret.
Kepadatan populasi A. subpictus tertinggi yang istirahat di luar rumah di kandang sapi 6,93 ekor tiap kandangjam daripada di dalam rumah di dinding
rata-rata 3,05 ekor tiap rumahjam. Berbeda dengan Barodji et al. 2003 lebih banyak yang istirahat di dalam rumah 55,3. Kepadatan A. subpictus istirahat,
tertinggi pada bulan Maret masing-masing di dinding dalam rumah 5,17 per rumahjam dan di kandang sapi 7,00 per kandangjam.
43
Kepadatan populasi A. vagus yang istirahat luar rumah di kandang sapi 3,95 ekor tiap kandangjam lebih tinggi dibandingkan dengan di dalam rumah di
dinding rata-rata 0,98 ekor tiap rumahjam. Hasil ini sama dengan di Desa Tongoa, Sulawesi Tengah Jastal, 2005 dan di Kecamatan Kokap, D.I Yogyakarta
Effendi, 2002 serta di Desa Pondok Meja, Jambi Maloha, 2005 bahwa A. vagus lebih senang istirahat di luar rumah. Kepadatan A. vagus istirahat, tertinggi
pada bulan Maret masing-masing di dinding dalam rumah 2,17 per rumahjam dan di luar rumah 6,83 per kandangjam di Desa Lifuleo.
Kepadatan populasi A. umbrosus yang istirahat di kandang sapi 1,73 ekor tiap kandangjam lebih tinggi dibandingkan dengan di dinding dalam rumah
0,32 ekor tiap rumahjam. Kepadatan A. umbrosus istirahat di dinding dalam rumah tertinggi pada bulan Juni 0,5 per rumahjam, sebaliknya di kandang sapi
tertinggi pada bulan Maret 2,17 per kandangjam. Kepadatan populasi A. annularis lebih tinggi yang istirahat di kandang
sapi 0,33 ekor tiap kandangjam daripada di dinding dalam rumah 0,03 ekor tiap rumahjam. Hasil yang sama dengan di Desa Hargotirto Kecamatan Kokap,
D.I Yogyakarta Effendi, 2002 A. annularis lebih senang istirahat di luar rumah di kandang sapi 0,24 tiap kandangjam. Kepadatan A. annularis istirahat di
dinding dalam rumah tertinggi pada bulan April 0,17 per rumahjam, sedangkan di luar rumah tertinggi pada bulan Maret 0,83 per kandangjam.
Kepadatan populasi A. indefinitus yang istirahat di dinding dalam rumah rata-rata 0,05 ekor tiap rumahjam, di kandang sapi 0,57 ekor tiap kandangjam.
Kepadatan A. indefinitus istirahat di dinding dalam rumah tertinggi pada bulan Maret dan April 0,17 per rumahjam, di kandang sapi tertinggi pada bulan
Maret dan Juni 0,5 per kandangjam. Kepadatan A. barbirostris tertangkap dengan light trap hanya 0,102
ekorjam lebih tinggi dibanding spesies Anopheles lain di Desa Lifuleo. Diikuti A. vagus 0,031 ekorjam. A. subpictus tertangkap dengan light trap hanya 0,023
ekorjam. Selanjutnya A. umbrosus 0,008 ekorjam dan yang teakhir A. annularis 0,003 ekorjam, sedangkan A. indefinitus tidak tertangkap dengan light trap tetapi
banyak tertangkap dengan cara resting collection di sekitar kandang mencapai
44
Gambar 18 Kepadatan Nyamuk Anopheles spp. yang Tertangkap Perangkap Cahaya light trap di Desa Lifuleo, Maret–Juni 2009.
0,57 ekorkandangjam dan hanya sedikit di dinding rumah sebanyak 0,05
ekorrumahjam Gambar 18.
Hasil tersebut berbeda dengan Noor 2002, melaporkan bahwa di Desa Sedayu Purworejo, Jawa Tengah, A. vagus lebih tinggi tingkat kepadatannya yang
tertangkap ligh trap 0,18 ekorjam dibandingkan dengan A. annularis 0,1 ekorjam, A. barbirostris 0,03 ekorjam, A. subpictus 0,03 ekorjam. Effendi
2002, di Kecamatan Kokap, D.I Yogyakarta A. vagus tertangkap light trap 4,75 ekormalam dan A. annularis 0,24 ekormalam.
Bila dibandingkan dengan empat metode penangkapan lainnya yaitu umpan orang dalam dan luar rumah, hinggap di dinding rumah dan kandang sapi,
dengan metode light trap kepadatan Anopheles spp. yang tertangkap jauh lebih sedikit.
