Suciana Rahmawati.H 3307002

(1)

commit to user

i

PRODUKSI BENIH TANAMAN PARE (

Momordica charantia L

)

UNGGUL DI MULTI GLOBAL AGRINDO (MGA),

KARANGPANDAN, KARANGANYAR

TUGAS AKHIR

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh Gelar Ahli Madya Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi

DIII Agribisnis Hortikultura dan Arsitektur Pertamanan

Disusun oleh : Suciana Rahmawati

H 3307002

PROGRAM DIPLOMA III

AGRIBISNIS HORTIKULTURA DAN ARSITEKTUR PERTAMANAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

commit to user

PRODUKSI BENIH TANAMAN PARE (Momordica charantia L) UNGGUL

DI MULTI GLOBAL AGRINDO (MGA), KARANGPANDAN, KARANGANYAR

yang dipersiapkan dan disusun oleh

SUCIANA RAHMAWATI H 3307002

telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Pada tanggal : 6 Mei 2010

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan tim penguji

Penguji I Penguji II

Ir. Heru Irianto, MM NIP. 196305141992021001

Dra. Linayanti D, M. Si NIP. 195207111980032001

Surakarta, 18 Mei 2010 Universitas Sebelas Maret Surakarta

Fakultas Pertanian Dekan,

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro Wongso Atmojo, MS. NIP. 195512171982031003


(3)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala Hidayah dan Inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

Laporan Tugas Akhir ini penulis susun guna melengkapi syarat-syarat memperoleh gelar Ahli Madya Pertanian. Dengan Laporan Tugas Akhir ini semua kegiatan yang ada dalam pelaksanaan Praktek Kerja Magang (PKM) telah penulis uraikan secara lengkap.

Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Magang (PKM) dan penyusunan Laporan Tugas Akhir, penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Almarhum Ibu saya tercinta atas semangat dan dorongannya sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan ini dengan baik.

2. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro Wongso Atmojo, MS., selaku Dekan Fakultas Petanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ir. Heru Irianto, MM., selaku Koodinator Program DIII Fakultas Pertanian, Dosen Pembimbing dan Penguji I, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ir. Panut Sahari, MP., Ketua Program Studi DIII Agribisnis Minat Hortikultura dan Arsitektur Pertamanan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Dra. Linayanti D, M. Si., selaku Dosen Penguji II.

6. Bapak Mulyono Herlambang, SP., selaku Pimpinan Multi Global Agrindo, yang telah memberikan ijin dalam kegiatan PKM.

7. Keluarga tercinta yang telah memberi doa, semangat dan dorongan selama kuliah di Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

8. My dear (boots) yang selalu mendukung saya.

9. Serta teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan Laporan Tugas

Akhir ini.


(4)

commit to user

Akhirnya semoga Laporan Tugas Akhir ini nantinya banyak membantu dan berguna bagi penulis dan semua yang membaca. Penulis menyadari, masih banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Oleh sebab itu kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi perbaikan Laporan Tugas Akhir ini.

Surakarta, Mei 2010


(5)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR GAMBAR... vi

DAFTAR TABEL... vii

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Tujuan... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA... 3

A. Tanaman Pare... 3

B. Tata Laksana Budidaya Tanaman Pare... 5

C. Proses Perbenihan………. 16

III. TATA LAKSANA PELAKSANAAN... 21

A. Waktu dan Tempat……… 21

B. Metode Pelaksanaan... 21

C. Sumber Data... 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 23

A. Kondisi Umum... 23

B. Teknis Budidaya Tanaman Pare Untuk Pembenihan... 26

C. Jenis-jenis pare unggul di CV. MGA... 36

D. Analisis usaha tani pembenihan tanaman pare/1000 m²... 37

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 41

A. Kesimpulan... 41

B. Saran... 41

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(6)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Persiapan dan pengolahan lahan... 26

Gambar 4.2 Persemaian tanaman pare... 27

Gambar 4.3 Panen pare... 31

Gambar 4.4 Proses sortasi atau pengkelasan pare... 32

Gambar 4.5 Proses pengeringan benih... 32

Gambar 4.6 Keseragaman tanaman pare Jamrud, Petra dan Mutia... 33

Gambar 4.7 Kemasan benih dalam negeri dan luar negeri... 35


(7)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kandungan gizi tiap 100 gr daun dan buah pare... 4 Tabel 4.1 Biaya tetap produksi benih pare... 37 Tabel 4.2 Biaya variabel produksi benih pare... 37


(8)

commit to user

1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemanfaatan pare sebagai sayur tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Teknik budidayanya yang mudah dan tidak tergantung pada musim menyebabkan tanaman ini tersedia hampir setiap saat. Meskipun demikian, diantara beberapa jenisnya belum dibudidayakan secara komersial sehingga hasilnya pun belum optimal.

Pare merupakan anggota famili Cucurbitaceae dan tergolong tanaman herba berumur satu tahun atau lebih, tumbuh menjalar dan memanjat. Batangnya mempunyai alat pembelit yang terletak di dekat daun. Bentuk daunnya menjari, berbentuk kaki tanpa daun penumpu. Tanaman ini berkelamin tunggal dan berumah satu/dua (Setiawan dan Trisnawati, 1993).

Pare merupakan sayuran buah. Dahulu tanaman pare kurang diminati. Tanaman ini hanya ditanam sebagai usaha sambilan mengingat rendahnya permintaan dari konsumen. Sekarang dunia pare mulai semarak dengan munculnya hasil-hasil penelitian tentang potensi tanaman tersebut, terutama mengenai kandungan zat dan varietas-varietas baru yang lebih unggul dalam hal rasa dan penampakan. Akhirnya sayuran ini mampu merambah supermarket. Langkah maju ini menunjukkan bahwa pare telah membentuk citra tersendiri (Anonim, 2008).

Kebutuhan benih pare mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Untuk tanaman pare, setiap tahun membutuhkan sekitar 3 juta ton dengan nilai sekitar Rp1 triliun. Data Ditjen Bina Produksi Tanaman Pangan menunjukkan, produksi benih berlabel (benih sebar dan benih berlabel merah jambu) pada tanaman pare mengalami peningkatan dalam 5 tahun terakhir. Rata-rata peningkatan produksi benih pare tiap tahunnya sebesar 1,28%. Kebutuhan tersebut menjadi peluang bisnis yang menyebabkan banyak perusahaan benih hibrida dari luar negeri datang ke Indonesia untuk menawarkan produknya (Anonim, 2002).


(9)

commit to user

Karena prospek penjualan benih pare yang menjanjikan, CV. Multi Global Agrindo (MGA) mulai mengembangkan penelitiannya untuk menghasilkan benih pare unggul yang banyak diminati masyarakat. Beberapa jenis pare unggulan yang telah dihasilkan oleh CV. MGA adalah pare JAMRUD, MUTIA dan PETRA.

Dari beberapa uraian di atas, penulis ingin mengetahui lebih mendalam tentang teknologi benih tanaman pare. Hal inilah yang melatar belakangi penulis dalam pelaksanaan magang di CV. MGA. Karena pada instansi ini, selain melakukan produksi benih tanaman pare juga mempunyai sarana dan prasarana yang cukup mendukung untuk memperoleh tambahan ilmu dan pengalaman dalam produksi benih tanaman sayuran khususnya pare.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

a. Agar mahasiswa memperoleh ketrampilan dan pengalaman kerja

langsung, sehingga dapat memecahkan permasalahan dalam bidang pertanian.

b. Memperluas pengetahuan sehubungan antara teori dan penerapannya, sehingga dapat menjadi bekal mahasiswa terjun dalam dunia kerja. c. Meningkatkan ketrampilan dan pengalaman kerja di bidang teknologi

benih unggulan tanaman buah dan sayur.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui secara langsung proses pembenihan tanaman pare. b. Mengetahui teknis budidaya tanaman pare untuk pembenihan.

c. Membuka peluang untuk memperoleh pengalaman dalam bidang

pembenihan dan sebagai dasar pengembangan keilmuan tentang agribisnis khususnya pembenihan pare.


(10)

commit to user

3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Pare

Pare bukan tanaman asli Indonesia, melainkan berasal dari luar negeri yang beriklim panas (tropis). Para ahli tanaman memastikan pusat utama tanaman pare terdapat di Asia tropis terutama daerah India bagian barat, yakni Assam dan Burma. Belum ditemukan data atau informasi terinci kapan tanaman pare masuk ke Indonesia.

Dalam ilmu tumbuhan (botani) kedudukan tanaman pare

diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Devisio : Spermatophyta

Sub-Devisio: Agiospermae

Classis : Dicotyledoneae

Ordo : Cucurbitales

Familia : Cucurbitaceae

Genus : Momordica

Spesies : Momordica Charantia L.

Tanaman pare termasuk tumbuhan semusim (annual) yang bersifat menjalar atau merambat. Struktur batangnya tidak berkayu, mempunyai sulur-sulur pembelit yang berbentuk pilin. Daun pare berbentuk menjari dengan permukaan atas berwarna hijau tua dan permukaan bawahnya berwarna hijau muda atau hijau kekuning-kuningan (Rukmana, 1997).

Dari ketiak daun tumbuh tangkai dan kuntum bunga yang berwarna kuning menyala, sebagian bunga jantan dan sebagian merupakan bunga betina. Buah pare berbentuk bulat panjang, permukaan buah berbintil-bintil, daging buahnya agak tebal, dan di dalamnya terdapat sejumlah biji. Biji pare berbentuk bulat, berkulit agak tebal dan keras, serta permukaannya tidak rata (Setiawan dan Trisnawati, 1993). Di bawah ini dapat dilihat daftar kandungan gizi pada daun dan buah pare :


(11)

commit to user

Tabel 2.1 Kandungan gizi tiap 100 gr daun dan buah pare

Nomor Zat Buah pare Daun pare

1. Air 91,2 g 80 g

2. Kalori 29 g 44 g

3. Protein 1,1 g 5,6 g

4. Lemak 1,1 g 0,4 g

5. Karbohidrat 0,5 g 12 g

6. Kalsium 45 mg 264 mg

7. Zat Besi 1,4 mg 5 g

8. Fosfor 64 mg 666 mg

9. Vitamin A 18 SI 5,1 mg

10. Vitamin B 0,08 mg 0,05 mg

11. Vitamin C 52 mg 170 mg

12. Folasin - 88 ug

Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI (1981)

Tanaman pare yang dibudidayakan pada umumnya dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu :

1. Pare Putih (Pare Gajih atau Pare Bodas)

Pare ini berasal dari India dan Afrika. Pada abad ke-17 menyebar ke Brazil dan sekarang telah menyebar ke Asia Tenggara, Cina dan Karibia. Ciri-ciri pare putih adalah buahnya berbentuk bulat panjang, berukuran besar, dan berwarna putih. Permukaan buah berbintil-bintil dengan ukuran besar dan arahnya sepanjang buah, rasa buah tidak begitu pahit.

2. Pare Hijau (Pare Gengge atau Pare Kodok)

Ciri-ciri pare hijau adalah buah berbentuk lonjong kecil dan berwarna hijau. Permukaan buah berbintil-bintil dengan ukuran kecil dan halus, rasa buah pahit.

3. Pare Ular (Pare Belut atau Pare Alas Leuweung)

Pare ular sebenarnya bukan genus Momordica, namun termasuk genus Trichosanthus (Trichosanthus anquina L. sin. T. Cucumerina). Pare ini berasal dari India dan sekarang telah tersebar ke Asia Tenggara, Jepang, Cina, Afrika Barat, Karibia, Amerika (tropis) dan Australia. Ciri-ciri pare ular adalah buah berbentuk bulat panjang, agak melengkung, dan panjangnya mencapai ± 60 cm. Permukaan (kulit) buah berwarna belang-belang, yaitu hijau keputih-putihan mirip kulit ular. Rasa daging buah tidak begitu pahit (Rukmana, 1997).


