PENGGUNAAN PENDEKATAN CLIENT CENTERED DALAM MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS VIII H MTS NEGERI KEDONDONG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(1)

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

OLEH AULIA FITRI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2012


(2)

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

( S k r i p s i )

OLEH AULIA FITRI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2012


(3)

Kata Kunci : konsep diri yang negatif, Pendekatanclient centered MENINGKATKAN KONSEP DIRI

PADA SISWA KELAS VIII H MTS NEGERI KEDONDONG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh AULIA FITRI

Masalah dalam penelitian ini adalah konsep diri yang negatif pada siswa. Permasalahan dalam penelitian ini adalah “apakah konsep diri yang negatif yang dimiliki siswa dapat ditingkatkan menjadi konsep diri yang positif dengan menggunakan pendekatan konseling Client Centered ?.” Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan konsep diri yang negatif menjadi konsep diri yang positif melalui penggunaan pendekatan konselingclient centered.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan desain pre experimental design jenis one group pre test and post test design. Subjek penelitian sebanyak 3 siswa kelas VIII H yang memiliki konsep diri yang negatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan skala konsep diri, wawancara, dan observasi.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa konsep diri yang negatif pada siswa dapat ditingkatkan menjadi konsep diri yang positif dengan menggunakan pendekatan client centered, hal ini ditunjukkan dari hasil analisis data dengan menggunakan uji Wilcoxon melalui bantuan program SPSS, dari hasil pre test danpost test yang diperoleh zoutput= –1,604> ztabel = –0,4452 maka, Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya bahwa konsep diri yang negatif pada siswa dapat ditingkatkan menjadi konsep diri yang positif dengan menggunakan pendekatanclient centered.

Simpulan dalam penelitian ini adalah konsep diri yang negatif dapat ditingkatkan menjadi konsep diri yang positif dengan menggunakan pendekatan client centered pada siswa kelas VIII H MTS Negeri Kedondong Tahun Pelajaran 2011/2012. Saran yang diberikan adalah (1) kepada siswa Siswa hendaknya memanfaatkan layanan dan program yang ada di bimbingan konseling untuk mengatasi masalah yang dialami khususnya dalam meningkatkan konsep diri dengan menggunakan pendekatanclient centered. (2) Kepada guru bimbingan dan konseling hendaknya dapat memberikan layanan konseling individual dalam hal ini yaitu konseling client centered kepada siswa lain yang mengalami masalah konsep diri negatif.(3) kepada peneliti selanjutnya hendaknya dapat melakukan penelitian mengenai masalah konsep diri siswa pada kondisi subjek yang berbeda dengan menggunakan teknik atau model konseling yang sama atau model konseling lainnya.


(4)

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Muswardi Rosra, M.Pd. ...

Sekretaris : Diah Utaminingsih, S.Psi., M.A., P.si. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Syarifuddin Dahlan, M.Pd. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(5)

MTS NEGERI KEDONDONG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Nama Mahasiswa : Aulia Fitri

Nomor Pokok Mahasiswa : 0613052014

Program Studi : Bimbingan dan Konseling

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama, Pembimbing Pembantu,

Drs. Muswardi Rosra, M.Pd. Diah Utaminingsih, S.Psi., M.A., P.si. NIP 19550318 198503 1 001 NIP 19790714 200312 2 001

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. NIP 19510507 198103 1 002


(6)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirrabbil’aalamin, segala puji hanyalah milik Rabb semesta alam Alloh SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ” penggunaan pendekatan client centered dalam meningkatkan konsep diri pada siswa kelas VIII H MTs Negeri Kedondong tahun pelajaran 2011/2012”. Adapun maksud penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung yang telah memberikan izin bagi penulis untuk mengadakan penelitian.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si. selaku ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Lampung.


(7)

4. Bapak Drs. Muswardi Rosra, M.Pd. selaku Pembimbing Utama, yang telah memotivasi, memberikan dukungan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Diah Utaminingsih, S.Psi, M.A, Psi. selaku Pembimbing Pembantu yang telah begitu banyak memberikan masukan, motivasi dan mengarahkan demi terselesaikannya skripsi ini.

6. Bapak Dr. Syarifuddin Dahlan, M.Pd. selaku dosen penguji utama terima kasih atas kesediannya memberikan bimbingan, saran dan kritik yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan Konseling FKIP Unila, terimakasih atas didikannya selama perkuliahan, semoga apa yang Bapak dan Ibu berikan akan sangat bermanfaat bagi saya di masa depan

8. Bapak Aceng Royani selaku Kepala MTs Negeri Kedondong yang telah berkenan memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 9. Bapak Fathul Bari selaku guru pembimbing di MTs Negeri Kedondong

terima kasih atas kesediaannya membantu penulis dalam mengadakan penelitian ini.

10. Kedua orang tuaku tercinta yang luarbiasa bijaksana dan sabar, terimakasih karena telah memberikan kasih sayang yangg tiada batas.

11. Keluarga besarku, kakak, abang, sepupu, ponakan dan semua yang sangat aku sayangi terimakasih atasdo’a dan motivasi yang diberikan kepada penulis. 12. Kakakku tersayang Merry Fatma, terimakasih atas semua yang telah


(8)

13. Sahabat-sahabat seperjuanganku Bimbingan dan Konseling angkatan 2006 Nurul Adhi, Era, Seri, Yeni, Fitri, Madam, Dhee_un, Uni Wita, Wiwin, Richa, Oki, Rere, Cipi, Maya, Bude Rina, Macil, Penti, Vivin, Linda, Nani, Wulan, Masliyah, Desma, Eka, Ami, Uci, Meita, Araw, Suci, Meri, Rista, Septi, Yuni, Wela, Nhe–Nhe, Nopai, Mba Yuni, Rizki, Adel, Hendi, Roni, Aris, Dwi Yus, Hendra, Dian Saputra, Panca, Qiyay, dan Ridho terima kasih atas bantuan do’a,motivasinya dan dukungan-dukungan yang diberikan. 14. Keluarga Besar mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2004 –2011

terkhusus untuk para pejuang skripsi yang saling menyemangati dan membantu dalam proses penyelesaian skripsi (mb encus, mb gayuh, mb nyoman, mb wisni, kak satry, mb shinta, nopai, seri, masliyah, mas roni, mas dwi, bu era, om panca, riki, TB, Titis dan kawan-kawan yang tidak dapat disebutkan satu persatu) terimakasih kebersamaan dan bantuan yang telah diberikan.

15. Sahabat-sahabat tersayang, Ade’ Nurul, Alif, Nda Een, Ani, Luthfi, Ute dan Firistiyana, terimakasih untuk kebersamaan, semangat, do’a dan motivasinya selama ini.

16. Keluargaku di bumi rantau Asrama Wongkito, Keluarga Hamim, Keluarga Qonita, Mb Umi, Mb Tina, Mb Ipung, Mb Riza, Mb Fitri, Kak Iis, Umi, Etie, Ocha, Sri, Upiekia, Fatimah, Ovi,dan Aulia Key, terimakasih atas do’a, kebersamaan, dan motivasi yang telah diberikan.

17. Saudari-saudariku di Griya Kencana A5, yuli, za, Abi devi, Lidya, Nining dan Ade, terimakasih telah menjadi keluarga kecilku selama proses akhir penyelesaian skripsi ini untuk semua bantuan, dukungan dan do’anya.


(9)

18. Teman-teman seperjuangan dalam berorganisasi (BIROHMAH,HIMAJIP, DPM FKIP, IKAMM PESAWARAN dan TKS MAN 1 Bandar Lampung) terimakasih atas do’a dan motivasinya.

19. Keluarga tarbiyahku Izzatunnisa, ZahratulJannah, dan Perindu syurga, terimakasih untuk semua kebersamaan, keceriaan, cinta dan motivasi yang telah diberikan sehingga terselesaikannya skripsi ini.

20. Adek –adek BBQ ceria 2010 (Bebi,Jeong, Ajeng,efril,Nai,puspita,ayu,Erni) BBQ 2011 (Nur, Lusi, Iin, Devi, Elvira, Anggun, Solly) Terimakasih untuk semua kebersamaan dalam jalinan persaudaraan karena Alloh, ceria dan tawa kalian telah mewarnai hari-hari penulis.

21. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih.

Allah SWT sajalah yang dapat memberikan balasan atas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Tidak sedikit kekurangan dan kelemahan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya skripsi ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Mei 2012 Penulis


(10)

Gambar Halaman

1.1 Kerangka Pikir Penelitian ... 17

3.1 Pola KelompokPre testPost test... 47

3.2 Prosedur penyusunan instrumen ... 54

4.1 Grafik peningkatan konsep Diri siswa ... 65

4.2 Grafik Peningkatan konsep Diri Tangkas Wijaya... 66

4.3 Grafik Peningkatan konsep Diri Anggi Pria Tama ... 67


(11)

Halaman DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Identifikasi Masalah ... 11

3.Pembatasan Masalah……….. 11

4. Perumusan Masalah ... 11

B. Tujuan dan kegunaan penelitian ... 12

1. Tujuan Penelitian ... 12

2. Kegunaan Penelitian... 12

3. Kerangka Pikir ... 13

4. Hipotesis... 17

II. TINJAUAN PUSTAKA... 19

A. Konsep diri ... 19

1. Pengertian konsep diri... 19

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi konsep diri... 21

2.1 Faktor internal ... 21

2.2 Faktor Eksternal ... 22

3. Jenis- jenis konsep diri ... 25

4. Komponen konsep diri ... 26

5. Isi konsep diri ... 26

B. Pendekatan KonselingClient- Centered... 31

1. Konsep pokok ... 31

2. Dasar PandanganClient- Centered Tentang Individu ... 35

3. Karakteristik KonselingClient- Centered... 38

4. Proses Konseling... 39

5. Tahapan Konseling... 41

C. Keterkaitan penggunaan pendekatanclient- centereddengan perubahan konsep diri ... 43


(12)

B. Subjek Penelitian ... 48

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 49

1. Variabel penelitian ... 49

2. Definisi Operasional Variabel... 50

D. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 51

1. Sumber Data ... 51

2. Teknik- Teknik Pengumpulan Data ... 51

E. Uji Instrument………. 54

1. Uji Validitas ... 56

2. Uji Reliabilitas ... 57

H. Teknik Analisis Data ... 58

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………. .. 60

A. Hasil Penelitian ...… 60

1. Gambaran Umum Pra Konseling ... .. 61

2. Hasil pelaksanaan konseling dengan Pendekatanclient centered...… 61

2.1 Interpretasi Data ... 64

2.4 Analisis Data Hasil Penelitian ... 70

B. Pembahasan... 71

V.KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 80 DAFTAR PUSTAKA


(13)

Lampiran Halaman

1. Kisi-Kisi Skala Konsep diri ... 85

2. Skala Konsep diri... 87

3. Lembar Observasi (penelitian) ... 89

4. Uji Validitas Instrumen (uji coba) ... 90

5. Uji Reliabilitas Instrumen (uji coba) ... 93

6. Hasil Uji Coba ... 95

7. Data Hasil Uji coba instrument... 96

8. Hasil dan Uji coba skala ... 100

9. Data Hasil Penyebaran Skala Sebelum dan Sesudah Perlakuan...103


(14)

Tabel Halaman

3.1 Data Siswa yang Memiliki Konsep Diri Negatif ... 49

3.2 Skor Nilai Alternatif Jawaban ... 52

3.3 Kriteria konsep Diri yang Negatif pada Siswa... 53

3.4 Kisi-kisi Pengembangan Instrumen Penelitian ... 56

4.1 Skor Konsep diri Sebelum dan Sesudah Perlakuan ... 64

4.2 Peningkatan konsep diri Tangkas Wijaya setelah konselingclient centered... 65

4.3 Hasil observasi Tangkas Wijaya ... 66

4.4 Peningkatan konsep diri Anggi Priatama setelah konselingclient centered... 67

4.5 Hasil observasi Anggi Priatama ... 68

4.6 Peningkatan konsep diri Mediansyah setelah konselingclient centered... 68

4.7 Hasil Observasi Mediansyah ... 69


(15)

Man Jadda Wajada

(Barangsiapa bersungguh-sungguh, maka ia akan mendapatkannya)

Orang sukses adalah orang yang berani berjuang diatas rata-rata usaha oranglain

.... Sesungguhnya Alloh tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka

sendiri ..


(16)

Dengan penuh rasa syukur kepada Alloh SWT atas terselesaikannya penulisan skripsi ini, kupersembahkan

karya kecilku ini kepada :

Ayah dan mamaku tercinta

Yang tak pernah lelah memberikan yang terbaik dalam hidupku,

Saudara dan keluargaku yang senantiasa membuat hati terasa nyaman dan bahagia

Terkhusus untuk seorang kakak tercinta, merry fatma

Seseorang yang akan membersamaiku di masa yang akan datang

Sahabat-sahabatku yang telah membersamaiku dan mengisi hari-hariku dengan keceriaan

Para guru dan keluarga tarbiyahku yang telah mengajarkan banyak hal dalam hidupku

Teman-temanku mahasiswa Bimbingan dan Konseling

Serta


(17)

Penulis dilahirkan di Tanjung Kerta, Pesawaran tanggal 09 Mei 1989, sebagai anak bungsu dari enam bersaudara dari Bapak Murtado Abdullah dan Ibu Rohilah Abbas.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Tanjung Kerta tahun 2000, Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Kedondong tahun 2003, dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) tahun 2006.

Tahun 2006, penulis terdaftar menjadi mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan, Program studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unila melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif di Organisasi, Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan (HIMAJIP) FKIP Unila, Perwakilan Mahasiswa (DPM) FKIP, Bina Rohani Islam Mahasiswa (BIROHMAH) Unila, IKAMM Pesawaran dan TKS Rohis MAN 1 Bandar Lampung. Pada Tahun 2009, Penulis melaksanakan Praktek Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah (PLBK-S) di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung.


(18)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : AuliaFitri

NPM : 0613052014

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Jurusan/Program Studi: Ilmu Pendidikan/Bimbingan dan Konseling menyatakan bahwa skripsi dengan judul”Penggunaan PendekatanClient CenteredDalam Meningkatkan Konsep Diri Pada Siswa Kelas VIII. H MTs Negeri Kedondong Tahun Pelajaran 2011/2012”benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Bandar Lampung, Mei 2012 Penulis,

Aulia Fitri


(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang

Fenomena remaja yang terjadi di Indonesia khususnya belakangan ini terjadi penurunan atau degredasi moral. Dalam segala aspek moral, mulai dari tutur kata, cara berpakaian dan lainnya. Degradasi moral ini seakan luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

Faktor utama yang mengakibatkan degradasi moral remaja ialah perkembangan globalisasi yang tidak seimbang. Virus globalisasi terus menyerang bangsa ini, khususnya pada remaja tetapi banyak orang yang seakan tidak sadar, namun malah mengikutinya. Remaja sering menuntut kemajuan di era global tanpa memandang aspek kesantunan budaya bangsa ini. Ketidak seimbangan itulah yang pada akhirnya membuat moral semakin jatuh dan rusak.

Globalisasi dapat memberikan dampak yang baik dan buruk bergantung kepada cara para remaja menanggapinya. Jika globalisasi yang datang dari


(20)

luar dan bertentangan serta tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia maka sudah selayaknya jika para remaja menanggapinya dengan bersikap lebih selektif dan berhati-hati, tidak justru mengikutinya dengan mengabaikan nilai-nilai yang berlaku di Indonesia.

Salah satu pengaruh globalisasi adalah dengan pesatnya teknologi yang berkembang, ikut berkembang pula remaja-remaja di Indonesia. Ada yang berkembang menuju hal yang positif dan adapula yang kebalikannya berkembang menuju hal yang negatif yang akan menjadi penyebab degradasi moral remaja bangsa ini.

Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa kanak- kanak ke masa dewasa. Pada masa ini remaja mengalami emosi yang rentan dan labil dalam bersikap. Sehingga remaja sering merasa kesulitan dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalahnya. Namun, untuk meminta bantuan kepada orang tua dan guru-gurunya, remaja merasa bahwa dirinya sudah mandiri dan mampu mengatasi masalah yang dihadapi dengan kemampuannya sendiri. Hal ini senada dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Hurlock.

Menurut Hurlock (1999:208) masa remaja sebagai usia bermasalah karena masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Menurutnya terdapat dua alasan bagi kesulitan itu, pertama sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru- guru sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah, kedua, karena para remaja merasa diri mandiri sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru- guru.


(21)

Remaja sebagai makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial dalam bersikap dan berperilaku tidak akan lepas dari konsep diri yang dimilikinya. Individu akan berkembang dan mengalami peningkatan-peningkatan baik secara fisik maupun psikis sesuai dengan konsep dirinya. Konsep diri adalah pandangan individu terhadap dirinya sendiri yang meliputi pandangan terhadap keadaan fisik dan kualitas dirinya, yang merupakan faktor untuk menentukan sikap dan perilaku individu dalam kehidupannya.

Konsep diri bukanlah merupakan aspek yang dibawa sejak lahir, tetapi merupakan aspek yang dibentuk melalui interaksi individu dalam berbagai lingkungan, baik itu lingkungan keluarga maupun lingkungan lain yang lebih luas. Pada dasarnya konsep diri seseorang terbentuk dari lingkungan pertama yang paling dekat dengan individu, yaitu lingkungan keluarga, tetapi lama kelamaan konsep diri individu akan berkembang melalui hubungan dengan lingkungan yang lebih luas, seperti teman sebaya, lingkungan masyarakat dan sebagainya. Hasil dari interaksi individu dengan lingkungan inilah yang lebih memberikan pengaruh yang besar terhadap konsep diri individu tersebut, terutama pengaruh kelompok teman sebaya (peer group).

Rogers (Atkinson: 1996:169) menjelaskan bahwa konsep diri adalah kesadaran tentang diri yang mencakup semua gagasan, persepsi dan nilai yang menentukan karakteristik individu. Konsep diri ini mempunyai peranan yang penting dalam menentukan perilaku individu, bagaimana


(22)

individu memandang dirinya, yang akan tampak dari karakter dan seluruh perilakunya. Kesadaran dan pandangan tentang dirinya yang dihayati akan mempengaruhi persepsi seseorang tentang kehidupan maupun perilakunya, apakah persepsi dan perilaku tersebut bersifat positif atau negatif, tergantung pada konsep diri yang positif maupun negatif dari individu tersebut. Individu yang mempunyai konsep diri yang positif akan memandang dunia dan kehidupannya dengan cara yang berbeda dibandingkan dengan individu yang mempunyai konsep diri yang negatif.

Jika dalam perkembangannya individu mempunyai konsep diri yang positif, maka individu cenderung memandang kehidupannya dengan sikap yang positif, begitu juga sebaliknya individu yang mempunyai konsep diri yang negatif, akan memandang kehidupannya dengan sikap-sikap yang negatif dan jelek, sehingga konsep diri individu yang positif maupun negatif tersebut akan berpengaruh terhadap pembentukan sikap dan perilaku individu tersebut. Konsep diri maupun negatif pada remaja bisa saja terbentuk karena adanya faktor internal dan keadaan keluarga yang juga merupakan lingkungan awal dalam membentuk konsep diri anak. Keadaan finansial keluarga, keutuhan dan keretakan dalam rumah tangga, keharmonisan keluarga, dan intensitas berkumpulnya keluarga di rumah juga akan mempengaruhi pembentukan konsep diri pada anak.

Seseorang yang mempunyai konsep diri yang positif akan terwujud dalam sikap dan perilaku yang positif. Sedangkan perilaku seseorang yang bersifat negatif merupakan gambaran atau perwujudan dari konsep diri


(23)

yang negatif. Konsep diri tersebut bercirikan individu cenderung dipenuhi dengan persepsi dan pandangan-pandangan yang negatif tentang dirinya dalam memahami dan memandang dirinya baik tentang keadaan fisik, kualitas dan kemampuan dalam mencapai harapan dan keberhasilannya serta dalam memandang kehidupannya. Orang yang mempunyai konsep diri cenderung tidak dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat beragam tentang dirinya, sebaliknya seorang yang mempunyai konsep diri yang positif maka ia cenderung dapat memahami segala fakta yang ada pada dirinya.

Sebagai contoh seseorang yang mempunyai keadaan fisik yang kurang sempurna, wajah yang kurang tampan, kemampuan intelegensi yang kurang bila dibandingkan dengan orang lain, apabila individu tersebut mempunyai konsep diri yang positif, maka kekurangan dan kejelekan dari dirinya tersebut bukanlah merupakan hal yang dipermasalahkan dan menjadi penghalang dalam hidupnya, tetapi ia akan memandang kenyataan tersebut dengan penuh kesadaran dan menyikapinya dengan positif. Individu yang mempunyai konsep diri yang positif justru akan menganggap dirinya lebih mampu dari orang lain dalam hal dan bidang yang berbeda, sehingga orang tersebut tidak selalu memandang bahwa dirinya jelek dan selalu kurang mampu dalam segala hal dari orang lain, tetapi ia akan menunjukkan bahwa walaupun ia jelek dan kurang pintar ia masih mempunyai kemampuan lain yang bisa saja lebih baik dari orang lain dalam bidang yang berbeda, sehingga kecenderungan orang yang


(24)

mempunyai konsep diri yang positif akan dapat memahami dan menerima dirinya dengan baik serta ia bisa memandang bahwa dirinya mampu dan bisa lebih baik dari orang lain.

