KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT DALAM DISKUSI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(1)

KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT DALAM DISKUSI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 BANDARLAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

KESUMA ARIYANTI

Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan mengemukakan pendapat dalam diskusi siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswaSMP Negeri 5 Bandarlampung TP 2011/2012 mengemukakan pendapat dalam diskusi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Data kemampuan mengemukakan pendapat dalam diskusi diperoleh dari hasil observasi dan rekaman audio visual. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung TP 2011/2012 yang berjumlah 203 siswa dan tersebar dalam 6 kelas, dengan sampel sebanyak 30 siswa atau 15% dari populasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan mengemukakan pendapat dalam diskusi siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung dilihat dari masing-masing indikator, yaitu indikator ketepatan ucapan (pelafalan) terkategorikan baik dengan nilai 75,83; indikator pelihan kata (diksi) terkategorikan baik dengan nilai 77,91; indikator intonasi terkategorikan cukup dengan nilai 69,16; indikator sikap (wajar, tenang, dan tidak kaku) terkategorikan baik dengan nilai 74,58; indikator kenyaringan suara terkategorikan baik dengan nilai 82,50; indikator penguaasan topik terkategorikan baik dengan nilai 72,92; indikator kelancaran terkategorikan baik dengan nilai 82,78; dan indikator kesediaan menghargai orang lain terkategorikan sangat baik dengan nilai 86,11. Secara keseluruhan, kemampuan mengemukakan pendapat siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung dalam diskusi terkategorikan baik dengan nilai 77,28.


(2)

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan sarana berpikir (Arsjad, 1988:11). Dengan bahasa, manusia dapat mengomunikasikan dan mengekspresikan sikap dan perasaannya, oleh karena itu, kemampuan berbahasa siswa merupakan salah satu kunci keberhasilan proses pembelajaran.

Pembelajaran adalah proses penyampaian pengetahuan, teknologi, dan keteram-pilan yang di dalamnya terjadi suatu komunikasi timbal balik antara guru dan murid. Agar tujuan pembalajaran dapat dicapai secara optimal, diperlukan inte-raksi yang komunikatif selama pembelajaran berlangsung. Salah satu kemam-puan berbahasa yang penting untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan komunikatif adalah kemampuan berbicara.

Berbicara tidaklah semudah yang dipikirkan. Banyak orang sanggup menuangkan gagasan, pemikiran, dan ide dalam sebuah karya tulis, namun tidak banyak yang dapat berbicara dengan baik sehingga terjadi komunikasi dua arah yang efektif. Meskipun secara lahiriah manusia dapat berbicara, namun kemampuan berbicara bukanlah kemampuan yang diwariskan secara turun-temurun. Menurut Arsjad, (1988: 1) kemampuan berbicara secara formal memerlukan latihan dan


(4)

pengarah-an atau bimbingpengarah-an ypengarah-ang intensif. Dpengarah-an salah satu metode ypengarah-ang dapat digunakpengarah-an untuk melatih kemampuan berbicara adalah metode diskusi.

Metode diskusi adalah suatu metode yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah secara bersama-sama. Di dalam pembelajaran, metode diskusi dapat dilaksanakan antara guru dengan seluruh siswa, antara guru dengan sekelompok siswa, dan antara siswa dengan siswa di dalam kelas (Arsjad, 1988: 13). Diskusi adalah salah satu metode paling baik untuk mengetahui sekaligus melatih kemam-puan berbicara siswa, karena dalam kegiatan berdiskusi, siswa dituntut untuk membiasakan diri melakukan proses berpikir secara cepat dan mengemukakan pendapatnya di depan umum.

Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam diskusi merupakan salah satu hal yang perlu mendapat perhatian, karena dari kegiatan ini, dapat dihasilkan gagasan-gagasan kreatif hasil pemikiran siswa. Siswa—dalam kegiatan ini—dapat mengungkapkan pikiran dan perasaanya secara efektif jika ia terampil berbicara.

Pentingnya hal tersebut tercermin dalam salah satu standar kompetensi Berbicara pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII, yakni poin 10. Mengemukakan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan diskusi dan protokoler. Tujuan standar kompetensi tersebut adalah agar setelah pembelajaran dilakukan, siswa mampu mengemukakan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan diskusi dan atau protokoler dengan bahasa yang baik, disertai argumentasi yang tepat.


(5)

Mengingat pentingnya kemampuan berbicara dalam suatu proses pembelajaran, penulis tertarik meneliti kemampuan berbicara siswa, khususnya mengemukakan pendapat dlam kegiatan diskusi. Penelitian yang berkaitan dengan kemampuan berbicara sudah lebih dulu dilakukan, salah satunya oleh Oktariza Elyanasari, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Universitas Lampung, dengan judul “Kemampuan Berbicara dalam Diskusi Kelompok Siswa Kelas V SD Ismaria Al-Quraniah Rajabasa Bandarlampung Tahun Pelajaran 2010/2011”.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Oktariza Elyanasari, objek penelitian adalah kemampuan siswa berbicara sedangkan objek penelitian yang dilakukan penulis adalah kemampuan mengemukakan pendapat yaitu menyampaikan persetujuan, sanggahan, atau penolakan. Subjek penelitian yang dilakukan Oktariza Elyanasari adalah siswa kelas V SD Ismaria Al-Quraniah Rajabasa Bandarlampung, sementara subjek penulisan adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Bandar-lampung.

Pemilihan siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung sebagai populasi pene-litian didasari atas pertimbangan bahwa sekolah ini telah menerapkan strategi pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning), sehingga proses pembelajaran dilakukan secara kerja kelompok, berdiskusi dan dilaksanakan dalam situasi aktif, kreatif, produktif, dan menyenangkan. Dengan demikian, siswa kelas VIII SMP N 5 Bandarlampung telah terbiasa melakukan proses pembelajaran secara sharing atau bekerjasama dan diharapkan siswa memiliki


(6)

kapasitas untuk melakukan diskusi serta memiliki kemampuan berbicara yang memadai.

1.2 Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang di atas, masalah yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah, “Bagaimana kemampuan mengemukakan pendapat dalam diskusi siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2011/2012?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini bermaksud untuk mengetahui dan mendeskripsikan kemam-puan mengemukakan pendapat dalam diskusi siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung tahun pelajaran 2011/2012.

1.4 Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun se-cara praktis. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Penelitian ini dapat menambah referensi penelitian dalam pembelajaran bahasa, khususnya mengenai kemampuan berbicara siswa dalam diskusi, sehingga penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi para peneliti selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini bermanfaat bagi guru dan siswa yakni sebagai berikut.

1. Manfaat bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya di SMP Negeri 5 Bandarlampung tahun pelajaran


(7)

2011/2012 tentang kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam diskusi.

2. Manfaat bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat menjadi wahana berlatih, khususnya dalam aspek berbicara yakni mengemukakan pendapat dalam diskusi.

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Subjek atau sasaran penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung tahun pelajaran 2011/2012.

2. Objek penelitian ini adalah kemampuan berbicara siswa dalam menge-mukakan pendapat melalui kegiatan diskusi.

3. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2011/2012.

4. Tempat penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Bandarlampung. 5. Hasil rekaman audio visual sebagai sarana pendukung dalam

penelitian kemampuan mengemukakan pendapat dalam diskusi siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2011/2012.


(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Kemampuan

Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan dapat diartikan pula sebagai sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kapasistas atau kesanggupan seseorang dalam melakukan pekerjaan (http://id.wikipedia.org/wiki/Kemampuan).

2.2 Hakikat Berbicara

Kemampuan berbicara secara efektif merupakan suatu unsur penting terhadap keberhasilan kita dalam semua bidang kehidupan (Albert, [et all], 1961a: 39 dalam Tarigan, 2008: 29). Hal ini dikarenakan, berbicara erat kaitannya dengan proses berpikir manusia. Kejelasan dan keterampilan berbicara seseorang menggambar-kan kejelasan dan bagaimana baiknya kemampuan seseorang berpikir.

Kaitannya berbicara sebagai suatu hasil proses berpikir, bisa dilihat dalam kehidupan sehari-hari, di mana kerap dijumpai perbedaan pendapat antara satu orang dengan orang lainnya. Hal tersebut terjadi karena setiap orang memiliki gagasan atau pemikiran yang tidak sama dalam menanggapi suatu masalah.


(9)

Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan, Tarigan (2008: 16). Sejalan dengan pendapat tersebut, Arsjad dan Mukti (1991: 17) mengemukakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyian artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan pesan, pikiran, gagasan, dan perasaan.

Berbicara itu lebih daripada sekadar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak, baik bahan pembicaraannya maupun para penyimaknya; apakah dia ber-sikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengomu-nikasikan gagasan-gagasannya; dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak (Mulgrave, 1954: 3—4 dalam Tarigan 2008: 16).

Berbicara merupakan kepandaian manusia untuk mengeluarkan suara dan me-nyampaikan pendapat dan pikirannya (http://id.wikipedia.org.wiki/Berbicara). Semen-tara itu, berbicara dapat pula diartikan sebagai kemampuan mengungkapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau menyampaikan pikiran, gagasan, atau perasaan secara lisan (Brown and Yule, 1983: 2).

Dari beberapa pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi untuk mengekspresikan pikiran, gagasan dan perasaan dalam proses penyampaian informasi.


(10)

2.2.1 Jenis-jenis Berbicara

Secara garis besar, Tarigan (2008: 24) membagi berbicara (speaking) menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

1. Berbicara di muka umum pada masyarakat (public speaking) yang mencakup empat jenis, yaitu sebagai berikut.

a. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat memberitahukan atau melaporkan; yang bersifat informatif (informative speaking). b. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat kekeluargaan,

persahabatan (fellowship speaking).

c. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (persuasive speaking).

d. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat merundingkan dengan tenang dan hati-hati (deliberative speaking).

2. Berbicara pada konferensi (conference speaking), yaitu sebagai berikut.

a. Diskusi kelompok (group discussion).

1) Tidak resmi (informal), dapat dibedakan atas: a) kelompok studi (study group),

b) kelompok pembuat kebijaksanaan (policy making group), c) komik.

2) Resmi (formal) yang mencakup pula: a) konferensi,

b) diskusi panel, c) simposium.


(11)

b. Prosedur parlementer (parliamentary prosedure). c. Debat.

2.2.2 Faktor-faktor Keberhasilan Berbicara

Agar kegiatan berbicara dapat berhasil, ada faktor-faktor yang harus diperhatikan, yaitu (1) pembicara, dan (2) pendengar (Depdiknas, 2009: 11).

1. Pembicara

Pembicara adalah salah satu faktor yang menimbulkan terjadinya kegi-atan berbicara. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pem-bicara untuk melakukan kegiatannya, yaitu: (1) pokok pempem-bicaraan, (2) bahasa, (3) tujuan, (4) sarana, dan (5) interaksi.

2. Pendengar

Suatu kegiatan berbicara tidak akan berlangsung dengan baik tanpa pendengar yang baik. Karena itu, seorang pendengar dituntut memiliki antusias yang sama seperti pembicara. Pendengar yang baik hendaknya memerhatikan hal-hal sebagai berikut.

a. Memiliki kondisi fisik dan mental yang baik sehingga memung-kinkan dapat melakukan kegiatan mendengarkan; memusatkan per-hatian dan pikiran kepada pembicaraan.

b. Memiliki tujuan tertentu dalam mendengarkan yang dapat mengarahkan dan mendorong kegiatan mendengarkan.

c. Mengusahakan agar meminati isi pembicaraan yang didengarkan. d. Memiliki kemampuan linguistik dan nonlinguistik yang dapat


(12)

e. Memiliki pengalaman dan pengetahuan luas yang dapat memper-mudah pengertian dan pemahaman isi pembicaraan.

2.3 Hakikat Diskusi

Satu-satunya tempat di mana manusia dapat mengemukakan beberapa pendekatan untuk mengetahui keseluruhan suatu pokok pembicaraan adalah dengan jalan mengetahui segala hal yang dikatakan oleh orang-orang yang mempunyai pendapat-pendapat yang berbeda, Powers (dalam Tarigan, 1951: 263).

Kata diskusi berasal dari bahasa Latin “discussio” atau “discusum” yang artinya bertukar pikiran, dalam bahasa Inggris dipergunakan kata “discusion” yang berarti perundingan atau pembicaraan. Pada hakikatnya, diskusi merupakan suatu metode untuk memecahkan permasalahan dengan proses berpikir kelompok, Tarigan (2008: 40). Oleh karena itu, diskusi merupakan kegiatan kerjasama atau aktivitas koordinatif yang mengandung langkah-langkah dasar tertentu yang harus dipatuhi oleh seluruh kelompok.

Diskusi merupakan satu bentuk pembicaraan secara teratur dan terarah (Parera, 1987:183). Pendapat lain mengatakan, diskusi merupakan suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil atau besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah (Arsjad dan Mukti, 1988: 37).

Diskusi adalah sebuah interaksi komunikasi antara dua orang atau lebih kelom-pok. Biasanya komunikasi antara mereka atau kelompok tersebut berupa salah satu ilmu atau pengetahuan dasar yang akhirnya akan memberikan rasa


(13)

pemaham-an ypemaham-ang baik dpemaham-an benar. Diskusi bisa berupa apa saja ypemaham-ang awalnya disebut topik, dari topik inilah diskusi berkembang dan diperbincangkan yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu pemahaman dari topik tersebut (http://id.wikipedia.org/ wiki/Diskusi).

Moeliono, dkk. dalam Mudini (2009: 7) mengartikan diskusi sebagai pertemuan ilmiah untuk membahas suatu masalah. Sementara Mudini, berpendapat bahwa diskusi diartikan sebagai suatu proses bahasa lisan dalam bentuk tanya jawab, atau pembicaraan antar dua atau lebih orang dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, atau keputusan bersama mengenai suatu masalah.

Dari berbagai pendapat tersebut, penulis berpedoman terhadap pendapat Arsjad dan Mukti (1988:37), bahwa diskusi merupakan suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil atau besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah

2.3.1 Macam-macam Diskusi

Tarigan (2008:41—48) membagi diskusi menjadi dua, yaitu (1) kelompok tidak resmi, dan (2) kelompok resmi.

1. Kelompok tidak resmi, meliputi kelompok studi, kelompok pembentuk kebijakan, dan komite.

2. Kelompok resmi meliputi konferensi, diskusi panel, dan simposium. a. Konferensi

Konferensi sebagai suatu kelompok diskusi resmi yang kadang-kadang mengacu kepada diskusi pengambilan tindakan atau


(14)

action-taking discusion, karena berusaha membuat keputusan dan tidak berdasarkan keputusan tersebut. Dalam bentuk diskusi ini waktu lebih banyak dipergunakan dalam tahap penentuan kemungkinan cara penyelesaian yang paling baik, dan seringkali suatu pemungutan suara diadakan untuk menentukan cara penyelesaian yang paling efektif yang telah dikemukakan selama diskusi berlangsung.

b. Diskusi Panel

Diskusi panel adalah suatu kelompok diskusi yang terdiri dari tiga sampai enam ahli yang ditunjuk untuk mengemukakan pandangannya dari berbagai segi mengenai suatu masalah tersebut. Seorang moderator memimpin jalannya diskusi dan pada bagian lain, duduk kelompok besar sebagai pendengar.

c. Simposium

Pada dasarnya, simposium adalah suatu variasi dari panel yang telah diuraikan di atas, dalam simposium tiga orang atau lebih yang dianggap ahli dengan pandangan-pandangan yang berbeda mengenai satu pokok pembicaraan tampil menyampaikan pendapatnya dan pendengar mengambil bagian dalam diskusi. Diskusi kelompok simposium ini sungguh sangat bermanfaat apabila pokok pembicaraan yang sedang didiskusikan itu tidak dapat dijawab dengan satu keputusan yang berbentuk simpulan ”ya” atau “tidak”, tetapi yang dapat diselesaikan dengan beberapa alternatif.


(15)

d. Diskusi Kelompok

Jenis diskusi ini diikuti oleh lima sampai sepuluh peserta yang dibentuk menjadi kelompok kecil, dengan seorang pemimpin diskusi.

e. Diskusi Berkelompok-kelompok

Diskusi kelompok dilakukan bila peserta lebih banyak, dengan kelompok-kelopok kecil yang kemudian dapat dilanjutkan secara pleno, dan akhirnya terjadi diskusi besar (diikuti oleh semua peserta). Dalam diskusi kelompok biasanya dipimpin oleh seorang pemandu yang bertugas membuka dan menutup acara, mengendalikan jalannya diskusi dan membuat simpulan. Wiyanto (2000: 37)

f. Seminar

Merupakan suatu pertemuan untuk membahas suatu masalah tertentu dengan prasaran dan tanggapan melalui suatu diskusi guna mendapat-kan suatu keputusan bersama mengenai masalah tersebut. Seminar biasanya dilakukan oleh siswa atau mahasiswa untuk melaporkan hasil karya ilmiah atau temuan dari lapangan, Travers (dalam Karomani, 2011: 26).

g. Lokakarya

Masalah yang dibahas dalam lokakarya memunyai ruang lingkup tertentu dan dibahas secara mendalam, bila diperlukan, diikuti demonstrasi atau peragaan. Pesertanya adalah orang-orang yang


(16)

ahli dalam lingkungan kerja sejenis atau sprofesi (Arsjad dan Mukti 1988:39).

Dari beberapa jenis diskusi di atas, penulis tertarik melakukan jenis diskusi kelompok, karena mempertimbangkan beberapa hal, yaitu (1) diskusi jenis ini dapat dilakukan dalam waktu yang singkat sehingga dapat mengefisienkan waktu, (2) diskusi jenis ini memudahkan pengambilan data rekaman ketika siswa menge-mukakan pendapat.

Diskusi kelompok dalam penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan tipe jigsaw. Jigsaw merupakan salah satu metode yang dapat mengefektifkan pembelajaran dengan cara berdiskusi kelompok kecil karena metode ini menciptakan lebih banyak kesempatan untuk mengolah informasi secara bersama-sama.


(17)

2.3.1.1Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dkk. di Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slaven dkk di Universitas Jhon Hopkins.

Dalam terapan tipe jigsaw, siswa dibagi menjadi berkelompok dengan lima atau enam anggota kelompok belajar heterogen. Setiap anggota bertanggungjawab untuk mempelajari bagian tertentu bahan yang diberikan. Anggota dari kelompok yang lain mendapat tugas topik yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut dengan kelompok ahli (Ibrahim, dkk. 2000 : 52).

Langkah-langkah model jigsaw dibagi menjadi enam tahapan, yaitu sebagai berikut.

1. Menyampaikan tujuan belajar dan membangkitkan motivasi.

2. Menyajikan informasi kepada siswa dengan demonstrasi disertai penjelasan verbal, buku teks, atau bentuk lain.

3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar.

4. Mengelola dan membantu siswa dalam belajar kelompok dan kerja di tempat duduk masing-masing.

5. Mengetes penguasaan kelompok atas bahan ajar.

6. Pemberian penghargaan atau pengakuan terhadap hasil belajar siswa (Nurhadi dan Agus Gerrard, 2003 : 40)


(18)

2.3.1.2Kelebihan dan Kelemahan Tipe Jigsaw

Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki kelebihan dan kekurangan, adapun kelebihannya, yaitu:

1. dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain,

2. siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan,

3. setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompoknya,

4. dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif, dan 5. setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain (Ibrahim, dkk. 2000 : 70).