(12)

commit to user

Rasa pahit pada tanaman pare disebabkan oleh kandungan zat sejenis glukosida yang disebut momordisin dan charantin. Para ahli kesehatan menemukan kandungan zat lain pada tanaman pare, antara lain insulin dan resin. Meskipun semua pare rasanya pahit, namun setiap jenis memiliki tingkat kepahitan yang berbeda-beda (Anonim, 2009)

Tanaman pare dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah dataran rendah sampai ketinggian 500 m/dpl. Penanaman pare di dataran tinggi (pegunungan) sering menghasilkan buah berukuran kecil-kecil dan tidak normal. Persyaratan iklim yang dikehendaki tanaman pare, antara lain daerah yang mempunyai suhu antara 18°C-24°C, tempatnya terbuka atau mendapat sinar matahari penuh, kelembapan udara cukup tinggi antara 50%-70% dan curah hujannya relatif rendah (60mm-200mm/bulan) (Sunarjono, 2004).

Lokasi kebun pare harus memenuhi persyaratan tanah yang memadai. Tanah yang paling baik bagi tanaman pare adalah tanah lempung berpasir yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik, serta tingkat kemasamannya (pH) antara 5-6 (Nazaruddin, 1999).

B. Tata Laksana Budidaya Tanaman Pare

1. Persiapan lahan tanam

Lahan untuk kebun pare disiapkan dalam bentuk bedengan atau langsung membuat lubang tanam berukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm dengan jarak antar lubang 60 cm – 200 cm. Tata cara penyiapan lahan untuk kebun pare adalah membersihkan lahan dari rumput liar (gulma), lalu olah tanahnya sedalam 30 cm – 40 cm hingga gembur.

Tanah dikeringanginkan selama ± 15 hari. Kemudian buat bedengan berukuran lebar 60 cm – 80 cm(sistem 1 baris) atau 2 m – 4 m(sistem 2 baris), tinggi 30 cm – 40 cm, panjang disesuaikan dengan keadaan lahan dan jarak antar bedengan 40 cm – 60 cm. Lalu sebarkan pupuk organik (20 ton/ha) di atas permukaan bedengan. Sebaiknya pupuk ini diberikan 2-3 minggu sebelum penanaman. Lalu sebarkan seluruh dosis pupuk buatan (urea, TSP, KCl) pada bedengan, lalu dicampur merata dengan lapisan


(13)

commit to user

tanah atas. Pasang mulsa pada tiap bedengan. Biarkan bedengan bermulsa plastik dikeringanginkan selama 3-5 hari agar pupuk melarut dengan air tanah (Rukmana, 1997)

Jarak antar lubang pada mulsa 200 cm x 60 cm atau 200 cm x 100 cm. Ukuran ini bervariasi tergantung jenis tanaman dan jumlah pemberian pupuk dasarnya. Lubang tanam dibiarkan terjemur matahari selama ± 3 hari agar bibit penyakit yang mungkin ada terbasmi.

2. Penyiapan benih dan bibit

Tanaman pare dapat dibudidayakan secara langsung dengan biji atau melalui persemaian.

a. Penanaman langsung

Untuk penanaman langsung, lahan yang telah disiapkan dapat dilubangi dengan kedalaman 3-4 cm dengan jarak sesuai dengan jarak tanam yang dipilih. Ke dalam tiap lubang tersebut dimasukkan 1-2 benih lalu ditutup dengan sedikit tanah dan dibarengi dengan pemberian furadan untuk menagkal serangan nematoda yang dapat merusak pertumbuhan benih. Supaya kelembapan tanahnya terpelihara, setelah selesai penanaman tanah di sekitar tanaman tersebut disiram. Penyiraman selanjutnya dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanaman. b. Penanaman tidak langsung (melalui persemaian)

Persemaian bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan tunas yang merata, presentase daya tumbuh yang tinggi dan penghematan penggunaan benih. Persemaian memerlukan tanah yang remah. Tanah yang keras akan mengganggu pertumbuhan bibit. Di samping itu, tanah persemian juga harus cukup mengandung bahan organik sehingga dapat menyimpan air. Tanah persemaian tidak perlu terlalu subur. Tanah yang terlalu subur mengakibatkan pertumbuhan bibit terlalu cepat. Sebaliknya tanah persemaian yang kurang subur menyebabkan pertumbuhan akar bibit relatif lebih besar dari batangnya.


(14)

commit to user

Langkah-langkah dalam persemaian adalah dengan menyiapkan plastik polybag berukuran 8 cm x 10 cm yang dilubangi bagian dasarnya. Siapkan media semai berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Isi tiap polybag dengan media semai hingga cukup penuh. Siram media semai dengan air bersih hingga cukup basah. Semaikan benih pare yang telah berkecambah sebanyak 1 butir pada tiap polybag dengan kedalaman 1 cm – 1,5 cm. Biarkan benih pare tumbuh hingga berdaun 3 - 4 helai. Siram secara kontinu 1-2 kali sehari atau tergantung cuaca (Setiawan dan Trisnawati, 1993).

3. Penanaman

Waktu tanam pare yang paling baik adalah pada awal musim hujan. Namun, di daerah yang keadaan tanah atau pengairannya memadai penanaman dapat dilakukan sepanjang tahun. Pada sistem penanaman melalui persemain, pemindahan bibit ke lahan dapat dilakukan ketika bibit berdaun 3-4 helai. Bibit yang dipilih adalah yang pertumbuhannya subur dan nampak sehat. Waktu tanam bibit pare yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari ketika suhu udara dan terik matahari tidak terlalu tinggi.

Cara penanamannya adalah siram media semai dalam polybag dengan air bersih hingga cukup basah. Keluarkan bibit pare bersama akar-akar dan tanahnya dari polybag dengan cara membalikkan posisi bibit, kemudian polybag diambil secara hati-hati. Letakkan bibit dalam lubang tanam yang telah disediakan. Timbunlah dengan tanah di sekelilingnya dan tekan sedikit. Siram tanah di sekitar pangkal batang bibit pare dengan air bersih hingga cukup basah (Anonim, 2009).

4. Pemeliharaan tanaman

a. Penyiraman (pengairan)

Pada fase awal pertumbuhan, tanaman pare memerlukan ketersediaan air yang memadai. Penyiraman dilakukan 2 x sehari, tergantung cuaca dan keadaan tanah. Hal penting yang perlu


(15)

commit to user

diperhatikan dalam pengairan adalah tanah tidak terlalu basah (menggenang) ataupun terlalu kering (Rukmana, 1997).

b. Pemupukan

Selain pupuk dasar, tanaman pare perlu juga diberi pupuk susulan berupa campuran Urea, TSP dan KCl dengan perbandingan 1:2:2 untuk tanah berpasir. Sedangkan untuk tanah liat komposisinya 1:2:1. Setiap tanaman diberi 10 gr, berarti untuk setiap tanaman memerlukan 2 gr Urea, 4 gr TSP dan 4 gr KCl.

Pupuk susulan pertama diberikan ketika tanaman berumur 3 minggu. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara membenamkan pupuk sedalam 5 cm pada jarak 10 cm dari batang tanaman. Pupuk campuran tersebut diberikan lagi 2 minggu kemudian dengan dosis ½ pupuk susulan pertama.

Selain pupuk tadi, tanaman pare juga diberi pupuk tambahan berupa pupuk majemuk NPK dengan dosis 5 gr/tanaman. Pupuk majemuk ini diberikan 2 minggu setelah pemberian pupuk susulan yang pertama. Interval pemberiannya 2 minggu sekali sampai tanaman berusia 4 bulan.

Pupuk daun juga baik diberikan dengan konsentrasi 0,2% (2cc/liter) untuk tiap tanaman. Interval penyemprotannya 1 minggu sekali. Pemupukan melalui daun dilaksanakan untuk menghindari larutnya unsur hara sebelum dapat diserap oleh akar. Beberapa unsur hara yang efektif disemprotkan melalui daun adalah N, P, K, S, Ca, Mg serta unsur-unsur hara mikro. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada pagi hari antara pukul 08.00-10.00 atau pada sore hari pada pukul 15.30-16.30. Untuk tanaman pare, biasanya petani menggunakan pupuk daun Lauxin (Setiawan dan Trisnawati, 1993).

c. Pemasangan tempat merambat tanaman

Tanaman pare merupakan tanaman merambat dan berkulit buah tipis serta halus. Oleh karena itu, perlu tempat merambat untuk menjauhkan buahnya dari tanah agar tidak busuk. Tanaman yang


(16)

commit to user

berumur 2-3 minggu harus sudah dibuatkan turus atau para-para. Bentuknya bisa bermacam-macam sesuai dengan jenis tanaman pare. Macam-macam bentuk turus dan para-para adalah sebagai berikut : 1. Sistem ajir (turus)

Tata cara pemasangan ajir adalah dengan cara menyiapkan ajir dari bilah bambu atau batang kayu kecil setinggi 2 m – 2,5 m. Tancapkan ajir di dekat tanaman pare secara tegak ± 10 cm. Pasang bambu atau kayu yang menghubungkan ajir dengan turus lainnya kemudian ikat erat-erat.

2. Sistem para-para mendatar

Tata cara pemasangan para-para mendatar adalah dengan menyiapkan tiang bambu atau batang kayu kecil setinggi 1 m – 1,5 m dan bilah bambu untuk para-para sesuai kebutuhan. Pasang (tancapkan) tiang bambu pada tiap tanaman pare sejauh 10 cm – 15 cm dari batang tanaman. Pasang bilah bambu sambil membentuk para-para secara mendatar yang menghubungkan antar bilah bambu, kemudian ikat erat-erat.

3. Sistem para-para setengah lingkaran

Tata cara pemasangan para-para setengah lingkaran adalah dengan menyiapkan bilah bambu minimal sepanjang 5 m. Tancapkan kedua ujung bilah bambu membentuk setengah lingkaran yang menghubungkan antar tanaman pare. Pasang bambu secara horizontal yang menghubungkan antar tiang, kemudian ikat erat-erat (Rukmana, 1997).

d. Penyiangan

Gulma yang tumbuh di kebun pare merupakan pesaing dalam kebutuhan air, unsur hara, dan sinar matahari bagi tanaman pare. Oleh karena itu, rumput perlu disiangi (dibersihkan). Waktu penyiangan dilakukan bersamaan dengan kegiatan penggemburan tanah dan pemupukan, yaitu saat tanaman pare berumur 15, 30, 45 atau tergantung keadaan pertumbuhan rumput liar. Penyiangan dilakukan


(17)

commit to user

dengan mencabut atau membersihkan semua rumput liar secara hati-hati menggunakan tangan ataupun cangkul (Sunarjono, 2004).

e. Pemangkasan (perompesan)

Pemangkasan tanaman pare dilakukan 2 kali. Pertama saat tanaman berumur 3 minggu. Tunas yang tumbuh kesamping setelah pemangkasan dirambatkan ke kiri dan ke kanan para-para atau ajir. Pangkasan berikutnya dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu. Pada saat ini cabang yang tua dan tidak tumbuh lagi dipotong. Selain itu, daun yang tua dibuang, begitu juga cabang yang rusak, patah atau terkena serangan penyakit.