4.5
Perilaku Nyamuk Anopheles spp.
Perilaku nyamuk Anopheles spp. dapat dibedakan berdasarkan tempat menggigit yaitu eksofagik dan endofagik. Nyamuk yang eksofagik merupakan
nyamuk yang lebih banyak menggigit di luar rumah, tetapi dapat juga menggigit
45
di dalam rumah namun frekuensinya kecil. Sedangkan nyamuk endofagik adalah nyamuk yang terutama menggigit di dalam rumah, namun bila inang tidak
ditemukan di dalam rumah maka sebagian besar akan mencari inang di luar rumah Soedarto, 1992.
Pengamatan perilaku nyamuk Anopheles dalam menggigit dan mengisap darah sangat penting dalam menentukan spesies yang dapat menularkan penyakit
dan menentukan metode pengendalian yang tepat. Untuk mempelajari kebiasaan nyamuk Anopheles betina menggigit
manusia di dalam dan di luar rumah, telah dilakukan penangkapan nyamuk dengan umpan badan. Perilaku menggigit keenam spesies Anopheles yang
ditemukan di lokasi penelitian, cenderung lebih bersifat eksofagik dari pada endofagik karena berdasarkan jumlah nyamuk lebih dominan ditemukan di luar
rumah dari pada di dalam rumah Tabel 2.
Tabel 3 menunjukkan bahwa A. barbirostris yang merupakan jenis yang paling dominan di Desa Lifuleo Kabupaten Kupang, dan ditemukan menggigit
sepanjang malam, dari pukul 18.00 – 06.00 baik di dalam maupun diluar rumah
Gambar 10 dan 11. Semakin malam nyamuk ini semakin banyak menggigit dan
puncaknya ditemukan menggigit pada tengah malam yaitu di dalam rumah pada pukul 22.00 – 04.00, dan di luar rumah pada pukul 21.00 – 04.00. Data ini
menunjukkan bahwa puncak menggigit A. barbirostris baik di dalam maupun di luar rumah sama.
Adapun A. subpictus yang juga merupakan vektor malaria di NTT kedua
dominan setelah A. barbirostris Tabel 3 ditemukan menggigit sepanjang malam, dari pukul 18.00 – 06.00 baik di dalam dan di luar rumah Gamabr 10 dan 11.
Semakin malam semakin banyak menggigit, dan puncak menggigit di dalam rumah terjadi pada pukul 20.00 – 01.00 dan di luar rumah pada jam 22.00 – 23.00.
Spesies lain yang juga menunjukkan tingkat dominan setelah A.
barbirostris d a n A. subpictus Tabel 3 di Desa Lifuleo tetapi belum
teridentifikasi sebagai vektor malaria di NTT yaitu A. vagus dan A. umbrosus ditemukan menggigit sepanjang malam, dari pukul 18.00 – 06.00 baik di dalam
mapun di luar rumah, dan semakin malam semakin banyak yang menggigit dan menurun pada saat menjelang pagi. Puncak menggigit A. vagus di dalam rumah
46
dan di luar rumah sama pada pukul 22.00 – 23.00. Sedangkan A. umbrosus memiliki dua puncak menggigit di dalam rumah pada pukul 20.00 0 – 21.00 dan
24.00 – 03, sementara di luar rumah pada pukul 22.00 – 23.00. Nyamuk A. annularis d a n A. indefinitus tidak ditemukan menggigit
sepanjang malam dan nyamuk yang tertangkap selama empat bulan masa penelitian hanya sedikit 39 ekor dan 28 ekor, kemudian tidak menunjukkan
adanya dominasi 0 ekororangjam. A. annularis menunjukkan dua puncak menggigit di dalam 23.00 – 24.00 dan 02.00 – 03.00 dan di luar rumah 23.00
24.00 dan 02.00 – 03.00. Puncak menggigit A. indefinitus di dalam rumah terjadi pada pukul 20.00 – 21.00 dan di luar rumah pada pukul 24.00 – 03.00.
