Peranan Perencanaan Pajak untuk Meminimalkan Pajak Terutang (Studi Kasus pada PT.X).

(1)

ABSTRACT

One source of funding state comes from taxes. Tax is a compulsory fee for every citizen. For taxpayers, the tax is a burden. Taxpayers can minimize the tax burden by making tax planning. Tax planning is the structuring of action related to the potential tax consequences. Tax planning was instrumental in minimizing the tax payable. This research was conducted to determine the role of tax planning at PT. X is done legally so as not to harm the state and the company. The method used by the author in the research is descriptive method with a case study approach, where the hypothesis of the questionnaire questions about the role of corporate tax planning. The results showed that tax planning is very involved in the income tax to be paid company. Where before companies adopt tax planning, income taxes paid amounted to Rp 1.465.149.059 greater than after applying the tax planning to Rp 1.319.017.648.


(2)

ABSTRAK

Salah satu sumber pendanaan negara berasal dari pajak. Pajak merupakan iuran yang bersifat wajib bagi setiap warga negara. Bagi Wajib Pajak, pajak merupakan beban. Wajib Pajak dapat meminimalkan beban pajak dengan melakukan perencanaan pajak. Perencanaan pajak adalah tindakan penstrukturan yang terkait dengan konsekuensi potensi pajaknya. Perencanaan pajak sangat berperan dalam meminimalkan pajak terutang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peranan perencanaan pajak pada PT. X yang dilakukan secara legal agar tidak merugikan negara dan perusahaan. Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian yaitu metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus, dimana hipotesanya berupa pertanyaan kuesioner tentang peranan perencanaan pajak dalam perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan pajak sangat berperan dalam pajak penghasilan yang harus dibayar perusahaan. Dimana sebelum perusahaan menerapkan perencanaan pajak, pajak penghasilan yang dibayar sebesar Rp 1.465.149.059 lebih besar jika dibandingkan setelah menerapkan perencanaan pajak menjadi Rp 1.319.017.648.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………... i

LEMBAR PENGESAHAN………. ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI………. iii

KATA PENGANTAR……… iv

ABSTRACT………. vi

ABSTRAK………... vii

DAFTAR ISI……….. viii

DAFTAR GAMBAR ………. xii

DAFTAR TABEL ……….... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ……….. ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian………... 1

1.2. Identifikasi Masalah……… 5

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian……….. 5

1.4. Kegunaan Penelitian... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Pengertian pajak……….... 7


(4)

2.1.2. Fungsi Pajak………... 10

2.1.3. Jenis Pajak………. 12

2.1.4. Hukum Pajak………... 15

2.1.5. Asas Pemungutan Pajak………... 16

2.1.6. Sistem Pemungutan Pajak... 17

2.1.7. Cara Pemungutan Pajak……….. 19

2.2. Pajak Penghasilan... 20

2.2.1. Subjek Pajak………... 21

2.2.2. Subjek Pajak yang Dikecualikan……… 25

2.2.3. Objek Pajak………... 26

2.2.4. Penghasilan Tidak Kena Pajak……….... 27

2.2.5. Tarif Pajak………. 27

2.3. Konsep Penghasilan dan Beban Menurut Standar Akuntansi Keuangan………... 28

2.4. Konsep Penghasilan dan Beban Menurut Peraturan Perpajakan………. 30

2.4.1. Penghasilan yang Menjadi Objek Pajak……….. 31

2.4.2. Penghasilan yang Dikenai Pajak Final... 33

2.4.3. Penghasilan yang Tidak Termasuk Objek Pajak ... 34

2.4.4. Biaya yang Boleh Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto……….. 37

2.4.5. Biaya yang Tidak Boleh Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto………..… 38


(5)

2.5. Penyusutan Aktiva Tetap……… 41

2.5.1. Karakteristik dari Aset yang Dapat Disusutkan………. 42

2.5.2. Penyusutan Berdasarkan Peraturan Perpajakan…….. 44

2.5.2.1. Saat Mulainya Penyusutan Fiskal………45

2.5.3. Penyusutan Berdasarkan SAK………..45

2.5.4. Pengelompokkan Harta Berwujud………... 47

2.6. Manajemen Pajak……… 48

2.7. Pengertian Perencanaan pajak………... 49

2.7.1. Penghindaran Pajak versus Penyelundupan Pajak….. 50

2.7.2. Tahapan Dalam Membuat Perencanaan Pajak………. 52

2.7.2.1. Menganalisis Informasi yang Ada…………. 52

2.7.2.2. Buat Satu Model atau Lebih Rencana Besarnya Pajak……….……….. 55

2.7.2.3. Evaluasi Atas Perencanaan Pajak…………. 56

2.7.2.4. Mencari Kelemahan dan Kemudian Memperbaiki Kembali Rencana Pajak……. 57

2.7.2.5. Memutakhirkan Rencana Pajak……… 58

2.8. Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis………… 58

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian……… 61

3.1.1.Sejarah Singkat Perusahaan………... 61

3.1.2. Struktur Organisasi PT. X dan Uraian Tugas………… 62

3.2. Metode Penelitian………..65


(6)

