commit to user 5
Rasa pahit pada tanaman pare disebabkan oleh kandungan zat sejenis glukosida yang disebut momordisin dan charantin. Para ahli kesehatan
menemukan kandungan zat lain pada tanaman pare, antara lain insulin dan resin. Meskipun semua pare rasanya pahit, namun setiap jenis memiliki tingkat
kepahitan yang berbeda-beda Anonim, 2009 Tanaman pare dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah
dataran rendah sampai ketinggian 500 mdpl. Penanaman pare di dataran tinggi pegunungan sering menghasilkan buah berukuran kecil-kecil dan tidak
normal. Persyaratan iklim yang dikehendaki tanaman pare, antara lain daerah yang mempunyai suhu antara 18°C-24°C, tempatnya terbuka atau mendapat
sinar matahari penuh, kelembapan udara cukup tinggi antara 50-70 dan curah hujannya relatif rendah 60mm-200mmbulan Sunarjono, 2004.
Lokasi kebun pare harus memenuhi persyaratan tanah yang memadai. Tanah yang paling baik bagi tanaman pare adalah tanah lempung berpasir yang
subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik, serta tingkat kemasamannya pH antara 5-6 Nazaruddin, 1999.
B. Tata Laksana Budidaya Tanaman Pare
1. Persiapan lahan tanam Lahan untuk kebun pare disiapkan dalam bentuk bedengan atau
langsung membuat lubang tanam berukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm dengan jarak antar lubang 60 cm – 200 cm. Tata cara penyiapan lahan
untuk kebun pare adalah membersihkan lahan dari rumput liar gulma, lalu olah tanahnya sedalam 30 cm – 40 cm hingga gembur.
Tanah dikeringanginkan selama ± 15 hari. Kemudian buat bedengan berukuran lebar 60 cm – 80 cmsistem 1 baris atau 2 m – 4 msistem 2
baris, tinggi 30 cm – 40 cm, panjang disesuaikan dengan keadaan lahan dan jarak antar bedengan 40 cm – 60 cm. Lalu sebarkan pupuk organik
20 tonha di atas permukaan bedengan. Sebaiknya pupuk ini diberikan 2- 3 minggu sebelum penanaman. Lalu sebarkan seluruh dosis pupuk buatan
urea, TSP, KCl pada bedengan, lalu dicampur merata dengan lapisan
commit to user 6
tanah atas. Pasang mulsa pada tiap bedengan. Biarkan bedengan bermulsa plastik dikeringanginkan selama 3-5 hari agar pupuk melarut dengan air
tanah Rukmana, 1997 Jarak antar lubang pada mulsa 200 cm x 60 cm atau 200 cm x 100
cm. Ukuran ini bervariasi tergantung jenis tanaman dan jumlah pemberian pupuk dasarnya. Lubang tanam dibiarkan terjemur matahari selama ± 3
hari agar bibit penyakit yang mungkin ada terbasmi. 2. Penyiapan benih dan bibit
Tanaman pare dapat dibudidayakan secara langsung dengan biji atau melalui persemaian.
a. Penanaman langsung Untuk penanaman langsung, lahan yang telah disiapkan dapat
dilubangi dengan kedalaman 3-4 cm dengan jarak sesuai dengan jarak tanam yang dipilih. Ke dalam tiap lubang tersebut dimasukkan 1-2
benih lalu ditutup dengan sedikit tanah dan dibarengi dengan pemberian furadan untuk menagkal serangan nematoda yang dapat
merusak pertumbuhan benih. Supaya kelembapan tanahnya terpelihara, setelah selesai penanaman tanah di sekitar tanaman tersebut disiram.
Penyiraman selanjutnya dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanaman. b. Penanaman tidak langsung melalui persemaian
Persemaian bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan tunas yang merata, presentase daya tumbuh yang tinggi dan penghematan
penggunaan benih. Persemaian memerlukan tanah yang remah. Tanah yang keras akan mengganggu pertumbuhan bibit. Di samping itu,
tanah persemian juga harus cukup mengandung bahan organik sehingga dapat menyimpan air. Tanah persemaian tidak perlu terlalu
subur. Tanah yang terlalu subur mengakibatkan pertumbuhan bibit terlalu cepat. Sebaliknya tanah persemaian yang kurang subur
menyebabkan pertumbuhan akar bibit relatif lebih besar dari batangnya.
commit to user 7
Langkah-langkah dalam persemaian adalah dengan menyiapkan plastik polybag berukuran 8 cm x 10 cm yang dilubangi bagian
dasarnya. Siapkan media semai berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Isi tiap polybag dengan media
semai hingga cukup penuh. Siram media semai dengan air bersih hingga cukup basah. Semaikan benih pare yang telah berkecambah
sebanyak 1 butir pada tiap polybag dengan kedalaman 1 cm – 1,5 cm. Biarkan benih pare tumbuh hingga berdaun 3 - 4 helai. Siram secara
kontinu 1-2 kali sehari atau tergantung cuaca Setiawan dan Trisnawati, 1993.