Total nyamuk yang tertangkap hinggap resting di dinding dalam rumah sebanyak 1.528 ekor dan di luar rumah kandang sapi 3.091 ekor. Dari hasil
tersebut, terlihat bahwa 62,4 A. barbirostris istirahat di kandang sapi, sedangkan yang di dinding dalam rumah sebanyak 35,55. Hal ini menunjukkan
A. barbirostris lebih senang istirahat di luar rumah eksofilik daripada di dalam rumah endofilik.
Nyamuk A. barbirostris mempunyai kebiasaan masuk ke dalam rumah terlebih dahulu hinggap di dinding, kemudian mengisap darah, tetapi sebagian lagi
kemungkinan langsung mengisap darah manusia. Hal ini terlihat dari 1.102 ekor yang tertangkap di dinding rumah ditemukan sebanyak 83,95 perut dalam
keadaan kosong dan sisanya 6,05 perut berisi darah. Perilaku nyamuk ini sama dengan di Desa Tongoa, Sulawesi Tengah Jastal, 2005 sebagian besar 96,95
yang hinggap di dinding, berada dalam keadaan perut yang kosong. 69,42 nyamuk A. subpictus isrirahat di luar rumah kandang sapi dan
sisanya istirahat di dalam rumah. Berbeda pada spesies yang sama di Kecamatan Tanjung Bunga, Flores Timur, 55,3 lebih banyak yang istirahat di dalam rumah
daripada di luar rumah 44,7 Barodji, 2000. Dari 55,3 nyamuk A. subpictus yang beristirahat di dalam rumah, 37,8 berada dalam keadaan perut yang
kosong dan sisanya 8,5 berisi darah. Di Desa Lifuleo A. subpictus mempunyai perilaku istirahat yang sama dengan A. barbirostris yaitu waktu masuk dalam
rumah, terlebih dahulu hinggap di dinding kemudian mengisap darah 67,31 tetapi ada juga kemungkinan langsung mengisap darah manusia 32,69.
47
Empat spesies lain yang ada di Desa Lifuleo juga lebih banyak yang istirahat di luar rumah yaitu
A. annularis 91,89, A. vagus 80,13, A. umbrosus 84,26 dan A. indefinitus 91,67.
Dari data tersebut menunjukkan nyamuk Anopheles spp. yang terdapat di Desa Lifuleo mempunyai sifat eksofagik dan eksofilik yaitu lebih suka menggigit
di luar rumah dan lebih suka hinggap atau istirahat di luar rumah. Hal ini didukung oleh kondisi di luar rumah, yaitu kebiasaan sebagian masyarakat
setempat yang bekerja pada malam hari, seperti menangkap ikan di kolam yang menjadi tempat perindukan nyamuk A. barbirostris d a n A. subpictus yang
merupakan dua spesies yang dominan di Desa Lifuleo dan menjadi vektor malaria di Nusa Tenggara Timur. Selain itu tidak jauh dari permukiman banyak ditemukan
semak belukar, hutan bakau yang dapat menjadi tempat istirahat nyamuk Anopheles spp.
4.6
Habitat Larva Anopheles spp.
Hasil pengamatan habitat yang dilakukan pada pagi hari selama penangkapan berlangsung di Desa Lifuleo Kecamatan Kupang Barat,
menunjukkan adanya larva Anopheles yang ditemukan di kolam ikan dan rawa-
rawa Tabel 8 dan Gambar 19a – 19d.
Larva A. barbirostris berkembang biak dengan baik di kolam ikan yang terdapat lumut dan terlindung dari sinar matahari langsung dengan pH air 6,42 –
7,44 dan salinitas 2,8‰ – 4,3‰, disamping itu juga di temukan di daerah rawa- rawa dengan pH 7,23 dan salinitas 1,5‰. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Garjito et al. 2004 di wilayah pantai timur Kabupaten Parigi Muotong, Sulawesi Tengah bahwa A. barbirostris berkembang biak di air jernih ataupun keruh, air
berhenti maupun sedikit mengalir, tempat yang teduh maupun tempat yang kena sinar mata hari langsung, dan di Sukabumi larva nyamuk ini ditemukan pada
habitat dengan pH 5 – 9 dan salinitas 0 – 4 ‰ Stoops et al., 2007. Demikian juga dengan A. subpictus ditemukan di habitat yang sama
dengan A. barbirostris yaitu kolam ikan dan rawa-rawa yang tersebar luas di sekitar perkampungan penduduk, hasil ini sama dengan di Pulau Pari Kepulauan
48
Seribu larva A. subpictus terdapat pada kolam perendaman rumput laut dan sumur
Tabel 8 Habitat Larva Anopheles spp. di Desa Lifuleo Kecamatan Kupang Barat, Maret – Juni 2009
Jenis habitat pH air
Salinitas ‰
Sifat dan Kondisi habitat
Spesies Anopheles
Kolam bandeng 6 – 8
7,06 2 – 3
2,8 Permanen, terlindung
pohon, berlumut A. barbirostris,
A. umbrosus, A. subpictus
Kolam mujair 1 5 – 9
7,44 2 – 4
3,2 Permanen, terlindung
pohon, berlumut A. barbirostris,
A. umbrosus, A. subpictus
Kolam mujai 2 6 – 8
6,42 2 – 5
4,3 Permanen, terlindung
pohon, berlumut A. barbirostris,
A. umbrosus, A. subpictus
Lagun 6 – 8
6,20 36 - 38
37,2 Semi Permanen,
terkena sinar matahari langsung
Tidak ditemukan larva Anopheles
Rawa-rawa 6 – 7
7,23 1 - 2
1,5 Semi permanen, awal
Mei tidak terdapat air A. vagus, A. annularis,
A. indefinites, A. barbirostris
A. subpictus
dangkal yang dinaungi tumbuhan semak dan pohon waru dengan pH 7 dan salinitas 0 – 9 ‰ Ariati et al., 2007. Selain itu, di Lombok, Nusa Tenggara Barat
Sukowati 2001 melaporkan bahwa tambak kolam ikan yang di sekitarnya ditumbuhi oleh alga, lumut dan rumput dengan salinitas 5 ‰ – 35 ‰ menjadi
habitat larva A. subpictus.
