untuk peningkatan kesejahteraan sosial seluruh warganya. Salah satunya adalah media radio.
A. Sejarah Pendirian Solo Radio
Sejarah berdirinya Solo Radio bermula dari pertemuan keempat komisaris Solo Radio, yaitu : Robby Koesnadhi, Budi Soesetyo, Budi Arifianto
dan Arifin Gandawijaya Direktur Utama radio Ardan Bandung yang sepakat mendirikan usaha radio di Solo. Demi merealisasikan usaha tersebut, bulan Mei
2003 keempat komisaris Solo Radio sepakat menunjuk Pedhet Wijaya sebagai General Manager. Setelah Diadakan riset, dimungkinkan kota Solo mempunyai
prospek bagus untuk pendirian sebuah radio. Pada bulan Mei 2003 ditetapkan Putri Solo Radio sebagai nama radio
tersebut. Pemilihan nama Putri Solo Radio -sekarang disebut Solo Radio- menurut Pedhet Wijaya, didasarkan pada ciri khas kota Solo yang hauss tetap dipertahankan
yaitu kelembutan, keluwesan dan keayuan sehingga warganya memiliki kebanggaan sendiri atas kotanya. Dalam pembangunan usaha ini Solo Radio memiliki sebuah
konsep siaran Famous, fit and fashionable dan corporate sport tenis, dengan tujuan kebersamaan dalam ketiga divisi di Solo Radio. Agar tidak melenceng dari
corporate sport yang ditetapkan, maka nama acara Solo Radio menggunakan
istilah-istilah olahraga Tenis. Di belakang nama crew Solo Radio juga ditambahkan
nama pemain tenis sebagai pendukung identitas. Famous, Fit and Fashionable sendiri merupakan visi dari Solo Radio.
Setelah dua bulan pembangunan fisik, Solo Radio mengadakan perekrutan karyawan secara terbuka untuk semua divisi. Perekrutan tersebut melalui
empat tahap seleksi, yaitu Fit Propert yang dilakukan oleh General Manager, seleksi kemampuan bahasa asing, Interview I, dan Interview II. Karyawan yang
lolos Interview II efektif bekerja pada bulan Septembar 2003. Pada tanggal 9 September 2003 diumumkan secara luas bahwa nama Putri
Solo Radio dipendekkan menjadi Solo Radio dengan alasan komersial. Saat itu bertepatan dengan pelaksanaan soft opening sebagai tanda berdirinya Solo Radio
di kantor Solo Radio dan lapangan tenis Manahan. Puncak acara soft opening adalah pemotongan tumpeng oleh Gusti Dipokusumo, petinggi Dalem Keraton
Kasunanan Surakarta di lapangan tenis nomor sembilan Manahan tepat pukul 09.00 WIB.
Mulai 9 September 2003 Solo Radio resmi mengudara di frekwensi 93,00 FM. Siaran percobaan ini berisi lagu-lagu dan jinggle sta tion, sedangkan calon-
calon penyiar menjalani masa training di Studio musik Nada Mas Solo karena pembangunan ruang siaran belum selesai. Saat bulan Ramadhan 1424 H atau bulan
November 2003, calon-calon penyiar Solo radio mulai mengudara untuk siaran sahur dan buka puasa dalam bentuk rekaman. Selebihnya siaran Solo Radio hanya berisi
lagu-lagu dan jiggle station. Ruang siaran baru bisa digunakan setelah hari raya idul
fitri. Mulai Awal 2004, pemerintah kota Solo mengadakan penataan kembaii frekwensi radio. Sejak saat itu frekwensi Solo Radio beralih ke 92,9 FM.
B. Makna Logo Solo Radio