Berbeda dengan orang yang mempunyai konsep diri yang negatif, dalam memandang keadaan tentang dirinya yang demikian itu ia akan selalu memandang dirinya jelek dan bodoh dibandingkan dengan orang lain. Ia merasa bahwa ia adalah orang yang paling jelek dan tidak mampu melakukan apa pun, baik dalam tugas maupun dalam berhubungan dan bergaul dengan orang lain. Seseorang yang mempunyai konsep diri yang negatif ini akan mempunyai kecenderungan memotret dan menilai dirinya secara negatif, sehingga bentuk sikap dan perilaku yang dimunculkan pun cenderung negatif. Sehingga pada akhirnya individu yang mempunyai konsep diri yang negatif tersebut mempunyai kecenderungan terhambat dalam proses perkembangannya dan tidak mampu dalam melaksanakan tugas perkembangannya dengan baik.

Konsep diri memiliki peranan terhadap kehidupan individu yang cukup penting. Baik untuk kehidupannya sendiri maupun keterkaitan dengan interaksi ketika berhubungan dengan lingkungannya baik lingkungan keluarga, maupun lingkungan sosial lainnya yang dalam hal ini yaitu di lingkungan sekolah dengan guru, teman dan orang-orang yang ada di lingkungan sekolah tersebut.


(25)

Konsep diri juga memiliki pengaruh yang besar untuk keberhasilan pendidikan seseorang. Ketika seseorang memiliki konsep diri yang bagus dan mampu mengenali dirinya sendiri dengan baik maka akan jauh lebih mudah untuk mencapai prestasi dan targetan-targetan dalam hidupnya. Konsep diri yang baik akan memberikan pengaruh positif pula kepada individu dalam berbagai hal.

Oleh karena itulah individu perlu untuk meningkatkan dan mempunyai konsep diri yang positif. Untuk dapat meningkatkan konsep diri yang positif tersebut maka diperlukan bimbingan dan pembinaan yang baik dari lingkungan keluarga, lingkungan sekitar dan lingkungan dalam pergaulan dengan teman sebayanya. Di samping keluarga sebagai lingkungan yang pertama yang memberikan peranan bagi individu dalam menerima tanggapan-tanggapan dan identitas yang mengarah pada pembentukan konsep dirinya, pembentukan konsep diri individu juga dapat berkembang dan bisa juga ditingkatkan ketika individu bergaul pada lingkungan yang lebih luas, yaitu dalam lingkungan kelompok teman-teman sebayanya (peer group) dan masyarakat, sehingga sedikit banyak hal itu juga akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan dan pengembangan konsep diri individu. Memang tidak semua individu mempunyai konsep diri yang positif dalam kehidupannya. Hal itu bisa saja terjadi karena faktor yang dibawa individu dari lingkungan dan keadaan keluarga yang kurang baik dalam menginternalisasikan nilai-nilai kehidupan dalam membentuk sifat, karakter dan konsep dirinya, dan bisa juga karena faktor penyesuaian diri


(26)

individu yang kurang baik dalam menghadapi segala peningkatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas yang dapat mempengaruhi konsep diri individu tersebut.

Seperti halnya yang terjadi di MTS Negeri Kedondong, selama peneliti melaksanakan observasi di sekolah yang beralamatkan di Jalan H. Aliuddin Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran. Berdasarkan kenyataan di lapangan yang diperoleh dari hasil wawancara dengan guru pembimbing, wali kelas dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, diketahui bahwa hampir sebagian siswa kelas delapan , khususnya di kelas VIII H mempunyai konsep diri. perilaku salah suai tampak pada sikap dan perilaku siswa yang sering mengeluh terhadap diri sendiri, merasa tidak bermanfaat terhadap orang lain, belum bisa mengerti tentang kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, merasa pesimis/ tidak mampu apabila disuruh untuk mengerjakan dan menjalankan tugas tertentu, merasa malu dan tidak yakin terhadap dirinya dan tidak mempunyai motivasi untuk berkompetisi dalam berprestasi.

Hal ini menandakan bahwa para siswa belum mengetahui dan mengenal dengan baik bahwa dirinya adalah seorang siswa yang harus mencerminkan dirinya sebagai seorang peserta didik yang mempunyai konsep diri yang positif, sehingga apabila hal ini dibiarkan terus-menerus, nantinya akan menimbulkan dampak yang kurang baik, terutama yang


(27)

berkaitan dengan perkembangan diri siswa tersebut, sehingga konsep diri siswa tersebut perlu ditingkatkan agar lebih baik dan positif.

Keberhasilan siswa (remaja) dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya bergantung pada kemampuannya dalam memahami dengan baik siapa dirinya. Semakin remaja tersebut bisa memahami dirinya maka dengan kata lain bahwa remaja itu memiliki konsep diri yang positif. Demikian pun, sebaliknya jika remaja tidak mengetahui dan memahami tentang dirinya sendiri maka konsep diri yang dimilikinya adalah konsep diri yang negatif. Jika seseorang cenderung merasa dirinya jauh lebih baik dari orang lain, merasa bahwa tidak memiliki kekurangan maka dapat disimpulkan bahwa ia belum memiliki konsep diri yang positif.

Sekolah merupakan salah satu tempat pendidikan bagi tiap individu untuk dapat meningkatkan diri melalui layanan bimbingan dan konseling. Dalam bimbingan dan konseling terdapat berbagai macam model pendekatan yang dapat digunakan untuk dapat membantu siswa dalam mengditingkatkan konsep diri yang dimiliki menjadi positif. Salah satu model pendekatan konseling itu adalah pendekatan konseling client centered atau yang sering juga dikenal dengan model pendekatan konseling non- direktif. Menurut Surya (2003: 51) “konsep pokok yang mendasari konseling berpusat pada konseli adalah hal yang menyangkut konsep-konsep mengenai diri (self), aktualisasi diri, teori kepribadian, dan hakekat kecemasan”. Berdasarkan hal ini pendekatan konseling yang dapat


(28)

digunakan dalam membantu siswa meningkatkan konsep diri adalah dengan menggunakan pendekatan client centered. Konseling client centered atau konseling yang berpusat pada konseli menekankan kecakapan konseli untuk menentukan hal yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah pada dirinya. Konseling bertujuan untuk membantu konseli agar dapat bergerak kearah keterbukaan, kepercayaan yang lebih besar pada dirinya, keinginan untuk menjadi pribadi yang baik dan dapat meningkatkan spontanitas hidup.

Sesuai dengan tujuan pendekatan client centered adalah salah satunya pengintegrasian kepribadian konseli. Ketika konseli bisa memahami tentang dirinya sendiri maka konseli dapat jauh lebih mudah mencapai tujuan dari pendekatan client centeredtersebut. Pendekatanclient centered ini menaruh kepercayaan pada konseli memiliki kesanggupan untuk menyelesaikan sendiri masalah yang dihadapi.

Oleh karena itu untuk membantu individu agar mempunyai konsep diri yang positif dan membantu individu meningkatkan konsep diri yang negatif menjadi konsep diri yang positif maka peneliti mencoba mengadakan penelitian melalui pendekatan Client-Centered dengan judul “Penggunaan Pendekatan Client Centered Dalam Meningkatkan Konsep diri pada siswa kelas VIII.H MTs Negeri Kedondong Tahun Pelajaran 2011/2012“.


(29)

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas,maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

a. Takut menghadapi tantangan atau persaingan,

b. Tidak berani mengungkapkan pendapat dalam diskusi di kelas, c. Menanggapi kritikan sebagai celaan atas kekurangan yang dimiliki, d. Pesimis terhadap kompetisi atau persaingan, merasa bahwa tidak

memiliki kemampuan dalam bersaing dengan temannya,

e. Sulit memahami kelebihan dan kekurangan diri, memgumpat diri sendiri jika gagal mendapatkan apa yang diinginkan.

3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas,maka pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu penggunaan konseling dengan pendekatan client centered dalam membantu siswa meningkatkan konsep diri yang dimiliki siswa kelas VIII H MTs Negeri Kedondong Tahun Pelajaran 2011/2012.

4. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah,

maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah “konsep diri yang negatif yang dimiliki siswa”. Adapun rumusan permasalahannya adalah “apakah konsep diri yang negatif yang dimiliki siswa dapat ditingkatkan menjadi konsep diri yang positif dengan menggunakan pendekatan konselingClient Centered.”


(30)

B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan konsep diri yang negatif menjadi konsep diri yang positif melalui penggunaan pendekatan konselingclient centered.

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan konsep-konsep ilmu pada program studi Bimbingan dan Konseling, khususnya tentang penggunaan pendekatan teknik client centereddalam membantu siswa meningkatkan konsep diri.

b. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan pemikiran bagi siswa, guru Bimbingan Konseling dan tenaga kependidikan lainnya agar dapat memahami pentingnya konsep diri dalam proses pembelajaran dan dalam meningkatkan konsep diri yang dimiliki siswa.

3. Kerangka Pikir

Kerangka pikir adalah dasar dari penelitian disintesiskan dari fakta- fakta observasi dan telaah kepustakaan yang memuat mengenai teori, dalil, atau konsep- konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian ini. Adapun


(31)

kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini :

Proses pembentukan konsep diri terbentuk sejak masa pertumbuhan seorang manusia dari kecil hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk. Konsep diri seorang anak akan terbentuk menjadi konsep diri positif maupun negatif berawal dari hasil belajar dan pengalaman yang didapatkan dari interaksi dengan lingkungan terdekatnya.

Konsep diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang dipelajari dan terbentuk dari pengalaman individu dalam berhubungan dengan individu lain (pudjijogyanti,1995:12).

Siswa usia remaja merupakan masa perkembangan yang merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Rentan banyaknya timbul konflik dalam diri remaja sendiri dalam mengatasi masalahnya disebabkan karena kurangnya pemahaman remaja terhadap dirinya sendiri. Pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menilai dirinya sendiri baik secara emosional, psikologis, dan fisik.

Dalam kegiatan pembelajaran disekolah tidak semua siswa usia remaja dapat berkosentrasi terhadap pelajaran yang akan disampaikan, ada saja siswa yang berbuat hal- hal atau menunjukkan perilaku yang tidak sesuai yang disebabkan oleh konsep diri yang dimilikinya.


(32)

Salah satu faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah belajar. Belajar merupakan sebuah proses yang berlangsung secara terus menerus sepanjang hidup seseorang. Jadi konsep diri juga bisa didapatkan dari hasil belajar individu dari lingkungan keluarganya, sekolah maupun lingkungan masyarakat secara luas.

Dalam proses pembelajaran di sekolah, konsep diri yang dimiliki siswa menentukan keberhasilan yang akan dicapai oleh siswa itu sendiri, hal ini disebabkan siswa tersebut dapat memahami dengan baik siapa dirinya. Menurut Ratnawuri (2007: 14) pemahaman terhadap diri itu berkaitan dengan bagaimana individu memandang dirinya secara positif baik kelebihan maupun kekurangannya. Konsep diri adalah cara bagaimana individu menilai terhadap dirinya sendiri.