Larva A. umbrosus hanya ditemukan di kolam ikan Tabel 8 dan Gambar 19a – 19c , sedangkan larva A. annularis, A. vagus, d a n A. indefinitus hanya
ditemukan di rawa-rawa Tabel 8 dan Gambar 19d.
Habitat larva Anopheles yang terdapat di Desa Lifuleo Kecamatan Kupang Barat terdiri dari habitat permanen dan semi permanen yaitu kolam ikan bandeng
dan mujair bersifat permanen merupakan habitat dari A. barbirostris dan A. subpictus. Sedangkan yang semi permanen adalah rawa-rawa menjadi habitat
larva Anopheles hanya pada musim hujan dan saat musim kemarau rawa-rawa menjadi kering. Di samping kolam dan rawa-rawa juga terdapat lagun, tetapi pada
saat pengamatan tidak ditemukan larva Anopheles, hal ini mungkin disebabkan oleh salinitasnya yang sangat tinggi yaitu 37.2‰.
49
a. Kolam Bandeng b. Kolam Mujair 1
c. Kolam Mujair 2 d. Rawa-rawa
Gambar 19 Habitat Larva Anopheles spp. di Desa Lifuleo Kecamatan Kupang Barat, Maret – Juni 2009.
Larva A. barbirostris dan A. subpictus selalu ditemukan sepanjang bulan pada kolam ikan, sedangkan di rawa-rawa ditemukan hanya pada musim hujan
Maret – April. Letak habitat spesies Anopheles ini tidak jauh dari kandang sapi dan permukiman penduduk.
Kondisi kolam ikan bandeng dan mujair yang menjadi habitat Anopheles spp. di Desa Lifuleo terlindung dari sinar matahari karena di bawah naungan
hutan mangrove hutan bakau. Hal ini sangat cocok sebagai habitat A. umbrosus yang tergolong nyamuk hutan dan tempat berkembang biaknya di genangan-
genangan air tidak mengalir di dalam hutan yang terlindung dari sinar mata hari langsung.
Di Desa Lifuleo A. barbirostris dan A. subpictus ditemukan pada dua jenis habitat yaitu rawa-rawa dan kolam ikan mujair dan bandeng. Hal ini sama
dengan di Sulawesi Tengah larva nyamuk malaria A. barbirostris terdapat pada
50
dataran rendah, perbukitan dan pegunungan sawah, kobakan air tawar, mata air, kolam ikan tawar, saluranselokan dan rawa-rawa, A. subpictus di empang
kolam ikan dan rawa-rawa Jastal et al., 2001. Berbeda dengan di daerah pantai Banyuwangi, larva A. barbirostris ditemukan di habitat lagun, kobakan, dan mata
air. A. vagus terdapat di lagun dan kobakan, sedangkan A. subpictus ditemukan hanya di mata air Sinta et al., 2003
Sifat habitat nyamuk Anopheles spp. di Desa Lifuleo yang bersifat permanen kolam ikan selalu ada sepanjang tahun menyebabkan nyamuk yang
menjadikannya sebagai habitat seperti A. barbirostris dan A. subpictus yang merupakan vektor malaria di NTT juga akan ada sepanjang tahun sehingga dapat
mengakibatkan kasus malaria akan ada setiap tahun di Desa Lifuleo.
51
5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan