JUDUL INDONESIA: MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 PUNGGUR LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

ABSTRAK

MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF DENGAN MENGGUNAKAN
LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS
VIII DI SMP NEGERI 1 PUNGGUR LAMPUNG TENGAH
TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh
NANDA ARDIYANTA

Masalah dalam penelitian ini adalah siswa yang memiliki konsep diri positif.
Permasalahan penelitian ini “apakah konsep diri positif dapat ditingkatkan melalui
layanan bimbingan kelompok”. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan konsep
diri positif melalui layanan bimbingan kelompok.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode eksperimen semu dengan
desain one group pretest-posttest. Subjek dalam penelitian sebanyak enam siswa
yang memiliki konsep diri negatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan skala konsep diri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep diri positif pada siswa dapat
ditingkatkan setelah diberikan layanan bimbingan kelompok, terbukti dari hasil
analisis data pretest dan posttest menggunakan uji Wilcoxon zhitung = -2,201 <

ztabel 0,05 = 0, maka Ha diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara
konsep diri sebelum dan setelah diberikan layanan bimbingan kelompok.
Kesimpulan dalam penelitian ini konsep diri positif dapat ditingkatkan melalui
layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Punggur
Tahun Pelajaran 2013/2014.
Saran yang dapat diberikan (1) kepada siswa, hendaknya mengikuti layanan
bimbingan kelompok jika mengalami kesulitan dalam meningkatkan konsep diri
positif di dalam dirinya, (2) kepada guru, hendaknya dapat membantu siswa
meningkatkan konsep diri positif dengan layanan bimbingan kelompok, dan (3)
kepada para peneliti, untuk dapat melakukan penelitian mengenai konsep diri dan
bimbingan kelompok dengan subjek yang berbeda.
Kata kunci : konsep diri, layanan bimbingan kelompok, bimbingan konseling

RIWAYAT HIDUP

Nanda Ardiyanta lahir di Totokaton tanggal 3 April 1990, sebagai
anak kedua dari Bapak Drs. A. Musrif dan Ibu Zuraida.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Pertiwi Totokaton
Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah diselesaikan tahun 1996,

Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Totokaton Kabupaten Lampung Tengah lulus tahun
2003, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Punggur Kabupaten Lampung
Tengah lulus tahun 2006, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) PGRI 1 Punggur
Kabupaten Lampung Tengah lulus tahun 2008.

Tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan,
Program studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universtas lampung. Pada Tahun 2012, Penulis melaksanakan Praktek Layanan
Bimbingan dan Konseling di Sekolah (PLBK-S) di SMA Negeri 1 Merbau
Mataram Kabupaten Lampung Selatan.

MOTO

“Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai
(dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”.
(QS. Al Insyirah, Ayat 5-7)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada ALLAH SWT atas terselesaikannya

penulisan skripsi ini yang kupersembahkan karya kecilku ini kepada :

Teruntuk Ayahanda A. Musrif dan Ibunda Zuraida tercinta,yang tak pernah
lelah mendukung dan
selalu mendo’akan ku di setiap sujudnya.
Kakak & Adikku tersayang yang selalu mendukungku.
Serta Keluarga Besarku

-

Nanda Ardiyanta -

SANWACANA

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih dan Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah SWT yang tak henti-hentinya melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi dengan judul “Meningkatkan Konsep Diri Positif Menggunakan Layanan
Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Punggur Tahun
Pelajaran 2013/2014” ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan di Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan kerja sama dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1.

Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Lampung;

2.

Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3.

Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan
Konseling Universitas Lampung;


4.

Bapak Drs. Syaifuddin Latif, M.Pd. selaku Pembimbing Utama yang telah
memberikan masukan dan bimbingan demi terselesaikannya skripsi ini
dengan baik;

5.

Ibu Ranni Rahmayanthi Z. S.Pd., M.A. selaku Pembimbing Pembantu yang
telah memberikan motivasi, bantuan, bimbingan dan arahan kepada penulis
selama ini;

6.

Ibu Diah Utaminingsih, S.Psi., M.A., Psi. selaku dosen penguji terima kasih
atas kesediaannya memberikan bimbingan, saran dan kritik yang membangun
dalam penyelesaian skripsi ini;

7. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan dan Konseling Unila. Terima kasih atas
bimbingan dan ilmu yang telah diberikan selama ini;

8. Bapak dan Ibu staf dan karyawan FKIP Unila, terima kasih atas bantuannya
selama ini dalam membantu menyelesaikan segala keperluan administrasi;
9.

Bapak Hi. Purnomo, S.Pd selaku Kepala SMP Negeri 1 Punggur Kabupaten
Lampung Tengah dan Ibu Purwanti, S.Pd selaku guru bimbingan dan
konseling, terima kasih telah berkenan memberikan izin dan kesediaannya
membantu penulis untuk melaksanakan penelitian;

10. Kedua orang tuaku tercinta yang tak henti-hentinya menyayangiku,
memberikan do’a, dukungan, semangat serta menantikan keberhasilanku;
11. Sahabat-sahabatku: Ijul, Ardian, Putri, Nisa, Rista, Asti, Dian, Mbk Ira terima
kasih telah warnai hari-hariku.
12. Sahabat-sahabat seperjuanganku bimbingan dan konseling unila
angkatan 2009 Andreas, Adit, Yuda, Awan, Ikhwan, Heri, Erwin, Teguh,
Karnain, Neli O, Yuni, Asri, Dian, Dwi, Halen, Archi, Neli H, Octa, Yulia,

Umi, Nike, Ayu, Hany, Lina, Srikandi, Hesty, Nurjanah, Fitri, Suci, Cristin,
Irma, Ita, Indri, Tika, Sella, Defiana, RA Syifa, Sifhani, terimakasih untuk
kebersamaannya selama ini. Suka dan duka kita bersama saat mencari ilmu

untuk masa depan kita kelak dan tentunya untuk mencapai ridho Allah SWT.