3.2.2. Teknik Pengumpulan Data……… 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Alasan-Alasan Perusahaan Harus Melakukan Perencanaan Pajak………... 73

4.2. Perencanaan Pajak……….. 73

4.2.1. Penerapan Perencanaan Pajak……….. 74

4.3. Pajak Penghasilan Badan yang Dibayarkan Sebelum Penerapan Perencanaan Pajak………... 79

4.4. Pajak Penghasilan Badan yang Dibayarkan Sesudah Penerapan Perencanaan Pajak………... 81

4.5. Pengaruh Perencanaan Pajak terhadap PPh Badan………… 83

4.6. Pengujian Hipotesis……….. 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ……….. 86

5.2. Saran………. 87

DAFTAR PUSTAKA………. 88

LAMPIRAN………. 89


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

Gambar2.1. Kerangka Pemikiran 59

Gambar 3.1. Struktur Organisasi 63 Gambar 3.2. Skema Metodologi Penelitian 67


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1. Tarif Pajak Penghasilan Berdasarkan Lapisan

Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi 28 Tabel 2.2. Pengelompokan dan Tarif Penyusutan Harta Berwujud 47 Tabel 3.1. Operasional Variabel 68 Tabel 4.1. Perhitungan Pajak Penghasilan Karyawan 76 Tabel 4.2. Perhitungan Penghasilan Tidak Kena Pajak 77 Tabel 4.3. Laporan Laba Rugi Sebelum

Penerapan Perencanaan Pajak PT. X 79 Tabel 4.4. Laporan Laba Rugi Setelah


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Kuesioner Tentang Peranan Perencanaan Pajak

Untuk Meminimalkan Pajak Terutang 90 Lampiran 2 Buku Besar PT. X 95 Lampiran 3 Daftar Gaji Pokok dan Tunjangan 99


(10)

BAB I PENDAHULUAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Pajak merupakan sumber penerimaan bagi negara. Pemungutan pajak sudah ada sejak dahulu, berupa pemberian upeti kepada raja sebagai wujud rasa hormat namun sekarang pemungutan pajak diatur didalam undang-undang yang mewajibkan semua masyarakat membayar pajak.

Hal-hal yang melekat pada pengertian pajak:

1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

2. Sifatnya dapat dipaksakan. Jika ada yang melanggar peraturan perpajakan maka akan ada sanksi.

3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pemungutan pajak tidak boleh dilakukan pihak swasta yang orientasinya adalah keuntungan.

4. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.

Dari segi ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber ekonomi dari sektor privat ke sektor publik. Pemindahan sumber daya tersebut akan mempengaruhi daya beli atau kemampuan belanja dari sektor privat. Agar tidak terjadi gangguan yang serius terhadap jalannya perusahaan, maka pemenuhan kewajiban perpajakan harus dikelola dengan baik.


(11)

BAB I PENDAHULUAN 2

Bagi negara, pajak merupakan sumber penerimaan penting untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan sedangkan bagi Wajib Pajak ingin membayar pajak serendah mungkin karena pajak merupakan beban yang akan mengurangi laba bersih sehingga wajib pajak berpikir bagaimana mengefisiensikan beban pajak atau berusaha menghindari pajak terhutang yang harus dibayar atau disetor.

Adanya perbedaan kepentingan ini menyebabkan Wajib Pajak cenderung untuk mengurangi jumlah pembayaran, baik secara legal maupun ilegal. Ini tidak terjadi pada perusahaan domestik saja tetapi perusahaan multinasional pun berusaha meminimalkan pajak.

Beberapa faktor yang memotivasi wajib pajak untuk melakukan penghematan pajak secara ilegal, yaitu:

a. Tax required to pay, besarnya jumlah pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak.