Sedangkan kekurangannya, yaitu:

1. membutuhkan waktu yang lama, dan

2. siswa cenderung tidak mau apabila disatukan dengan temannya yang kurang pandai dan atau yang kurang pandai merasa minder apabila digabungkan dengan temannya yang pandai walaupun lama kelamaan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya (Ibrahim, 2000 : 71).

2.3.2 Syarat Diskusi

Sebelum memulai suatu kegiatan biasanya dilakukan persiapan. Demikian pula dalam diskusi kelompok, yang melibatkan banyak orang. Agar tujuan ini dapat dicapai harus diadakan persiapan seperlunya.

1. Persiapan tempat

a. Tempat yang akan dipakai melakukan diskusi harus bersih, rapi, dan longgar, sehingga jangan sampai peserta diskusi untuk berdesak-desakan.


(19)

b. Tempat dikusi harus terhindar dari suara bising kendaraan, pabrik, orang kerja, anak-anak yang bermain, telepon, dan lain-lain.

c. Ruang diskusi diisi peralatan yang dilakukan, seperti: meja, kursi, papan tulis, gambar dan sebagainya.

d. Tempat diskusi hendaknya mengesankan ”suasana” yang menguntungkan yaitu suasana yang dapat membuat peserta dikusi merasa senang. Pengaturan tempat duduk harus diupayakan agar semua peserta diskusi dapat saling memandang dan saling bertatap muka secara bebas dan leluasa, artinya jangan sampai peserta diskusi berhadap-hadapan terlalu dekat, namun juga jangan terlalu jauh. Formasi tempat duduk peserta amat bervariasi, bergantung pada selera dan situasi ruang atau peralatan yang ada, namun harus diingat bahwa formasi yang terbaik ialah formasi yang masing-masing peserta dapat saling berhadapan atau saling tatap muka. 2. Persiapan calon peserta

Selain persiapan tempat diskusi, calon pesertapun harus mengadakan persiapan yang baik agar diskusi itu dapat berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan yang dikehendaki. Untuk dapat bertindak sebagai peserta yang baik dalam diskusi, calon peserta harus me-mikirkan hal-hal seperti di bawah ini.

a. Memikirkan lebih dahulu apa yang sudah diketahui tentang masalah yang akan didiskusikan sebelum diskusi berlangsung. b. Mempelajari masalah itu dari berbagai sumber bacaan dan


(20)

c. Mempelajari kembali keterangan yang telah diperoleh dan menyu-sun dalam urutan yang padat.

d. Latihan menyampaikan pendapat, tanggapan atau pertanyaan dengan susunan kalimat yang mudah dipahami orang lain dan sekaligus juga dapat menarik perhatian orang lain.

2.4 Hakikat Mengemukakan Pendapat

Mengemukakan pendapat merupakan salah satu sarana melatih kemampuan berbicara di mana siswa dituntut untuk berpikir kritis dan mandiri. Melalui kegiatan ini, dapat muncul ide, gagasan, dan atau informasi yang kreatif. Semakin baik kemampuan berbicara seseorang, maka semakin baik pula kemampuan berpikirnya.

Pendapat berarti pikiran, anggapan, Depdiknas (2008: 293). Pendapat atau juga opini adalah ide atau pikiran untuk menjelaskan kecenderungan atau preferensi tertentu terhadap perspektif dan ideologi, akan tetapi bersifat tidak objektif karena belum tentu mendapatkan pemastian atau pengujian, dapat pula merupakan sebuah pernyataan tentang sesuatu yang berlaku pada masa depan, dan kebenaran atau kesalahannya tidak dapat langsung ditentukan (id.wikipedia.org/wiki/Opini).

Selain itu, pendapat atau opini juga dapat diartikan sebagai suatu pernyataan yang kebenarannya masih bersifat relatif dan dipengaruhi oleh unsur subjektif atau pribadi. Relatif maksudnya setiap orang memiliki pendapat yang berbeda (Wahono, 2007: 182).


(21)

Dari beberapa teori tersebut, penulis menyimpulkan bahwa pendapat adalah hasil proses berpikir manusia atas persepsi-persepsi yang berkembang dan belum men-dapat pengujian kebenarannya.

Pendapat yang dikemukakan dalam kegiatan diskusi dapat berupa persetujuan dan sanggahan atau penolakan. Pendapat yang berupa sanggahan dan atau penolakan memiliki aturan atau tata-krama dalam penyampaiannya, agar pihak lawan bicara tidak merasa tersinggung dan proses diskusi berjalan lancar. Hal-hal yang perlu dilakukan ketika memberi sanggahan dan atau penolakan terhadap pendapat orang lain dalam diskusi, antara lain:

a) memahami terlebih dahulu pembicaraan yang akan disanggah,

b) mempersiapkan terlebih dahulu sanggahan dan atau penolakan yang akan disampaikan,

c) mencari bukti, argumen atau alasan yang mendukung sanggahan dan atau penolakan yang akan disampaikan,

d) memikirkan dengan sungguh-sungguh sanggahan dan atau penolakan yang akan disampaikan,

e) sampaikan sanggahan dan atau penolakan dengan bahasa yang santun, setelah moderator mengizinkan, Wahono (2007: 188).

Terdapat tuntutan kemampuan dan keterampilan berbicara dalam kegiatan menge-mukakan pendapat dalam kegiatan diskusi, yaitu sebagai berikut.

1. Kemampuan mengutarakan pendapat dengan bahasa.

Kemampuan ini menyangkut kemampuan mempergunakan bahasa dengan baik, tepat, dan seksama.


(22)

2. Kemampuan mengutarakan pendapat secara analitis, logis, dan kreatif.

Cara mengutarakan pendapat secara baik adalah mengutarakan pendapat dalam konteks yang masuk akal, dan akan diutarakan dengan bahasa yang dipergunakan.

Mengutarakan pendapat secara analitis berarti dapat mengemukakan pendapat secara sistematik dan teratur. Untuk dapat mengutarakan pendapat secara analitis diperlukan pendalaman masalah, diperlukan kebiasaan untuk menge-mukakan pendapat secara langsung dan tidak berbelit-belit, dan setiap masalah harus dianalisis secara terperinci satu per satu.

Mengutarakan pendapat secara logis berarti mengemukakan pendapat secara masuk akal. Apa yang disebut masuk akal ini harus memenuhi beberapa syarat. Walaupun Parera tidak menguraikan soal logika, tetapi proses berpikir secara masuk akal atau logis ini tampak dan penting dalam kehidupan sehari-hari.

Di samping berpikir secara analitis dan logis, diperlukan pula berpikir secara kreatif. Berpikir secara kreatif ini ada berbagai macam bentuknya. Seorang sarjana pernah mengungkapkan kriteria pemikiran kreatif ini sebagai berikut. 1. Hasil pikiran adalah suatu yang baru, yang berarti dalam skala

kebudayaan dan pemikiran yang sudah ada, pikiran itu bernilai. 2. Pikirannya tidak konvensional.

3. Mengandung motivasi tinggi, nilai karya yang tahan lama, dan memunyai intensitas yang tinggi pula (Parera, 1987:185).


(23)

2.5 Aspek-aspek Penunjang dalam Mengemukakan Pendapat

Mengemukakan pendapat merupakan salah satu dari kegiatan berbicara. Oleh sebab itu, faktor-faktor yang menunjang dalam mengemukakan pendapat juga sama halnya dengan faktor penunjang keefektifan berbicara.

Menurut Arsjad dan Mukti (1988: 17), faktor-faktor yang harus diperhatikan terdiri atas faktor (1) kebahasaan dan (2) nonkebahasaan, dengan faktor kebahasaan meliputi ketepatan ucapan, pilihan kata/diksi, intonasi, tetepatan sasasran pembicaraan, dan faktor nonkebahasaan meliputi sikap, pandangan, kesediaan menghargai pendapat orang lain, gerak-gerik dan mimik, kenyaringan suara, kelancaran, penalaran, dan penguasaan topik.

Sependapat dengan Arsjad dan Mukti, Mudini (2009: 15) menambahkan dua faktor nonkebahasaan selain yang telah dijelaskan di atas, yaitu kesediaan mengoreksi diri sendiri dan keberanian mengemukakan dan mempertahankan pendapat.

Brooks dalam Tarigan (2008:28) mengemukakan bahwa ada lima faktor yang harus diperhatikan dalam kegiatan berbicara, yaitu ketepatan ucapan, ketepatan intonasi, kepahaman terhadap bahasa yang digunakan, keruntutan pembicaraan dan kewajaran, kelancaran, dan kefasihan dalam berbicara.

Sementara menurut Nurgiyantoro (2011: 399), hal-hal yang harus diperhatikan untuk menilai keberhasilan berbicara melalui kegiatan berdiskusi yaitu keakuratan dan keaslian gagasan, kemampuan berargumentasi, keruntutan penyampaian


(24)

gagasan, pemahaman, ketepatan kata, ketepatan kalimat, ketepatan stile penuturan dan kelancaran.

Indikator uji kemampuan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan gabungan dan modifikasi dari beberapa pendapat, yaitu Arsjad dan Mukti, Nurgiyantoro, dan Tarigan. Pemilihan indikator uji kemampuan ini disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku yakni KTSP 2006. Adapun indikator uji kemampuan mengemukakan pendapat dalam diskusi yang digunakan untuk penilaian dalam penelitian ini dikelompokkan dalam dua faktor, yaitu faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan.

2.5.1 Faktor Kebahasaan

Penguasaan faktor kebahasaan yang dinilai meliputi ketepatan ucapan/lafal, diksi, dan intonasi. Pemilihan ketepatan ucapan/lafal, diksi, dan intonasi sebagai indikator penilaian dalam penelitian ini didasarkan atas penyesuaian kurikulum yang berlaku di sekolah menengah pertama.

1. Ketepatan Ucapan/Lafal

Ketepatan ucapan/lafal adalah tepat dalam pengucapan bunyi-bunyi bahasa (Sastromiharjo, 2007: 22). Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian pendengar, karena kesalahan dalam pelafalan dapat mengubah makna. Karena keterbatasan waktu diskusi, maka ketepatan ucapan yang harus diperhatikan dalam penelitian ini adalah ketepatan siswa melafalkan kata.