Serta teman-temanku yang telah mendahului kami, Alm. Ulvi dan Alm.
Dewi, semoga kebahagiaan yang kami rasakan disini sama halnya
dengan kebahagiaan yang kalian dapatkan disana.
13. Adindaku Irma Daniati yang telah menyayangiku, memberikan do’a,
dukungannya.
14. Kakak-kakak dan adik-adik tingkat Bimbingan dan Konseling Unila terima
kasih untuk do’a dan dukungannya.
15. Teman-temanku Agus, Dani, Beni, Aris, Jalian tanpa terkecuali yang tidak
bisa disebutkan satu per satu, terima kasih telah mewarnai hidupku selama
kurang lebih empat tahun.
16. Teman-teman KKN dan PLBK Icha, Merta, dua Bli bersaudara, Anung, Ipul,
Lutfi, Bagus, Ofi, Riana, Weni, Mutya dan Hayu terima kasih atas canda tawa
kalian selama tiga bulan, kebersamaan itu membuat KKN dan PLBK terasa
begitu menyenangkan.
17. Semua yang mengisi dan mewarnai hidupku, terima kasih atas kasih sayang,
kebaikan dan dukungannya untukku selama ini.
18. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih.

19. Almamaterku tercinta.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung,
Penulis

Nanda Ardiyanta

Juli 2014

i

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................. i
DAFTAR TABEL ......................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. v

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah ................................................................
1. Latar Belakang Masalah ..................................................................
2. Identifikasi Masalah ........................................................................
3. Pembatasan Masalah........................................................................
4. Rumusan Masalah ...........................................................................
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................
1. Tujuan Penelitian .............................................................................
2. Manfaat Penelitian ...........................................................................
C. Ruang Lingkup penelitian ....................................................................
1. Ruang Lingkup Objek Penelitian ....................................................
2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian ...................................................
3. Ruang Lingkup Tempat dan Waktu Penelitian................................
D. Kerangka Pikir......................................................................................
E. Hipotesis ..............................................................................................

1

1
7
7
8
8
8
8
9
9
9
10
10
14

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Diri .........................................................................................
1. Pengertian Konsep Diri ..................................................................
2. Dimensi-dimensi Konsep Diri ........................................................
3. Sifat-sifat Konsep Diri ....................................................................
4. Perkembangan Konsep Diri ............................................................

5. Peranan Konsep Diri Remaja ..........................................................
B. Bimbingan Kelompok ..........................................................................
1. Pengertian Bimbingan kelompok ....................................................
2. Tujuan Bimbingan kelompok ..........................................................
3. Komponen Bimbingan Kelompok ...................................................
4. Dinamika kelompok ........................................................................
5. Jenis-jenis Bimbingan kelompok ....................................................
6. Azas Bimbingan Kelompok ............................................................

16
16
19
21
24
27
32
32
34
35
38
40
40

ii

7. Teknik-teknik Bimbingan Kelompok .............................................. 41
8. Tahap-tahap Bimbingan Kelompok ................................................ 44
C. Keterkaitan antara Konsep Diri dengan Bimbingan Kelompok .......... 47
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 49
B. Metode Penelitian................................................................................. 49
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...................................... 51
1. Variabel Penelitian .......................................................................... 51
2. Definisi Operasional ........................................................................ 51
D. Subyek Penelitian ................................................................................. 53
E. Teknik Pengumpulann Data ................................................................. 53
1. Skala Konsep Diri ............................................................................ 54
F. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ......................................................... 55
1. Uji Validitas..................................................................................... 55
2. Uji Reliabilitas ................................................................................. 56
G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 57
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Hasil Pra Bimbingan Kelompok ...................................
2. Deskripsi Data .................................................................................
3. Pelaksanaan Kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok ..................
4. Data Skor Pretest dan Posttest ........................................................
5. Analisis Data Hasil Penelitian ........................................................
6. Deskripsi Hasil dari Setiap Pertemuan Layanan
Bimbingan Kelompok ....................................................................
B. Pembahasan .........................................................................................