Panjang batang pare harus diatur untuk mendapatkan produksi optimum. Panjang batang yang ideal untuk tanaman pare adalah 2-3m. Jika panjang batang telah melebihi batas tersebut, maka harus dipangkas karena tidak akan produktif lagi menghasilkan bunga. Bagian yang dipangkas adalah pucuknya. Pemangkasan dapat menggunakan tangan atau gunting (Nazaruddin, 1999).

f. Pembungkusan buah

Tanaman pare yang berumur 1,5 – 2 bulan mulai berbunga betina yang kelak menjadi buah. Pada stadium buah masih kecil atau pentil sebaiknya segera dilakukan pembungkusan buah dengan kantong plastik, kertas minyak ataupun dengan dedaunan. Pembungkusan buah

pada stadium pentil bertujuan menghindari atau menekan

kemungkinan serangan hama lalat buah penyebab busuk dan ulat pada buah pare.

Cara membungkus buah pare adalah dengan menyiapkan bahan berupa kantong plastik, kertas minyak atau dedaunan yang cukup lebar dan tali. Tentukan (pilih) buah pare yang masih kecil (stadium pentil). Bungkuskan kantong plastik pada buah pare hingga seluruh bagian buah tertutup. Ukuran pembungkus harus lebih besar daripada buah pare. Ikat kantong plastik pada bagian pangkal atau tangkai buah pare


(18)

commit to user

erat-erat. Biarkan buah pare terbungkus hingga ukurannya mencapai maksimal atau siap petik (panen) (Anonim, 2009)

5. Pengendalian hama dan penyakit

Yang dimaksud dengan hama tanaman pare adalah semua binatang yang merugikan tanaman ini. Sedangkan yang dimaksud dengan penyakit adalah semua gangguan pada tanaman pare yang disebabkan oleh jamur, bakteri, virus dan juga kekurangan unsur-unsur hara dalam tanah. Dari hasil penelitian para ahli, dapat diidentifikasikan hama-hama yang mengganggu tanaman pare. Hama penting yang sering menyerang tanaman pare adalah sebagai berikut :

a. Ulat Grayak (Sodopetra litura)

Ulat ini menyerang pada malam hari, daun tanaman bisa ludes. Keesokan harinya hanya tinggal tanaman yang rusak, sedangkan hamanya sudah bersembunyi di dalam tanah. Ulat grayak atau Sodopetra litura merupakan keluarga Noctuidae. Hama ini bersifat polifag (makan bermacam-macam famili tanaman). Ulat dan ngengat ulat grayak hanya keluar pada malam hari dan bersembunyi pada siang hari. Warna ulat bermacam-macam dan mempunyai ciri yang khas, yaitu pada ruas perut yang keempat dan kesepuluh terdapat bentuk bulan sabit berwarna hitam, dibatasi garis kuning pada samping dan punggungnya.

Pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan diberantas secara mekanis, yaitu telur yang ada dan baru menetas

diambil bersama-sama dengan daun tempat menempelnya.

Pengambilan ini jangan sampai terlambat sebab apabila ulat telah besar akan bersembunyi di dalam tanah. Diberantas secara biologis, yaitu disemprot dengan Bacillus thungiriensis atau Borrelinavirus litura. Pembersihan gulma supaya tidak menjadi tempat berkembang biak dan bersembunyi ngengat dan ulat. Diberantas secara kimia dengan disemprot insektisida, misalnya Decis 2,5 EC atau Supracide 40 EC sesuai konsentrasi yang dianjurkan.


(19)

commit to user

b. Lembing atau Kumbang Daun (Epilachna sparsa)

Daun pare yang terserang lembing atau kumbang daun hanya tinggal tulang daun. Daun menjadi kering dan kecoklatan. Akibatnya, produksi tanaman akan turun. Bentuk lembing atau kumbang ini bulat, warnanya merah dengan bercak-bercak hitam sebanyak 12-26. Lembing ini memiliki bulu-bulu halus. Lembing ini sangat rakus dan dapat hidup lebih dari 3 bulan.

Pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan diberantas secara mekanis, yaitu telur, larva dan kutu dapat ditangkap dengan tangan dan dimatikan. Diberantas secara kimia dengan disemprot insektisida, misalnya Curacron 500 EC, Decis 2,5 EC, Confidor 200 SL, Marshall dan lain-lain dengan konsentrasi yang dianjurkan. Berusaha tani dengan mengembangkan sistem rotasi (pergiliran tanaman).

c. Lalat Buah (Dacus cucurbitae Coq)

Gejala serangan lalat buah ini adalah daging buah tidak dapat dimakan karena telah berubah menjadi air dengan ratusan belatung yang menjijikkan. Dari luar keadaan buah tersebut tampak sehat. Jika menyerang batang, menyebabkan batang menjadi bisulan dan buahnya menjadi kecil-kecil berwarna kuning. Pada tingkat serangan berat menyebabkan buah busuk dan rontok.

Lalat yang dewasa ukurannya sedang ± 0,5 cm, warnanya kuning dan sayapnya datar. Pada tepi ujung sayapnya terdapat bercak-bercak berwarna cokelat kekuningan. Lalat ini menusuk kulit buah dengan meletakkan telur sekitar 100-120 butir. Telur ini akan menetas 2-3 hari kemudian, lalu menjadi larva (ulat) yang akan membuat terowongan di dalam buah dan memakan dagingnya selama 2 minggu. Ulat yang telah dewasa meninggalkan buah dan jatuh di atas tanah, kemudian membuat terowongan sedalam 2-5 cm dan berpupa.

Pengendalian yang dapat dilakukan dengan cara kebersihan harus dijaga. Semua buah yang telah terserang dikumpulkan menjadi


(20)

commit to user

satu dan dimusnahkan. Lalat ditangkap dengan umpan minyak citronella yang dapat menarik lalat jantan atau dengan protein hydrolysat dicampur insektisida, misalnya malathion. Lalat yang memakan umpan tersebut akan mati. Tanah dicangkul atau dibajak sehingga kepompong yang berada di dalam tanah terkena sinar matahari dan mati. Buah dibungkus dengan kertas minyak atau plastik (Setiawan dan Trisnawati, 1993).

d. Trips

Gejala yang ditimbulkan adalah daun muda dan tunas menjadi keriting, tanaman menjadi kerdil. Penyebab dari gejala tersebut adalah hama yang bernama ilmiah Thrips parvispinus Karny. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara melakukan sanitasi lingkungan dengan memusnahkan sisa tanaman dan inang yang berada di sekitar tanaman pare. Dapat juga dengan menyemprotkan insektisida seperti marshall, dimetoate, sipermetrin (Rukmana, 1999).

Penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal. Penyebab penyakit ada beberapa macam, yaitu disebabkan oleh cendawan, bakteri, virus, kekurangan air dan lain-lain. Pada tanaman pare, beberapa jenis penyakit yang dapat menyerang adalah sebagai berikut :

a. Penyakit embun tepung (powdery mildew)

Gejala awal ditandai dengan adanya tepung putih pada daun terbawah tanaman. Daun yang terserang menjadi kuning, cokelat dan akhirnya mengering. Selain daun, juga menyerang batang yang masih muda sehingga batang seperti dilapisi oleh tepung (powder). Jika seluruh daun sudah terserang, tanaman akan lemah dan mati atau buah yang dihasilkan tidak normal. Penyebab gejala tersebut adalah cendawan Oidium sp.

Penyakit tersebut dapat ditanggulangi dengan mengurangi kelembapan di sekitar tanaman dengan cara pengaturan jarak tanam dan drainase yang baik, membuang bagian yang terserang. Disemprot


(21)

commit to user

dengan fungisida sulfur berdosis 2gr/liter air sebagai pencegahan dan penyembuhan (Setiawan dan Trisnawati, 1993).

b. Penyakit antraknosa

Gejalanya adalah daun bernoda hitam. Pada serangan berat batang dan buah juga terserang. Serangan lebih berat terjadi pada

musim hujan. Disebabkan oleh cendawan Colletrichum sp.

Pengendalian dilakukan dengan cara memusnahkan bagian tanaman yang terserang, pergiliran tanaman, dan penyemprotan dengan fungisida (misalnya Benlate berdosis 2gr/liter air) (Rukmana, 1999) c. Penyakit layu

Gejala layu tampak pada ujung daun, kemudian seluruh daun akan mangerut dan mengering. Bibit yang baru berkecambah dan tanaman muda akan mati beberapa saat setelah terinfeksi. Tanaman dewasa yang terserang tidak akan sembuh. Gejala tersebut disebabkan oleh cendawan Fusarium sp.

Pengendalian dilakukan dengan memusnahkan tanaman yang terserang, menyiramkan larutan fungisida (misalnya Benlate berdosis 2gr/liter air) ke tanah bekas tanaman yang sakit, dan menggunakan benih yang tahan terhadap serangan patogen.

d. Penyakit virus

Gejala serangan tampak jelas pada daun muda, yaitu terdapat bercak kekuning-kuningan. Penyakit ini menyerang semua stadium tumbuh. Penyebab gejala tersebut adalah cucumber mosaic virus (CMV). Pengendalian dilakukan dengan cara memusnahkan tanaman yang terserang, memberantas vektor virus (serangga), menyeleksi bibit yang akan dipindah ke lapang dan pemupukan yang seimbang agar kondisi tanaman lebih baik (Setiawan dan Trisnawati, 1993).

6. Panen dan pasca panen a. Panen

Pemanenan buah pare tergantung pada tujuan penggunaannya. Buah yang dipetik untuk tujuan konsumsi berbeda dengan buah yang


(22)

commit to user

dipetik untuk tujuan pengadaan benih. Untuk tujuan konsumsi, buah dapat dipetik ketika belum tua benar. Ciri-ciri buah pare siap dipanen adalah ukuran buah maksimum, namun tidak terlalu tua. Bintil-bintil permukaan kulit tampak masih agak rapat dengan galur yang belum melebar. Buah berwarna hijau keputih-putihan atau putih susu, tergantung jenis atau varietasnya. Sedangkan ciri-ciri buah pare yang digunakan untuk pengadaan benih adalah buah berwarna kuning, daging buah lunak dan bintil-bintil kulitnya sudah melebar.

Panen pertama dapat dilakukan pada waktu tanaman berumur 3 bulan sejak tanam benih atau 2 bulan setelah pindah tanam bibit dari persemain. Panen berikutnya dilakukan secara periodik 2 kali dalam seminggu atau tergantung kebutuhan. Cara panen buah pare adalah dengan memetik satu persatu bersama sebagian tangkai buah. Pemetikan dilakukan secara perlahan dan hati-hati dengan tangan, pisau maupun gunting tajam (Nazaruddin, 1999).

b. Pasca panen

Pare termasuk sayuran yang mudah rusak dan cepat busuk. Untuk mempertahankan kesegaran buah pare perlu penanganan pasca panen yang memadai. Setelah hasil panen dikumpulkan dalam tempat penyimpanan seperti karung, keranjang atau container lalu dilakukan sortasi dan grading. Hal ini betujuan untuk mengklasifikasikan buah menurut jenis, ukuran (berat) dan warna. Kemudian buah dibersihkan dengan cara dicuci dan dikeringkan. Pengemasan dapat dilakukan dengan memasukkan buah pada kantong plastik ataupun disesuaikan permintaan pasar. Setelah itu buah dapat dipasarkan kepada konsumen baik secara langsung ataupun tidak langsung (Sunarjono, 2004).


(23)

commit to user

C. Proses Perbenihan

Proses penanganan pasca panen buah pare untuk mendapatkan benih yang baik diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Pelepasan biji

Untuk menyiapkan benih, diperlukan buah pare yang benar-benar masak dan sehat. Buah pare dibiarkan menua di pohonnya, setelah itu dipetik dan bibiarkan selama 2-3 hari sampai buah merekah, berair dan dagingnya yang menempel mudah dipisahkan. Lalu biji dipisahkan dari bagian yang lain, cuci biji pare tersebut dengan menggunakan air yang mengalir agar daging yang menempel mudah terlepas.