Contoh : Kata lari, akan berubah makna apabila fonem /l/ digantikan dengan fonem /d/ sehingga menjadi kata dari.


(25)

Kata merdeka, akan berubah makna apabila fonem /d/ dihilangkan sehingga menjadi kata mereka.

2. Pilihan Kata/Diksi

Diksi atau pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi (Arsjad dan Mukti, 1988: 19). Diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokkan kata, ungkapan, dan gaya yang tepat dalam suatu situasi (Keraf, 2010: 24). Sesuai dengan pendapat tersebut, Finoza (2006: 105) berpendapat bahwa diksi menyangkut kemampuan untuk memilih kata-kata yang tepat dan cocok dalam situasi tertentu. Pilihan kata juga menyangkut hal-hal yang ada hubungannya dengan penggunaan atau penempatan kata dalam suatu kalimat (Fuad, 2005: 62). Pembicaraan akan lebih mudah dipahami apabila kata yang digunakan adalah kata-kata umum yang sudah dikenal. Dalam bebricara, seorang pembicara harus memperhatikan hal-hal yang menjadi syarat dari diksi, syarat-syarat itu ialah:

a. Ketepatan

Ketepatan dimaksudkan sebagai pemilihan kata yang dapat mewakili gagasan pembicara dengan benar, sehingga tidak terjadi perbedaan tafsir antara pembicara dengan pendengar.

Contoh :

Kata menatap lebih tepat digunakan dalam kalimat Adik menatap ibu dengan pandangan memohon daripada kata melotot, sehingga menjadi Adik melototi ibu dengan pandangan memohon.


(26)

b. Kesesuaian

Kesesuain diartikan sebagai pilihan kata yang cocok denagn konteks, seperti situasi pemakaian dan sasaran pembicara.

Contoh :

Kata kamu dan anda, merupakan kata-kata yang bersinonim, yaitu kata yang digunakan untuk menyebut lawan bicara, tetapi bukanlah sinonim mutlak. Nilai-nilai sosial menjadikan ketiga kata itu memiliki nuansa yang berbeda.

Seperti :

Saya sama besar dengan Kamu. Saya sama besar dengan Anda.

Pilihan kata yang tepat dan sesuai untuk penilaian dalam penelitian ini adalah pilihan kata yang biasa digunakan dalam kegiatan-kegiatan formal. Dalam contoh, pilihan kata anda, lebih tepat dan sesuai digunakan dalam kegiatan formal daripada kata kamu.

3. Intonasi

Intonasi adalah tinggi rendahnya nada, penempatan jeda, dan sendi dalam pelafalan kalimat. Intonasi dapat membedakan maksud, oleh sebab itu kesesuaian intonasi merupakan daya tarik dalam berbicara yang dapat meminimalisir kesalahpahaman (Arsjad dan Mukti, 1988: 18).

Intonasi itu bukan merupakan suatu gejala tunggal, tetapi merupakan perpaduan dari bermacam-macam gejala yaitu tekanan, nada, durasi, perhentian, dan suara yang meninggi, mendatar, atau merendah pada akhir arus ujaran. Selain itu, arus ujaran masih dapat diputuskan untuk


(27)

suatu waktu yang singkat atau secara relatif lebih lama, dengan suara yang meninggi (naik), merata, atau merendah (turun). Keseluruhan dari gejala-gejala ini yang terdapat dalam suatu tutur disebut intonasi. Landasan intonasi adalah rangkaian nada yang diwarnai oleh tekanan, durasi, perhentian dan suara yang menaik, merata, merendah pada akhir arus ujaran itu (http://tata-bahasa.110mb.com/Intonasi.htm).

a. Tekanan (Stress)

Tekanan adalah ciri suprasegmental yang diukur berdasarkan keras-lembutnya suara dan panjang-pendeknya suara. Nada adalah ciri suprasegmental yang diukur berdasarkan tinggi rendahnya suara (Alwi, 2003: 81). Selanjutnya, ada yang menyatakan bahwa tekanan dalam tuturan bahasa Indonesia berfungsi membedakan maksud dalam tataran kalimat (sintaksis), tetapi tidak berfungsi membedakan makna dalam tataran kata (leksis) (Muslich, 2000: 113).

Tataran kalimat tidak semua kata mendapatkan tekanan yang sama. Hanya kata-kata yang dipentingkan atau dianggap penting saja yang mendapatkan tekanan (aksen). Oleh karena itu, pendengar atau orang kedua harus mengetahui ‘maksud’ dibalik makna tuturan yang didengarkan. Tekanan berkaitan dengan keras-lembutnya pengucapan dalam ujaran. Tekanan merupakan tekanan kekuatan yang lebih besar dalam artikulasi waktu mengucapkan sesuatu, sehingga lebih jelas terdengar dari yang lain (Lubis A, 1988).


(28)

Contoh :

Anakitumemukul adikku. Anak itu memukuladikku. Anak itu memukul adikku.

Dari contoh tersebut, dapat dibedakan mana kata yang ingin ditekankan maknanya oleh si pembicara.

b. Nada

Yang dimaksud dengan nada adalah suatu jenis unsur supra-segmental yang ditandai oleh tinggi-rendahnya arus-ujaran. Tinggi rendahnya arus-ujaran terjadi karena frekuensi getaran yang berbeda antar segmen. Bila seseorang berada dalam kesedihan ia akan berbicara dengan nada yang rendah. Sebaliknya bila berada dalam keadaan gembira atau marah, nada tinggilah yang biasanya dipergunakan orang. Suatu perintah atau pertanyaan selalu disertai nada yang khas. Nada dalam ilmu bahasa biasanya dilambangkan dengan angka misalnya /2 3 2/ yang berarti segmen pertama lebih rendah bila dibandingkan dengan segmen kedua, sedangkan segmen ketiga lebih rendah dari segmen kedua.

Nada dalam bahasa Indonesia hanya berfungsi membedakan arti bila terdapat dalam kalimat. Karena intonasi pertama-tama didasarkan pada nada, maka nada yang distingtif dalam kalimat, tidak lain pada dasarnya adalah intonasi yang distingtif. Ada intonasi berita, intonasi tanya, intonasi perintah, intonasi yang menyatakan kemarahan, kegembiraan dan sebagainya, walaupun


(29)

mungkin unsur segmentalnya sama (http://tata-bahasa.110mb.com/Nada.htm).

c. Durasi

Yang dimaksud dengan durasi adalah suatu jenis unsur supra-segmental yang ditandai oleh panjang pendeknya waktu yang diperlukan untuk mengucapkan sebuah segmen.

Dalam tutur, segmen-segmen dalam kata / tinggi / yaitu / ting / dan / gi / masing-masingnya dapat diucapkan dalam waktu yang sama, tetapi dapat terjadi bahwa seorang pembicara dapat mengucapkan segmen / ting / lebih lama dari segmen / gi / atau sebaliknya. Contoh:

/ ti . . ng-gi sekali / atau / ting-gi . . sekali /

Dalam hal yang pertama /i/ dari segmen / ting / diucapkan lebih lama, sedangkan dalam hal yang kedua /i/ dari segmen / gi / diucapkan lebih lama (http://tata-bahasa.110mb.com/Durasi.htm).

Sebuah segmen dalam sebuah kalimat dapat diucapkan dalam waktu yang relatif lebih lama dari segmen-segmen lain dalam kalimat, untuk menekan segmen itu. Contoh:


(30)

d. Kesenyapan

Kesenyapan merupakan suatu proses yang terjadi selama berlangsungnya suatu tutur atau suatu arus-ujaran, yang memutuskan arus-ujaran yang tengah berlangsung . Oleh karena itu kesenyapan selalu berada dalam bidang tutur, minimal dalam bidang kalimat.

Ada kesenyapan yang bersifat sementara atau berlangsung sesaat saja, yang menunjukkan bahwa tutur itu masih akan dilanjutkan. Ada pula perhentian yang sifatnya lebih lama, yang biasanya diikuti oleh suara yang menurun yang menyatakan bahwa tutur atau bagiab dari tutur itu telah mencapai kebulatan.

Kesenyapan jenis pertama disebut kesenyapan antara atau kesenyapan non-final atau jeda. Kesenyapan ini biasanya dilam-bangkan dengan tanda koma (,). Sedangkan kesenyapan yang kedua disebut kesenyapan akhir atau kesenyapan final. Kesenyapan ini biasanya dilambangkan dengan tanda titik (.) atau titik koma (;) bila suaranya merendah, dan akan dilambangkan dengan tanda tanya (?) jika intonasi merendah, dan akan dilambangkan dengan tanda seru (!) jika intonasinya lebih keras (http://tata-bahasa.110mb.com/Kesenyapan.htm).

2.5.2 Faktor Nonkebahasaan

Penguasaan faktor nonkebahasaan yang dinilai meliputi sikap, kenyaringan suara, penguasaan topik, kelancaran dan kesediaan menghargai orang lain. Pemilihan


(31)

sikap, kenyaringan suara, penguasaan topik, kelancaran dan kesediaan menghargai orang lain sebagai indikator penilaian dalam penelitian ini didasarkan atas penyesuaian kurikulum yang berlaku di sekolah menengah pertama.

1. Sikap

Sikap merupakan satu bentuk evaluasi atau reaksi seseorang terhadap diri dan lingkungannya. Sikap juga menggambarkan kesiapan sese-orang. Selain situasi dan tempat, sikap juga dapat dipengaruhi oleh penguasaan materi.

Dalam penilaian ini, sikap yang baik adalah sikap siswa yang wajar, tenang, dan tidak kaku. Kewajaran dilihat dari gerak tubuh siswa selama diskusi berlangsung, ketenangan dapat dilihat dari bagaimana siswa berbicara, dan ketidak kakuan dapat dilihat dari mimik wajah siswa.