59
60
61
62
64
66
78

V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..........................................................................................
1. Kesimpulan Statistik ........................................................................
2. Kesimpulan Penelitian .....................................................................
B. Saran .....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

90
90
90
91

iii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

3.1 Alternatif Pilihan Jawaban Skala .......................................................... 55
4.1 Kriteria konsep diri bimbingan kelompok siswa .................................. 61
4.2 Hasil pretest sebelum pemberian layanan bimbingan kelompok .......... 61
4.3 Jadwal pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok ............................. 62
4.4 Data hasil sebelum dan setelah layanan bimbingan kelompok ............. 63
4.5 Analisis Data Hasil Penelitian menggunakan Uji Wilcoxon ................ 64

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1.1 Kerangka pikir penelitian ........................................................................ 14
3.1 Pola one group pretest-posttest design ................................................... 50
4.1 Grafik peningkatan konsep diri siswa ..................................................... 65
4.2 grafik peningkatan konsep diri Angela ................................................... 68
4.3 grafik peningkatan konsep diri Bunga .................................................... 70
4.4 grafik peningkatan konsep diri Ayu ........................................................ 71
4.5 grafik peningkatan konsep diri Selviana ................................................. 73
4.6 grafik peningkatan konsep diri Adi ......................................................... 75
4.7 grafik peningkatan konsep diri Reni ....................................................... 76

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

1. Latar Belakang
Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia
agar mampu mandiri, menjadi anggota masyarakat yang berdaya guna dan
ikut serta dalam pembangunan bangsa. Pendidikan diartikan sebagai proses
pendewasaan dan pemandirian manusia secara sistematis, agar siap
menjalani kehidupan secara bertanggung jawab. Pendidikan merupakan
suatu usaha untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia
yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Generasi muda
sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa Indonesia untuk melaksanakan
pembangunan nasional. Pembinaan generasi muda dalam hal ini siswa
sekolah adalah bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dalam kerangka
pendidikan nasional dan pembangunan bangsa demi pencapaian cita-cita
yang diinginkan.

Peserta didik pada usia remaja di sekolah sebagai individu yang sedang
berkembang mencapai taraf perkembangan pribadi secara optimal dalam
berbagai aspek kehidupan.

2

Menurut Erikson, (Dariyo, 2007: 8) usia remaja berlangsung dari usia 13
sampai dengan 21 tahun, dengan pembagian usia 13 – 15 tahun adalah masa
remaja awal, usia 16 – 18 tahun adalah masa remaja madya, dan usia 19 –
21 tahun adalah masa remaja akhir. Remaja biasanya mulai mengalami
kebingungan dengan identitas diri mereka. Remaja mulai mencari tahu siapa
diri mereka, seperti apa watak mereka dan bagaimana orang lain menilai diri
mereka. Oleh sebab itu, pembentukan konsep diri pada remaja sangat
penting karena akan mempengaruhi kepribadian, tingkah laku, dan
pemahaman terhadap diri remaja itu sendiri.

Dalam perkembangannya konsep diri seseorang dipengaruhi banyak hal.
Konsep diri tidak dapat terbentuk tanpa melalui proses belajar. Proses
belajar ini dapat diperoleh dari orang lain. Seperti yang dijelaskan oleh
Mead (Rakhmat, 2005: 101) yang mengungkapkan bahwa diri itu
berkembang melalui dua tahap, yaitu: internalisasi sikap orang lain
terhadap diri dan internalisasi norma masyarakat.

Konsep diri pada awalnya merupakan tema utama yang muncul pada
psikologi Humanistik. Pembahasan mengenai konsep diri ini lebih dalam
dibahas melalui pendekatan fenomenologis. Menurut Rogers (Suryabrata,
2007: 259) konsep diri adalah suatu konfigurasi dari persepsi-persepsi
terorganisasi mengenai diri yang dapat masuk dalam kesadaran. Rogers
memandang bahwa konsep diri merupakan penentu dalam melakukan
respon terhadap lingkungan. Sehingga konsep diri menunjuk pada cara
seseorang untuk memandang dan merasakan dirinya.

3

Pengertian konsep diri lebih lanjut dijelaskan oleh Burns (Ghufron
&Riswanti, 2010: 14) konsep diri adalah satu gambaran tentang apa yang
kita pikirkan, penilaian orang lain terhadap diri kita, dan seperti apa kita
menginginkan diri kita. Gambaran diri yang dimaksud oleh Burns memiliki
dimensi diri, orang lain, dan diri yang diinginkan. Sedangkan menurut
Brooks (Rakhmat, 2005: 99) konsep diri didefinisikan sebagai pandangan
dan perasaan individu tentang dirinya yang meliputi aspek fisik, psikis, dan
sosial.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat diketahui bahwa faktor yang
mempengaruhi konsep diri adalah orang lain. Orang lain tersebut termasuk
di dalmnya adalah orang tua, teman sebaya, dan lingkungan yang lebih luas
seperti lingkungan sekolah dan masyarakat.

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data siswa yang mempunyai
konsep diri yang negatif, gejala yang nampak yaitu membolos, hasil prestasi
belajar yang negatif, merokok, membolos, menyontek, membuat gaduh saat
pelajaran, berkelahi, adanya siswa yang melanggar tata tertib sekolah,
adanya siswa yang tidak percaya diri dalam menyampaikan pendapat. Siswa
yang demikian itu dapat dikatakan memiliki konsep diri yang negatif.

Konsep diri sangatlah penting bagi individu khususnya remaja karena
individu dapat memandang diri dan dunianya. Konsep diri tidak hanya
mempengaruhi individu dalam berperilaku, tetapi juga tingkat kepuasan
yang diperoleh dalam hidupnya. Setaip individu pasti memiliki konsep diri

4

dan dapat berkembang menjadi konsep diri positif maupun negatif, namun
demikian remaja pada umumnya tidak tahu apakah konsep diri yang
dimiliki itu negatif atau positif. Individu yang memiliki konsep diri positif
akan memiliki dorongan untuk mengenal dan memahami dirinya sendiri.
Dalam hal ini individu dapat menerima dirinya secara apa adanya dan akan
mampu menginstropeksi diri atau lebih mengenal dirinya melalui kelebihan
dan kelemahan yang dimiliki, Sedangkan individu yang memiliki konsep
diri negatif, ia tidak memiliki kestabilan perasaan dan keutuhan diri, juga
tidak mampu mengenal diri sendiri baik kelebihan maupun kelemahan serta
potensi yang dimiliki. Individu yang memiliki konsep diri negatif adalah
individu yang pesimis, merasa dirinya tidak berharga, dan tidak tahan
dengan kritikan yang diberikan kepadanya.