Brook dan Emmert menyatakan individu yang mempunyai konsep diri memiliki ciri-ciri :

a. Percaya diri dan merasa setara dengan orang lain

b. Menerima diri apa adanya, mengenal kelebihan dan kekurangan c. Mampu memecahkan masalah dan mampu mengevaluasi diri d. Menyadari bahwa setiap orang memiliki perasaan, keinginan dan

perilaku yang tidak seluruhnya diterima masyarakat e. Bersikap optimis (Rahmat, 1996:105)

Konsep diri terjadi jika individu tersebut dapat menerima dirinya apa adanya, mengenal kekurangan dan kelebihan yang ia miliki, merasa percaya diri dan setara atau sama dengan orang lain serta mampu memecahkan masalah yang ia hadapi. Seorang individu yang dapat menyikapi kegagalan


(33)

kemudian bangkit dan berusaha memecahkan masalah adalah individu yang memiliki konsep diri.

Berdasarkan fakta yang ditemukan di lapangan melalui observasi dan wawancara, siswa kelas VIII H di MTS Negeri Kedondong memiliki konsep diri yang negatif. Mereka cenderung tidak mengenal kekurangan dan kelebihan mereka, merasa tidak percaya diri dan tidak setara dengan teman-temannya. Upaya dalam meningkatkan konsep diri yang negatif tersebut adalah dengan melakukan kegiatan bimbingan konseling.

Dalam hal ini, peneliti mencoba untuk meningkatkan konsep diri yang negatif siswa menjadi konsep diri yang positif menggunakan pendekatan yang ada dalam Bimbingan Konseling yaitu salah satunya dengan melakukan pendekatan client centered karena mampu dalam membantu siswa yang memiliki konsep diri yang negatif meningkat manjadi konsep diri yang positif.

Pendekatan client centered adalah suatu metode perawatan psikis yang dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dengan konseli, agar tercapai gambaran yang serasi antara ideal self (diri konseli yang ideal) denganactual self(diri konseli yang sesuai dengan kenyataan).


(34)

Sebagaimana yang dikemukakan Rogers, bila kenyataan diri kita (apa yang memang benar ada dalam diri kita) dan diri ideal kita (apa yang kita rasakan sebagai seharusnya) sangat berbeda sekali, sangat mungkin kita akan merasa tidak bahagia dengan diri kita sendiri. Semakin besar perbedaan tersebut, semakin besar ketidakpuasan itu. Kesadaran akan prinsip ini akan dapat menolong kita dalam menghadapi ketidakbahagiaan.

Seorang konseli yang mampu menyadari dirinya yang ideal dengan dirinya yang sebenarnya akan mampu mengatasi masalah yang ada dalam hidupnya. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Rogers (dalam sukardi,2002)

menyatakan bahwa “konseling yang berpusat pada konseli haruslah dilandasi pemahaman konseli tentang dirinya sendiri”. Jadi, ketika konseli sudah bisa mengenal dirinya baik mengenai kekurangan maupun kelebihannya maka ia bisa mengatasi yang dimilikinya.

Sama halnya sepertinya yang dikemukakan oleh Surya (2003: 51) “konsep pokok yang mendasari konseling berpusat pada konseli adalah hal yang menyangkut konsep-konsep mengenai diri (self), aktualisasi diri, teori kepribadian, danhakekat kecemasan”

Jadi penggunaan konseling dengan pendekatan client centered dapat digunakan dalam meningkatkan konsep diri siswa yang negatif menjadi positif, maka dapatlah timbul kerangka pikir dalam penelitian ini.


(35)

Berikut digambarkan alur kerangka pikir dalam penelitian ini.

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penggunaan PendekatanClient Centereddalam Meningkatkan Konsep Diri Siswa

4. Hipotesis

Menurut Riduwan (2005:37) hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji lagi keberhasilannya melalui penelitian ilmiah atau berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian.

Sedangkan menurut Arikunto (2001:62) menyatakan bahwa hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian seperti terbukti melalui data yang terkumpul.

Berdasarkan latar belakang masalah, teori dan kerangka pikir maka hipotesis penelitian yang penulis ajukan adalah konsep diri yang negatif dapat ditingkatkan menjadi konsep diri yang positif dengan penggunaan pendekatan client Centered pada siswa kelas VIII H di MTs Negeri Kedondong Tahun Pelajaran 2011/2012.

Konsep diri yang negatif

KonselingClient Centered

Konsep diri yang positif


(36)

Sedangkan hipotesis statistik yang penulis ajukan adalah:

Ha : Penggunaan pendekatan konseling Client centered dapat meningkatkan konsep diri yang negatif pada siswa kelas VIII H di MTs Negeri Kedondong Tahun Pelajaran 2011/2012

Ho : Penggunaan pendekatan konseling Client centered tidak dapat meningkatkan konsep diri yang negatif pada siswa kelas VIII H di MTs Negeri Kedondong Tahun Pelajaran 2011/2012


(37)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan dengan ruang lingkup permasalahan yang di teliti dalam penelitian ini maka dapat dijelaskan bahwa tinjauan pustaka adalah teori-teori yang relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang objek yang akan diteliti. Dengan demikian, dalam penelitian diperlukan teori-teori yang mendukung objek yang akan diteliti. Berikut akan dibahas mengenai konsep diri dan seluk beluknya, pelaksanaan layanan bimbingan konseling menggunakan pendekatan client centered dalam meningkatkan konsep diri yang negatif pada siswa, dan kaitan konsep diri dengan pendekatanClient- centered.

A. KONSEP DIRI

1. Pengertian Konsep Diri

Manusia sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan lainnya, melalui interaksi yang bebas dengan meberikan stimulus dan respon. Hal ini akan menimbulkan tanggapan tentang bagaimana orang itu berperilaku, dan menilainya tidak lepas dari persepsi terhadap diri sendiri, yang kemudian sampailah pada gambaran dan penilaian pada diri sendiri.


(38)

Konsepsi-konsepsi manusia mengenani dirinya sendiri mempengaruhi pilihan tingkah laku dan pengharapannya dalam hidup ini.

Cawagas dalam Pudjijogyanti (1995:2) berpendapat bahwa konsep diri merupakan pandangan menyeluruh individu tentang dimensi fisik, karakteristik, pribadi, motivasi, kelemahan, kepandaian maupun kegagalannya.

Cara pandang individu yang meliputi banyak hal yang ada dalam diri individu tersebut berkaitan dengan fisik, psikis maupun kemampuan individu dalam bidang sosial serta harapan harapan individu yang muncul berdasarkan penilaian individu tersebut untuk mewujudkan harapan yang dimilikinya.

Senada seperti yang dikemukakan oleh Candless dalam Pudjijogyanti (1995:7) mendefinisikan bahwa konsep diri merupakan seperangkat harapan serta penilaian perilaku yang merujuk pada harapan-harapan tersebut.

Adapun Brooks dalam Ratnaningsih (2002:11) menyebutkan bahwa konsep diri merupakan pandangan dan perasaan dari diri kita. Perasaan ini boleh bersifat psikologi, sosial dan fisis.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas konsep diri adalah pandangan menyeluruh tentang diri sendiri baik mengenai karakteristik kepribadian, nilai-nilai kehidupan, prinsip hidup, moralitas, kelemahan dan potensinya yang terbentuk dari pengalaman dan interaksinya dengan orang lain, yang


(39)

dapat membantu seseorang atau individu dalam mengaktualisasikan diri secara bebas dan bertanggungjawab dalam mencapai suatu tujuan seperti apa yang diharapkan.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Konsep diri dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Keduanya memiliki pengaruhi yang besar terhadap perkembangan konsep diri yang ada dalam diri individu.

2.1 Faktor Internal

Konsep diri juga dipengaruhi faktor internal yaitu faktor yang memang sudah ada dalam diri individu tersebut. Konsep diri memang bukan bawaan dari lahir namun setiap individu sudah punya konsep diri masing-masing yang nantinya akan semakin berkembang dengan dipengaruhi faktor yang lainnya. Contohnya ada individu yang terlahir dengan kondisi memiliki hidung mancung maka konsep diri yang tertanam di dalam individu tersebut adalah ia adalah seseorang yang memiliki hidung mancung yang kemudian konsep diri itu akan semakin menguat dengan pernyataan yang diberikan oleh orang sekitarnya.

2.2 Faktor Eksternal

Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan sejak lahir, melainkan faktor yang dipelajari dan terbentuk dari pengalaman individu dalam berhubungan dengan individu lain (Pudjijogyanti,1995:12). Dengan


(40)

demikian pembentukan konsep diri dipengaruhi oleh orang lain yang dekat di sekitar kita.

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri ada 3 yaitu : 2.2.1. Faktor pelaku, terdiri dari :

a. Orang tua

Orang tua kita merupakan kontak sosial paling awal yang kita alami dan yang paling kuat. Informasi yang dikomunikasikan orang tua pada anak akan lebih menancap daripada informasi lain yang diterima anak sepanjang hidupnya dan orang tualah yang menetapkan pengharapan bagi anak-anaknya. Murphy dalam Burns (1993:2004) menyatakan bahwa menurutnya sangat penting untuk menyelamatkan anak dari mendapatkan suatu pandangan mengenai dirinya yang tidak menyenangkan. Konsep diri yang positif pada anak akan tercipta apabila kondisi keluarga ditandai dengan adanya integritas dan tenggang rasa yang positif antar anggota keluarga. Selanjutnya Burn (1993:256) membuktikan bahwa ”ada hubungan erat antara kualitas hubungan orang tua dengan pandangan anak terhadap diri dan lingkungannya”.

b. Teman sebaya

Teman sebaya sangatlah mempengaruhi konsep diri pada diri anak. Anak juga membutuhkan penerimaan dari temannya atau kelompoknya. Apabila anak selalu digoda, dicaci maki, dan dibentak, maka konsep diri anak akan terganggu.


(41)

c. Masyarakat

Anak muda tidak terlalu mementingkan kelahiran mereka, kenyataannya bahwa mereka hitam atau putih, anak orang kaya atau bukan, mereka laki-laki atau perempuan. Tetapi masyarakat mereka menganggap penting fakta-fakta semacam itu, akhirnya penilaian ini sampai pada anak dan mempengaruhi konsep dirinya.