2. Kenyaringan Suara

Pembicara harus memperhatikan tingkat kenyaringan suara yang disesuaikan dengan situasi dan tempat, dan mengingat kemungkinan gangguan dari pihak lain. Kenyaringan suara dalam penilaian ini dinilai dengan dapat atau tidaknya peneliti mendengar suara siswa ketika mengemukakan pendapat dalam kegiatan diskusi.

3. Penguasaan Topik

Penguasaan topik yang baik menimbulkan keberanian dan kelancaran. Penguasaan topik adalah salah satu aspek nonkebahasaan terpenting


(32)

yang harus diperhatikan dalam kegiatan diskusi, karena tanpa penguasaan topik, maka diskusi tidak akan berjalan dengan baik dan cenderung gagal. Adapun ukuran penilaian dilihat dari beberapa hal, yaitu adanya referensi atau acuan, keterkinian, dan mendalam atau tidaknya setiap opini yang disampaikan oleh siswa.

4. Kelancaran

Seorang pembicara yang lancar berbicara akan memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraan. Sebaliknya, pembicara yang berbicara tersendat-sendat atau bahkan terlalu cepat dan mengulang-ulang kata yang sama, akan menyulitkan pendengar memahami pembicaraan.

5. Kesediaan Menghargai Orang Lain

Dibutuhkan sikap terbuka dalam diskusi kelompok. Sikap terbuka salah satunya dengan menghargai orang lain, baik dengan memberikan waktu untuk berbicara kepada anggota diskusi lain, menyangkal dengan cara yang sopan, dan atau menyertakan alasan yang tepat untuk setiap pendapat yang diutarakan.

2.6 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

Berikut ini ditegaskan beberapa istilah yang menjadi kajian utama dalam lingkup permasalahan dari penelitian "Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2011/2012”.


(33)

2.6.1 Definisi Konseptual

Kemampuan mengemukakan pendapat adalah kesanggupan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi sebagai hasil proses berpikir atas persepsi-persepsi yang berkembang dan bersifat relatif atau tidak objektif karena belum teruji kebenarannya.

Diskusi merupakan suatu kegiatan bertukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil atau besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah. Jenis diskusi yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini adalah diskusi kelompok.

Berdasarkan poin-poin teori yang di atas, disimpulkan bahwa kemampuan mengemukakan pendapat siswa dalam diskusi adalah kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi sebagai hasil proses berpikir atas persepsi-persepsi yang berkembang untuk mendapatkan kesimpulan sebagai suatu penyelesaian.

2.6.2 Definisi Operasional

Kemampuan mengemukakan pendapat dalam diskusi siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung digambarkan sesuai dengan hasil penilaian yang dilakukan selama penelitian berlangsung. Adapun penilaian kemampuan mengemukakan pendapat dalam diskusi (berbicara) yang dilakukan, meliputi dua aspek yaitu kebahasaan dan nonkebahasaan, dengan delapan indikator, antara lain (1) ketepatan ucapan, (2) pilihan kata, (3) intonasi, (4) sikap, (5) penguasaan topik, (6) kenyaringan suara, (7) kelancaran, dan (8) kesediaan menghargai orang lain.


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yakni mendeskripsikan kemampuan menge-mukakan pendapat pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung, maka disain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif. Desain deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak. Metode deskriptif memusatkan perhatian-nya pada penemuan fakta-fakta (fact finding) sebagaimana keadaan sebenarnya (Nawawi, 1996: 73).

3.2 Populasi

Di dalam suatu penelitian dikenal istilah populasi. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002: 108). Sementara itu, Sugiyono (2010: 117) mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.


(35)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung dengan tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 203 siswa yang tersebar dalam enam kelas sebagai berikut.

Tabel 3.1 Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung TP 2011/2012

No. Kelas Jumlah Siswa

1 VIII A 32

2 VIII B 31

3 VIII C 35

4 VIII D 36

5 VIII E 35

6 VIII F 34

Jumlah keseluruhan siswa 203

(Sumber: data kelas dan jumlah siswa SMP Negeri 5 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

3.3 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Sugiyono (2009: 120) menjelaskan sampel sebagai bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Penetapan sampel dilakukan melalui undian (simple random sampling), yakni teknik pemilihan sampel secara acak dari populasi, sehingga setiap data memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel.

Mengingat jumlah populasi yang kurang dari 500 (populasi kecil), maka dalam penetapan sampel tidak menggunakan perhitungan statistik. Mengenai penetapan besar-kecilnya sampel tidaklah ada suatu ketetapan yang mutlak, artinya tidak ada suatu ketentuan berapa persen suatu sampel harus diambil (Margono, 2007: 123). Berdasarkan hal tersebut, maka diambil sampel sebanyak 15% dari jumlah populasi sehingga jumlah sampel adalah 30. Berikut tabel perhitungan sampel dari jumlah populasi.


(36)

Tabel 3.2 Jumlah Siswa yang Menjadi Sampel Penelitian

No. Kelas Jumlah Siswa 10% dari Jumlah Sampel yang ditetapkan

1 VIII A 32 4,8 5

2 VIII B 31 4,65 5

3 VIII C 35 5,25 5

4 VIII D 36 5,4 5

5 VIII E 35 5,25 5

6 VIII F 34 5,1 5

Jumlah 203 30,45 30

Adapun pengambilan sampel dari masing-masing kelas dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Peneliti menuliskan nomor subjek sebanyak jumlah kelompok di kelas pada kertas kecil, menggulung kertas tersebut, lalu memasukkan ke dalam gelas plastik, kemudian menutup gelas dengan plastik dan memberi sedikit lubang (dilakukan pada setiap kelas).

2. Mengocok gelas dan mengeluarkan satu gulungan kertas. Setiap nomor subjek yang keluar dicatat dan dijadikan sampel penelitian. Kemudian, hal yang sama dilakukan pada setiap kelas hingga diperoleh sampel sebanyak 30 siswa.

3.4 Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini, data merupakan kemampuan mengemukakan pendapat siswa ketika berlangsungnya kegiatan diskusi kelompok yang dilakukan siswa. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari 30 siswa yang dijadikan sampel dalam penelitian yaitu siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2011/2012.


(37)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan observasi partisipasi pasif dan dokumen terhadap berlangsungnya kegiatan diskusi kelompok yang dilakukan siswa tanpa ikut berpartisipasi di dalamnya. Dalam hal ini, siswa dipersilahkan untuk membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 5-6 orang untuk melakukan kegiatan diskusi kelompok sesuai dengan tema yang diberikan. Kemudian, penulis dibantu teman sejawat melakukan pendokumentasi-an menggunakpendokumentasi-an alat rekam audio visual. Hasil pendokumentasipendokumentasi-an tersebut digunakan untuk memeroleh data yang akurat tentang penilaian kemampuan mengemukakan pendapat dengan cara mengamati video secara berulang-ulang sesuai dengan keperluan.

3.6 Teknik Analisis Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Penulis melakukan observasi terhadap berlangsungnya diskusi kelompok dan memberi nomor pada setiap siswa sesuai dengan absensi kelas.

2. Melakukan pengamatan terhadap hasil rekaman, dan memberi skor berdasar-kan indikator yang telah ditetapberdasar-kan (Tabel 3). Indikator uji kemampuan mengemukakan pendapat yang digunakan dalam penelitian ini merupakan gabungan dan modifikasi dari beberapa pendapat, yaitu Arsjad dan Mukti, Nurgiyantoro, dan Tarigan yang disesuaikan dengan kurikulum KTSP 2006.


(38)

Tabel 3.3 Indikator Uji Kemampuan Mengemukakan Pendapat.

No Indikator Deskriptor Skor MaksSkor . 1 Faktor

Kebahasaan Ketepatan Ucapan/Lafal Tidak ditemui lafal kedaerahan, tidak ada kesalahan pelafalan, tidak ada penghilangan fonem atau suku kata.

4

4 Terdapat satu kesalahan

pelafalan ucapan (lafal kedaerahan, kesalahan pelafalan, dan

penghilangan fonem atau suku kata).

3

Terdapat dua kesalahan pelafalan ucapan (lafal kedaerahan, kesalahan, dan penghilangan fonem atau suku kata).

2

Terdengar lebih dari dua lafal kedaerahan, kesalahan pelafalan, dan penghilangan fonem atau suku kata.

1

Pilihan

Kata/Diksi Semua pilihan kata yang digunakan tepat dan sesuai dengan konteks kegiatan.

4

4 Terdapat satu pilihan kata

yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan konteks kegiatan.

3

Terdapat dua pilihan kata yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan konteks kegiatan.

2 Terdapat lebih dari dua

pilihan kata yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan konteks kegiatan.

1 Intonasi Tidak terdapat kesalahan

dalam tekanan, nada,

durasi dan kesenyapan. 4 4 Terdapat satu kesalahan


(39)

No Indikator Deskriptor Skor MaksSkor . durasi, kesenyapan).

Terdapat dua macam kesalahan dalam intonasi (tekanan, nada, durasi, kesenyapan).