Permasalahan tersebut mungkin masih dianggap remeh oleh para pendidik,
namun permasalahan tersebut dapat mengganggu perkembangan siswa pada
masa remajanya sehingga harus segera mendapatkan penanganan yang
menyeluruh. Penanganan yang menyeluruh tersebut dapat dilakukan oleh
berbagai pihak baik berasal dari keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan tentunya memiliki kewajiban untuk
membantu siswa dalam mengoptimalkan perkembangannya. Tujuan
pendidikan terletak pada dimensi instrinsiknya, yaitu menjadikan manusia
sebagai manusia yang baik. Inti pendidikan terjadi di dalam prosesnya.
Proses pendidikan tidak hanya sekedar pentransferan ilmu semata, namun
terdapat proses penggalian potensi, pengembangan diri, dan pembentukan

5

karakter siswa. Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan

dapat tercapai

secara efektif dan efisien, maka setiap orang yang terlibat di dalam
pendidikan tersebut dapat memahami perilaku individu sekaligus dapat
menunjukkan perilakunya secara efektif. Salah satu komponen yang penting
dalam penyelenggaraan pendidikan adalah Bimbingan dan Konseling.

Layanan bimbingan dan konseling yang terdapat di sekolah memiliki
peranan yang penting dalam pengembangan konsep diri siswa. Sesuai
dengan fungsi bimbingan dan konseling, yaitu pemahaman, pencegahan,
pengentasan, pemeliharaan dan pengembangan. Di dalam bimbingan dan
konseling juga terdapat empat bidang bimbingan (pribadi, sosial, belajar,
dan karier) dan tujuh layanan (layanaan orientasi, informasi, penyaluran dan
penempatan,

penguasaan

konten,

konseling

perorangan,

konseling

kelompok, dan bimbingan kelompok) yang kesemua unsur dalam bimbingan
dan konseling tersebut dapat memfasilitasi berkembangnya karakteristik
pribadi siswa secara optimal, terutama dalam pengembangan dan
peningkatan konsep diri yang positif pada siswa.

Layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu jenis layanan yang
dianggap tepat untuk mengembangkan dan meningkatkan konsep diri positif
pada siswa. Bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang
diberikan pada individu dalam situasi kelompok (Romlah, 2006:3). Layanan
bimbingan kelompok merupakan usaha pemberian bantuan kepada siswa
dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Melalui dinamika kelompok
setiap anggota diharapkan mampu mengembangkan dirinya dalam

6

hubungannya dengan orang lain. Melalui dinamika kelompok juga, masingmasing anggota kelompok akan berkontribusi, baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam pemecahan masalah yang ada.
Dengan bimbingan kelompok ini diharapkan efektif dalam mengembangkan
dan meningkatkan konsep diri positif pada siswa. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya bahwa konsep diri terbentuk dari adanya interaksi
sosial antara individu dengan orang lain. Dengan interaksi yang terjadi
dalam bimbingan kelompok nantinya diharapkan dapat berdampak positif
bagi siswa daalm penciptaan gambaran diri atau konsep diri siswa, yang
mencakup pengetahuan diri, pemahaman diri, penerimaan diri, dan
pengambilan keputusan.

Untuk meningkatkan konsep diri positif siswa, diperlukan dukungan dari
semua pihak yang terlibat, khususnya siswa itu sendiri. Selain itu, peran
guru pembimbing juga sangat penting untuk memberikan rancangan layanan
bimbingan sosial bagi siswa yang memerlukannya, baik layanan individual
maupun kelompok, baik dalam bentuk penyajian klasikal, kegiatan
kelompok sosial, bimbingan/konseling kelompok atau individual atau
kegiatan lainnya. Layanan bimbingan kelompok merupakan kegiatan
informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun
rencana dan keputusan yang tepat, informasi yang diberikan adalah
informasi untuk kebutuhan tertentu anggota kelompok. (Tohirin, 2009:172)
mengatakan bahwa secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan
untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan

7

berkomunikasi peserta layanan, dimana komunikasi merupakan salah satu
syarat terjadinya interaksi.
Dari penjelasan di atas, maka peneliti ingin menggunakan layanan
bimbingan kelompok dalam meningkatkan konsep diri positif siswa. Peneliti
ingin mengetahui apakah konsep diri positif siswa dapat ditingkatkan
melalui layanan bimbingan kelompok.

