Pemetaan ketersediaan lahan sagu arahan pengembangan pertanian pangan sagu

c. Pemetaan ketersediaan lahan sagu arahan pengembangan pertanian pangan sagu

Penyusunan peta ketersediaan lahan sagu untuk mengetahui dimana lokasi yang sesuai berdasarkan aspek fisik dan spasial untuk pengembangan pertanian pangan termasuk lahan yang bervegetasi sagu maupun yang tidak bervegetasi sagu. Pembuatan peta tersebut menggunakan software ArcGIS 9.3 dilakukan dengan mengoverlay peta kesesuaian lahan, peta RTRW dan peta penggunaan lahan Gambar 8 dan Tabel 7. Identifikasi kesesuaian lahan sagu termasuk lahan bervegetasi sagu dilakukan dengan proses tumpangtindih overlay terhadap peta-peta tematik yang ada yaitu: peta kemiringan lereng, peta kedalam air tanah tanah dan peta ketinggian tempat Gambar 6 untuk mendapatkan lahan yang sesuai untuk sagu. Langkah-langkah penyusunan data spasial lahan sagu potensial berdasarkan studi literatur melalui pendekatan dari berbagai sumber karena belum tersedianya kriteria baku penilaian kesesuaian lahan sagu. Kriteria tempat tumbuh sagu menurut Notohadiprawiro dan Louhenapessy 1992 yakni ketinggian idealnya 400 m dpl walaupun dapat tumbuh hingga 700 m dpl. Sagu tumbuh di antara tanah-tanah mineral dan gambut yang berada di dataran rawa, pasang surut, dataran banjir, cekungan dan lembah sungai. Hampir semua jenis tanah ditumbuhi sagu dengan syarat kedalaman air tanah 100 cm atau tidak tergenang permanen. Oleh karena itu, tempat tumbuh sagu sangat ditentukan oleh kedalaman air tanah bukan jenis tanah. Kedalaman air tanah diperoleh dari peta landsystem. Terkait dengan kedalaman air tanah tersebut maka tempat tumbuh sagu diasumsikan pada kemiringan lereng 2 . Berdasarkan hal di atas dibuat kelas kesesuaian dengan tumpangtindih peta kemiringan lereng, ketinggian tempat, kedalaman air tanah yang klasifikasikan menjadi sesuai dan tidak sesuai. - Peta kemiringan lereng diperoleh dari Citra Aster Gdem diklasifikasikan menjadi dua yakni sesuai: 0-2 dan tidak sesuai 2 - Peta ketinggian tempat dari Citra Aster Gdem diklasifikasikan menjadi 2 ketinggian tempat yakni sesuai: 0 - 400 m dpl dan tidak sesuai 400 m dpl. Ketersediaan lahan RTRW Penggunaan lahan Arahan pengembangan Ketinggian tempat Kedalaman air tanah Kesesuaian lahan sagu Kemiringan lereng - Dari peta landsystem diekstrak kedalaman air tanah dan diklasifikasikan menjadi 2 yakni sesuai: 100 cm dan tidak sesuai 100 cm. Gambar 8. Alur pemetaan ketersediaan lahan Tabel 7. Penentuan arahan pengembangan Kesesuaian lahan RTRW Penggunaan lahan Kategori Sesuai Kawasan budidaya pertanian campuran dan budidaya Hutan, semak, lahan pertanian, lahan terbuka Lahan tersedia Sesuai Kawasan budidaya pertanian campuran dan budidaya Areal terbangun pemukiman, bandara Tidak tersedia Sesuai dan tidak sesuai Kawasan budidaya non pertanian pemukiman, industri, pertambangan dan kawasan lindung hutan lindung dan sempadan danau Hutan, semak, lahan pertanian, lahan terbuka, areal terbangun pemukiman, bandara Bukan arahan Peta kesesuaian lahan dioverlay dengan peta RTRW untuk mendapatkan peta arahan pengunaan lahan. Peta arahan penggunaan lahan menginformasikan tentang keberadaan lahan-lahan sesuai yang di kawasan lindung dan budidaya. Setelah itu, peta arahan pengembangan dioverlay lagi peta penggunaan lahan untuk mendapatkan peta ketersediaan lahan. Peta penggunaan lahan dibuat dengan mendelineasi penggunaantutupan lahan di lokasi penelitian secara visual menggunakan citra GeoEye dari Google Earth. Peta ketersediaan lahan menginformasikan penggunaannya lahan-lahan arahan pengembangan saat ini.

d. Identifikasi dan pemetaan lahan potensial untuk LP2B, LCP2B dan KP2B