Pelepasan biji bisa menggunakan pisau atau sendok makan. Tidak semua biji dari bagian tengah atau buah bisa lolos menjadi benih bermutu. Biji ini masih harus tetap diseleksi lagi, sampai mendapatkan benih yang bentuk, ukuran dan warnanya seragam (Mugnisjah dan Setiawan, 2004). 2. Perlakuan dengan fungisida dan insektisida

Perlakuan benih dengan bahan kimia sebelum disimpan maupun ditanam biasanya dilakukan untuk menghindari benih dari serangan hama dan penyakit. Penyakit yang menyerang benih yang disimpan umumnya disebabkan oleh cendawan yang mengkontaminasi benih dari lapangan. Fungisida yang biasa digunakan antara lain Dithane M-45, Thiram Cerean, Araan, Cuprocide, Captan dan lain-lain. Benih cerealia dapat digunakan

fungisida Organo-mercury mial, Agrosan dan Ceresan. Benih legume dan

rumput makanan ternak dapat diperlakukan dengan Ethyl mercury

phosphate, Methyl mercury nitrate atau Arusan kering (dry method) bila berbentuk tepung atau secara basah (wet method) cara kerjanya yaitu berfungsi sebagai racun kontak sebagai pengendali cendawan, jamur dan serangga pengganggu (Oren dan Louis, 2002).

3. Pengeringan

Pengeringan benih adalah suatu cara untuk mengurangi kandungan air dalam benih dengan tujuan agar benih dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Kandungan air pada benih sangat menentukan lamanya


(24)

commit to user

penyimpanan. Metode pengeringan yang termasuk pengeringan alami adalah pengeringan dengan matahari, pengeringan tanpa pemanasan, dengan pemanasan, pengeringan dengan angin yang dikeringkan, pengeringan beku. Pengeringan dapat pula dilakukan dengan alat pengering (Artifical drying) (Oren dan Louis, 2002).

4. Seleksi Benih

Seleksi benih merupakan cara untuk mengetahui baik dan buruknya suatu benih yang akan kita tanam berdasarkan sifat fisik benih itu sendiri. Ciri-ciri fisik benih yang baik dan bermutu antara lain :

a. Benih memiliki bentuk, ukuran dan warna yang seragam. Permukaan kulit benih harus bersih dan mengkilat. Tidak ada yang kotor atau keriput. Benih yang keriput merupakan pertanda bahwa buah dipetik pada saat buah belum cukup umur.

b. Benih tidak tercampur dengan benih atau bahan lain, kotoran (other material) dan biji lain (other seed) (Mugnisjah dan Setiawan, 2004). 5. Uji viabilitas dan vigor benih

Pengujian benih ditujukan untuk mengetahui kualitas benih. Informasi tersebut tentunya akan sangat bermanfaat bagi produsen, penjual atau konsumen benih, karena mereka bisa memperoleh keterangan yang dapat dipercaya tentang mutu atau kualitas benih. Daya kecambah dan kekuatan tumbuh dapat ditunjukkan melalui gejala metabolisme benih dengan gejala pertumbuhan. Uji viabilitas benih dapat dilakukan secara tidak langsung, misalnya dengan mengukur gejala-gejala metabolisme ataupun secara langsung dengan mengamati dan membandingkan unsur-unsur tumbuh penting dari benih dalam suatu periode tumbuh tertentu. Struktur pertumbuhan yang dinilai maliputi akar, daun dan daun lembaga.

Daya dan kecepatan berkecambah benih merupakan salah satu ukuran untuk menentukan mutu dan kualitas benih. Daya kecambah benih adalah kemampuan bagian-bagian penting dari embrio untuk berkembang secara normal pada lingkungan yang sesuai. Benih diuji daya tumbuh atau daya kecambahnya pada jangka waktu tertentu (Oren dan Louis, 2002).


(25)

commit to user 6. Sertifikasi benih

Sertifikasi merupakan proses pemberian sertifikat benih tanaman setelah melalui pemeriksaan, pengujian dan pengawasan serta memenuhi semua persyaratan untuk diedarkan. Tujuan dari sertifikat benih adalah untuk menjamin kemurnian dan kebenaran varietas dan untuk menjamin ketersediaan benih bermutu secara berkesinambungan. Pelaksanaan sertifikasi dilakukan oleh instansi pemerintah atau perorangan/badan hukum yang telah memperoleh izin sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Tahapan kegiatan sertifikasi meliputi :

a. Pemeriksaan lapangan

Pemeriksaan lapangan bertujuan untuk mengetahui kebenaran sumber benih dan benih sumber, ada atau tidak terjadinya persilangan liar dan tercampurnya pertanaman dengan tanaman lain. Pemeriksaan untuk perbanyakan benih dengan biji dilakukan terhadap morfologi tanaman dan untuk perbanyakan secara vegetatif dilakukan terhadap kebenaran dan atau kesehatan materi induknya pada tahap-tahap pertumbuhan tertentu.

b. Pengujian laboratorium

Dilakukan untuk mengetahui mutu benih yang meliputi mutu genetis, mutu fisiologis, mutu fisik dan kesehatan benih sepanjang mutu genetis tersebut dapat diuji di laboratorium. Sebelun diadakan pengujian laboratorium calon benih diproses terlebih dahulu

(dikeringkan, pembersihan kotoran, dikemas/disusun rapi)

dikelompokkan ke dalam lot benih dan selanjutnya mengajukan permohonan untuk pengambilan contoh benih.

c. Pemasangan label

Dilakukan setelah calon benih telah lulus sertifikasi dan pemohon mengajukan permintaan untuk pemasangan label setelah benih dikemas atau benih siap salur.

Pengajuan permohonan sertifikasi dilakukan 10 hari sebelum tanam. Surat permohonan sertifikasi benih sayuran dilampiri dengan label benih


(26)

commit to user

yang akan ditanam, sket atau peta lapangan dan biaya pendaftaran serta pemeriksaan lapangan. Pada setiap pelaksanaan kegiatan, pemohon terlebih dahulu menyeleksi pertanaman calon benih dan selanjutnya mengajukan permintaan untuk pemeriksaan lapangan disertai dengan bukti hasil pemeriksaan sebelumnya (Anonim, 2003).

7. Pengemasan (packing)

Pengemasan ataupun pengepakan yang baik berarti melindungi produk benih dari kerusakan fisik yang menyebabkan memar, kehilangan kadar air (dehidrasi) serta mencegah busuk karena infeksi oleh organisme. Pengepakan yang dibarengi dengan bahan kimia juga merupakan tindakan untuk mencegah serangan virus dan organisme lain yang merugikan. Kadang-kadang pengepakan dikombinasikan dengan penyegelan atau penutupan yang rapat agar produk tidak terkontaminasi dengan oksigen yang dapat menyebabkan kebusukan (Anonim, 2009)

8. Pemasaran

Pemasaran merupakan suatu sistem keseluruhan dari seluruh kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik pada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

Pemasaran mencakup usaha perusahaan yang dimulai dengan

mengidentifikasi kebutuhan konsumen yang perlu dipuaskan, menentukan produk yang hendak diproduksi, menentukan harga produk yang sesuai, menentukan cara-cara promosi dan penyaluran atau penjualan produk tersebut. Kegiatan pemasaran adalah kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan sebagai suatu sistem (Dharmmasta dan Handoko, 1997).

9. Penyimpanan

Benih dalam jumlah besar disimpan dalam karung, kaleng, tong atau wadah penyimpanan lainnya yang tertutup. Lamanya benih bertahan pada kondisi ini tergantung pada kelembapan dan temperatur udara tempat penyimpanan. Untuk penyimpanan benih dalam jumlah kecil dapat digunakan kain kantong blacu, kantong kertas, kantong polyethylene,


(27)

commit to user

kantong alumunium, tabung gelas dan lain-lain. Tempat penyimpanan harus tertutup, kering dan rapat, disamping itu sirkulasi udara dalam gudang harus baik. Kombinasi dari kadar air benih yang rendah, tempat penyimpanan tertutup dan pada temperatur rendah merupakan kondisi penyimpanan yang paling baik (Oren dan Louis, 2002).

10. Analisis usaha tani

Ilmu usaha tani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu, pengelolaan) yang terbatas untuk mencapai tujuannya, maka disiplin induknya adalah ilmu ekonomi. Beberapa elemen dalam teori ekonomi yang mungkin sangat penting dan relevan terhadap penelitian usaha tani mencakup prinsip keunggulan komparatif, kenaikan hasil yang berkurang, substitusi, analisis biaya, biaya yang diluangkan, pemilihan cabang usaha dan bakutimbang tujuan.

Prinsip analisis biaya ini sangat penting untuk diketahui, karena tiap petani dapat menguasai pengaturan biaya produksi dan usaha taninya. Penggolongan biaya produksi berdasarkan sifatnya. Biaya tetap (fixed cost) ialah biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi, contohya sewa lahan. Biaya tidak tetap (variable cost) ialah biaya yang berubah apabila luas usahanya berubah. Biaya ini ada apabila ada sesuatu barang yang diproduksi, contohnya upah kerja. Penentuan apakah suatu biaya tergolong biaya tetap atau biaya tidak tetap tergantung sebagian pada sifat dan waktu pengambilan keputusan itu dipertimbangkan (Soekartawi, Dillon, Hardakek dan Soeharjo, 1986).


(28)

commit to user

21

BAB III. TATA LAKSANA PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan Praktek Kerja Magang (PKM) ini dilaksanakan di C.V

Multi Global Agrindo (MGA), yang beralamat di Dukuh Bangsri, Desa

Jaganan, Kec. Karangpandan, Kab. Karanganyar, Jawa Tengah. Adapun pelaksanaan magang ini kurang lebih 1 bulan, yaitu dari tanggal 15 Februari - 15 Maret 2010.

B. Metode Pelaksanaan

Pada Praktek Kerja Magang (PKM) ini metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Observasi (pengamatan)

Kegiatan Observasi (pengamatan) ini dilakukan secara rutin selama berlangsungnya kegiatan PKM. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melengkapi data yang sudah diperoleh yang akan dipergunakan sebagai materi dalam penyusunan laporan praktek kerja magang.

2. Wawancara

Metode wawancara yang dilakukan dalam kegiatan PKM ini yaitu dengan cara melakukan tanya jawab dengan pembimbing lapangan atau pihak yang terkait menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan teknologi benih unggulan tanaman pare.

3. Pelaksanaan Kegiatan Magang Perusahaan

Praktek kerja magang dengan secara langsung mengikuti kegiatan teknologi benih unggulan tanaman pare. Selain itu juga mengikuti semua kegiatan yang dilaksanakan di CV. MGA sesuai jadwal yang telah ditentukan.

4. Studi Pustaka

Pengumpulan data dengan cara memanfaatkan data yang tersedia yang berhubungan dengan kegiatan praktek magang. Data tersebut didapatkan dari internet, buku, arsip, dan lain sebagainya yang bersifat informatif dan relevan.


(29)

commit to user

C. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden. Dalam pelaksanaan kegiatan magang ini data primer diperoleh dari wawancara dengan manajer perusahaan, karyawan maupun masyarakat sekitar perusahaan dengan menggunakan alat bantu berupa kuisioner yang dibuat oleh penulis.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumber. Dalam kegiatan magang ini yang menjadi sumber data sekunder yaitu diambil dari buku, arsip dan jurnal yang berhubungan dengan kegiatan magang.