2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat diidentifikasikan masalahnya sebagai berikut :
a. Ada siswa yang gugup saat berbicara di depan kelas
b. Ada beberapa siswa yang tidak berani memulai menegur terlebih
dahulu ketika bertemu dengan guru, kariawan dan teman.
c. Ada siswa yang mengobrol saat guru sedang menjelaskan materi
d. Ada siswa yang mencontek saat ulangan
e. Ada siswa yang membolos hanya karena belum mengerjakan tugas
f. Ada siswa yang suka menyendiri dan kurang suka berkumpul dengan
teman-temannya
g. Ada siswa yang mudah ikut membolos, merokok sampai minumminuman keras

3. Pembatasan Masalah
Untuk memudahkan penelitian dan agar penelitian terfokus pada masalah
yang hendak diteliti, maka perlu diadakan pembatasan masalah.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini terbatas pada

8

masalah “Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok untuk meningkatkan
Konsep Diri Positif pada siswa kelas VIII di SMPN 1 Punggur Lampung
Tengah Tahun Ajaran 2013/2014”.

4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka
masalahnya adalah konsep diri siswa yang positif. Adapun rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut : “Apakah konsep diri positif dapat
ditingkatkan dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok pada
siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Punggur Lampung Tengah tahun
pelajaran 2013/2014?”

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan konsep diri positif setelah
menggunakan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII di SMP
Negeri 1 Punggur tahun pelajaran 2013/2014.

1. Manfaat Penelitian
1) Manfaat teoritis
Penulis berharap hasil penelitian ini nantinya akan bermanfaat untuk
menambah dan mengembangkan pengetahuan dalam bidang bimbingan
dan

konseling

di

sekolah.

Khususnya

yang

terkait

dengan

9

pengembangan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan
konsep diri positif pada siswa disekolah.

2) Manfaat praktis
Dapat di jadikan suatu sumbangan informasi dandata empiris akan
keefektifan

penggunaan

layanan

bimbingan

kelompok

dalam

meningkatkan konsep diri positif siswa yang dapat digunakan konselor
sekolah yang dituntut untuk menguasai pendekatan dan teknik dalam
konseling baik secara teoritis maupun praktik. pemikiran bagi guru
pembimbing, peneliti selanjutnya dan tenaga kependidikan lainnya
dalam penggunaan Bimbingan Kelompok untuk meningkatkan konsep
diri positif siswa.

C. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam hal ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini agar penelitian
ini lebih jelas dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan,
diantaranya adalah:
1. Ruang lingkup objek Penelitian
Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah meningkatkan konsep diri
positif melalui penggunaan layanan bimbingan kelompok yang diberikan
konselor sekolah.
2. Ruang lingkup subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMP N 1 Punggur Lampung
Tengah Tahun 2013/2014.

10

3. Ruang lingkup wilayah
Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah SMP N 1 Punggur.
4. Ruang lingkup waktu
Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilakukan pada semester genap
tahun pelajaran 2013/2014.

D. Kerangka Berfikir
Remaja mulai mengalami kebingungan dengan identitas diri mereka
pencarian identitas diri menjadi penting selama masa remaja karena remaja
dihadapkan pada sejumlah perubahan psikologis, fisiologis, seksual,
kognitif/intelektual, dan sosial yang baru dan beragam. Pada masa remaja,
Individu mulai mencari tahu siapa diri mereka, seperti apa watak mereka dan
bagaimana orang lain menilai diri mereka. Perwujudan adanya kemampuan
dan ketidakmampuan dalam mencapai keberhasilan yang individu inginkan.
Brook dan Emmert (Rakhmat, 2005:105) menyatakan individu yang
mempunyai konsep diri positif memiliki ciri-ciri :
a) Percaya diri dan merasa setara dengan orang lain
b) Menerima diri apa adanya, mengenal kelebihan dan kekurangan
c) Mampu memecahkan masalah dan mampu mengevaluasi diri
d) Menyadari bahwa setiap orang memiliki perasaan, keinginan dan perilaku
yang tidak seluruhnya diterima masyarakat
e) Bersikap optimis

Oleh sebab itu, pembentukan konsep diri pada remaja sangat penting karena
akan mempengaruhi kepribadian, tingkah laku, serta pemahaman dan

11

penerimaan terhadap dirinya sendiri. Seperti yang dikemukakan oleh
(Hurlock, 1999:237) bahwa konsep diri merupakan inti pola kepribadian pada
individu, yang berkembang selama rentang kehidupan manusia sesuai dengan
pengalaman masing-masing individu. Sedangkan Fitts (Agustiani, 2009:138)
mengemukakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri
seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan (frame of
reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan.

Konsep diri pasti dimiliki oleh setiap individu, hanya saja pada masingmasing individu konsep diri dapat berkembang menjadi konsep diri positif
maupun negatif, seperti yang dikemukakan oleh Brooks (Rakhmat, 2005:99)
bahwa konsep diri dapat bersifat psikis, fisik, dan sosial serta dapat
berkembang menjadi konsep diri positif atau negatif. Selain itu, Rogers
(Suryabrata, 2007:259) menjelaskan bahwa konsep diri adalah konfigurasi
persepsi-persepsi terhadap diri secara terorganisir, yang disusun dari elemenelemen seperti persepsi mengenai karakteristik dan kemampuan-kemampuan
diri, konsep-konsep tentang diri dalam hubungannya dengan orang lain dan
lingkungan, kualitas nilai yang dirasakan berhubungan dengan pengalamanpengalaman serta tujuan-tujuan dan ide-ide yang dirasakan memiliki valensi
positif dan negatif.