3. Penanaman Waktu tanam pare yang paling baik adalah pada awal musim hujan.
Namun, di daerah yang keadaan tanah atau pengairannya memadai penanaman dapat dilakukan sepanjang tahun. Pada sistem penanaman
melalui persemain, pemindahan bibit ke lahan dapat dilakukan ketika bibit berdaun 3-4 helai. Bibit yang dipilih adalah yang pertumbuhannya subur
dan nampak sehat. Waktu tanam bibit pare yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari ketika suhu udara dan terik matahari tidak terlalu
tinggi. Cara penanamannya adalah siram media semai dalam polybag
dengan air bersih hingga cukup basah. Keluarkan bibit pare bersama akar- akar dan tanahnya dari polybag dengan cara membalikkan posisi bibit,
kemudian polybag diambil secara hati-hati. Letakkan bibit dalam lubang tanam yang telah disediakan. Timbunlah dengan tanah di sekelilingnya
dan tekan sedikit. Siram tanah di sekitar pangkal batang bibit pare dengan air bersih hingga cukup basah Anonim, 2009.
4. Pemeliharaan tanaman a. Penyiraman pengairan
Pada fase awal pertumbuhan, tanaman pare memerlukan ketersediaan air yang memadai. Penyiraman dilakukan 2 x sehari,
tergantung cuaca dan keadaan tanah. Hal penting yang perlu
commit to user 8
diperhatikan dalam pengairan adalah tanah tidak terlalu basah menggenang ataupun terlalu kering Rukmana, 1997.
b. Pemupukan Selain pupuk dasar, tanaman pare perlu juga diberi pupuk
susulan berupa campuran Urea, TSP dan KCl dengan perbandingan 1:2:2 untuk tanah berpasir. Sedangkan untuk tanah liat komposisinya
1:2:1. Setiap tanaman diberi 10 gr, berarti untuk setiap tanaman memerlukan 2 gr Urea, 4 gr TSP dan 4 gr KCl.
Pupuk susulan pertama diberikan ketika tanaman berumur 3 minggu. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara membenamkan
pupuk sedalam 5 cm pada jarak 10 cm dari batang tanaman. Pupuk campuran tersebut diberikan lagi 2 minggu kemudian dengan dosis ½
pupuk susulan pertama. Selain pupuk tadi, tanaman pare juga diberi pupuk tambahan
berupa pupuk majemuk NPK dengan dosis 5 grtanaman. Pupuk majemuk ini diberikan 2 minggu setelah pemberian pupuk susulan
yang pertama. Interval pemberiannya 2 minggu sekali sampai tanaman berusia 4 bulan.
Pupuk daun juga baik diberikan dengan konsentrasi 0,2 2ccliter untuk tiap tanaman. Interval penyemprotannya 1 minggu
sekali. Pemupukan melalui daun dilaksanakan untuk menghindari larutnya unsur hara sebelum dapat diserap oleh akar. Beberapa unsur
hara yang efektif disemprotkan melalui daun adalah N, P, K, S, Ca, Mg serta unsur-unsur hara mikro. Penyemprotan sebaiknya dilakukan
pada pagi hari antara pukul 08.00-10.00 atau pada sore hari pada pukul 15.30-16.30. Untuk tanaman pare, biasanya petani menggunakan
pupuk daun Lauxin Setiawan dan Trisnawati, 1993. c. Pemasangan tempat merambat tanaman
Tanaman pare merupakan tanaman merambat dan berkulit buah tipis serta halus. Oleh karena itu, perlu tempat merambat untuk
menjauhkan buahnya dari tanah agar tidak busuk. Tanaman yang
commit to user 9
berumur 2-3 minggu harus sudah dibuatkan turus atau para-para. Bentuknya bisa bermacam-macam sesuai dengan jenis tanaman pare.
Macam-macam bentuk turus dan para-para adalah sebagai berikut : 1. Sistem ajir turus
Tata cara pemasangan ajir adalah dengan cara menyiapkan ajir dari bilah bambu atau batang kayu kecil setinggi 2 m – 2,5 m.