(30)

commit to user

23

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum

1. Profil perusahaan

Multi Global Agrindo (MGA) yang terletak di JL. Solo-Tawangmangu Km.30, Karangpandan, Karanganyar ini berdiri pada tahun 1998. MGA adalah suatu badan usaha berbentuk CV yang bergerak dalam bidang plant breeding, produksi benih dan pemasaran benih. Perusahaan ini bergerak dibawah pimpinan Bapak Mulyono Herlambang SP, MP. Tahapan berdirinya perusahaan:

Tahun Kegiatan

1980-1981 Proses pembelajaran plant breeding di Yae Nogei dan

Oiska Internasional di Jepang.

1986 Lanjutan proses pembelajaran research and

development di Taiwan Agriculture Research Institute (TARI) diTaiwan.

1993-2003 Star Plant breeding seed production dan pemasaran

(dalam dan luar negeri).

1998 Bediri CV. Multi Global Agrindo (MGA).

2004 Seed production.

2005-sekarang Pengembangan pasar.

Sumber : Laporan CV. MGA

Sampai saat ini perusahaan menguasai lahan seluas ± 10 Ha yang terdiri dari 7 Ha lahan sewa dan 3 Ha lahan milik sendiri. Letaknya tersebar di daerah Karanganyar, yaitu di Singit, Bangsri, Bolong, Salam, Sub Terminal Agribisnis (STA), Puntuk, Bulu, Karangpandan, Bulan dan Jetis. Berbagai macam komoditas ditanam dilahan tersebut diantaranya adalah bligo, cabai, melon, terung dan semangka. Perusahaan memiliki Visi dan Misi sebagai berikut :

a. V I S I

MGA Pelopor Breeding di Indonesia untuk menghasilkan benih unggul hybrid F1 bermutu tinggi. Memenuhi kebutuhan pasar dalam dan luar negeri. Dengan benih MGA yang baik maka produksi/pendapatan petani meningkat merupakan keberhasilan.


(31)

commit to user

b. MISI

§ Pengumpulan plasma nutfah dari seluruh dunia.

§ Pembentukan Seed Bank.

§ Melaksanakan Research And Develudment (R&D). § Uji multi lokasi di dalam dan luar negeri.

§ Produksi benih hybrid dan bermutu tinggi. § Pemasaran benih dalam dan luar negeri.

§ Kemitraan dengan pelaku agribisnis dan pemerintah.

§ Peningkatan SDM dan kesejahteraan karyawan.

Produksi benih yang dilakukan oleh CV. MGA telah merambah pasar dalam negeri dan luar negeri khususnya Negara Jepang. Penghargaan yang diperoleh perusahaan adalah Penghargaan Pada Acara Apresiasi Penerapan Teknologi Budidaya Maju Melon pada tahun 2001, Penghargaan Kalpataru Oleh Presiden Abdulrahman Wahid di Istana Negara pada tahun 2001, Piagam Penghargaan Atas Prestasi dan Prakarsa Dalam Upaya Pengembangan Ketahanan Pangan Melalui Pengambangan Agribisnis Pangan pada tahun 2003, Penghargaan Pada Acara Apresiasi Penerapan Budidaya Maju Melon pada tahun 2003 dan Penghargaan Pemenang 3 UKM/Masyarakat Yang Telah Menemukan/Mengembangkan Teknologi yaitu pada tahun 2004.

2. Letak Geografis

CV. Multi Global Agrindo (MGA) terletak di kemiringan tanah ± 150. Lahan MGA terletak di ketinggian 450-490m dpl. Suhu udara di lokasinya bervariasi antara 24°-31° C dengan curah hujan rata-rata 3.150m/th dan kelembapan rata-ratanya 61-91%. Jenis tanahnya latosol memiliki pH tanah berkisar antara 6,5-7,0.

3. 12 prinsip MGA yang harus dijalankan

a. Mengambil keputusan manajerial

Gerakan karyawan untuk mau mengerti, menghayati, mampu bekerja dengan baik, berdaya guna dan berkontribusi kepada perusahaan.


(32)

commit to user

b. Proses pekerjaan yang benar dan menghasilkan yang benar Standar prosedur operasaional.

c. Menggunakan sistem dortar

Mendorong menjadi bersemangat sehingga produktif, dedikatif dan menarik untuk menuju kearah yang positif.

d. Mengatur beban kerja

Semua bagian karyawan/staff mempunyai beban kerja yang optimal dan merata.

e. Memecahkan masalah yang ada dengan segera

Mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada kemudian mencari cara unruk mengatasinya.

f. Standar kerja adalah ukuran kemapuan staf / karyawan g. Operasional pengendalian

h. Menggunakan teknologi yang handal

i. Mengembangkan pemimpin yang benar-benar memahami

pekerjaannya, menjiwai filosofi perusahaan

j. Membentuk tim khusus untuk mencegah persoalan

k. Menghormati jaringan mitra kerja, menghormati teman kerja l. Efisiensi – efektifitas

4. Struktur Organisasi Perusahaan

Direktur

Bag. RND

Bag. Adminitrasi

Bag. Pemasaran

Bag. Bangwas

Bag. Produksi

kasi

kasi kasi kasi kasi kasi kasi kasi kasi kasi kasi kasi


(33)

commit to user

B. Teknis Budidaya Tanaman Pare Untuk Pembenihan

Dalam proses perbanyakan benih pare di CV. Multi Global Agrindo memerlukan cara budidaya yang benar agar dihasilkan benih bermutu tinggi. Disamping itu juga dubutuhkan cara penanganan benih pare pada periode pra panen, panen dan pasca panen yang dapat menjaga mutu benih agar lebih baik. Di bawah ini cara budidaya tanaman pare untuk diambil benihnya :

1. Persiapan dan pengolahan lahan

Gambar 4.1 Persiapan dan pengolahan lahan

Tahap awal dalam tata laksana budidaya tanaman pare adalah pemilihan lokasi yang sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman. Sebelum ditanam, tanah terlebih dahulu diseterilkan dengan cara tidak ditanami pare secara terus menerus melainkan digilir penanamannya dengan tanaman lain atau dengan menerapkan sistem rotasi tanaman. Dalam hal ini tanah yang digunakan adalah bekas tanaman padi. Jerami sisa tanaman padi dibakar dan dicampurkan dalam pengolahan tanah, tujuannya adalah untuk menambah kesuburan tanah. Persiapan dan pengolahan lahan ini dilakukan ± 1 bulan sebelum tanam. Setelah panen dilakukan, lahan didiamkan selama ± 1 minggu agar bibit penyakit yang mungkin ada dalam tanah dapat terbasmi oleh sinar matahari.

Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan gulma yang ada pada lahan, agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman pare.


(34)

commit to user

Kemudian tanah dibajak atau dicangkul supaya menjadi gembur, lalu dibuat bedengan setengah jadi dengan campuran pupuk kandang 2ton/1000 m², dolomit 2 kw/1000 m² dan pupuk buatan yang terdiri dari 35 kg ZA/1000 m², 25 kg SP36/1000 m² dan 15 kg KCl/1000 m². Ukuran lebar 150cm, panjang 500cm, tinggi 25cm. Dalam 1 bedengan ditanami 2 baris tanaman pare dengan jarak antar bedengan 200cm, sedangkan jarak antar bedengan yang digunakan untuk saluran irigasi adalah ± 30cm. Jarak tanamnya 80cm x 400cm, ukuran ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lahan.

Setelah bedengan setengah jadi selesai dibuat, kemudian didiamkan terlebih dahulu selama 3-4 hari agar komposisi pupuk yang diberikan tersebut dapat tercampur dengan matang. Kemudian dilakukan penimbunan tanah agar bedengan menjadi sempurna, dengan ukuran 50cm. Pemasangan mulsa hendaknya sampai bawah bedengan hingga hampir menutup semuanya, untuk mempersempit pertumbuhan gulma. Lubang tanam bibuat dengan menggunakan kaleng susu bekas dengan ukuran ± 10cm. Kemudian para-para yang terbuat dari bambu dipasang dengan tinggi 250cm pada setiap lubang tanam dengan kedalaman ± 20cm dan tiap batang dihubungkan dengan batang lainnya berbentuk mendatar. 2. Persemaian

Gambar 4.2 Persemaian tanaman pare

Sebelum ditanam di lahan, tanaman pare melalui proses persemaian terlebih dahulu agar bibit yang ditanam terseleksi dengan baik


(35)

commit to user

untuk menghasilkan tanaman berkualitas dan sehat. Media yang digunakan adalah dari pasir dan sekam dengan perbandingan 1 : 1 lalu

dimasukkan dalam boks plastik dengan ukuran ± 23cm x 30cm, sebanyak

setengah boks. Sebelum benih pare disemai ujung biji dipotong sedikit agar benih cepat tumbuh, karena biji pare merupakan biji yang memiliki cangkang (kulit) yang keras. Setelah peletakan benih, kemudian disiram dengan air bersih, untuk menjaga kelembapan diatas boks ditutup dengan mulsa. ± 2-3 hari kemudian bibit dipindahkan dalam polybag dengan media tanah : pupuk kandang : sekam (2 : 1 : 1). Setelah bibit berumur 14-15 hari dapat ditanam di lahan yang telah disiapkan.

3. Penanaman

Penanaman bibit pare dilakukan pada pagi atau sore hari, agar suhu matahari tidak terlalu panas. Sebelum bibit ditanam, bedengan disiram terlebih dahulu agar lembab. Penanaman dilakukan dengan cara media pada polybag dibasahi dengan air agar mudah dilepas, kemudian polybag dibalik dengan perlahan untuk mengeluarkan seluruh akar dan tanah. Kemudian dimasukkan dalam lubang yang telah disiapkan sedalam 2-3cm, tekan sedikit dengan posisi bibit tegak lurus. Lalu siram tanah di sekitar tanaman untuk menjaga kelembapan dan untuk mengurangi tingkat kelayuan tanaman pare.

4. Pemeliharaan a. Pengairan

Pada awal pertumbuhan tanaman pare memerlukan ketersedian air yang cukup untuk pertumbuhannya. Penyiraman dilakukan secara kontinu 3 hari sekali pada pagi dan sore hari, tergantung pada keadaan tanah dan cuaca. Dalam pengairan jangan terlalu basah (menggenang) atau terlalu kering. Pengairan dilakukan dengan cara dileb atau disiram di sekeliling tanaman. Seusai pengairan, keadaan air dalam parit atau saluran irigasi tidak boleh menggenag. Hal ini bertujuan agar akar tanaman tidak terendam air sehingga mengakibatkan kebuskan.


(36)

commit to user b. Pengendalian gulma (penyiangan)

Penyiangan dilakukan sedini mungkin dengan mencabut rumput (gulma) secara manual agar pertumbuhan tanaman pare tidak terganggu. Jika sudah terlihat ada rumput langsung dicabut dan dibuang, tidak dibiarkan besar baru dicabut karena rumput tersebut akan mengambil unsur hara dalam tanah yang dibutuhkan oleh tanaman pare. Minimal penyiangan dilakuakan 1 minggu sekali.

c. Pemupukan

Untuk memacu pertumbuhan tanaman pare agar tumbuh baik dan subur serta ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman tetap terjaga perlu dilakukan pemupukan susulan. Pupuk yang diberikan adalah pupuk NPK dengan dosis 2 kg/100 lt pada 3 minggu hari setelah tanam dengan interval pemupukan 1 minggu sekali. Kemudian minggu selanjutnya 3 kg/100 lt, pemupukan ini bertujuan untuk menyamakan pertumbuhan tanaman pare. Selain itu juga diberikan perekat dengan dosis 5 cc/14 lt, diberikan setiap 1 minggu sekali. Fungsi dari perekat adalah agar pupuk yang sudah diberikan pada tanaman tidak mudah larut terkena air hujan.

d. Penyulaman

Apabila terlihat dalam suatu lubang, tanamannya mati maka langsung dilakukan penyulaman atau penggantian dengan tanaman baru yang lebih baik. Penyulaman dilakuakan maksimal 5 hari setelah tanam bibit, apabila dilakukan lebih dari itu maka pertumbuhan tanaman tidak akan maksimal karena sudah tertinggal jauh pertumbuhannya dengan tanaman yang lain sehingga mengakibatkan tanaman tumbuh tidak seragam.

e. Pemangkasan

Tanaman pare merupakan jenis tanaman yang tumbuhnya merambat dan memiliki banyak cabang. Maka dari itu pemangkasan perlu dilakukan agar pertumbuhan tanaman dapat maksimal dan menghasilkan benih yang maksimal pula. Dalam budidaya tanaman pare untuk perbenihan, cabang yang dipelihara hanya sebanyak 4 buah.