Bimbingan dan konseling memiliki peran yang sangat penting dalam proses
pendidikan. Layanan bimbingan kelompok merupaakn salah satu jenis layanan
yang dianggap tepat untuk mengembangkan dan meningkatkan konsep diri
positif pada siswa. Bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan

12

yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok (Romlah, 2006:3). Dan
didukung oleh pernyataan Gazada (Romlah, 2006; 3) yang menjelaskan bahwa
bimbingan kelompok merupakan kegiatan pemberian informasi tentang
pendidikan, karier, pribadi, dan sosial. Informasi tersebut diberikan dengan
tujuan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri individu dan
pemahaman terhadap orang lain.

Selain itu, layanan bimbingan kelompok dianggap tepat untuk membantu
siswa dalam meningkatkan konsep diri positif , hal ini sesuai dengan salah
satu tujuan bimbingan kelompok yang diungkapkan oleh Bennett (Romlah,
2006: 14-15) yaitu mempelajari secara kelompok dan menerapkan metode
pemahaman diri mengenai sikap, minat, kemampuan, kepribadian dan
kecenderungan-kecenderungan sifat, serta penyesuaian pribadi serta sosial.

Layanan bimbingan kelompok merupakan usaha pemberian bantuan kepada
siswa dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Melalui dinamika kelompok
setiap

anggota

diharapkan

mampu

mengembangkan

dirinya

dalam

hubungannya dengan orang lain. Seperti yang dijelaskan Mead (Suryabrata,
2007:254) bahwa konsep diri sebagai perasaan, pandangan, dan penilaian
individu mengenai dirinya yang didapat dari hasil interaksi dengan lingkungan
sekitarnya. Dan didukung oleh Burn (Ghufron & Riswanti, 2010:14) yang
mendefinisikan konsep diri sebagai kesan terhadap diri sendiri secara
keseluruhan yang mencakup pendapatnya terhadap diri sendiri, pendapat
tentang gambaran diri di mata orang lain, dan pendapatnya tentang hal-hal
yang dicapai.

13

Untuk meningkatkan keberhasilan layanan bimbingan kelompok dalam rangka
meningkatkan konsep diri positif pada siswa diperlukan dukungan dari semua
pihak yang terlibat dalam proses pendidikan terutama siswa. Siswa yang telah
memasuki masa remaja perlu memahami konsep dirinya dan perlu
mengembangkan konsep diri positif pada dirinya. Dengan demikian,
diperlukan pula suatu strategi dalam bimbingan dan konseling, salah satunya
adalah melalui layanan bimbingan kelompok. Dimana dalam pelaksanaannya,
siswa akan diberikan gambaran tentang konsep diri itu sendiri dan konsep diri
yang seperti apa yang mereka miliki serta pengembangan konsep diri positif
yang perlu dimiliki siswa, sehingga konsep diri siswa akan lebih positif
dibandingkan sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok. Dengan kata
lain, jika bimbingan kelompok dapat berjalan dengan baik, maka konsep diri
positif pada siswa akan meningkat.

Konsep diri negatif
pada siswa

Konsep diri positif
pada siswa

Layanan
bimbingan
kelompok

Gambar 1.1 : Kerang Berfikir Penelitian

Pada gambar di atas dapat dilihat pada awalnya siswa memiliki konsep diri
yang negatif. Hal itu dapat disebabkan siswa belum mengetahui potensi yang
dimiliki, siswa belum bisa menerima diri sendiri/penerimaan diri yang rendah,
siswa merasa dibenci orang lain, merasa rendah diri, dan pesimis dalam

14

menjalani kehidupannya. Kemudian peneliti berusaha mengatasi masalah
tersebut dengan memberikan layanan bimbingan kelompok yang bertujuan
untuk meningkatkan konsep diri positif pada siswa sehingga siswa bisa lebih
menerima dan menghargai dirnya sendiri, lebih optimis dalam menjalani
kehidupannya, lebih percaya diri, serta mampu mengembangkan potensi yang
dimilikinya.

E. Hipotesis
Hipotesis

adalah

suatu jawaban

yang bersifat

sementara terhadap

permasalahan penelitian seperti terbukti melalui data yang terkumpul
(Arikunto, 2006: 71). Hipotesis penelitian yang penulis ajukan adalah bahwa
konsep diri positif siswa di sekolah dapat ditingkatkan mengggunakan
bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII SMP N 1 Punggur Tahun
Pelajaran 2013/ 2014.

Berdasarkan kerangka berfikir yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Ho : konsep diri positif pada siswa tidak dapat ditingkatkan dengan
menggunakan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII SMP
N 1 Punggur Tahun Pelajaran 2013 / 2014.
Ha : konsep diri positif pada siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan
layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII SMP N 1 Punggur

15

Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti menggunakan uji statistik dengan uji
wilcoxon. Dengan ketentuan, jika hasil Z hitung ≤ Z tabel maka Ho ditolak dan
Ha diterima, tetapi jika Z hitung ≥ Z hitung maka Ho diterima dan Ha ditolak.

16

II. TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian ini berjudul “Meningkatkan Konsep Diri Positif dengan menggunakan
Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa kelas VIII di SMP N 1 Punggur
Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014”. Untuk itu akan dijelaskan teoriteori yang sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan, yaitu berkaitan dengan
konsep diri dan layanan bimbingan kelompok.

