Gambar 5. Alur pemetaan sebaran sagu Peta lahan sebaran sagu menjadi peta lapang tentang sebaran
tanaman sagu untuk rencanakan lokasi petak pengamatan saat survei tegakan tanaman sagu dilakukan.
2. Survei
Survei terdiri dari: a pengamatan keragaman tanaman sagu, dan b wawancara responden.
a Pengamatan keragaman tanaman sagu Pengamatan keragaman tanaman sagu dilakukan untuk mengetahui
potensi tegakan dan kerapatan tanaman sagu berdasarkan peta lahan sebaran sagu yang dibuat pada tahap persiapan. Setiap sebaran sagu
dibuat 4 petak pengamatan berukuran 15 m x 15 m. Penempatan petak pengamatan mewakili keragaman sagu yang ada dengan pertimbangan
kemudahan dijangkau. Data yang dikumpulkan meliputi tipe sagu dusun sagu, atau dusun sagu campuran, potensi tegakan tegakan siap panen,
kerapatan rumpun, jenis sagu dan deskripsi kondisi lingkungan tumbuh. b Wawancara responden
Wawancara dilakukan untuk mengetahui sebaran jenis sagu dan pemanfaatan hutan sagu oleh masyarakat sekitar lokasi penelitian. Data yang
dikumpulkan meliputi jenis pemanfaatan dan intensitas pemanfaatannya. Untuk memudahkan dalam menentukan intensitas pemanfaatan dibuat kelas
pemanfaatan Tabel 6. Pemilihan responden berasal dari kampung yang berada di kawasan tanaman sagu. Data tersebut diperoleh melalui wawancara
terhadap responden yang ditemui di kampung maupun di lahan sagu.
Studi literatur
Informasi masyarakatdinas
Pengecekan lapang penentuan lokasi
Sebaran sagu Interpretasi dari
Citra GeoEye
Wawancara juga dilakukan untuk memastikan penyebaran tipe sagu yang ada di lapang sesuai pengetahuan masyarakat dengan bantuan peta
lahan sebaran sagu. Hal ini dilakukan untuk memudahkan mendelineasi sebaran tipe sagu selain dari pengamatan lapang titik GPS dan analisis
visual citra. Tabel 6. Kelas intensitas pemanfaatan hutan sagu
Kelas Kriteria
Sangat Tinggi : Jika lebih dari 75 jumlah penduduk memanfaatkan
hutan sagu Tinggi
: Jika sebesar 51-75 jumlah penduduk memanfaatkan hutan sagu
Menengah : Jika sebesar 26-50 jumlah penduduk memanfaatkan
hutan sagu Rendah
: Jika sebesar 1-25 jumlah penduduk memanfaatkan hutan sagu
Sangat Rendah : Jika tidak terdapat penduduk yang memanfaatkan hutan
sagu
Sumber: Modifikasi dari Genting Oil Kasuri 2009
3. Analisis Data
Analisis data meliputi: a pemetaan kawasan sagu; b proyeksi kebutuhan lahan sagu; c pemetaan arahan pengembangan pertanian
pangan sagu; dan d identifikasi dan pemetaan lahan potensial untuk LP2B, LCP2B dan KP2B
a. Pemetaan kawasan sagu Pemetaan kawasan sagu diperlukan untuk mendapatkan
informasi tentang lahan-lahan sagu khususnya yang telah berproduksi dimanfaatkan untuk menghasilkan pangan sagu. Dilakukan dengan
mendetailkan peta sebaran sagu yang dibuat pada tahapan sebelumnya tahap persiapan dengan data hasil survei dengan memasukkan data
atribut tentang tipe sebaran sagu, rumpun, tegakan siap panen dan pemanfaatan Gambar 6. Pemetaan tipe sebaran sagu mengacu
klasifikasi tipe sebaran sagu oleh Matanubun et al. 2008, yakni dusun sagu, dusun sagu campuran, hutan sagu, hutan sagu campuran dan rawa
sagu. Dusun sagu merupakan hutan sagu yang telah dimanfaatkan atau dikelola oleh masyarakat. Rawa sagu adalah rawa permanen yang
ditumbuhi sagu. Hutan sagu adalah hamparan hutan yang ditumbuhi sagu sagu 80
– 100 dan diselingi pohon hutan lainnya. Hutan sagu