2.2.2. Faktor substansi, terdiri dari : a. Belajar

Konsep diri kita merupakan hasil dari belajar, belajar ini berlangsung terus-menerus tidak pernah kita sadari. Belajar merupakan perubahan psikologis yang relatif permanen yang sebagai akibat dari pengalaman. Dari pengalaman inilah individu dapat mempelajari konsep dirinya.

b. Asosiasi

Manusia menunjukan cenderung untuk berfikir asosiasi yaitu mempelajari hubungan-hubungan antara hal-hal yang berbeda. Proses berfikir dan menilai lewat asosiasi ini merupakan dasar bagi pembentukan konsep diri.

c. Motivasi

Semakin positif yang kita berikan pada sesuatu hadiah, semakin besar kemungkinan kita melakukan kegiatan yang akan menghasilkan hadiah tersebut. Dengan akta lain belajar mencakup motivasi yaitu keadaan yang membangkitkan, yang kita alami ketika bekerja untuk mencapai suatu tujuan. Dua alasan yang diduga sangat


(42)

penting dalam mempelajari konsep diri adalah keinginan untuk berhasil dan keinginan untuk harga diri.

2.2.3. Pendekatanclient- centered

Selain dipengaruhi 2 hal yang dipaparkan diatas konsep diri juga dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal lainnya yaitu pendekatan client-centered dapat meningkatkan konsep diri sebagaimana yang dikemukakan oleh Rogers.

Menurut Rogers (dalam Surya 2003:51) berpendapat bahwa “konstruk inti konseling berpusat padakonseli adalah konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau pertumbuhan perwujudan diri”.

Seseorang yang faham dan mengenal dirinya dengan baik maka akan sangat mudah melakukan konseling dengan pendekatan client centered.Seorang individu yang mengalami konsep diri yang negatif disebabkan oleh ketidaksesuaian antara harapan yang dibangun dengan kenyataan yang dihadapinya. Sehingga pendekatan client centered memiliki pengaruh yang besar dalam konsep diri karena pendekatan ini bertujuan menyelaraskan antara ideal self dengan actual self.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses untuk membentuk konsep diri seseorang dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari orang-orang terdekat ( faktor pelaku ), faktor substansi dan pendekatanclient centered.


(43)

3. Jenis-jenis Konsep Diri

Jenis-jenis konsep diri ada dua macam yaitu konsep diri yang positif dan konsep diri yang negatif.

a. Menurut James (1995) bahwa konsep diri yang positif adalah pandangan individu tentang dirinya yang bersifat positif, dimana individu menerima tentang kelebihan dan kekurangannya.

Ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri positif adalah : 1) Dapat menerima dan mengenal dirinya dengan baik

2) Dapat menyimpan informasi tentang dirinya sendiri baik itu informasi yang positif maupun yang egatif. Jadi mereka dapat memahami dan menerima fakta bermacam-macam tentang dirinya

3) Dapat menyerap pengalaman mentalnya

4) Apabila mereka memiliki pengharapan selalu merancang tujuan-tujuan yang sesuai dan realistis

5) Selalu memiliki ide yang diberikan pada kehidupannya dan bagaimana seharusnya dirinya mendekati dunia.

6) Individu menyadari bahwa setiap oang memiliki perasan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat.

b. Menurut Rakhmat (1996) menerangkan bahwa ciri orang yang memiliki konsep diri negatif adalah :

1) Individu mudah marah dan naik pitam serta tidak tahan terhadap kritikan yang diterimanya.


(44)

2) Individu responsif sekali terhadap pujian yang diberikan oleh orang lain kepadanya.

3) Individu tidak pandai dan tidak sanggup untuk mengungkapkan penghargaan atau pengakuan kelebihan yang dimiliki orang lain.

4) Individu bersikap pesimis terhadap kompetisi, keengganan bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Apabila dikaitkan dengan siswa dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki konsep diri yang positif akan dapat mengenal dirinya dengan baik kelemahan dan kelebihannya sehingga dapat merancang tujuan-tujuan yang sesuai dan realistis, sehingga juga akan lebih bijak dalam menentukan kariernya ke masa mendatang, termasuk berani untuk berwirausaha. Sedangkan siswa yang memiliki konsep diri negatif akan pesimis terhadap kompetisi sehingga enggan memanfaatkan kelebihan dan kekurangannya.

4. Komponen Konsep Diri

Menurut Rakhmat (1996) pada dasarnya konsep diri memiliki tiga komponen yang dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Komponen perseptual, yang sering disebut konsep diri fisik yaitu citra yang dimiliki seseorang terhadap penampilan jasmaniahnya dan kesan yang ditimbulkannya terhadap orang lain.

b. Komponen konseptual, yaitu kemampuan konsepsi seseorang tentang ciri-ciri khusus, kemampuan dan ketidakmampuannya, latar belakang hari depannya dan sebagainya. Hal ini disebut konsep diri psikologis.


(45)

c. Komponen sikap, yaitu perasaan yang dimiiki seseorang terhadap dirinya sendiri, sikap terhadap statusnya sekarang maupun hari depannya, sikapnya terhadap harga diri, rasa bangga, rasa malu dan sebagainya. Setelah dewasa, komponen sikap ini juga melibatkan keyakinan, nilai aspirasi, komitmen dan sebagainya yang bisa membentuk falsafah hidupnya.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam konsep diri yang terbentuk pada seseorang terdapat di dalamnya komponen dimana ndividu tersebut memandang dirinya secara fisik, psikologis dan sikap.

5. Isi Konsep Diri

Untuk merumuskan isi dari konsep diri tidaklah mudah, di sini kita berkedudukan sebagai penilai tentang diri kita sendiri, namun demikian secara umum isi konsep diri dapat dirumuskan. Menurut Jerslid dalam penelitiannya terhadap anak di sekolah dasar dan sekolah menengah seperti yang dikutip dalam Burns (1993:209-210) mendiskripsikan isi dari konsep diri adalah sebagai berikut

a. Karakteristik fisik

Termasuk didalamnya penampilan secara umum, ukuran tubuh dan berat tubuh, sosok dan bentuk tubuh, detail-detail dari kepala dan tungkai lengan. Karakteristik fisik yang dimiliki tiap-tiap individu berbeda-beda, ada yang memiliki fisik sempurna ada pula yang tidak, perbedaan ini membuat cara pandang yang berbeda pula terhadap dirinya, hal ini juga dipengaruhi adanya pandangan dan penilaian orang


(46)

lain pada tiap individu yang memandangnya hanya dengan melihat keadaan fisiknya. Adanya hal ini yang kadang membuat individu merasa memiliki adanya kekurangan jika dibandingkan dengan orang lain. Jika lingkungan sekitarnya menyanjungnya atau memperhatikan keadaan fisiknya, maka akan timbul konsep diri yang positif, tapi sebaliknya jika lingkungan selalu mempersoalkan keadaan fisiknya maka akan timbul konsep diri yang negatif pada individu.

b. Kesehatan dan kondisi fisik

Manusia hidup pasti selalu memperhatikan kesehatan dan kondisi fisiknya. Jika kedua hal itu terdapat suatu gangguan atau ketidaknormalan, maka akan mengakibatkan ia merasa terganggu dan tidak nyaman, misalnya jika kesehatannya mengalami gangguan misalnya ia mengidap penyakit kronis sulit diobati, maka hal ini akan dapat menimbulkan konsep diri yang negatif, begitu pula yang terjadi pada individu yang memiliki cacat maka dapat pula menimbulkan penilaian individu pada dirinya menjadi negatif. Berbeda degan yang memiliki kesehatan dan kondisi fisik yang sehat dan sempurna, maka individu akan merasa percaya diri jika berinteraksi dengan orang lain atau orang disekitarnya.

c. Sekolah dan pekerjaan sekolah

Sekolah merupkan tempat belajar dari individu yang sedang dalam tahap belajar. Sebagai siswa di sekolah memiliki tugas yang harus dikerjakan yaitu belajar dan harus mendapatkan prestasi yang baik serta


(47)

tidak lupa untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Dari sinilah terlihat bagaimana kemampuan dan sikap individu terhadap sekolah, apakah ia merasa mampu dan berperstasi di sekolah atau ia malah merasa tidak tertarik di sekolah dan ia merasa tidak betah belajar di sekolah, dan hal ini semua akan mempengaruhi konsep dirinya, sebagai contoh jika ada individu yang prestasi belajarnya jelek jika dibandingkan dengan temannya maka ia merasa bahwa ia bodoh dan tidak memiliki kemampuan dan ini akan mempengaruhi konsep dirinya.

d. Status Intelektual

Status intelektual ini berkaitan dengan kecerdasan yang dimiliki oleh individu yang berbeda-beda, ada yang positif dan ada pula yang negatif. Apabila lingkungan mereka mempersoalkan kecerdasan yang dimiliki oleh individu tanpa mereka memberikan motivasi untuk berkembang, maka akan mempengaruhi konsep dirinya, sebagai contoh anak yang memiliki kecerdasan umum negatif selalu dipandang bodoh maka ia akan menjadi anak yang negatif diri dan tidak mau berprestasi

e. Bakat dan kemampuan khusus

Bakat dan kemampuan khusus yang dimiliki oleh tiap individu berbeda-beda, apabila individu memiliki bakat dan kemampuan yang potensial maka akan mengakibatkan dalam individu timbul keinginan untuk maju dan berkembang dan dalam dirinya merasa bahwa ternyata ia memiliki kemampuan lebih bila dibandingkan dengan anak lain. Berbeda halnya bila individu hanya memiliki bakat yang tidak baik dan hanya sepele


(48)

maka individu akan menganggap bahwa dirinya tidak memiliki kemampuan bila dibandingkan dengan orang lain. Maka dapat disimpulkan bahwa bakat dan kemampuan khusus yang dimiliki individu sangat mempengaruhi konsep dirinya.

f. Ciri kepribadian

Ciri kepribadian seseorang tidaklah sama, ciri kepribadian ini berkaitan dengan tempramen, ciri karakter dan tendensi emosional dan lain-lain. Ciri kepribadian seseorang sangatlah mempengaruhi begaimana ia memandang dirinya, misalnya individu yang memiliki sifat mau menang sendiri maka ia akan berpandangan bahwa dirinya harus selalu menang dan tidak mau kalah dengan orang lain dan ini nantinya akan mempengaruhi konsep dirinya.

g. Sikap dan hubungan sosial

Sikap dan hubungan sosial yang dilakukan oleh individu akan mempengaruhinya dan orang-orang disekitarnya, sikap dan hubungannya dengan temannya baik dan mudah bergaul maka akan mengakibatkan orang lain senang berteman dengan dirinya, tapi jika ia bersikap sombong maka orang yang ada disekitarnya akan membencinya dan menjauhinya dan cara bagaimana individu ini tentu saja akan mempengaruhi konsep diri yang ada pada dirinya.

h. Ide religius, minat religius, keyakinan dan praktek religius.