A. Konsep Diri
1. Pengertian Konsep diri
G.W. Allport (Sarwono, 2011: 81) mendefenisikan konsep diri adalah :
Pemekaran diri sendiri (extension of the self), yang ditandai dengan
kemampuan seseorang untuk menganggap orang tau hal lain sebagai bagian
dari dirinya dendiri juga

Pai (Djaali, 2011;23-25) mengemukakan yang dimaksud dengan konsep
diri: Konsep diri adalah pandangan individu tentang dirinya sendiri yang
menyangkut apa yang ia ketahui dan rasakan tentang perilakunya, isi pikiran
dan perasaannya, serta bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh
terhadap orang lain.

17

Jadi, konsep diri merupakan cara pandang individu terhadap dirinya sendiri.
Pandangan tersebut berkaitan dengan apa yang ia ketahui, rasakan tentang
perilakunya. Selain itu, konsep diri juga berkaitan dengan bagaimana
perilaku individu berpengaruh terhadap orang lain.

Sedangkan Rogers (Thalib, 2010:121) menyatakan bahwa konsep diri
adalah konsep kepribadian yang paling utama, berisi ide-ide, persepsi, dan
nilai-nilai yang mencakup tentang kesadaran tentang diri.
Konsep diri yang dimaksud adalah kepribadian yang paling utama dan
paling penting, dimana konsep diri tersebut terdiri dari ide, persepsi, nilai,
aturan yang mencakup atau berhubungan dengan diri sendiri. Artinya
pandangan tersebut dapat berupa pandangan yang berkaitan dengan
lingkungan sekitar atau orang lain, dan pandangan terhadap diri sendiri.

Greenwald (Thalib, 2010: 121) menjelaskan bahwa konsep diri merupakan
suatu organisasi dinamis yang didefinisikan sebagai skema kognitif tentang
diri sendiri yang mencakup sifat-sifat, nilai-nilai, peristiwa-peristiwa, serta
kontrol terhadap pengolahan informasi diri yang relevan.

Jadi konsep diri adalah pandangan atau penilaian terhadap diri sendiri yang
mencakup atribut-atribut spesifik berupa pengetahuan terhadap diri sendiri,
pengharapan dan penilaian terhadap diri sendiri. Artinya konsep diri terdiri
dari cara individu mengenal, menilai dan mengharapkan sesuatu dari diri
sendiri.

18

Menurut Burn (Ghufron & Riswanti, 2010: 14) konsep diri sebagai kesan
terhadap diri sendiri secara keseluruhan yang mencakup pendapatnya
terhadap diri sendiri, pendapat tentang gambaran diri di mata orang lain, dan
pendapatnya tentang hal-hal yang dicapai, sedangkan Fitts (Agustiani,
2009:138) mengemukakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting
dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan kerangka
acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan. Menurut
Hurlock (Ghufron & Riswanti, 2010: 13) konsep diri merupakan gambaran
individu mengenai dirinya sendiri yang merupakan gabungan dari
keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional, dan prestasi yang mereka
capai.

Mead (Suryabrata, 2007: 254) mendefinisikan konsep diri sebagai perasaan,
pandangan, dan penilaian individu mengenai dirinya yang didapat dari hasil
interaksi dengan lingkungan sekitarnya.

Jadi kesimpulan dari teori-teori tersebut adalah bahwa konsep diri
merupakan pandangan diri, penilaian diri, gambaran diri pengalaman diri
dari individu tentang nilai, aturan, persepsi dari berbagai hal mengenai
dirinya sejak kecil, terutama yang berkaitan dengan perlakuan orang lain
terhadapnya, bagaimana individu memahami diri sendiri dan orang lain,
bagaimana mengungkapkan perasaan, ide dan pendapat. Oleh karena itu
konsep diri sangat penting dalam mengenal dan menilai diri individu
sendiri, mengenal kelebihan dan kekurangan, karakter dan sikap individu
dalam kehidupan sehari-hari. Pandangan dan persepsi tersebut dapat bersifat

19

psikologis, sosial dan psikis. Konsep diri juga berisi tentang bagaimana
perilaku dan pemikirannya berpengaruh terhadap orang lain.

2. Dimensi-dimensi Konsep Diri
Menurut (Hurlock,1999:237) mengemukakan bahwa konsep diri memiliki
dua dimensi, yaitu :
a. Fisik. Dimensi ini meliputi sejumlah konsep yang dimiliki individu
mengenai penampilan, kesesuaian dengan jenis kelamin, arti penting
tubuh, dan perasaan gengsi dihadapan orang lain yang disebabkan oleh
keadaan fisiknya. Hal penting yang berkaitan dengan keadaan fisik
adalah daya tarik dan penampilan tubuh di hadapan orang lain. Individu
dengan penampilan yang menarik cenderung mendapatkan sikap sosial
yang menyenangkan dan penerimaan sosial dari lingkungan sekitar yang
akan menimbulkan konsep diri yang positif bagi individu.
b. Psikologis. Dimensi ini meliputi penilaian individu terhadap keadaan
psikis dirinya, seperti rasa percaya diri, harga diri, serta kemampuan dan
ketidakmampuannya. Sebagai contoh penilaian mengenai kemampuan
dan ketidakmampuan diri akan mempengaruhi rasa percaya diri dan
harga dirinya. Individu yang merasa mampu akan mengalami
peningkatan rasa percaya diri dan harga diri, sedangkan individu dengan
perasaan tidak mampu akan merasa negatif diri sehingga cenderung
terjadi penurunan harga diri.