2

Terdapat lebih dari dua kesalahan tekanan, nada, durasi, dan kesenyapan. 1 2 Faktor

Nonkebahasaan Sikap Siswa dapat bersikap wajar, tenang, dan tidak

kaku. 4

4 Terdapat satu kesalahan

sikap (tidak wajar, tidak

tenang, dan kaku). 3 Terdapat dua kesalahan

sikap (tidak wajar, tidak

tenang, dan kaku). 2 Terdapat lebih dari dua

kesalahan sikap (tidak wajar, tidak tenang, dan kaku)

1 Kenyaringan

Suara Volume suara jelas (dapat didengar oleh semua

pendengar). 4

4 Tidak terdengar 1-3 kata 3

Tidak terdengar 4-6 kata. 2 Tidak terdengar 7 kata

atau lebih. 1

Penguasaan

Topik Siswa menguasai topik (ditemukan acuan/referensi, terkini, dan mendalam)

4

4 Siswa hanya menguasai

dua bagian dari penguasaan topik (ditemukan

acuan/referensi, terkini, mendalam)

3

Siswa hanya menguasai satu bagian dari

penguasaan topik (ditemukan

acuan/referensi, terkini,


(40)

No Indikator Deskriptor Skor MaksSkor . mendalam, dan luas)

Siswa tidak menguasai topik (berpendapat di luar

topik). 1

Kelancaran Pegungkapannya lancar sekali, tidak

mengulang-ulang kata yang sama. 3

3 Bicaranya lancar, tetapi

masih mengulang-ulang

kata yang sama. 2 Bicaranya kurang lancar, dan mengulang-ulang

kata yang sama. 1 Kesediaan

Menghargai Orang Lain

Siswa menghargai dan tidak menyinggung

peserta lain 3

3 Siswa tidak menghargai

peserta diskusi lain. 2 Siswa tidak menghargai

dan menyinggung peserta

lain. 1

Total Skor 30

(Modifikasi Nurgiyantoro, Arsjad dan Mukti, dan Wahono)

3. Menentukan rata-rata kemampuan siswa dengan rumus berikut.

% 100  

N x x Keterangan: 

x Skor rata-rata 

x Jumlah skor yang diperoleh siswa N = Jumlah sampel

4. Menentukan nilai presentase kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat berkaitan dengan aspek kebahasaan dan nonkebahasaan, dengan menggunakan rumus berikut.


(41)

Nilai siswa = 100% maksimal

skor

diperoleh skor

5. Menentukan tingkat kemampuan berdasarkan tolok ukur di bawah ini. Tabel 3.4 Tolok Ukur Penilaian

Tingkat Penguasaan Keterangan Angka Mutu 85% −100%

70% − 84% 55% − 69% 40% − 54% 0% − 39%

Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

5 4 3 2 1 (Kusuma, 2011:159)


(42)

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada 14 Mei s.d. 29 Mei 2012 serta pembahasan dan analisis data, dapat disimpulkan beberapa hal yang berkaitan dengan kemampuan mengemukakan pendapat siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung tahun pelajaran 2011/2012.

1. Kemampuan mengemukakan pendapat siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2011-2012 dilihat dari nilai masing-masing indikator yang diteliti, meliputi: kemampuan melafalkan atau mengucapkan kata dengan tepat dikategorikan baik dengan skor rata-rata 75,83; kemampuan memilih kata yang tepat dan cermat dikategorikan baik dengan skor rata-rata 77,91; kemampuan menggunakan intonasi yang tepat dikategorikan cukup dengan skor rata-rata 69,16; kemampuan bersikap tenang, wajar, dan tidak kaku dikategorikan baik dengan skor rata-rata 74,58; kemampuan berbicara dengan suara nyaring dikategorikan baik dengan skor rata-rata 82,50; kemampuan menguasai topik diskusi dikategorikan baik dengan skor rata-rata 72,92; kemampuan berbicara dengan lancar


(43)

dikategorikan baik dengan skor rata-rata 82,78; dan kemampuan menghargai orang lain dikategorikan baik sekali dengan skor rata-rata 86,11.

2. Kemampuan mengemukakan pendapat siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2011-2012 dilihat dari masing-masing aspek yang diteliti, meliputi: kemampuan mengemukakan pendapat berdasarkan aspek kebahasaan dikategorikan baik dengan presentase penguasaan 74,3; dan kemampuan mengemukakan pendapat berdasarkan aspek nonkebahasaan dikategorikan baik dengan presentase penguasaan 79,78.

3. Kemampuan mengemukakan pendapat dalam kegiatan diskusi siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2011-2012 dikategori-kan baik dengan skor rata-rata dari keseluruhan aspek penilaian adalah 77,28.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian, saran yang dapat dikemukakan oleh penulis adalah sebagai berikut.

1. Pelatihan berbicara, khususnya aspek kebahasaan hendaknya diberikan secara berkesinambungan kepada siswa, sehingga tidak hanya memahami materi berkenaan dengan pelafalan, intonasi, dan pilihan kata, tapi siswa mampu dan terbiasa melafalkan kata dengan tepat, memilih diksi dengan cermat dan memiliki intonasi yang tepat dalam percakapan sehari-hari dan siswa sanggup mengaplikasikannya dalam kegiatan pembelajaran seperti diskusi.

2. Selain aspek kebahasaan, hal lain yang harus diperhatikan dari siswa adalah kemampuan siswa bersikap tenang, wajar, dan tidak kaku selama diskusi berlangsung dan penguasaan topik diskusi. Dengan memahami topik diskusi,


(44)

siswa akan lebih mudah mengemukakan pendapatnya dan kegiatan diskusi menjadi lebih efektif.


(45)

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(Skripsi)

OLEH

KESUMA ARIYANTI 0813041028

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2012


(46)

ABSTRAK ... i HALAMAN JUDUL ... ii PENGESAHAN ... iii SURAT PERNYATAAN ... v RIWAYAT HIDUP ... vi MOTO ... vii PERSEMBAHAN ... viii SANWACANA ... ix DAFTAR ISI ... xii DAFTAR TABEL ... xv DAFTAR GRAFIK ... xvii DAFTAR SIMBOL ... xviii DAFTAR LAMPIRAN ... xix BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 4 1.3 Tujuan Penelitian ... 4 1.4 Manfaat Penelitian ... 4 1.5 Ruang Lingkup... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... ... 6

2.1 Hakikat Kemampuan ... 6 2.2 Hakikat Berbicara ... 6 2.2.1 Jenis-jenis Berbicara ... 8 2.2.2 Faktor-faktor Keberhasilan Berbicara ... 9 2.3 Hakikat Diskusi ... 10 2.3.1 Macam-macam Diskusi ... 11 2.3.2 Syarat Diskusi ... 14 2.3.3 Keuntungan dan Kelemahan Metode Diskusi ... 16 2.4 Hakikat Mengemukakan Pendapat ... 17 2.5 Aspek-aspek Penunjang dalam Mengemukakan Pendapat ... 20 2.5.1 Faktor Kebahasaan ... 21 2.5.2 Faktor Nonkebahasaan ... 28 2.6 Definisi Konseptual dan Operasional ... 30 2.6.1 Definisi Konseptual ... 30 2.6.2 Definisi Operasional ... 31


(47)

3.3 Sampel ... 33 3.4 Data dan Sumber Data ... 34 3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 35 3.5 Teknik Analisis Data ... 35 BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1 Hasil Penelitian ... 41 4.1.1 Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi

Ditinjau dari Indikator Ketepatan Ucapan atau Lafal ... 42 4.1.2 Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi

Ditinjau dari Indikator Pilihan Kata atau Diksi... 43

4.1.3 Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Ditinjau dari Indikator Intonasi ... 45

4.1.4 Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Ditinjau dari Indikator Sikap ... 46 4.1.5 Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Ditinjau dari Indikator Kenyaringan Suara ... 48 4.1.6 Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Ditinjau dari Indikator Penguasaan Topik ... 49 4.1.7 Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Ditinjau dari Indikator Kelancaran ... 51 4.1.8 Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi

Ditinjau dari Indikator Kesediaan Menghargai

Orang Lain ... 52 4.2 Bahasan Penelitian ... 54

4.2.1 Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Ditinjau dari Indikator Ketepatan Ucapan atau Lafal ... 54 4.2.2 Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi

Ditinjau dari Indikator Pilihan Kata atau Diksi... 57

4.2.3 Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Ditinjau dari Indikator Intonasi ... 58

4.2.4 Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Ditinjau dari Indikator Sikap ... 60 4.2.5 Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Ditinjau dari Indikator Kenyaringan Suara ... 61 4.2.6 Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Ditinjau dari Indikator Penguasaan Topik ... 62 4.2.7 Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Ditinjau dari Indikator Kelancaran ... 65 4.2.8 Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi

Ditinjau dari Indikator Kesediaan Menghargai

Orang Lain ... 66 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 67


(48)

5.2 Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA


(49)

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

KESUMA ARIYANTI

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studir Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2012


(50)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i HALAMAN JUDUL ... ii PENGESAHAN ... iii SURAT PERNYATAAN ... v RIWAYAT HIDUP ... vi MOTO ... vii PERSEMBAHAN ... viii SANWACANA ... ix DAFTAR ISI ... xii DAFTAR TABEL ... xv DAFTAR GRAFIK ... xvii DAFTAR SIMBOL ... xviii DAFTAR LAMPIRAN ... xix BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 4 1.3 Tujuan Penelitian ... 4 1.4 Manfaat Penelitian ... 4 1.5 Ruang Lingkup ... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... ... 6

2.1 Hakikat Kemampuan ... 6 2.2 Hakikat Berbicara ... 6 2.2.1 Jenis-jenis Berbicara ... 8 2.2.2 Faktor-faktor Keberhasilan Berbicara ... 9 2.3 Hakikat Diskusi ... 10 2.3.1 Macam-macam Diskusi ... 11 2.3.2 Syarat Diskusi ... 14 2.3.3 Keuntungan dan Kelemahan Metode Diskusi ... 16 2.4 Hakikat Mengemukakan Pendapat ... 17 2.5 Aspek-aspek Penunjang dalam Mengemukakan Pendapat ... 20 2.5.1 Faktor Kebahasaan ... 21 2.5.2 Faktor Nonkebahasaan ... 28 2.6 Definisi Konseptual dan Operasional ... 30


(51)

BAB III METODE PENELITIAN ... 32 3.1 Desain Penelitian ... 32 3.2 Populasi ... 32 3.3 Sampel ... 33 3.4 Data dan Sumber Data ... 34 3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 35 3.5 Teknik Analisis Data ... 35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1 Hasil Penelitian ... 41 4.1.1 Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi

Ditinjau dari Indikator Ketepatan Ucapan atau Lafal .... 42 4.1.2 Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi

Ditinjau dari Indikator Pilihan Kata atau Diksi... 43 4.1.3 Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi

Ditinjau dari Indikator Intonasi ... 45 4.1.4 Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Ditinjau dari Indikator Sikap ... 46 4.1.5 Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Ditinjau dari Indikator Kenyaringan Suara ... 48 4.1.6 Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Ditinjau dari Indikator Penguasaan Topik ... 49 4.1.7 Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Ditinjau dari Indikator Kelancaran ... 51 4.1.8 Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Ditinjau dari Indikator Kesediaan Menghargai

Orang Lain ... 52 4.2 Bahasan Penelitian ... 54

4.2.1 Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Ditinjau dari Indikator Ketepatan Ucapan atau Lafal .... 54 4.2.2 Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi

Ditinjau dari Indikator Pilihan Kata atau Diksi... 57 4.2.3 Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi

Ditinjau dari Indikator Intonasi ... 58 4.2.4 Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Ditinjau dari Indikator Sikap ... 60 4.2.5 Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Ditinjau dari Indikator Kenyaringan Suara ... 61 4.2.6 Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Ditinjau dari Indikator Penguasaan Topik ... 62 4.2.7 Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Ditinjau dari Indikator Kelancaran ... 65 4.2.8 Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Ditinjau dari Indikator Kesediaan Menghargai


(52)

5.1 Simpulan ... 72 5.2 Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA


(53)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 3.1 Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung

TP 2011/2012 ... 33 3.2 Jumlah Siswa yang Menjadi Sampel Penelitian ... 34 3.3 Indikator Uji Kemampuan Mengemukakan Pendapat ... 36 3.4 Tolok Ukur Penilaian ... 39 4.1 Hasil Tes Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung TP 2011/2012 . 41 4.2 Hasil Tes Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung TP 2011/2012 Ditinjau dari Indikator Ketepatan Ucapan atau Lafal ... 43 4.3 Hasil Tes Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung TP 2011/2012 Ditinjau dari Indikator Pilihan Kata atau Diksi ... 44 4.4 Hasil Tes Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung TP 2011/2012 Ditinjau dari Indikator Intonasi ... 46 4.5 Hasil Tes Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung TP 2011/2012 Ditinjau dari Indikator Sikap ... 47 4.6 Hasil Tes Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung TP 2011/2012 Ditinjau dari Indikator Kenyaringan Suara... 49 4.7 Hasil Tes Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung TP 2011/2012 Ditinjau dari Indikator Penguasaan Topik ... 50 4.8 Hasil Tes Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung TP 2011/2012 Ditinjau dari Indikator Kelancaran ... 52 4.9 Hasil Tes Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung TP 2011/2012 Ditinjau dari Indikator Kesediaan Menghargai Orang Lain ... 53


(54)

4.11 Tingkat Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung TP 2011/2012 Ditinjau dari Aspek Nonkebahasaan ... 69 4.12 Tingkat Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi

Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung TP 2011/2012 ... 70


(55)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 2.1 Ilustrasi Kelompok Jigsaw ... 14 4.1 Hasil Tes Kemampuan Mengemukakan Pendapat

dalam Diskusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 40 4.2 Hasil Tes Kemampuan Mengemukakan Pendapat

dalam Diskusi Ditinjau dari Indikator Ketepatan Ucapan

atau Lafal ... 42 4.3 Hasil Tes Kemampuan Mengemukakan Pendapat

dalam Diskusi Ditinjau dari Indikator Diksi ... 44 4.4 Hasil Tes Kemampuan Mengemukakan Pendapat

dalam Diskusi Ditinjau dari Indikator Intonasi ... 45 4.5 Hasil Tes Kemampuan Mengemukakan Pendapat

dalam Diskusi Ditinjau dari Indikator Sikap ... 47 4.6 Hasil Tes Kemampuan Mengemukakan Pendapat

dalam Diskusi Ditinjau dari Indikator Kenyaringan Suara ... 48 4.7 Hasil Tes Kemampuan Mengemukakan Pendapat

dalam Diskusi Ditinjau dari Indikator Penguasaan Topik ... 50 4.8 Hasil Tes Kemampuan Mengemukakan Pendapat

dalam Diskusi Ditinjau dari Indikator Kelancaran ... 51 4.9 Hasil Tes Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi

Ditinjau dari Indikator Kesediaan Menghargai Orang Lain ... 53 4.10 Tingkat Kemampuan Siswa Dalam Mengemukakan Pendapat

dalam Diskusi Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung

Tahun Pelajaran 2011/2012 untuk Aspek Kebahasaan ... 68 4.11 Tingkat Kemampuan Siswa Dalam Mengemukakan Pendapat

dalam Diskusi Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung

Tahun Pelajaran 2011/2012 untuk Aspek Nonkebahasaan ... 69 4.12 Tingkat Kemampuan Siswa Dalam Mengemukakan Pendapat

dalam Diskusi Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung


(56)

DAFTAR SIMBOL

1. / : jeda sesaat 2. . . . : tempo melambat 3. : suara tidak tredengar 4. 2 3 2 : nada

5. , : kesenyapan non-final 6. . : kesenyapan final 7. ! : nada tinggi 8. ? : nada rendah


(57)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus SMP Kelas VIII ... 77

2. Instrumen Penelitian Tes ... 78

3. Surat Izin Penelitian Pendahuluan ... 79

3. Surat Izin Penelitian ... 80

4. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian di SMP Negeri 5 Bandarlampung ... 81

5. Rekapitulasi Skor Siswa ... 82

6. Skor Kemampuan Mengemukakan Pendapat Ditinjau dari Indikator Ketepatan Ucapan ... 84

7. Skor Kemampuan Mengemukakan Pendapat Ditinjau dari Indikator Pilihan Kata ... 85

8. Skor Kemampuan Mengemukakan Pendapat Ditinjau dari Indikator Intonasi ... 86

9. Skor Kemampuan Mengemukakan Pendapat Ditinjau dari Indikator Sikap ... 87

10. Skor Kemampuan Mengemukakan Pendapat Ditinjau dari Indikator Kenyaringan Suara ... 88

11. Skor Kemampuan Mengemukakan Pendapat Ditinjau dari Indikator Penguasaan Topik ... 89

12. Skor Kemampuan Mengemukakan Pendapat Ditinjau dari Indikator Kelancaran ... 90

13. Skor Kemampuan Mengemukakan Pendapat Ditinjau dari Indikator Kesediaan Menghargai Orang Lain ... 91


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arsjad, Maidar G. dan Mukti. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga

Daniel Parera, Jos. 1987. Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta: Erlangga. Depdiknas. 2006. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Elyanasari, Oktariza. 2008. Skripsi: Kemampuan Berbicara dalam Diskusi Kelompok Siswa Kelas V SD Ismaria Al-Quraniah Rajabasa Bandarlampung TP 2010/2011. Lampung: FKIP Unila.

Finoza, Lammudin. 2007. Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia.

Fuad, Muhammad. 2005. Penggunaan Bahasa Indonesia Laras Ilmiah. Lampung: Penerbit Universitas Lampung.

Hariningsih, Dwi, dkk. 2008. Membuka Jendela Ilmu Pengetahuan Bahasa dan Sastra Indonesia 2. Jakarta: Depdiknas.

Karomani. 2011. Keterampilan Berbicara 2. Tangerang Selatan: Matabaca Publishing

Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama

Laksono, Kisyani, dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Depdiknas.


(59)

Mudini. 2009. Pembelajaran Berbicara (Modul Suplemen KKG). Jakarta: Depdiknas

Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: FPBS IKIP.

Tarigan, Henry Guntur. 1981. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Universitas Lampung. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandarlampung: Universitas Lampung.

Wahono. 2007. Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas VIII. Bandarlampung: CV Gita Perdana.

Wiyanto, Asul. 2000. Terampil Diskusi. Jakarta: PT Grasindo Hasil penelussuran www.google.com :

http://id.wikipedia.org/wiki/Kemampuan diakses pada tanggal 14 Februari 2012 http://id.wikipedia.org.wiki/Berbicara diakses pada tanggal 14 Februari 2012 http://id.wikipedia.org/ wiki/Diskusi diakses pada tanggal 14 Februari 2012 http://tata-bahasa.110mb.com/Nada.htm diakses pada tanggal 12 Oktober 2012 http://tata-bahasa.110mb.com/Durasi.htm diakses pada tanggal 12 Oktober 2012 http://tata-bahasa.110mb.com/Kesenyapan.htm diakses pada tanggal 12 Oktober

2012

http://tata-bahasa.110mb.com/Kesenyapan.htm diakses pada tanggal 12 Oktober 2012


(60)

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arsjad, Maidar G. dan Mukti. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa

Indonesia. Jakarta: Erlangga

Daniel Parera, Jos. 1987. Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. 2006. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Elyanasari, Oktariza. 2008. Skripsi: Kemampuan Berbicara dalam Diskusi Kelompok Siswa Kelas V SD Ismaria Al-Quraniah Rajabasa Bandarlampung TP 2010/2011. Lampung: FKIP Unila.

Finoza, Lammudin. 2007. Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa

Nonjurusan Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia.

Fuad, Muhammad. 2005. Penggunaan Bahasa Indonesia Laras Ilmiah. Lampung: Penerbit Universitas Lampung.

Hariningsih, Dwi, dkk. 2008. Membuka Jendela Ilmu Pengetahuan Bahasa dan Sastra Indonesia 2. Jakarta: Depdiknas.

Karomani. 2011. Keterampilan Berbicara 2. Tangerang Selatan: Matabaca

Publishing

Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama

Laksono, Kisyani, dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning Bahasa

Indonesia Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Depdiknas.

Margono, S. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan; Komponen MKDK.

Jakarta: Rineka Cipta.

Mudini. 2009. Pembelajaran Berbicara (Modul Suplemen KKG). Jakarta:


(61)

Tarigan, Henry Guntur. 1981. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Universitas Lampung. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandarlampung: Universitas Lampung.