Manusia hidup tidak bisa terlepas dari hubungannya dengan Tuhan, karena tanpa bantuan dan karunianya kita tidak bisa hidup dengan


(49)

damai. Bagaimana individu bersikap terhadap hal-hal yang religius akan mempengaruhi bagaimana ia memandang dirinya. Jika individu tidak memiliki keyakinan yang kuat terhadap Tuhan dan tidak menjalankan perintahnya , maka individu tidak memiliki iman yang kuat dan dirinya akan mudah goyah dengan keadaan lingkungan yang selalu memberikan pengaruh yang positif dan negatif.

i. Pengolahan peristiwa-peristiwa praktis

Pengolahan peristiwa-peristiwa praktis ini berkaitan dengan bagaimana kemandirian pada individu, dimana hal ini sangat mempengaruhi konsep dirinya, misalnya dalam mengambil keputusan ia selalu dapat mengambil keputusan ia selalu dapat mengambil keputusan yang paling tepat dan sesuai dengan dirinya tanpa bantuan dari orang lain maka ia akan menilai bahwa ia termasuk seseorang yang bisa mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam konsep diri seseorang terdapat isi yang mencerminkan penilaian kita terhadap diri kita sendiri baik dalam hal keadaan fisik, sikap maupun psikologis.

B. Pendekatan KonselingClient Centered 1. Konsep Pokok

Menurut Willis (2004:63) “client centered adalah suatu metode perawatan psikis yang dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dengan


(50)

konseli, agar tercapai gambaran yang serasi antara ideal self (diri konseli yang ideal) dengan actual self (diri konseli sesuai dengan kenyataan

sebenarnya)”.

Menurut Surya (2003:51) “konsep pokok yang mendasari konseling yang berpusat pada konseli adalah hal yang menyangkut konsep-konsep mengenai diri (self), aktualisasi diri, teori kepribadian, dan hakekat kecemasan”.

Menurut Rogers (dalam Surya 2003:51)berpendapat bahwa “konstruk inti konseling berpusat pada konseli adalah konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau pertumbuhan perwujudan diri”. Dikatakan bahwa konsep diri atau struktur diri dapat dipandang sebagai konfigurasi persepsi yang terorganisasikan tentang diri yang membawa kesadaran. Hal itu terdiri dari atas unsur-unsur persepsi terhadap karakteristik dan kecakapan seseorang, pengamatan dan konsep diri dalam hubungan dengan orang lain dan lingkungan, kualitas nilai yang dipandang sebagai pertautan dengan pengalaman dan obyek, dan tujuan dan cita-cita yang dipandang mempunyai kekuatan positif dan negatif. Diri (self) merupakan atribut yang dipelajari yang membentuk gambaran diri individu sendiri. Diri manusia dapat dipandang sebagai subyek yaitu”saya” (“I”) and obyek yaitu “ku”(“me”).


(51)

Dalam hubungannya dengan aktualisasi diri, Rogers mendefinisikan kecenderungan mewujud sebagai satu kecenderungan yang melekat dalam organisme untuk mengembangkan kapasitasnya dalam cara-cara yang dapat menjamin untuk memelihara atau meningkatkan organisme. Dengan aktualisasi diri berarti bahwa manusia terdorong oleh dorongan pokok yaitu mengembangkan diri dan mewujudkan potensinya.

Menurut Surya (2003:52) Orang yang dikatakan sehat adalah yang dirinya dapat berkembang penuh (the fully functioning self), dan dapat mengalami proses hidupnya tanpa hambatan. Individu terdorong untuk menjadi dirinya sendiri. Adapun individu yang telah mencapai “fully functioning” ditandai dengan (1) terbuka pada pengalaman, (2) menghidupi setiap peristiwa secara penuh, (3) mempercayai pertimbangan dan pemilihan sendiri.

Teori kepribadian Rogers (dalam Surya, 2003) yang disebut sebagai “the self theory”dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Yang menjadi inti kepribadian, menurut teori kepribadian Rogers ini adalah (the self), yang terbentuk melalui atau karena pengalaman-pengalaman, baik yang datang dari luar diri individu yang bersangkutan maupun yang datang dari dalam dirinya.

b. Ada dua macam bentuk kepribadian(the self), yaitu diri yang ideal (the ideal self)dan diri yang actual (the actual self). Diri yang ideal adalah


(52)

diri yang ia bayangkan, yang ia tangkap, yang ia sendiri atau ia hayati

sebagai “saya/ku”. Sedangkan diri yang actual adalah diri yang dipandang oleh/ dari sudut orang lain sebagai “ia/ dia” atau “nya”. c. Kepribadian yang terintegrasi (well adjusted) adalah kepribadian yang

konsisten antara diri yang ideal dengan diri yang aktual. Sedangkan kepribadian yang disintegrasi (maladjusted) adalah kepribadian yang tidak konsisten antara diri yang ideal dengan diri yang aktual; diri subyektif tidak sesuai dengan diri obyektif.

d. Pengubahan kepribadian yang salah suai agar menjadi kepribadian yang well adjusted(kepribadian yang terpadu) hanya dapat dilakukan dengan jalan mengubah gambaran diri yang ideal itu supaya konsisten/ sesuai dengan diri yang aktual.

e. Peranan dan kecenderungan kepribadian ialah mempribadikan diri dalam bentuk perwujudan diri, pemeliharaan diri, dan perluasan diri.

Dapat disimpulkan bahwa konseling client centered merupakan suatu metode konseling berpusat pada konseli yang dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dengan konseli, agar tercapai gambaran yang serasi antara diri konseli yang ideal dengan diri konseli sesuai dengan kenyataan sebenarnya sehingga individu tersebut dapat dikatakan sehat adalah dirinya yang dapat berkembang penuh dan dapat mengalami proses hidupnya tanpa hambatan.


(53)

2. Dasar PandanganClient-CenteredTentang Individu

Menurut Rogers (dalam Sukardi, 2002) mengungkapkan bahwa “konseling client-centeredmemberikan suatu gambaran bahwa proses konseling yang menjadi pusatnya adalah konseli, dan bukan konselor”. Oleh karena itu, dalam proses konseling ini kegiatan sebagian besar diletakkan di pundak konseli itu sendiri. Dalam pemecahan masalah maka konseli itu sendiri didorong oleh konselor untuk mencari serta menemukan cara yang terbaik dalam pemecahan masalahnya.

a. Dasar Filosofi Rogers mengenai manusia

Dasar filosofi Rogers mengenai manusia berorientasi kepada filosofi humanistik. Dasar filsafat Rogers yang dimaksud ialah :

1). Inti sifat manusia adalah positif, sosial, menuju ke muka dan realistik. Ini berarti bahwa manusia itu pada dasarnya adalah positif, rasional, sosial, bergerak maju, dan realistik. Tingkah laku manusia diorganisir secara keseluruhan di sekitar tendensi, dan polanya ditentukan oleh kemampuan untuk membedakan antara respons yang efektif (menghasilkan rasa senang) dan respons yang tidak efektif (menimbulkan rasa tidak senang).

2). Manusia pada dasarnya adalah koperatif, konstruktif, dan dapat dipercaya.

3). Manusia mempunyai tendensi dan usaha dasar untuk mengaktualisasi pribadi, berprestasi dan mempertahankan diri.


(54)

4). Manusia mempunyai kemampuan dasar untuk memilih tujuan yang benar, dan membuat pemilihan yang benar, apalagi ia diberi situasi yang bebas dari ancaman.

b. Pokok-Pokok Teori Rogers

Ada tiga pokok mengenai kepribadian yang dikemukakan oleh Rogers (dalam Sukardi :2002) yang mendasari teknik konselingnya. Diantaranya adalah sebagai berikut :

(1) Organisme

Organisme yaitu totalitas individu yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

1. Bereaksi secara keseluruhan sebagai satu kesatuan yang teratur terhadap medan phenomenal untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

2. Memiliki motif dasar, yaitu mengaktualisasi, mempertahankan dan mengembangkan diri.

3. Organisme kemungkinan melambangkan pengalaman-pengalamannya, sehingga menjadi disadari atau menolak untuk melambangkan pengalaman-pengalaman tersebut sehingga tetap tidak disadari, atau kemungkinan tidak memperdulikan pengalaman tersebut.

(2) Medan Phenomenal

Medan Phenomenal adalah keseluruhan pengalaman yang pernah dialami. Pengalaman tersebut disadari atau tidak tergantung dari apakah pengalaman tersebut disimbolkan atau tidak. Medan Phenomenalhanya dapat diketahui oleh subjek yang mengalaminya. Orang lain hanya dapat mengetahui pengalaman seseorang melalui kesimpulan atas dasar empati (empatic inference). Kesadaran tercapai jika pengalaman itu disimbolisasikan.

Menurut Rogers, pengalaman terdiri dari : 1. Pengalaman yang disimbolisasikan 2. Pengalaman yang tidak disimbolisasikan

Organisme bereaksi terhadap kedua hal tersebut. Kemungkinan ada bahwa pengalaman tidak dapat ditest dengan kenyataan, sehingga mungkin dilaksanakan tindakan yang tak realistis.


(55)

(3) Self

Self merupakan bagian yang terpisah dari medan phenomenal, yang berisi pola pengamatan dan penilaian yang sadar dari subjek. Dari pengalaman-pengalaman, seseorang akan dapat membentuk pola pengamatan dan penilaian terhadap diri sendiri secara sadar, baik orang tersebut sebagai subjek maupun sebagai objek. self ini dinamakan jugaSelf Concept (Konsep Diri).

Berkaitan dengan konseling client-centered dari Rogers (dalam Sukardi,

2002) menyatakan bahwa ”konseling yang berpusat pada konseli haruslah dilandasi pada pemahaman konseli tentang dirinya”. Atau dengan kata lain, pendekatan Rogers menitikberatkan kepada kemampuan konseli untuk menentukan sendiri masalah-masalah yang penting bagi dirinya dan memecahkan sendiri masalahnya. Campur tangan konselor sedikit sekali. Konseli akan mampu menghadapi sifat-sifat dirinya yang tidak dapat diterima lingkungannya tanpa ada perasaan terancam dan cemas, sehingga ia maju kearah menerima dirinya dan nilai-nilai yang selama ini dimiliki dan dianutnya, serta mampu mengubah aspek-aspek dirinya sebagai sesuatu yang dirasakan perlu diubah.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Konsep Diri (self concept) adalah merupakan gambaran seseorang tentang dirinya sendiri. Gambaran yang lengkap tentang dirinya meliputi berbagai kemampuan, kelemahannya, sifat-sifatnya dan bagaimana hubungan dirinya dengan lingkungannya. Jadi konsep diri adalah bagaimana individu menyadari dirinya sendiri, dan mengenal dirinya sendiri.


(56)

3. Karakteristik KonselingClient-Centered

Peran konseli yang besar dibandingkan dengan konselornya dalam hubungan konseling, adalah merupakan karakteristik utama dari konseling client-centeredatau konseling non-direktif ini.