Semakin besar pajak yang harus dibayar semakin besar pula kecenderungan wajib pajak untuk melakukan pelanggaran.

b. Cost of bribe, biaya untuk menyuap diskus. Semakin kecil biaya untuk menyuap

fiskus semakin besar pula kecenderungan Wajib Pajak untuk melakukan pelanggaran.

c. Probability of detection, semakin kecil kemungkinan suatu pelanggaran

terdeteksi, semakin besar kecenderungan wajib pajak untuk melakukan pelanggaran.

d. Size of penalty, semakin ringan sanksi yang dikenakan terhadap pelanggaran,

semakin besar kecenderungan Wajib Pajak untuk melakukan pelanggaran.

Cara yang melanggar peraturan perpajakan disebut tax evasion dan yang memenuhi peraturan perpajakan sering disebut tax avoidance. Tax avoidance atau


(12)

BAB I PENDAHULUAN 3

penghindaran pajak yaitu usaha Wajib Pajak untuk menghindari pajak secara legal (dengan memanfaatkan kelemahan undang-undang) seperti memanfaatkan pengecualian dan potongan yang diperkenankan maupun memanfaatkan kelemahan-kelemahan ketentuan perpajakan suatu negara. Tax evasion atau penggelapan pajak yaitu pengurangan pajak yang dilakukan dengan cara melanggar peraturan perpajakan.

Pada dasarnya, Wajib Pajak selalu berusaha menekan pajak sekecil mungkin dan menunda pembayaran pajak selambat mungkin sebatas masih diperkenankan peraturan perpajakan. Menekan pajak dapat dilakukan dengan menekan penghasilan atau memperbesar biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan sehingga penghasilan kena pajak menurun atau memanfaatkan hal-hal yang belum diatur dalam peraturan perpajakan. Usaha penundaan pembayaran pajak selambat mungkin dilakukan dengan memanfaatkan peraturan perpajakan yang ada.

Upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui manajemen pajak. Manajemen pajak merupakan bagian dari manajemen keuangan. Manajemen keuangan adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva. Oleh karena itu, fungsi pembuatan keputusan manajemen keuangan dapat di bagi tiga, yaitu keputusan yang berkaitan dengan investasi, pendanaan, dan aktiva.

Manajemen keuangan yang efisien membutuhkan suatu tujuan dan sasaran yang akan digunakan sebagai patokan dalam memberikan penilaian atas efisiensi keputusan keuangan. Dengan demikian tujuan manajemen pajak harus sejalan dengan tujuan manajemen keuangan, yaitu memperoleh likuiditas dan laba yang memadai.


(13)

BAB I PENDAHULUAN 4

Manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Namun perlu diingat bahwa legalitas manajemen pajak tergantung dari instrumen yang dipakai.

Langkah awal dalam manajemen pajak adalah perencanaan pajak. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya penekanan perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak. Hal ini dapat dilihat dari dua definisi perencanaan pajak dibawah ini:

a. Tax planning is the systematic analysis of deferring tax options aimed at the

minimization of tax liability in current and future tax period (Crumbley D.larry, friedman Jack P., Anders Susan B.:1994).

b. Tax planning is arrangements of a person’s business and/or private affairs in

order to minimize tax liability (Lyons Susan M.:1996).

Tujuan perencanaan pajak adalah merekayasa agar beban pajak (tax burden) dapat ditekan serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada tetapi berbeda dengan tujuan pembuat undang-undang, maka perencanaan pajak disini sama dengan tax avoidance karena secara hakikat ekonomis keduanya berusaha untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak karena pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia baik untuk dibagikan kepada pemegang saham maupun untuk diinvestasikan kembali.


(14)

BAB I PENDAHULUAN 5

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Peranan perencanaan pajak untuk meminimalkan pajak terutang"

1.2. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perusahaan menjalankan perencanaan pajak?

2. Sejauh mana peranan perencanaan pajak untuk meminimalkan pajak terutang?

1.3.

Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian adalah untuk mengumpulkan data-data yang akan dijadikan bahan penulisan skripsi. Tujuan penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana perusahaan melaksanakan perencanaan pajak. 2. Untuk mengetahui sejauh mana peranan perencanaan pajak dalam meminimalkan

pajak terutang.

1.4. Kegunaan penelitian

Dari penelitian ini diharapkan akan memperoleh informasi yang dapat bermanfaat bagi:

1. Penulis

Sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian Sarjana Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha dan untuk


(15)

BAB I PENDAHULUAN 6

memperluas wawasan penulis mengenai perpajakan khususnya mengenai perencanaan pajak dan ketaatan terhadap peraturan pajak.

2. Perusahaan

Diharapkan dapat memberi masukan yang mungkin berguna bagi perusahaan dalam meminimalkan pajak terhutang yang diperbolehkan dalam peraturan perpajakan

3. Masyarakat kampus

Diharapkan skripsi ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk meneliti lebih jauh mengenai perencanaan pajak. Bagi pembaca, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai perencanaan pajak.