Wahono.2007. Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas VIII.Bandarlampung: CV Gita Perdana.

Wiyanto, Asul. 2000. Terampil Diskusi. Jakarta: PT Grasindo Hasil penelussuran www.google.com :

http://id.wikipedia.org/wiki/Kemampuan diakses pada tanggal 14 Februari 2012 http://id.wikipedia.org.wiki/Berbicara diakses pada tanggal 14 Februari 2012 http://id.wikipedia.org/ wiki/Diskusi diakses pada tanggal 14 Februari 2012 http://tata-bahasa.110mb.com/Nada.htm diakses pada tanggal 12 Oktober 2012 http://tata-bahasa.110mb.com/Durasi.htm diakses pada tanggal 12 Oktober 2012 http://tata-bahasa.110mb.com/Kesenyapan.htm diakses pada tanggal 12 Oktober

2012

http://tata-bahasa.110mb.com/Kesenyapan.htm diakses pada tanggal 12 Oktober 2012


(62)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung

TP 2011/2012 ... 33

3.2 Jumlah Siswa yang Menjadi Sampel Penelitian ... 34

3.3 Indikator Uji Kemampuan Mengemukakan Pendapat ... 36

3.4 Tolok Ukur Penilaian ... 39

4.1 Hasil Tes Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung TP 2011/2012 . 41

4.2 Hasil Tes Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung TP 2011/2012 Ditinjau dari Indikator Ketepatan Ucapan atau Lafal ... 43

4.3 Hasil Tes Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung TP 2011/2012 Ditinjau dari Indikator Pilihan Kata atau Diksi ... 44

4.4 Hasil Tes Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung TP 2011/2012 Ditinjau dari Indikator Intonasi ... 46

4.5 Hasil Tes Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung TP 2011/2012 Ditinjau dari Indikator Sikap ... 47

4.6 Hasil Tes Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung TP 2011/2012 Ditinjau dari Indikator Kenyaringan Suara ... 49

4.7 Hasil Tes Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung TP 2011/2012 Ditinjau dari Indikator Penguasaan Topik ... 50

4.8 Hasil Tes Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung TP 2011/2012 Ditinjau dari Indikator Kelancaran ... 52

4.9 Hasil Tes Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung TP 2011/2012 Ditinjau dari Indikator Kesediaan Menghargai Orang Lain ... 53 4.10 Tingkat Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi


(63)

Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung TP 2011/2012 Ditinjau dari Aspek Nonkebahasaan ... 69 4.12 Tingkat Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi

Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung TP 2011/2012 ... 70


(64)

Tahun Pelajaran 2011/2012

Nama Mahasiswa : Kesuma Ariyanti

No. Pokok Mahasiswa : 0813041028

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyetujui 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Karomani, M.Si. Dr. Siti Samhati, M.Pd.

NIP196112301988031002 NIP 1962082919881032001

2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni,

Drs. Imam Rejana, M.Si. NIP194804211978031004


(65)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :Dr. Karomani, M.Si. ...

Sekretaris :Dr. Siti Samhati, M.Pd. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr . Wini Tarmini, M.Hum ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(66)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro, 17 Januari 1990, anak kedua dari pasangan Drs. Suparno dan Rudi Astuti, S.Pd.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis yaitu pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Sriwijaya Bandarlampung yang diselesaikan pada tahun 1996, sekolah dasar di SD Negeri 1 Sukarame Bandarlampung yang diselesaikan pada tahun 2002, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 29 Bandarlampung yang diselesaikan pada tahun 2005, dan sekolah menengah atas di SMA Negeri 5 Bandarlampung yang diselesaikan pada tahun 2008.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri pada tahun 2008.

Awal Juli 2011, penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata di Desa Gunungrejo, Padangcermin, Kabupaten Pesawaran, Lampung. Akhir September 2011, penulis menyelesaikan Praktik Pengalaman Lapangan selama tiga bulan di SMP Negeri 5 Padangcermin, Kabupaten Pesawaran, lampung.


(67)

Diskusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2011/2012” pada 14 s.d. 29 Mei 2012 di SMP Negeri 5 Bandarlampung untuk menyelesaikan tugas akhir.


(68)

“Dum Spiro, Spero!” Cicero


(69)

Aku persembahkan karya ini untuk Ibu dan Bapak terbaik di dunia, untuk seluruh kasih dan sayang yang tak ‘kan pernah mampu kubalas.

Semoga karya ini menjadi kado awal yang bisa kuberikan, untuk kebanggaan Ibu dan Bapak.


(70)

SANWACANA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Mahaesa yang melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai syarat menyelesaikan studi S1 dengan judul “Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung TP 2011/2012”.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Karomani, M.Si., selaku Pembimbing I yang tak henti-hentinya memberikan motivasi, saran, dan bimbingan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini;

2. Dr. Siti Samhati, M.Pd., selaku Pembimbing II, yang telah memberikan petunjuk, saran, dan bimbingan kepada penulis;

3. Dr. Wini Tarmini, M.Hum., selaku Penguji yang telah memberikan bimbingan, nasihat, dan saran kepada penulis;

4. Ibu Sumarti, M.Hum., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan semangat, petunjuk dan bimbingan kepada penulis selama menjadi mahasiswa bimbingan;

5. Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, FKIP Universitas Lampung;


(1)

“Dum Spiro, Spero!” Cicero


(2)

Aku persembahkan karya ini untuk Ibu dan Bapak terbaik di dunia, untuk seluruh kasih dan sayang yang tak ‘kan pernah mampu kubalas.

Semoga karya ini menjadi kado awal yang bisa kuberikan, untuk kebanggaan Ibu dan Bapak.


(3)

SANWACANA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Mahaesa yang melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai syarat menyelesaikan studi S1 dengan judul “Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung TP 2011/2012”.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Karomani, M.Si., selaku Pembimbing I yang tak henti-hentinya memberikan motivasi, saran, dan bimbingan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini;

2. Dr. Siti Samhati, M.Pd., selaku Pembimbing II, yang telah memberikan petunjuk, saran, dan bimbingan kepada penulis;

3. Dr. Wini Tarmini, M.Hum., selaku Penguji yang telah memberikan bimbingan, nasihat, dan saran kepada penulis;

4. Ibu Sumarti, M.Hum., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan semangat, petunjuk dan bimbingan kepada penulis selama menjadi mahasiswa bimbingan;

5. Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, FKIP Universitas Lampung;


(4)

6. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP Universitas Lampung;

7. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung; 8. Bapak dan Ibu dosen dan staf administrasi FKIP Universitas Lampung

yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan;

9. Bapak Helmi, S.Pd., Ibu Naniwati, S.Pd., dan Ibu Tati Purwanti, S.Pd., selaku tim pengajar Bahasa Indonesia SMP Negeri 5 Bandarlampung sekaligus sebagai pendamping peneliti yang telah membimbing dan mambantu dalam pelaksanaan penelitian;

10. Bapak Marga Mulya Handaka, S.Pd., selaku guru pamong ketika penulis melaksanakan PPL di SMP Negeri 5 Padangcermin yang memberikan banyak bimbingan kepada penulis;

11. Bapak dan Ibu guru SMP Negeri 5 Bandarlampung yang telah membantu penulis selama melaksanakan penelitian; Bapak Ibu guru SMP Negeri 5 Padangcermin yang memberikan banyak pengalaman praktik lapangan bagi penulis;

12. Ahmad Nungki Purnomo, S.Pi., dan Jakti Galuh Prassanta, atas kasih dan sayang, doa, dan dukungan yang berlimpahan.

13. Metha Yulanda, S.Pd., Zesy Oktaviana, S.Pd., Niken Septadianti, S.H., Dioda Gamawati, S.E., Faradhila Putri, S.H., Anggi Novrisca, A.Md., Nyi Imas Jayaningrum, Anggi Hapsari, Dian Panji Irawan, Farah Rizkiah, A.Md., Juliardi, Shinta Putrie, S.Pd., Mei Yusevan Sari, S.Pd., Messa Warinka, S.Pd., Nelisa Putri Utami, S.Pd., Norma Indah, S.Pd., Pristya


(5)

Rida, S.Pd., Santi Noviyana, S.Pd., Arya Dwiputri S.Pd., dan Eka Wahyuningsih, S.P., yang selalu ada sebagai sahabat terbaik.

14. Seseorang yang akan selalu ada di dalam doa dan harapan, yang mengajarkan untuk tidak pernah berhenti percaya dan berusaha.

15. Teman-teman seperjuangan Batrasia angkatan 2008, dan keluarga besar Batrasia angkatan 2007 dan 2009.

16. Rekan-rekan KKN Desa Gunungrejo, Padangcermin tahun 2011, dan rekan-rekan PPL SMP Negeri 5 Padangcermin tahun 2011, untuk sepenggal pengalaman berharganya.

17. Semua orang yang selalu memberikan perhatian, doa dan dukungan yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Semoga Allah swt. menilai sebagai ibadah atas kebaikan semua. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca. Aamiin.

Bandarlampung, November 2012 Penulis,


(6)

Kesuma Ariyanti

SURAT PERNYATAAN

Sebagai civitas akademik Universitas Lampung, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

NPM : 0813041028

nama : Kesuma Ariyanti

judul skripsi : Kemampuan Mengemukakan Pendapat dalam Diskusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2011/2012

program studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. karya tulis ini bukan saduran/terjemahan, murni gagasan, rumusan dan pelaksanaan penelitian/implementasi saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan pembimbing akademik dan narasumber di organisasi tempat riset;

2. dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka;

3. saya menyerahkan hak milik atas karya tulis ini kepada Universitas Lampung, dan oleh karenanya Universitas Lampung berhak melakukan pengelolaan atas karya tulis ini sesuai dengan norma hukum dan etika yang berlaku; dan

4. pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Universitas Lampung.

Bandarlampung, November 2012 Yang membuat pernyataan, Kesuma Ariyanti