(37)

commit to user

Pemangkasan dilakukan pada 12-15 hari setelah tanam. Pemangkasan dilakukan dengan cara memotong langsung cabang ke-5 menggunakan pisau atau gunting.

Pemangkasan dilakukan pada waktu pagi hari agar luka yang ditimbulkan cepat mengering. Setelah dilakukan pemangkasan lalu cabang yang dipelihara dirambatkan kekanan dan kekiri pada lanjaran atau para-para, pada setiap batang terdapat 2 cabang tanaman pare. Batang diikat dengan tali rafia, pengikatan tidak terlalu kencang tetapi dapat menahan cabang dengan baik agar pertumbuhan tanaman tidak terganggu.

f. Pengendalian hama dan penyakit

Salah satu kendala yang paling berarti dalam budidaya tanaman pare adalah adanya serangan hama dan penyakit pada tanaman. Hama yang biasa menyerang adalah trips, lalat buah, dan ulat daun. Sedangkan penyakit yang biasa menyerang tanaman pare adalah penyakit virus atau virus kuning, embun tepung, antraknosa dan layu fusarium. Untuk mencegah serangan hama dan penyakit tersebut dapat disemprotkan fungisida PPC dengan dosis 30 ml/14 lt, Ditan N45, Antracol dan Daconil dengan dosis 15 gr/20 ml. Sedangkan insektisida yang diseprotkan adalah Marshall dan Tribun dengan dosis 20 ml/14 lt per luas lahan 500 m². Penyemprotan ini dilakukan 1 minggu sekali setelah 5 hari tanam.

Apabila hama dan penyakit telah menyerang maka pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan membersihkan gulma yang tumbuh disekitar tanaman pare, mengumpulkan dan mematikan vektor, membuang daun atau bagian tanaman yang terserang jika serangan masih sedikit namun bila serangan telah menyebar dan banyak di bagian tubuh tanaman maka tanaman tersebut langsung dibuang dan dimusnakan agar tidak menyebar ke tanaman yang lainnya. Selain itu untuk mencegah juga dilakukan dengan memberikan air irigasi yang bersih, maksudnya adalah air tidak berasal dari limbah rumah tangga, limbah pabrik atau air yang sudah tercemar.


(38)

commit to user g. Kohe

Kohe adalah kegiatan menyerbukkan tepung sari dari bunga jantan ke putik bunga betina untuk menghasilkan tanaman turunan yang hybrid. Waktu pelaksanaan kohe pada tanaman pare yaitu pada pukul 07.00 sampai pukul 10.00 jika lebih dari pukul 10.00 maka bunga betina sudah layu dan tidak maksimal untuk pelaksanaan kohe. Bunga jantan dari lokasi lain yang telah disiapkan dipetik, kemudian dibawa ke bunga betina dan benang sari langsung dioleskan pada kepala putik bunga betina.

5. Panen

Gambar 4.3 Panen pare

Setelah usia tanaman 60 hari atau sekitar 2 bulan, panen pertama dapat dilakukan. Pare yang siap panen adalah buah yang talah berwarna kuning dan memiliki daging buah yang sudah lunak. Cara pemanenan yaitu dengan memotong tangkai buah dengan perlahan bisa menggunakan pisau, gunting atau tangan kosong. Untuk panen selanjutnya dapat dilakukan dengan melihat kenampakan fisik tanaman pare, sampai buah habis dapat dilakukan ± 20 kali petik tergantung jenis dan varietas tanaman pare. Buah yang telah dipetik kemudian diletakkan dalam kontainer yang telah disiapkan kemudian diangkut ke tempat penampungan atau gudang untuk dilakukan proses lebih lanjut.


(39)

commit to user 6. Pasca panen

Gambar 4.4 Proses sortasi atau pengkelasan pare

Setelah buah dikumpulkan di gudang penyimpanan, proses selanjutnya adalah disortasi atau pengkelasan dengan memilih buah pare yang mulus (baik), layu, busuk atau abnormal. Kemudian diklasifikasikan keseragamannya menurut jenis, ukuran, dan warna buah yang relatif seragam. Biasanya pengkelasan ini diambil sampel beberapa buah saja, karena pada saat pemanenan telah dibedakan berdarkan jenis atau varietasnya. Kemudian buah dibelah dan diambil bijinya menggunakan sendok makan atau pisau. Biji yang telah diambil kemudain dibersihkan dengan air yang mengalir untuk menghilangkan sisa daging buah dan kotoran yang menempel.

7. Proses produksi benih tanaman pare unggul a. Pengeringan

Gambar 4.5 Proses pengeringan benih

Pengeringan benih masih dilakukan secara sederhana dengan mengandalkan panas alami dari sinar matahari. Sebelum benih dijemur,


(40)

commit to user

terlebih dahulu direndam dalam larutan fungisida dan bakterisida yang bernama Ecolab selama ± 30 menit dengan dosis 100 ml/ 20 lt air. Penjemuran dilakukan di dalam scren house yang berada di belakang kantor CV. MGA. Waktu yang dibutuhkan untuk pengeringan adalah 3-4 hari pada waktu musim panas, sedangkan pada musim penghujan pengeringan dapat lebih lama lagi bisa sampai sekitar 6-7 hari.

b. Uji kemurnian dan keseragaman

Gambar 4.6 Keseragaman tanaman pare Jamrud, Petra dan Mutia Untuk dapat memisahkan benih murni dengan komponen-komponen lain maka terlebih dahulu perlu diketahui apa yang dimaksud benih murni. Benih murni itu sendiri bisa diartikan benih yang dominan di dalam pengujian kemurnian benih. Benih pare dipisahkan dari benih tanaman lain, kotoran dan benda mati dengan memilahnya secara manual. Setelah benih pare dipisahkan maka didapatkan benih murni yang telah terseleksi dengan baik dan dilakukan riset penanaman benih pare untuk diuji keseragamannya. Pertumbuhan tanaman pare diamati keseragamannya yang meliputi bentuk buah dan keadaan tanaman. Apabila keseragaman telah terpenuhi (80%) maka benih pare tersebut dapat diproduksi dan dipasarkan.


(41)

commit to user c. Uji daya tumbuh

Uji daya tumbuh dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan suatu benih untuk tumbuh dan berkembang secara normal pada lingkung yang telah disediakan. Kemampuan benih untuk tumbuh dan berproduksi normal pada kondisi yang optimum merupakan parameter daripada suatu viabilitas potensial benih. Pengujian daya tumbuh dilakukan dengan cara yang sederhana tetapi hemat dan benih cepat tumbuh.

Langkah-langkah dalam pengujian daya tumbuh benih adalah ambil sampel benih pare sebanyak 100 biji secara acak, kemudian potong sedikit pada bagian ujungnya. Siapkan boks dengan ukuran 23 cm x 30 cm yang telah dilapisi bawahnya dengan kertas koran yang sudah dibasahi. Kertas koran ini jangan sampai terlalu basah dan terlalu kering. Benih ditata di dalam boks jangan sampai saling menindih, kemudian ditutup lagi dengan kertas koran yang telah dibasahi. Setelah itu boks dimasukkan dalam kantong plastik warna hitam rangkap 5 dan ditali erat-erat agar kelembapan udara di dalam boks tetap terjaga. Boks disimpan di dalam ruangan dengan diberi penerangan lampu 25 watt. Setelah 2-3 hari, boks dibuka dan dihitung berapa persen benih yang berkecambah. Apabila benih berkecambah lebih dari 85%, maka benih tersebut layak dan baik digunakan atau dipasarkan.

d. Sertifikasi benih

Sebelum dipasarkan sertifikasi benih perlu dilakukan untuk mempertanggungjawabkan kwalitas benih tersebut. Sertifikasi benih dilakukan oleh Badan Pengawas dan Sertifikasi Benih (BPSP) Jawa Tengah. Tes yang dilakukan untuk sertifikasi benih adalah uji kadar air, daya tumbuh, vigor dan kemurnian benih. Setelah tes tersebut dilaksanakan, kemudian dilakukan tes kelayakan yaitu dengan melakukan percobaan penanaman pare di 3 area yang berbeda. Apabila tanaman pare tersebut dapat tumbuh dengan baik maka BPSP akan memberikan sertifikat kelayakan dan benih dapat dipasarkan.


(42)

commit to user e. Pengemasan

Gambar 4.7 Kemasan benih dalam negeri dan luar negeri

Kemasan yang baik adalah kemasan yang mampu melindungi benih dari kerusakan mekanik, kedap udara dan kedap air. Benih yang lolos uji sertifikasi kemudian dikemas. Aluminium foil digunakan untuk kemasan pasar dalam negeri, sedangkan benih yang dipasarkan di luar negeri dikemas dalam bentuk drum dengan bahan plastik. Sebelum benih dikemas terlebih dahulu dihitung beratnya, dalam setiap kemasan benih pare beratnya adalah 20 gr. Dalam kemasan dicantumkan informasi mengenai kadar air, daya tumbuh, kemurnian, tanggal kadaluwarsa, nomor lot, berat benih dan klasifikasi mengenai jenis pare tersebut. Penyimpanan benih cadangan, diletakkan dalam ruangan yang telah dimodifikasi suhu, udara, kelembapan dan tingkat keamanannya. f. Pemasaran

Benih pare CV. MGA dipasarkan baik di dalam negeri ataupun di luar negeri. Untuk pemasaran di luar negeri, CV. MGA bekerja sama dengan negara Jepang, benih yang dikirim ke Jepang masih dalam bentuk curah. Sedangkan pasar dalam negeri meliputi pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan. Pemasaran benih dilakukan dengan menitipkan produk di toko-toko pertanian, promosi kepada petani langsung dan pedagang (bakul) buah.


(43)

commit to user

C. Jenis-jenis pare unggul di CV. MGA

1. Pare JAMRUD

Nama Jamrud berarti Parenya Jamrud Katulistiwa. Pare jenis ini memiliki warna hijau gelap dan mangkilap, produksi buah tinggi, seragam, rasa tidak terlalu pahit dan cepat panen. Cocok ditanam di ketinggian 0-800m dapl. Tanaman kuat dengan percabangan yang banyak, respon terhadap pupuk. Produktifitas dan kwalitas sangat tinggi dengan berat rata-rata 8-10 kg/tanaman atau 27-33 buah/tanaman. Toleran terhadap penyakit layu, downy mildew, embun tepung dan lalat buah. Buah dapat dipanen setelah umur 40-50 hari dari penanaman.

2. Pare PETRA

Petra atau Pare Enak Tenan Rasanya memiliki warna buah putih kehijauan dan panjang buah ± 30cm, seragam, daging buah padat, rasa agak pahit. Cocok ditanam di ketinggian 0-700m dapl. Produktifitas dan kwalitas sangat tinggi dengan berat rata-rata 6-9 kg/tanaman atau 25-30 buah/tanaman. Tanaman kuat dengan percabangan yang banyak, respon terhadap pupuk. Toleran terhadap penyakit layu, downy mildew, embun tepung dan lalat buah. Buah dapat dipanen setelah umur 45-50 hari dari penanaman.