Tancapkan ajir di dekat tanaman pare secara tegak ± 10 cm. Pasang bambu atau kayu yang menghubungkan ajir dengan turus lainnya
kemudian ikat erat-erat. 2. Sistem para-para mendatar
Tata cara pemasangan para-para mendatar adalah dengan menyiapkan tiang bambu atau batang kayu kecil setinggi 1 m – 1,5
m dan bilah bambu untuk para-para sesuai kebutuhan. Pasang tancapkan tiang bambu pada tiap tanaman pare sejauh 10 cm – 15
cm dari batang tanaman. Pasang bilah bambu sambil membentuk para-para secara mendatar yang menghubungkan antar bilah
bambu, kemudian ikat erat-erat. 3. Sistem para-para setengah lingkaran
Tata cara pemasangan para-para setengah lingkaran adalah dengan menyiapkan bilah bambu minimal sepanjang 5 m.
Tancapkan kedua ujung bilah bambu membentuk setengah lingkaran yang menghubungkan antar tanaman pare. Pasang bambu
secara horizontal yang menghubungkan antar tiang, kemudian ikat erat-erat Rukmana, 1997.
d. Penyiangan Gulma yang tumbuh di kebun pare merupakan pesaing dalam
kebutuhan air, unsur hara, dan sinar matahari bagi tanaman pare. Oleh karena itu, rumput perlu disiangi dibersihkan. Waktu penyiangan
dilakukan bersamaan dengan kegiatan penggemburan tanah dan pemupukan, yaitu saat tanaman pare berumur 15, 30, 45 atau
tergantung keadaan pertumbuhan rumput liar. Penyiangan dilakukan
commit to user 10
dengan mencabut atau membersihkan semua rumput liar secara hati- hati menggunakan tangan ataupun cangkul Sunarjono, 2004.
e. Pemangkasan perompesan Pemangkasan tanaman pare dilakukan 2 kali. Pertama saat
tanaman berumur 3 minggu. Tunas yang tumbuh kesamping setelah pemangkasan dirambatkan ke kiri dan ke kanan para-para atau ajir.
Pangkasan berikutnya dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu. Pada saat ini cabang yang tua dan tidak tumbuh lagi dipotong. Selain
itu, daun yang tua dibuang, begitu juga cabang yang rusak, patah atau terkena serangan penyakit.
Panjang batang pare harus diatur untuk mendapatkan produksi optimum. Panjang batang yang ideal untuk tanaman pare adalah 2-3m.
Jika panjang batang telah melebihi batas tersebut, maka harus dipangkas karena tidak akan produktif lagi menghasilkan bunga.
Bagian yang dipangkas adalah pucuknya. Pemangkasan dapat menggunakan tangan atau gunting Nazaruddin, 1999.
f. Pembungkusan buah Tanaman pare yang berumur 1,5 – 2 bulan mulai berbunga betina
yang kelak menjadi buah. Pada stadium buah masih kecil atau pentil sebaiknya segera dilakukan pembungkusan buah dengan kantong
plastik, kertas minyak ataupun dengan dedaunan. Pembungkusan buah pada
stadium pentil
bertujuan menghindari
atau menekan
kemungkinan serangan hama lalat buah penyebab busuk dan ulat pada buah pare.
Cara membungkus buah pare adalah dengan menyiapkan bahan berupa kantong plastik, kertas minyak atau dedaunan yang cukup lebar
dan tali. Tentukan pilih buah pare yang masih kecil stadium pentil. Bungkuskan kantong plastik pada buah pare hingga seluruh bagian
buah tertutup. Ukuran pembungkus harus lebih besar daripada buah pare. Ikat kantong plastik pada bagian pangkal atau tangkai buah pare
commit to user 11
erat-erat. Biarkan buah pare terbungkus hingga ukurannya mencapai maksimal atau siap petik panen Anonim, 2009
5. Pengendalian hama dan penyakit Yang dimaksud dengan hama tanaman pare adalah semua
binatang yang merugikan tanaman ini. Sedangkan yang dimaksud dengan penyakit adalah semua gangguan pada tanaman pare yang disebabkan
oleh jamur, bakteri, virus dan juga kekurangan unsur-unsur hara dalam tanah. Dari hasil penelitian para ahli, dapat diidentifikasikan hama-hama
yang mengganggu tanaman pare. Hama penting yang sering menyerang tanaman pare adalah sebagai berikut :
a. Ulat Grayak Sodopetra litura Ulat ini menyerang pada malam hari, daun tanaman bisa ludes.