Menurut Rogers (dalam Willis, 2004) Karakteristik utama dalam konseling client centeredmasing-masing menekankan pada :

1. Tanggung jawab dan kemampuan konseli dalam menghadapi kenyataan. Untuk memperoleh suatu pemahaman akan dirinya, konseli haruslah diberi suatu kesempatan, pengalaman dan tanggung jawab untuk menghadapi kenyataan. Kenyataan itu pada hakekatnya adalah sesuatu yang diamati dan dialami individu. Jadi, dalam konseling client centered ini konseli didorong untuk menentukan pilihan dan keputusannya serta tanggung jawab atas pilihan dan keputusan yang telah diambilnya.

2. Konseling client centered lebih menitikberatkan pada pengalaman-pengalaman sekarang. Untuk mengungkapkan pengalaman-pengalaman dan permasalahannya yang dihadapi sekarang ini, konselor mendorong konseli untuk mengungkapkannya dengan sikap yang empati, terbuka, asli (tidak berpura-pura), dan permisif.

3. Konseling ini bukanlah suatu bentuk hubungan atau pendekatan yang bersifat kaku atau dogma. Tetapi merupakan suatu pola kehidupan yang berisikan bertukar pengalaman, di mana konselor dan konseli memperlihatkan sifat-sifat kemanusiaan dan berpartisipasi dalam menemukan berbagai bentuk pengalaman baru.

4. Konseling ini menekankan kepada persepsi konseli. Konselor berusaha untuk memahami keseluruhan pengalaman yang pernah dialami konseli dari sudut persepsi konseli itu sendiri.

5. Konseling ini menempatkan konseli pada kedudukan sentral. Jadi tujuan dari konseling dengan sendirinya ada dan ditentukan oleh konseli itu sendiri.

Sedangkan menurut Willis (2004: 63) karakteristik terapi ini adalah:

1. Ditujukan kepada konseli yang sanggup memecahkan masalahnya agar tercapai kepribadian konseli yang terpadu.

2. Sasaran konseling adalah aspek emosi dan perasaan, bukan segi intelektual.


(57)

3. Titik tolak konseling adalah keadaan individu termasuk kondisi sosial psikologis masa kini (here and now) dan bukan pengalaman masa lalu.

4. Proses konseling bertujuan menyesuaikan antara ideal self dengan actual self.

5. Peranan yang aktif dalam konseling dipegang dalam konseli, sedangkan konselor adalah pasif reflektif, artinya tidak semata- mata diam dan pasif akan tetapi berusaha membantu agar konseli aktif memecahkan masalahnya.

Berdasarkan karakteristik client centered diatas, penulis menyimpulkan bahwa pendekatan ini difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan konseli untuk menemukan cara-cara menghadapi kenyataan secara lebih penuh oleh dirinya sendiri. Terapi client centered bukanlah sekumpulan teknik, juga bukan suatu dogma.

4. Proses Konseling

Menurut Surya (2003: 55) ”konseling yang berpusat pada konseli memusatkan pada pengalaman individual”. Dalam proses disorganisasi dan reorganisasi diri, konseling berupaya untuk meminimalkan rasa diri terancam dan memaksimalkan serta menopang eksplorasi diri. Perubahan dalam perilaku datang melalui pemanfaatan potensi individu untuk menilai pengalamannya, membuatnya untuk memperjelas dan mendapat tilikan perasaan yang mengarah kepada pertumbuhan. Melalui penerimaan terhadap konseli, konselor membantunya untuk menyatakan, mengkaji, dan memadukan, pengalaman-pengalaman sebelumnya ke dalam konsep diri. Dengan redefinisi, pengalaman, individu mencapai penerimaan dari dan menerima orang lain dan menjadi orang yang lebih berkembang penuh (fully functioning).


(58)

Menurut Surya (2003: 57) mengungkapkan bahwa pada garis besarnya langkah-langkah proses terapi dalam konseling yang berpusat pada konseli adalah sebagai berikut :

1) Individu atas kemauan sendiri datang kepada konselor / terapis untuk meminta bantuan. Apalagi individu itu datangnya atas petunjuk orang lain, maka konselor harus menciptakan situasi yang sangat bebas dan permisif, sehingga ia dapat menentukan pilihannya: apakah akan malanjutkan meminta bantuan kepada konselor atau tidak.

2) Situasi terapeutik ditetapkan/ dimulai sejak situasi permulaan telah didasarkan, bahwa yang bertanggung jawab dalam hal ini adalah konseli. Untuk hal ini konselor harus yakin bahwa konseli mempunyai

kemampuan untuk “menolong” dirinya dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

3) Konselor mendorong/ memberanikan konseli agar ia mampu mengemukakan/ mengungkapkan perasaannya secara bebas berkenaan dengan masalah yang dihadapinya. Untuk memungkinkan terjadinya hal itu, konselor harus selalu memperhatikan sikap ramah, bersahabat dan menerima konseli sebagaimana adanya.

4) Konselor menerima, mengenal dan memahami perasaan-perasaan negatif yang diungkapkan konseli; kemudian meresponnya. Respon konselor harus menunjukkan atau mengarahkan kepada apa yang ada dibalik ungkapan-ungkapan perasaan itu, sehingga menimbulkan suasana konseli dapat memahami dan menerima keadaan negatif atau tidak menyenangkan itu tidak diproyeksikan kepada orang lain atau disembunyikan sehingga menjadi mekanisme pertahanan diri.

5) Ungkapan-ungkapan perasaan negatif yang meluap-luap dari konseli itu biasanya disertai ungkapan-ungkapan perasaan positif yang lemah/ samar-samar, yang dapat disembuhkan.

6) Konselor menerima dan memahami perasaan-perasaan positif yang diungkapkan konseli sebagaimana adanya, sama seperti menerima dan memahami ungkapan-ungkapan perasaan negatif.

7) Konseli memahami dan menerima dirinya sendiri sebagaimana adanya. Hal ini terjadi setelah konseli memahami dan menerima hal-hal yang negatif dan positif pada dirinya.

8) Apabila konseli telah memahami dan menerima dirinya, maka tahap berikutnya adalah memilih dan menentukan pilihan sikap dan tindakan mana yang akan diambil, sejak saat itu terbayanglah oleh konseli rangkaian kegiatan yang harus dilakukan sehubungan dengan keputusan pilihannya, dan ia menyadari tanggung jawabnya.

9) Konseli mencoba memanifestasikan atau mengaktualisasikan pilihannya itu dalam sikap dan perilakunya.

10) Langkah selanjutnya adalah, perkembangan sikap dan tingkah lakunya itu adalah sejalan dengan perkembangan tilikan dengan dirinya.


(59)

11) Perilaku konseli makin bertambah terintegrasi dan pilihan-pilihan yang dilakukan makin adekuat; kemandirian dan pengarahan dirinya makin menyakinkan.

12) Konseli merasakan kebutuhan akan pertolongan mulai berkurang dan akhirnya ia berkesimpulan bahwa terapi harus diakhiri. Ia menghentikan hubungan therapeutic dengan konselor. Psikoterapi telah selesai; konseli telah menjadi individu yang kepribadiannya terintegrasi dan berdiri sendiri, ia telah sembuh /bebas dari gangguan psikis.

Sedangkan menurut Willis (2004: 64) tahap- tahap terapi terpusat pada konseli antara lain :

1. Konseli datang kepada konselor atas kemauan sendiri, apabila konseli datang atas suruhan orang lain maka konselor harus mampu menciptakan situasi yang sangat bebas dan permisif dengan tujuan agar konseli memilih apakah ia akan terus meminta bantuan atau akan membatalkannya.

2. Situasi konseling sejak awal harus menjadi tanggung jawab konseli, untuk itu konselor menyadarkan konseli.

3. Konselor memberanikan konseli agar ia mampu mengemukakan perasaannya. Konselor harus bersikap ramah, bersahabat dan menerima konseli sebagaimana adanya.

4. Konselor menerima perasaan konseli serta memahaminya.

5. Konselor berusaha agar konseli dapat memahami dan menerima keadaan dirinya.

6. Konseli menentukkan pilihan sikap dan tindakan yang akan diambil (perencanaan).

7. Konseli merealisasikan pilihannya itu.

5. Tahapan Konseling

Dalam proses konseling ada tiga tahapan konseling, yaitu:

a. Tahap mendefinisikan masalah (tahap awal)

b. Tahap atau fase kerja dengan definisi masalah (tahap pertengahan)


(60)

a). Tahap Awal

Tahap ini terjadi saat konseli menemui konselor hingga berjalan proses konseling sampai konselor dan konseli menemukan definisi masalah konseli atas dasar isu, kepedulian, atau masalah konseli. Adapun proses konseling tahap awal dilakukan konselor sebagai berikut:

1. Membangun hubungan konseling yang melibatkan konseli 2. Memperjelas dan mendefinisikan masalah

3. Membuat penaksiran dan penjajakan 4. Menegosiasikan kontrak (perjanjian)

b) Tahap Pertengahan

Berangkat dari definisi masalah konseli yang disepakati pada tahap awal, kegiatan selanjutnya adalah memfokuskan pada penjelajahan masalah konseli, dan bantuan apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian kembali apa yang telah dijelajah tentang masalah konseli.

c) Tahap Akhir

Pada tahap terakhir konseling ditandai dengan beberapa hal yaitu:

1. Menurunnya kecemasan konseli, hal ini diketahui setelah konselor menanyakan keadaan kecemasannya.

2. Adanya perubahan perilaku konseli ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamik.


(61)

Dari uraian diatas disimpulkan bahwa pelaksanaan proses konselingclient centered harus dilaksanakan atas kemauan konseli itu sendiri. Setiap tahapan dalam proses layanan konseling ini harus melalui urutan fase- fase dari tahapan secara keseluruhan agar tujuan dari pelaksanaan konseling dapat terlaksana.

C. Keterkaitan Penggunaan Pendekatan Client Centered dengan Perubahan Konsep diri

Client centered adalah suatu metode perawatan psikis yang dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dengan konseli, agar tercapai gambaran yang serasi antara ideal self (diri konseli yang ideal) denganactual self (diri konseli sesuai dengan kenyataan sebenarnya). Jadi, ketika seoraang individu faham dan mengerti akan dirinya yang sebenarnya dengan apa yang menjadi apa yang diharapkannya akan semakin mudah ia memiliki konsep diri yang baik. Karena konsep diri itu sendiri adalah bagaimana si individu mengenal dirinya baik dari aspek fisik, psikis maupun kemampuan yang lainnya.

Salah satu dari 3 pokok kepribadian menurut Rogers adalah self yang itu nama lain dari konsep diri.

Menurut Rogers (dalam sukardi: 2002) menyatakan bahwa Self merupakan bagian yang terpisah dari medan phenomenal, yang berisi pola pengamatan dan penilaian yang sadar dari subjek.Dari pengalaman-pengalaman, seseorang akan dapat membentuk pola pengamatan dan penilaian terhadap diri sendiri secara sadar,baik orang tersebut sebagai subjek maupun sebagai objek.Self ini dinamakan juga Self-Concept (Konsep Diri).