(16)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis pada PT.X maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1) Setelah evaluasi atas perhitungan PPh pada perusahaan, maka usulan perencanaan pajak yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah:

a) Mengubah karakteristik biaya yang semula biaya makan menjadi tunjangan makan yang diberikan perusahaan kepada karyawannya, dimana biaya makan ini tidak boleh dibebankan oleh perusahaan karena sifatnya natura. Sehingga biaya makan dioptimalkan dengan cara menjadikannya tunjangan makan bagi karyawan, maka tunjangan makan ini akan menambah penghasilan karyawan sehingga boleh dibebankan oleh perusahaan.

b) Mengubah karakteristik biaya yang semula biaya pengobatan menjadi tunjangan kesehatan dengan peraturan perpajakan yang ada. Biaya pengobatan tidak boleh dibebankan oleh perusahaan. Tunjangan kesehatan yang diberikan akan menambah penghasilan karyawan, maka boleh dibebankan oleh perusahaan.

c) Memberikan asuransi kecelakaan pada karyawan. Asuransi kecelakaan yang diberikan kepada karyawan dapat dijadikan beban oleh perusahaan.

d) Biaya voucher HP yang digunakan oleh perusahaan dapat dibebankan sebesar 50%.


(17)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 87

e) Biaya entertainment dapat dibebankan sebagai biaya jika perusahaan mempunyai daftar nominatifnya.

2) Selisih yang terjadi setelah menerapkan perencanaan pajak merupakan penghematan pajak yang dapat diperoleh oleh perusahaan. Dimana sebelum penerapan perencanaan pajak, pajak penghasilan yang harus dibayar perusahaan adalah Rp1.465.149.059, dan setelah perencanaan pajak menjadi Rp 1.319.017.648. Penghematan pajak penghasilannya sebesar Rp 146.131.411.

5.2. Saran

1. Dari kesimpulan diatas, sebaiknya perusahaan lebih memahami dan memaksimalkan biaya-biaya yang diperbolehkan oleh Peraturan Perpajakan yang ada sehingga biaya-biaya yang semula tidak boleh dikurangkan dalam perhitungan Penghasilan Kena Pajak dapat menjadi pengurang dalam perhitungan Penghasilan Kena Pajak Perusahaan. 2. Sebaiknya Pajak Penghasilan pasal 21 karyawan ditanggung oleh

perusahaan sehingga Pajak penghasilan yang dibayar oleh perusahaan menjadi lebih kecil.


(18)

DAFTAR PUSTAKA

Erly Suandy. 2008. Perencanaan Pajak. Edisi Empat. Salemba Empat, Jakarta. Muhammad Zain. 2003. Manajemen Pajak. Edisi Pertama. Salemba Empat, Jakarta. Waluyo dan Wirawan B. Ilyas. 2003. Perpajakan Indonesia. Edisi Revisi. Salemba

Empat, Jakarta

Siti Resmi. 2007. Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi Tiga. Salemba Empat, Jakarta Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan Republik Indonesia. 2008. Susunan

Dalam Satu Naskah dari Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 UU PPh,Jakarta Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 1995. Standar Akuntansi Keuangan, Buku Satu.

Salemba Empat, Jakarta

Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan Republik Indonesia. 2007. Susunan Dalam Satu Naskah dari Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 UU KUP,Jakarta


(1)

BAB I PENDAHULUAN 4

Manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Namun perlu diingat bahwa legalitas manajemen pajak tergantung dari instrumen yang dipakai.

Langkah awal dalam manajemen pajak adalah perencanaan pajak. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya penekanan perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak. Hal ini dapat dilihat dari dua definisi perencanaan pajak dibawah ini:

a. Tax planning is the systematic analysis of deferring tax options aimed at the minimization of tax liability in current and future tax period (Crumbley D.larry, friedman Jack P., Anders Susan B.:1994).

b. Tax planning is arrangements of a person’s business and/or private affairs in order to minimize tax liability (Lyons Susan M.:1996).

Tujuan perencanaan pajak adalah merekayasa agar beban pajak (tax burden) dapat ditekan serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada tetapi berbeda dengan tujuan pembuat undang-undang, maka perencanaan pajak disini sama dengan tax avoidance karena secara hakikat ekonomis keduanya berusaha untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak karena pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia baik untuk dibagikan kepada pemegang saham maupun untuk diinvestasikan kembali.