Keesokan harinya hanya tinggal tanaman yang rusak, sedangkan hamanya sudah bersembunyi di dalam tanah. Ulat grayak atau
Sodopetra litura merupakan keluarga Noctuidae. Hama ini bersifat polifag makan bermacam-macam famili tanaman. Ulat dan ngengat
ulat grayak hanya keluar pada malam hari dan bersembunyi pada siang hari. Warna ulat bermacam-macam dan mempunyai ciri yang khas,
yaitu pada ruas perut yang keempat dan kesepuluh terdapat bentuk bulan sabit berwarna hitam, dibatasi garis kuning pada samping dan
punggungnya. Pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan
diberantas secara mekanis, yaitu telur yang ada dan baru menetas diambil
bersama-sama dengan
daun tempat
menempelnya. Pengambilan ini jangan sampai terlambat sebab apabila ulat telah
besar akan bersembunyi di dalam tanah. Diberantas secara biologis, yaitu disemprot dengan Bacillus thungiriensis atau Borrelinavirus
litura. Pembersihan gulma supaya tidak menjadi tempat berkembang biak dan bersembunyi ngengat dan ulat. Diberantas secara kimia
dengan disemprot insektisida, misalnya Decis 2,5 EC atau Supracide 40 EC sesuai konsentrasi yang dianjurkan.
commit to user 12
b. Lembing atau Kumbang Daun Epilachna sparsa Daun pare yang terserang lembing atau kumbang daun hanya
tinggal tulang daun. Daun menjadi kering dan kecoklatan. Akibatnya, produksi tanaman akan turun. Bentuk lembing atau kumbang ini bulat,
warnanya merah dengan bercak-bercak hitam sebanyak 12-26. Lembing ini memiliki bulu-bulu halus. Lembing ini sangat rakus dan
dapat hidup lebih dari 3 bulan. Pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan
diberantas secara mekanis, yaitu telur, larva dan kutu dapat ditangkap dengan tangan dan dimatikan. Diberantas secara kimia dengan
disemprot insektisida, misalnya Curacron 500 EC, Decis 2,5 EC, Confidor 200 SL, Marshall dan lain-lain dengan konsentrasi yang
dianjurkan. Berusaha tani dengan mengembangkan sistem rotasi pergiliran tanaman.
c. Lalat Buah Dacus cucurbitae Coq Gejala serangan lalat buah ini adalah daging buah tidak dapat
dimakan karena telah berubah menjadi air dengan ratusan belatung yang menjijikkan. Dari luar keadaan buah tersebut tampak sehat. Jika
menyerang batang, menyebabkan batang menjadi bisulan dan buahnya menjadi kecil-kecil berwarna kuning. Pada tingkat serangan berat
menyebabkan buah busuk dan rontok. Lalat yang dewasa ukurannya sedang ± 0,5 cm, warnanya
kuning dan sayapnya datar. Pada tepi ujung sayapnya terdapat bercak- bercak berwarna cokelat kekuningan. Lalat ini menusuk kulit buah
dengan meletakkan telur sekitar 100-120 butir. Telur ini akan menetas 2-3 hari kemudian, lalu menjadi larva ulat yang akan membuat
terowongan di dalam buah dan memakan dagingnya selama 2 minggu. Ulat yang telah dewasa meninggalkan buah dan jatuh di atas tanah,
kemudian membuat terowongan sedalam 2-5 cm dan berpupa. Pengendalian yang dapat dilakukan dengan cara kebersihan
harus dijaga. Semua buah yang telah terserang dikumpulkan menjadi
commit to user 13
satu dan dimusnahkan. Lalat ditangkap dengan umpan minyak citronella yang dapat menarik lalat jantan atau dengan protein
hydrolysat dicampur insektisida, misalnya malathion. Lalat yang memakan umpan tersebut akan mati. Tanah dicangkul atau dibajak
sehingga kepompong yang berada di dalam tanah terkena sinar matahari dan mati. Buah dibungkus dengan kertas minyak atau plastik
Setiawan dan Trisnawati, 1993. d. Trips
Gejala yang ditimbulkan adalah daun muda dan tunas menjadi keriting, tanaman menjadi kerdil. Penyebab dari gejala tersebut adalah
hama yang bernama ilmiah Thrips parvispinus Karny. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara melakukan sanitasi lingkungan dengan
memusnahkan sisa tanaman dan inang yang berada di sekitar tanaman pare. Dapat juga dengan menyemprotkan insektisida seperti marshall,
dimetoate, sipermetrin Rukmana, 1999. Penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal.
