1
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
World Health Organization WHO, 1995 menyatakan bahwa malaria merupakan salah satu penyakit yang dikategorikan berbahaya di dunia, setiap
tahunnya tercatat 300 sampai 500 juta kasus klinis malaria dan kematian 2,7 juta terutama pada anak-anak.
Di Indonesia malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Malaria dapat menurunkan status kesehatan, produktivitas penduduk sehingga
menjadi hambatan penting untuk pembangunan sosial dan ekonomi. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga SKRT tahun 1995, di
perkirakan 15 juta penduduk terkena malaria, terjadi kematian pada dua persen dari total penderita malaria. Pada tahun 1999 secara nasional angka
kesakitan malaria di luar Jawa – Bali, di antaranya Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah sebesar 31,48 per seribu penduduk Depkes, 2001a.
Malaria di Provinsi Nusa Tenggara Timur NTT menempati ranking tertinggi nasional. Data Survei Kesehatan Nasional tahun 2001 menunjukkan
bahwa NTT memiliki angka kesakitan malaria 150 per 1.000 orang per tahun, diikuti oleh Papua 63,91 kasus per 1.000 penduduk per tahun Depkes,
2001b. Data Sistem Surveilans Terpadu SST tahun 2004 menempatkan penyakit malaria pada ranking pertama di NTT, 70 penderita rawat jalan di
Puskesmas dan Rumah Sakit Umum RSU di Provinsi NTT adalah penderita malaria. Besarnya AMI di provinsi ini selama lima tahun berturut-turut sejak
2004 hingga 2008 adalah 168
o o o
, 167
o oo
, 145
o oo
, 119
o oo
, dan 83
o oo
Dinkes Prov. NTT 2009. Berdasarkan data kasus malaria dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Kupang tahun 2009, Kabupaten Kupang mempunyai kasus malaria klinis atau AMI selama lima tahun berturut adalah 214
o o o
tahun 2004, 151
o oo
tahun 2005, 183
o oo
tahun 2006, 88
o oo
tahun 2007, dan 118
o o o
tahun 2008. Kabupaten ini memiliki 22 kecamatan yaitu Amabi Oefeto Timur, Amarasi,
Amarasi Barat Daya, Amfoang Barat Laut, Amfoang Selatan, Amfoang Utara,
2
Fatuleu, Hawu Mahera, Kupang Barat, Kupang Tengah, Kupang Timur, Liae, Nekamese, Raijua, Sabu Barat, Sabu Timur, Semau, Sulamu, dan Takari.
Kecamatan Kupang Barat merupakan wilayah kerja Puskesmas Batakte. Kasus malaria klinis atau AMI selama empat tahun berturut di Kecamatan
Kupang Barat menunjukkan terjadinya penurunan yaitu 174
o oo
tahun 2005, 9 6
o oo
tahun 2006, 63
o oo
tahun 2007, dan 53
o oo
tahun 2008. Kecamatan Kupang Barat memiliki 12 desa dan salah satu desa di kecamatan ini adalah
Desa Lifuleo. Berdasarkan data malaria dari Puskesmas Batakte tahun 2009, Desa Lifuleo merupakan wilayah tertinggi angka AMI dibandingkan
terhadap 11 desa lainnya yang berada dalam Kecamatan Kupang Barat dan mengalami peningkatan kasus pada tiga tahun terakhir yaitu 96
o oo
tahun 2006, 165
o oo
pada tahun 2007, dan 226
o oo
tahun 2008 Puskesmas Batakte, 2009.
Malaria disebabkan oleh Plasmodium spp. dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles spp. dari orang yang sakit atau terinfeksi Plasmodium spp. kepada
orang yang sehat. Upaya pengendalian nyamuk Anopheles spp. yang merupakan vektor penyakit ini perlu dilakukan selain dengan cara pengobatan
terhadap penderita. Hal ini merupakan usaha yang penting untuk menurunkan kasus malaria. Program pengendalian malaria sudah dilaksanakan cukup lama
di NTT dengan biaya yang dikeluarkan sangat besar tetapi sampai saat ini belum memberikan hasil yang optimal, terlihat dari angka kesakitan yang
masih tinggi, bahkan cenderung meningkat setiap tahunnya. Pelaksanaan pengendalian vektor akan rasional, efektif dan efisien,
apabila didukung oleh informasi mengenai vektornya perilaku, distribusi dan musim penularan. Penguasaan bionomik vektor sangat diperlukan dalam
perencanaan pengendalian vektor, dan akan memberikan hasil yang maksimal, apabila ada kesesuaian antara perilaku vektor yang menjadi
sasaran dengan metode pengendalian yang diterapkan. Informasi mengenai hal tersebut sampai saat ini, terutama di Kabupaten Kupang dirasakan masih
kurang. Oleh karena itu studi perilaku nyamuk malaria di Kabupaten Kupang NTT sangat perlu dilakukan.
3
1.2 Tujuan