3. Pare Mutia

Mutia memiliki arti Mutiara Indah Alami. Cocok ditanam di ketinggian 0-700m dapl. Produktifitas dan kwalitas sangat tinggi dengan berat rata-rata 7-9 kg/tanaman atau 25-28 buah/tanaman. Buah seragam, kulit putih kehijauan, daging buah padat dan rasa agak pahit. Tanaman kuat dengan percabangan yang banyak, respon terhadap pupuk. Toleran terhadap penyakit layu, downy mildew, embun tepung dan lalat buah. Buah dapat dipanen setelah umur 45-50 hari dari penanaman.


(44)

commit to user

D. Analisis usaha tani pembenihan tanaman pare/1000 m²

Tabel 4.1 Biaya tetap produksi benih pare

No Keterangan Kebutuh

an Umur Ekonomis (bulan) Harga (Rp) Total Kebutuhan (Rp) Total Biaya (Rp)

1 Sewa lahan 1.000 m² 12.000.000/Ha 400.000 400.000

2 Penyusutan peralatan

Gembor 3 24 30.000 90.000 15.000

Ember 3 24 15.000 45.000 7.500

Cangkul 4 60 70.000 280.000 18.700

Sabit 2 60 15.000 30.000 2.000

Tangki sprayer 1 30 75.000 75.000 10.000

Lanjaran dan palang 3.200btg 12 160 521.000 170.700

Kantong benih 3 24 25.000 75.000 12.500

Tong benih 1 60 75.000 75.000 5.000

Pisau 3 60 5.000 15.000 1.000

Gunting 2 60 10.000 20.000 1.300

Traktor 1 120 50.000.000 50.000.000 1.666.700

Timbangan 1 60 300.000 300.000 20.000

Jumlah biaya tetap 2.330.400

Tabel 4.2 Biaya variabel produksi benih pare

No. Kegiatan/barang Jml.tenaga Hrg satuan Sub total

(Rp)

Total

(Rp) Ket.

/barang ( @ )/Rp

I Pengolahan tanah

1 Bajak 1 HOK 25.000 25.000

2 Buat bedengan 15 HOK 15.000 225.000

3 Buat saluran 5 HOK 15.000 75.000

4 Ecer pupuk 5 HOK 15.000 75.000

5 Pasang mulsa 3 HOK 12.500 37.500 437.500

II Persemaian

1 Benih 7 Sachet 15.000 105.000

2 Media 50.000

3 Semai 1 HOK 12.500 12.500

4 Perawatan 7 HOK 12.500 87.500

5 Angkut bibit 1 HOK 15.000 15.000 270.000

III Tanam

1 Penanaman 4 HOK 12.500 50.000

2

Pasang

lanjaran&palang 10 HOK 12.500 125.000 175.000

IV Pemeliharaan

1 Sulam 1 HOK 12.500 12.500

2 Pengairan 15 HOK 15.000 225.000


(45)

commit to user

4 Menali 14 HOK 12.500 175.000

5 Rompes 15 HOK 12.500 187.500

6 Pupuk susulan 10 HOK 12.500 125.000

7 Spray 18 HOK 15.000 270.000

8 Kouhai 42 HOK 12.500 525.000 1.730.000

V Saprodi

1 Pupuk kandang 2 Truck 175.000 350.000

2 Pupuk ZA 75 Kg 1.750 131.250

3 Pupuk SP36 60 Kg 2.400 144.000

4 Pupuk KCl 40 Kg 2.700 108.000

5 Pupuk NPK 15 Kg 4.000 60.000

6 Dactonil 1 Kg 120.000 120.000

7 Antrocol 0,5 Kg 96.000 48.000

8 Dithane 1 Kg 115.000 115.000

9 Trebon 2 Liter 115.000 230.000

10 Marshall 2 Liter 115.000 230.000

11 Mulsa 28 Kg 19.500 546.000

12 Rafia 12 Kg 7.500 90.000

13 Perekat 1 Liter 15.000 15.000

14 Bambu klip 4 Btg 10.000 40.000

15 Furadan 2 Kg 10.000 20.000

16 Sedotan&benang 100.000 100.000 2.859.250

VI Panen

1 Pemanenan 8 HOK 15.000 120.000

2 Prosesing benih 105 HOK 12.500 1.312.500

VII Pengeluaran untuk tanaman induk pejantan 10% 734.925

Total 7.067.175

Keterangan

HOK = Hari Orang Kerja

Analisis usaha dalam satu periode tanam adalah sekitar 4 bulan, dengan luas lahan 1.000 m², populasi tanaman 1500 pohon dan diasumsikan mortalitas 2% karena terserang hama penyakit sehingga tanaman mati dan tidak berbuah. Tanaman pare dapat menghasilkan benih 68,18 kg/1.000 m². Pengemasan setiap pack seberat 20 gr benih pare dengan harga Rp 15.000,-. Dari semua data diatas dapat dihitung analisis usaha sebagai berikut :

1. Populasi tanaman produktif = 100 % - 2 % x 1.500 = 1.470

2. Rata-rata produksi benih = 68,18 kg

= 68.180 gr


(46)

commit to user

= 3.409 sachet (unit)

4. Biaya variabel per unit = 2.330.400 : 3.409

= Rp 684,-

5. Biaya total = biaya tetap + biaya variabel

= 2.330.400 + 7.067.175 = Rp 9.397.575,-

6. Penerimaan = harga x jumlah produksi

= 15.000 x 3.409 = Rp 51.135.000,-

7. Keuntungan = Penerimaan – biaya total

= 51. 135.000 - 9.397.575 = Rp 41.737.425,-

8. BEP ( Break Even Point) adalah suatu tingkat produksi dimana penerimaan sama dengan pengeluaran, sehingga pengusaha saat itu tidak mengalami keuntungan dan kerugian.

a. BEP (rupiah) =

unit per jual a h unit per iabel biaya tetap biaya total arg var 1 -= 000 . 15 684 1 400 . 330 . 2 -= 0456 , 0 1 400 . 330 . 2 -= 9544 , 0 400 . 330 . 2

= Rp 2.441.743,50 = Rp 2.441.750,-

b. BEP (unit) =

unit per iabel biaya unit per jual a h tetap biaya total var arg -= 684 000 . 15 400 . 330 . 2 -= 316 . 14 400 . 330 . 2 = 162,78


(47)

commit to user

9. R/C Rasio ( Revenue Cost Ratio ) dihitung untuk menilai keleyakan suatu usaha. Apabila nilai lebih dari 1 maka usaha tersebut dapat dikatakan layak untuk dijalankan, dan sebaliknya.

R/C Rasio =

produksi biaya

total

penerimaan total

=

575 . 397 . 9

000 . 135 . 51

= 5,4

Nilai R/C Rasio adalah sebesar 5,4 menunjukkan usaha ini layak dijalankan, karena nilai R/C Rasio lebih dari 1.


(48)

commit to user

41

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan magang di CV. Multi Global Agrindo (MGA) adalah

1. CV. Multi Global Agrindo (MGA) adalah suatu badan usaha yang

berbentuk CV yang bergerak dalam bidang plant breeding, produksi benih dan pemasaran benih.

2. Beberapa jenis pare (Momordica Charantia L) unggulan yang telah dihasilkan oleh CV. MGA adalah pare JAMRUD, MUTIA dan PETRA. 3. Pemanenan buah pare tergantung pada tujuan penggunaannya. Buah yang

dipetik untuk tujuan konsumsi berbeda dengan buah yang dipetik untuk tujuan pengadaan benih.

4. Sebelum benih dipasarkan perlu dilakukan uji kemurnian dan keseragaman, uji daya tumbuh dan sertifikasi benih.

5. Sertifikasi benih dilakukan oleh Badan Pengawas dan Sertifikasi Benih (BPSP) Jawa Tengah. Tes yang dilakukan untuk sertifikasi benih adalah uji kadar air, daya tumbuh, vigor dan kemurnian benih.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan kepada perusahaan CV. Multi Global Agrindo (MGA) adalah

1. Dapat meningkatkan produksi benih tanaman buah dan sayuran untuk dipasarkan di dalam dan luar negeri.

2. Dapat terus menghasilakan tanaman hybrid jenis terbaru agar mampu bersaing dengan perusahaan benih lainnya.

3. Pemasaran benih CV. Multi Global Agrindo di luar negeri dapat dikembangkan lagi.


(49)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2002. Agribisnis Benih. www.situshijau.co.id. Diakses pada tanggal 7 April 2010.

b. 2003. Vademikum Perbenihan Sayuran. Direktorat Perbenihan. Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura.

c. 2008. Manfaat Tanaman Pare. www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal 3 April 2010.

d. 2009. Budidaya Tanaman Pare (Momordica charantia L). www.google.com. Diakses pada tanggal 3 April 2010.

Dharmmasta B.S dan T.H Handoko. 1997. Manajemen Pemasaran. BPFE.

Yogyakarta.

Mugnisjah, W. Q dan Setiawan, A. 2004. Produksi Benih. Bumi Aksara. Jakarta. Nazaruddin. 1999. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Oren L. Justice dan Louis N. Bass. 2002. Prinsip & Prektek Penyimpanan Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Rukmana, R. 1997. Budidaya Pare. Kanisius. Yogyakarta.

Setiawan, A. I dan Trisnawati, Y. 1993. Pare dan Labu. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soekartawi, John L. Dillon, J. Brian Hardakek dan A. Soeharjo. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Perkembangan Petani Kecil. Jakarta. Universitas Indonesia (UI-Press).


(50)

(51)

commit to user

Analisis usaha tani pembenihan tanaman pare/1000 m²

Tabel 4.1 Biaya tetap produksi benih pare

No Keterangan Kebutuh

an Umur Ekonomis (bulan) Harga (Rp) Total Kebutuhan (Rp) Total Biaya (Rp)

1 Sewa lahan 1.000 m² 12.000.000/Ha 400.000 400.000

2 Penyusutan peralatan

Gembor 3 24 30.000 90.000 15.000

Ember 3 24 15.000 45.000 7.500

Cangkul 4 60 70.000 280.000 18.700

Sabit 2 60 15.000 30.000 2.000

Tangki sprayer 1 30 75.000 75.000 10.000

Lanjaran dan palang 3.200btg 12 160 521.000 170.700

Kantong benih 3 24 25.000 75.000 12.500

Tong benih 1 60 75.000 75.000 5.000

Pisau 3 60 5.000 15.000 1.000

Gunting 2 60 10.000 20.000 1.300

Traktor 1 120 50.000.000 50.000.000 1.666.700

Timbangan 1 60 300.000 300.000 20.000

Jumlah biaya tetap 2.330.400

Tabel 4.2 Biaya variabel produksi benih pare

No. Kegiatan/barang Jml.tenaga Hrg satuan Sub total

(Rp)

Total

(Rp) Ket.