Penyebab penyakit ada beberapa macam, yaitu disebabkan oleh cendawan, bakteri, virus, kekurangan air dan lain-lain. Pada tanaman pare,
beberapa jenis penyakit yang dapat menyerang adalah sebagai berikut : a. Penyakit embun tepung powdery mildew
Gejala awal ditandai dengan adanya tepung putih pada daun terbawah tanaman. Daun yang terserang menjadi kuning, cokelat dan
akhirnya mengering. Selain daun, juga menyerang batang yang masih muda sehingga batang seperti dilapisi oleh tepung powder. Jika
seluruh daun sudah terserang, tanaman akan lemah dan mati atau buah yang dihasilkan tidak normal. Penyebab gejala tersebut adalah
cendawan Oidium sp. Penyakit tersebut dapat ditanggulangi dengan mengurangi
kelembapan di sekitar tanaman dengan cara pengaturan jarak tanam dan drainase yang baik, membuang bagian yang terserang. Disemprot
commit to user 14
dengan fungisida sulfur berdosis 2grliter air sebagai pencegahan dan penyembuhan Setiawan dan Trisnawati, 1993.
b. Penyakit antraknosa Gejalanya adalah daun bernoda hitam. Pada serangan berat
batang dan buah juga terserang. Serangan lebih berat terjadi pada musim hujan. Disebabkan oleh cendawan Colletrichum sp.
Pengendalian dilakukan dengan cara memusnahkan bagian tanaman yang terserang, pergiliran tanaman, dan penyemprotan dengan
fungisida misalnya Benlate berdosis 2grliter air Rukmana, 1999 c. Penyakit layu
Gejala layu tampak pada ujung daun, kemudian seluruh daun akan mangerut dan mengering. Bibit yang baru berkecambah dan
tanaman muda akan mati beberapa saat setelah terinfeksi. Tanaman dewasa yang terserang tidak akan sembuh. Gejala tersebut disebabkan
oleh cendawan Fusarium sp. Pengendalian dilakukan dengan memusnahkan tanaman yang
terserang, menyiramkan larutan fungisida misalnya Benlate berdosis 2grliter air ke tanah bekas tanaman yang sakit, dan menggunakan
benih yang tahan terhadap serangan patogen. d. Penyakit virus
Gejala serangan tampak jelas pada daun muda, yaitu terdapat bercak kekuning-kuningan. Penyakit ini menyerang semua stadium
tumbuh. Penyebab gejala tersebut adalah cucumber mosaic virus CMV. Pengendalian dilakukan dengan cara memusnahkan tanaman
yang terserang, memberantas vektor virus serangga, menyeleksi bibit yang akan dipindah ke lapang dan pemupukan yang seimbang agar
kondisi tanaman lebih baik Setiawan dan Trisnawati, 1993. 6. Panen dan pasca panen
a. Panen Pemanenan buah pare tergantung pada tujuan penggunaannya.
Buah yang dipetik untuk tujuan konsumsi berbeda dengan buah yang
commit to user 15
dipetik untuk tujuan pengadaan benih. Untuk tujuan konsumsi, buah dapat dipetik ketika belum tua benar. Ciri-ciri buah pare siap dipanen
adalah ukuran buah maksimum, namun tidak terlalu tua. Bintil-bintil permukaan kulit tampak masih agak rapat dengan galur yang belum
melebar. Buah berwarna hijau keputih-putihan atau putih susu, tergantung jenis atau varietasnya. Sedangkan ciri-ciri buah pare yang
digunakan untuk pengadaan benih adalah buah berwarna kuning, daging buah lunak dan bintil-bintil kulitnya sudah melebar.
Panen pertama dapat dilakukan pada waktu tanaman berumur 3 bulan sejak tanam benih atau 2 bulan setelah pindah tanam bibit dari
persemain. Panen berikutnya dilakukan secara periodik 2 kali dalam seminggu atau tergantung kebutuhan. Cara panen buah pare adalah
dengan memetik satu persatu bersama sebagian tangkai buah. Pemetikan dilakukan secara perlahan dan hati-hati dengan tangan,
pisau maupun gunting tajam Nazaruddin, 1999. b. Pasca panen
Pare termasuk sayuran yang mudah rusak dan cepat busuk. Untuk mempertahankan kesegaran buah pare perlu penanganan pasca
panen yang memadai. Setelah hasil panen dikumpulkan dalam tempat penyimpanan seperti karung, keranjang atau container lalu dilakukan
sortasi dan grading. Hal ini betujuan untuk mengklasifikasikan buah menurut jenis, ukuran berat dan warna. Kemudian buah dibersihkan
dengan cara dicuci dan dikeringkan. Pengemasan dapat dilakukan dengan memasukkan buah pada kantong plastik ataupun disesuaikan
permintaan pasar. Setelah itu buah dapat dipasarkan kepada konsumen baik secara langsung ataupun tidak langsung Sunarjono, 2004.
commit to user 16
C. Proses Perbenihan