(62)

Berkaitan dengan konseling client-centered dari Rogers menyatakan bahwa konseling yang berpusat pada konseli haruslah dilandasi pada pemahaman konseli tentang dirinya. Atau dengan kata lain, pendekatan Rogers menitikberatkan kepada kemampuan konseli untuk menentukan sendiri masalah-masalah yang penting bagi dirinya dan memecahkan sendiri masalahnya.

Campur tangan konselor sedikit sekali. Konseli akan mampu menghadapi sifat-sifat dirinya yang tidak dapat diterima lingkungannya tanpa ada perasaan terancam dan cemas, sehingga ia maju kearah menerima dirinya dan nilai-nilai yang selama ini dimiliki dan dianutnya, serta mampu mengubah aspek-aspek dirinya sebagai sesuatu yang dirasakan perlu diubah.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konsep diri (self concept) adalah merupakan gambaran seseorang tentang dirinya sendiri.Gambaran yang lengkap tentang dirinya meliputi berbagai kemampuan, kelemahannya, sifat-sifatnya dan bagaimana hubungan dirinya dengan lingkungannya. Jadi konsep diri adalah bagaimana individu menyadari dirinya sendiri, dan mengenal dirinya sendiri.

Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan client centered dapat digunakan dalam mengubah konsep diri yang negatif menjadi positif, hal ini dikarenakan pendekatan client centered didasari oleh konsep- konsep pokok mengenai diri, dimana pendekatan ini menekankan pada kecakapan konseli


(63)

untuk menentukan isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Bagaimana individu dapat memahami diri, baik dari sudut kelemahan dan kelebihan yang dimiliki serta bagaimana individu mengatasi masalah tentang dirinya sendiri. Sedangkan fungsi konselor dalam pendekatan ini hanya bersifat pasif reflektif.


(64)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodelogi Penelitian

Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan prosedur bagaimana suatu penelitian akan dilakukan. Hal terpenting yang perlu diperhatikan bagi seorang peneliti adalah pada ketepatan penggunaan metode yang sesuai dengan objek penelitian dan tujuan yang ingin dicapai. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen.

Sebagaimana dikemukakan oleh Kartono (dalam Suprapto, 2007:75),

“Metode eksperimen adalah metode percobaan dan observasi sistematis dalam suatu situasi khusus, dimana gejala-gejala yang diamati itu begitu disederhanakan, yaitu hanya beberapa faktor saja yang diamati, sehingga penelitian bisa mengatasi seluruh proses eksperimennya”.

Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menilai pengaruh dari suatu perlakuan/treatment pendidikan terhadap tingkah laku individu atau menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh dari perlakuan yang diberikan. Melalui penelitian eksperimen ini, peneliti ingin mengetahui bahwa penggunaan pendekatan client centered dapat meningkatkan konsep diri siswa.


(1)

59

konsep diri siswa dengan menggunakan metode eksperimen yaitu untuk mengetahui dampak dari suatu perlakuan yaitu mencobakan sesuatu, lalu dicermati akibat dari perlakuan tersebut. Maka dari itu pendekatan yang efektif adalah hanya dengan membandingkan nilai-nilai antara pre-test dan posttest.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Wilcoxon Match Pairs Test karena subjek penelitian yang relatif sedikit (3 orang siswa). Uji Wilcoxon adalah alternatif untuk uji t data berpasangan (t-paired) dimana pada uji Wilcoxon ini data harus dilakukan pengurutan (ranking) dan kemudian baru diproses (Santoso, 2009: 358). Dengan demikian, peneliti akan mengurutkan data dimulai dari angka yang terbesar ke terkecil terlebih dahulu.

Dalam pelaksanaan uji Wilcoxon untuk menganalisis kedua data yang berpasangan tersebut, dilakukan dengan menggunakan analisis uji melalui program SPSS(Statistical Package for Social Science) 17.Hasil pengujian ini kemudian disimpulkan untuk membuktikan adanya peningkatan konsep diri siswa.

Pengambilan keputusan analisis data akan didasarkan pada hasil uji z. Hal ini sesuai dengan pendapat Santoso (2009: 362) yang menyatakan bahwa mengambil keputusan dapat didasarkan pada hasil uji z, yaitu:

 Jika statistik hitung (angka z output) > statistik tabel (tabel z), maka Ho

ditolak

 Jika statistik hitung (angka z output) > statistik tabel (tabel z), maka Ho


(2)

80

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa konsep diri siswa yang negatif dapat ditingkatkan menjadi konsep diri positif dengan menggunakan pendekatan client centered.Hal ini ditunjukkan dari peningkatan pada diri siswa pada setiap pertemuan konseling client centered telah mengarah pada peningkatan konsep diri siswa terlihat lebih baik dari sebelumnya. Selaras dengan hasil uji statistik yang diperoleh yaitu zoutput= –1,604 > ztabel = –0,4452 maka Ho ditolak dan Ha diterima .

B. SARAN

Saran yang dapat dikemukakan dari penelitian yang telah dilakukan di MTs Negeri Kedondong adalah:

1. Kepada siswa

Siswa hendaknya memanfaatkan layanan dan program yang ada di bimbingan konseling untuk mengatasi masalah yang dialami khususnya dalam meningkatkan konsep diri dengan menggunakan pendekatanclient centered.


(3)

81

2. Kepada guru Bimbingan dan Konseling

Kepada guru bimbingan dan konseling hendaknya dapat memberikan layanan konseling individual dalam hal ini yaitu konseling client centered kepada siswa lain yang mengalami masalah konsep diri negatif karena pendekatan client centereddapat meningkatkan konsep diri negatif menjadi konsep diri positif.

3. Kepada Para Peneliti

Kepada para peneliti, hendaknya dapat melakukan penelitian mengenai masalah konsep diri siswa pada kondisi subjek yang berbeda dengan menggunakan teknik atau model konseling yang sama atau model konseling lainnya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alhadza, Abdullah, 2004,Masalah menyontek (Cheating) di Dunia Pendidikan, http;//www.depdiknas.go.id/Jurnal

Ardiyanti, Niken. Sulistiyaningsih, Erna. Mukhtar. 2005.Konsep Diri Remaja Menuju Pribadi Mandiri. PT. Nimas Multima : Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.Jakarta:Rineka Cipta Atkinson, R.C. and Schiffrin.1996.introduction to pysichology.forth worth harcout brace:

jovanovich

Azwar, S. 2010.Penyusunan Skala Psikologi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Brook dan Emmert dalam www. googlesearch.com /artikel/ motivasi/2002/ hal:1.

Burke dan Sellin dalam Ardiyanti, Niken. Sulistiyaningsih, Erna. Mukhtar. 2005.Konsep Diri Remaja Menuju Pribadi Mandiri. PT. Nimas Multima: Jakarta.

Burns. 1993.Pelayanan konseling pada satuan pendidikan menengah.Jakarta: Tim MGMP Chairani. 2003.Nilai tambah pengolahan ekspor manggis dan mangga (studi kasus di PT.

Kalammas, Jakarta) Skripsi Program Studi Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Mercu Buana(tidak dipublikasikan)

Hasan, Iqbal. 2005.Pokok-pokok Materi Statistik 2. (Statistik Inferehensif). Jakarta: Bumi Aksara

Hurlock, E. B. 1998.Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan(Terjemahan Isti Widayanti). Erlangga: Jakarta

James, William dalam Puspasari, A.2007.Seri Membangun Karakter Anak: Mengukur Konsep Diri Anak.PT.Elex Media Komputindo:Jakarta

Lie,anita.2003.101 cara menumbuhkan percaya diri anak.Jakarta : elexmedia


(5)

Mariana, Ana. 2010.Modul perkembangan peserta didik. Cimahi :

http://www.scribd.com/doc/51018125/modul-perkembangan-Peserta-didik-temperamen Diakses pada hari Rabu, 16 Mei 2011

Moleong, J. Lexy. 2000.Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya Nazir, Moh. 1983.Metode Penelitian. Ghalia Indonesia : Jakarta.

Pudji Jogyanti, C.R. 1995.konsep diri dalam pendidikan. Jakarta: Arcan

Puspasari, A. 2007.Seri Membangun Karakter Anak: Mengukur Konsep Diri Anak.PT.Elex Media Komputindo:Jakarta.

Rakhmat, J. 1996.Psikologi Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. Ratnaningsih. 2002.Psikologi perkembangan. Jakarta: PT. Renika cipta

Ratnawuri. 2007.Hubungan Antara Konsep Diri dan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Angkatan 2005-2006 Universitas LampungTahun Ajaran 2006-2007. Skripsi: FKIP Unila. (tidak diterbitkan)

Riduwan. 2005.Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula. Alfabeta: Bandung.

Rogers dalam Sukardi, Dewa Ketut. 2000.Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Rola, Fasti. 2006.Hubungan Konsep Diri dengan Motivasi Berprestasi Pada Remaja. USU Repository : Medan.

Ruseffendi, E.T..1998.Dasar-dasar matematika modern dan komputer untuk guru.Bandung: Tarsito

Sajun, A. 2007. Lembar Tugas Siswa (Media Bimbingan Konseling). MGP SMA/ MA Kota Bandar Lampung.

Santoso, Singgih. 2009.masalah statistik dengan SPSS Versi 11,5.Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Singarimbun, Masri. 1989.Metode Penelitian Survei, edisi revisi cet.2. PT. Pustaka LP3ES: Jakarta

Sudjana. 1996.Metode StatistikaEdisi ke-6. Tarsito : Bandung. Sugiyono. 2005.Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta


(6)

Sukardi, Dewa Ketut. 2000.Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Surya , Muhammad. 2003.Pengantar Teori Konseling.Bandung : Pustaka Bani Quraisy. Suryabrata, S. 1998.Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Universitas Lampung. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung: Bandarlampung

Willis, Sofyan S. 1993.Problema Remaja dan Pemecahannya. Angkasa: Bandung Winkel, WS. 1983.Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Gramedia :

Jakarta

---. 1997.Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Gramedia : Jakarta

---.2009.panduan praktis SPSS 17 untuk pengolahan data statistik.wahana komputer: Semarang


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN PENDEKATAN CLIENT CENTERED DALAM MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS VIII H MTS NEGERI KEDONDONG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 18 82

PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN DALAM LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP WIYATAMA BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 188

PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN DALAM LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP WIYATAMA BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 8 67

KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT DALAM DISKUSI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

2 10 73

PENGGUNAAN PENDEKATAN CLIENT CENTERED DALAM MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS VIII H MTS NEGERI KEDONDONG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 9 61

JUDUL INDONESIA: MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 PUNGGUR LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 78

MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 PUNGGUR LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 69

PENGGUNAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI DI SMK NEGERI 1 WAY TENONG LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 8 70

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENULIS SURAT DINAS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SATU ATAP 1 KEDONDONG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

2 18 74

PENGGUNAAN TEKNIK MODELING DALAM KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 9 METRO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

3 18 71