(2)

BAB I PENDAHULUAN 5

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Peranan perencanaan pajak untuk meminimalkan pajak terutang"

1.2. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perusahaan menjalankan perencanaan pajak?

2. Sejauh mana peranan perencanaan pajak untuk meminimalkan pajak terutang?

1.3.

Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian adalah untuk mengumpulkan data-data yang akan dijadikan bahan penulisan skripsi. Tujuan penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana perusahaan melaksanakan perencanaan pajak. 2. Untuk mengetahui sejauh mana peranan perencanaan pajak dalam meminimalkan

pajak terutang.

1.4. Kegunaan penelitian

Dari penelitian ini diharapkan akan memperoleh informasi yang dapat bermanfaat bagi:

1. Penulis

Sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian Sarjana Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha dan untuk


(3)

BAB I PENDAHULUAN 6

memperluas wawasan penulis mengenai perpajakan khususnya mengenai perencanaan pajak dan ketaatan terhadap peraturan pajak.

2. Perusahaan

Diharapkan dapat memberi masukan yang mungkin berguna bagi perusahaan dalam meminimalkan pajak terhutang yang diperbolehkan dalam peraturan perpajakan

3. Masyarakat kampus

Diharapkan skripsi ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk meneliti lebih jauh mengenai perencanaan pajak. Bagi pembaca, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai perencanaan pajak.


(4)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

86

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis pada PT.X maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1) Setelah evaluasi atas perhitungan PPh pada perusahaan, maka usulan perencanaan pajak yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah:

a) Mengubah karakteristik biaya yang semula biaya makan menjadi tunjangan makan yang diberikan perusahaan kepada karyawannya, dimana biaya makan ini tidak boleh dibebankan oleh perusahaan karena sifatnya natura. Sehingga biaya makan dioptimalkan dengan cara menjadikannya tunjangan makan bagi karyawan, maka tunjangan makan ini akan menambah penghasilan karyawan sehingga boleh dibebankan oleh perusahaan.

b) Mengubah karakteristik biaya yang semula biaya pengobatan menjadi tunjangan kesehatan dengan peraturan perpajakan yang ada. Biaya pengobatan tidak boleh dibebankan oleh perusahaan. Tunjangan kesehatan yang diberikan akan menambah penghasilan karyawan, maka boleh dibebankan oleh perusahaan.

c) Memberikan asuransi kecelakaan pada karyawan. Asuransi kecelakaan yang diberikan kepada karyawan dapat dijadikan beban oleh perusahaan.

d) Biaya voucher HP yang digunakan oleh perusahaan dapat dibebankan sebesar 50%.


(5)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 87

e) Biaya entertainment dapat dibebankan sebagai biaya jika perusahaan mempunyai daftar nominatifnya.

2) Selisih yang terjadi setelah menerapkan perencanaan pajak merupakan penghematan pajak yang dapat diperoleh oleh perusahaan. Dimana sebelum penerapan perencanaan pajak, pajak penghasilan yang harus dibayar perusahaan adalah Rp1.465.149.059, dan setelah perencanaan pajak menjadi Rp 1.319.017.648. Penghematan pajak penghasilannya sebesar Rp 146.131.411.

5.2. Saran

1. Dari kesimpulan diatas, sebaiknya perusahaan lebih memahami dan memaksimalkan biaya-biaya yang diperbolehkan oleh Peraturan Perpajakan yang ada sehingga biaya-biaya yang semula tidak boleh dikurangkan dalam perhitungan Penghasilan Kena Pajak dapat menjadi pengurang dalam perhitungan Penghasilan Kena Pajak Perusahaan. 2. Sebaiknya Pajak Penghasilan pasal 21 karyawan ditanggung oleh

perusahaan sehingga Pajak penghasilan yang dibayar oleh perusahaan menjadi lebih kecil.


(6)

88

DAFTAR PUSTAKA

Erly Suandy. 2008. Perencanaan Pajak. Edisi Empat. Salemba Empat, Jakarta. Muhammad Zain. 2003. Manajemen Pajak. Edisi Pertama. Salemba Empat, Jakarta. Waluyo dan Wirawan B. Ilyas. 2003. Perpajakan Indonesia. Edisi Revisi. Salemba

Empat, Jakarta

Siti Resmi. 2007. Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi Tiga. Salemba Empat, Jakarta Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan Republik Indonesia. 2008. Susunan

Dalam Satu Naskah dari Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 UU PPh,Jakarta Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 1995. Standar Akuntansi Keuangan, Buku Satu.

Salemba Empat, Jakarta

Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan Republik Indonesia. 2007. Susunan Dalam Satu Naskah dari Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 UU KUP,Jakarta