/barang ( @ )/Rp

I Pengolahan tanah

1 Bajak 1 HOK 25.000 25.000

2 Buat bedengan 15 HOK 15.000 225.000

3 Buat saluran 5 HOK 15.000 75.000

4 Ecer pupuk 5 HOK 15.000 75.000

5 Pasang mulsa 3 HOK 12.500 37.500 437.500

II Persemaian

1 Benih 7 Sachet 15.000 105.000

2 Media 50.000

3 Semai 1 HOK 12.500 12.500

4 Perawatan 7 HOK 12.500 87.500

5 Angkut bibit 1 HOK 15.000 15.000 270.000

III Tanam

1 Penanaman 4 HOK 12.500 50.000

2

Pasang

lanjaran&palang 10 HOK 12.500 125.000 175.000

IV Pemeliharaan

1 Sulam 1 HOK 12.500 12.500

2 Pengairan 15 HOK 15.000 225.000


(52)

commit to user

4 Menali 14 HOK 12.500 175.000

5 Rompes 15 HOK 12.500 187.500

6 Pupuk susulan 10 HOK 12.500 125.000

7 Spray 18 HOK 15.000 270.000

8 Kouhai 42 HOK 12.500 525.000 1.730.000

V Saprodi

1 Pupuk kandang 2 Truck 175.000 350.000

2 Pupuk ZA 75 Kg 1.750 131.250

3 Pupuk SP36 60 Kg 2.400 144.000

4 Pupuk KCl 40 Kg 2.700 108.000

5 Pupuk NPK 15 Kg 4.000 60.000

6 Dactonil 1 Kg 120.000 120.000

7 Antrocol 0,5 Kg 96.000 48.000

8 Dithane 1 Kg 115.000 115.000

9 Trebon 2 Liter 115.000 230.000

10 Marshall 2 Liter 115.000 230.000

11 Mulsa 28 Kg 19.500 546.000

12 Rafia 12 Kg 7.500 90.000

13 Perekat 1 Liter 15.000 15.000

14 Bambu klip 4 Btg 10.000 40.000

15 Furadan 2 Kg 10.000 20.000

16 Sedotan&benang 100.000 100.000 2.859.250

VI Panen

1 Pemanenan 8 HOK 15.000 120.000

2 Prosesing benih 105 HOK 12.500 1.312.500

VII Pengeluaran untuk tanaman induk pejantan 10% 734.925

Total 7.067.175

Keterangan

HOK = Hari Orang Kerja

Analisis usaha dalam satu periode tanam adalah sekitar 4 bulan, dengan luas lahan 1.000 m², populasi tanaman 1500 pohon dan diasumsikan mortalitas 2% karena terserang hama penyakit sehingga tanaman mati dan tidak berbuah. Tanaman pare dapat menghasilkan benih 68,18 kg/1.000 m². Pengemasan setiap pack seberat 20 gr benih pare dengan harga Rp 15.000,-. Dari semua data diatas dapat dihitung analisis usaha sebagai berikut :

10. Populasi tanaman produktif = 100 % - 2 % x 1.500 = 1.470

11. Rata-rata produksi benih = 68,18 kg

= 68.180 gr


(53)

commit to user

= 3.409 sachet (unit) 13. Biaya variabel per unit = 2.330.400 : 3.409

= Rp 684,-

14. Biaya total = biaya tetap + biaya variabel

= 2.330.400 + 7.067.175 = Rp 9.397.575,-

15. Penerimaan = harga x jumlah produksi

= 15.000 x 3.409 = Rp 51.135.000,-

16. Keuntungan = Penerimaan – biaya total

= 51. 135.000 - 9.397.575 = Rp 41.737.425,-

17. BEP ( Break Even Point) adalah suatu tingkat produksi dimana penerimaan sama dengan pengeluaran, sehingga pengusaha saat itu tidak mengalami keuntungan dan kerugian.

c. BEP (rupiah) =

unit per jual a h unit per iabel biaya tetap biaya total arg var 1 -= 000 . 15 684 1 400 . 330 . 2 -= 0456 , 0 1 400 . 330 . 2 -= 9544 , 0 400 . 330 . 2

= Rp 2.441.743,50 = Rp 2.441.750,-

d. BEP (unit) =

unit per iabel biaya unit per jual a h tetap biaya total var arg -= 684 000 . 15 400 . 330 . 2 -= 316 . 14 400 . 330 . 2 = 162,78


(54)

commit to user

18. R/C Rasio ( Revenue Cost Ratio ) dihitung untuk menilai keleyakan suatu usaha. Apabila nilai lebih dari 1 maka usaha tersebut dapat dikatakan layak untuk dijalankan, dan sebaliknya.

R/C Rasio =

produksi biaya

total

penerimaan total

=

575 . 397 . 9

000 . 135 . 51

= 5,4

Nilai R/C Rasio adalah sebesar 5,4 menunjukkan usaha ini layak dijalankan, karena nilai R/C Rasio lebih dari 1.


(1)

commit to user

Anonim. 2002. Agribisnis Benih. www.situshijau.co.id. Diakses pada tanggal 7 April 2010.

b. 2003. Vademikum Perbenihan Sayuran. Direktorat Perbenihan.

Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura.

c. 2008. Manfaat Tanaman Pare. www.wikipedia.com. Diakses pada

tanggal 3 April 2010.

d. 2009. Budidaya Tanaman Pare (Momordica charantia L).

www.google.com. Diakses pada tanggal 3 April 2010.

Dharmmasta B.S dan T.H Handoko. 1997. Manajemen Pemasaran. BPFE. Yogyakarta.

Mugnisjah, W. Q dan Setiawan, A. 2004. Produksi Benih. Bumi Aksara. Jakarta. Nazaruddin. 1999. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Oren L. Justice dan Louis N. Bass. 2002. Prinsip & Prektek Penyimpanan Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Rukmana, R. 1997. Budidaya Pare. Kanisius. Yogyakarta.

Setiawan, A. I dan Trisnawati, Y. 1993. Pare dan Labu. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soekartawi, John L. Dillon, J. Brian Hardakek dan A. Soeharjo. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Perkembangan Petani Kecil. Jakarta. Universitas Indonesia (UI-Press).


(2)

(3)

commit to user Tabel 4.1 Biaya tetap produksi benih pare

No Keterangan Kebutuh

an

Umur Ekonomis

(bulan)

Harga (Rp)

Total Kebutuhan

(Rp)

Total Biaya (Rp)

1 Sewa lahan 1.000 m² 12.000.000/Ha 400.000 400.000

2 Penyusutan peralatan

Gembor 3 24 30.000 90.000 15.000

Ember 3 24 15.000 45.000 7.500

Cangkul 4 60 70.000 280.000 18.700

Sabit 2 60 15.000 30.000 2.000

Tangki sprayer 1 30 75.000 75.000 10.000

Lanjaran dan palang 3.200btg 12 160 521.000 170.700

Kantong benih 3 24 25.000 75.000 12.500

Tong benih 1 60 75.000 75.000 5.000

Pisau 3 60 5.000 15.000 1.000

Gunting 2 60 10.000 20.000 1.300

Traktor 1 120 50.000.000 50.000.000 1.666.700

Timbangan 1 60 300.000 300.000 20.000

Jumlah biaya tetap 2.330.400

Tabel 4.2 Biaya variabel produksi benih pare

No. Kegiatan/barang Jml.tenaga Hrg satuan Sub total (Rp)

Total

(Rp) Ket. /barang ( @ )/Rp

I Pengolahan tanah

1 Bajak 1 HOK 25.000 25.000

2 Buat bedengan 15 HOK 15.000 225.000

3 Buat saluran 5 HOK 15.000 75.000

4 Ecer pupuk 5 HOK 15.000 75.000

5 Pasang mulsa 3 HOK 12.500 37.500 437.500

II Persemaian

1 Benih 7 Sachet 15.000 105.000

2 Media 50.000

3 Semai 1 HOK 12.500 12.500

4 Perawatan 7 HOK 12.500 87.500

5 Angkut bibit 1 HOK 15.000 15.000 270.000

III Tanam

1 Penanaman 4 HOK 12.500 50.000

2

Pasang

lanjaran&palang 10 HOK 12.500 125.000 175.000

IV Pemeliharaan

1 Sulam 1 HOK 12.500 12.500


(4)

commit to user

4 Menali 14 HOK 12.500 175.000

5 Rompes 15 HOK 12.500 187.500

6 Pupuk susulan 10 HOK 12.500 125.000

7 Spray 18 HOK 15.000 270.000

8 Kouhai 42 HOK 12.500 525.000 1.730.000

V Saprodi

1 Pupuk kandang 2 Truck 175.000 350.000

2 Pupuk ZA 75 Kg 1.750 131.250

3 Pupuk SP36 60 Kg 2.400 144.000

4 Pupuk KCl 40 Kg 2.700 108.000

5 Pupuk NPK 15 Kg 4.000 60.000

6 Dactonil 1 Kg 120.000 120.000

7 Antrocol 0,5 Kg 96.000 48.000

8 Dithane 1 Kg 115.000 115.000

9 Trebon 2 Liter 115.000 230.000

10 Marshall 2 Liter 115.000 230.000

11 Mulsa 28 Kg 19.500 546.000

12 Rafia 12 Kg 7.500 90.000

13 Perekat 1 Liter 15.000 15.000

14 Bambu klip 4 Btg 10.000 40.000

15 Furadan 2 Kg 10.000 20.000

16 Sedotan&benang 100.000 100.000 2.859.250

VI Panen

1 Pemanenan 8 HOK 15.000 120.000

2 Prosesing benih 105 HOK 12.500 1.312.500 VII Pengeluaran untuk tanaman induk pejantan 10% 734.925

Total 7.067.175

Keterangan

HOK = Hari Orang Kerja

Analisis usaha dalam satu periode tanam adalah sekitar 4 bulan, dengan luas lahan 1.000 m², populasi tanaman 1500 pohon dan diasumsikan mortalitas 2% karena terserang hama penyakit sehingga tanaman mati dan tidak berbuah. Tanaman pare dapat menghasilkan benih 68,18 kg/1.000 m². Pengemasan setiap pack seberat 20 gr benih pare dengan harga Rp 15.000,-. Dari semua data diatas dapat dihitung analisis usaha sebagai berikut :

10.Populasi tanaman produktif = 100 % - 2 % x 1.500 = 1.470

11.Rata-rata produksi benih = 68,18 kg = 68.180 gr 12.Packing pemasaran 20 gr = 68.180 : 20


(5)

commit to user

13.Biaya variabel per unit = 2.330.400 : 3.409 = Rp 684,-

14.Biaya total = biaya tetap + biaya variabel = 2.330.400 + 7.067.175 = Rp 9.397.575,-

15.Penerimaan = harga x jumlah produksi = 15.000 x 3.409

= Rp 51.135.000,-

16.Keuntungan = Penerimaan – biaya total = 51. 135.000 - 9.397.575 = Rp 41.737.425,-

17.BEP ( Break Even Point) adalah suatu tingkat produksi dimana penerimaan sama dengan pengeluaran, sehingga pengusaha saat itu tidak mengalami keuntungan dan kerugian.

c. BEP (rupiah) =

unit per jual a h unit per iabel biaya tetap biaya total arg var 1 -= 000 . 15 684 1 400 . 330 . 2 -= 0456 , 0 1 400 . 330 . 2 -= 9544 , 0 400 . 330 . 2

= Rp 2.441.743,50 = Rp 2.441.750,-

d. BEP (unit) =

unit per iabel biaya unit per jual a h tetap biaya total var arg -= 684 000 . 15 400 . 330 . 2 -= 316 . 14 400 . 330 . 2 = 162,78


(6)

commit to user

18.R/C Rasio ( Revenue Cost Ratio ) dihitung untuk menilai keleyakan suatu usaha. Apabila nilai lebih dari 1 maka usaha tersebut dapat dikatakan layak untuk dijalankan, dan sebaliknya.

R/C Rasio =

produksi biaya

total

penerimaan total

=

575 . 397 . 9

000 . 135 . 51

= 5,4

Nilai R/C Rasio adalah sebesar 5,4 menunjukkan usaha ini layak dijalankan, karena nilai R/C Rasio lebih dari 1.