20

Ahli lain, yaitu Taylor (Rakhmat, 2005:100) mengemukakan bahwa
konsep diri terbentuk dari dua komponen yaitu komponen kognitif dan
komponen afektif. Komponen kognitif merupakan pengetahuan individu
tentang dirinya, misalnya : “Saya ini anak pintar” atau “Saya ini anak
nakal” dan sebagainya. Komponen kognitif merupakan penjelasan dari
siapa saya, yang akan membuat gambaran objektif tentang diri saya (the
picture about my self) serta menciptakan citra diri (self image),
Sedangkan komponen afektif merupakan penilaian individu terhadap
dirinya. Penilaian tersebut akan membentuk penerimaan diri (selfacceptance) dan harga diri (self-esteem) pada individu. Contoh
pernyataan dari komponen afektif adalah “Saya senang menjadi anak
pintar di kelas” atau “Saya kecewa tidak bisa menjadi ketua kelas” dan
sebagainya. Jadi komponen afektif merupakan gambaran subjektif
seorang individu tentang dirinya sendiri.

Konsep diri menurut Calhoun dan Acocella (Ghufron&Riswanti, 2010:
17-18) memiliki tiga dimensi, yaitu :
a. Dimensi pengetahuan, merupakan pengetahuan individu mengenai diri
dan gambarannya yang berarti bahwa dalam aspek kognitif individu
yang bersangkutan mendapat informasi mengenai keadaan dirinya.
Seperti nama, usia, jenis kelamin, suku bangsa, dsb.
b. Dimensi pengharapan, harapan individu di masa mendatang yang
disebut juga diri ideal, yaitu kekuatan yang mendorong individu untuk
menuju ke masa depan.

21

Rogers (Calhoun, 1995:71) menyatakan pada saat kita mempunyai
satu set pandangan tentang siapa kita, kita juga mempunyai satu set
pandangan lain yaitu tentang kemungkinan kita menjadi apa dimasa
mendatang.

c. Dimensi penilaian terhadap diri sendiri yang merupakan perbandingan
antara pengharapan diri dengan standar diri yang akan menghasilkan
harga diri (self esteem).
Eipsten (Calhoun, 1995:71) menyatakan dimensi ketiga dari konsep
diri adalah penilaian kita terhadap diri sendiri. Kita berkedudukan
sebagai penilai tentang diri kita sendiri setiap hari, mengukur
apakah kita bertentangan dengan (1) “saya-dapat-menjadi apa”,
yaitu pengharapan kita bagi kita sendiri, dan (2) “saya-seharusnyamenjadi apa”, yaitu standar kita bagi diri sendiri.
Dari teori dimensi konsep diri tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
dimensi konsep diri terdiri dari pengetahuan atau pemahaman terhadap
diri sendiri, dimana kita bisa mengenal beberapa daftar dalam diri kita
contohnya adalah usia, jenis kelamin, suku dan pekerjaan, dimensi
selanjutnya yaitu bagaimana kita menghargai diri sendiri atau berharap
sesuatu yang kita inginkan dalam diri kita di masa depan, dimensi ketiga
adalah bagaimana kita menilai atau mengevaluasi diri kita, dimana kita
bisa mengukur suatu standar yang tepat bagi diri kita

3. Sifat-sifat Konsep Diri
Konsep diri dapat bersifat psikis dan fisik serta dapat berkembang menjadi
konsep diri positif atau negatif. (Brooks dalam Rakhmat, 2005: 99).
Menurut Brooks dan Emmert (Rakhmat, 2005: 105) menjelaskan lima ciri-

22

ciri individu yang memiliki konsep diri yang positif. Individu dengan
konsep diri positif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Yakin terhadap kemampuan dirinya sendiri dalam mengatasi masalah
b. Merasa sejajar dengan orang lain
c. Menerima pujian tanpa rasa malu
d. Sadar bahwa setiap orang memiliki keragaman perasaan, keinginan, dan
perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat
e. Mampu mengembangkan diri karena sanggup mengungkapkan aspekaspek kepribadian yang buruk dan berupaya untuk mengubahnya.

Sementara itu, ciri-ciri konsep diri negatif adalah :
a. Peka terhadap kritik
b. Responsif terhadap pujian
c. Memiliki sikap hiperkritis
d. Cenderung merasa tidak disukai orang lain
e. Pesimistis terhadap kompetisi.

Setiap individu itu memiliki konsep diri, namun konsep diri dapat bersifat
Positif dan juga negatif. Calhoun dan Acocella (Ghufron & Riswanti, 2010:
19) membagi dua bentuk konsep diri yang dapat dikategorikan negatif,
yaitu: pertama, apabila seorang individu memandang dirinya secara tidak
beraturan, tidak memiliki kestabilan perasaan dan keutuhan diri. Seorang
individu tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya, atau apa
yang dihargai dalam hidupnya. Kedua, kebalikan dari yang pertama. Konsep

23

diri seorang individu tidak terlalu stabil, tidak teratur atau kaku, sehingga
sulit untuk menerima ide-ide baru yang bermanfaat bagi dirinya.

Sebaliknya konsep diri dapat dikategorikan positif apabila seorang individu
dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang mungkin sangat
beragam tentang dirinya secara positif dan dinamis, serta dapat menerima
dirinya apa adanya. Individu yang memiliki konsep diri positif akan
memiliki harapan-harapan dan mampu merancang tujuan-tujuan hidup yang
sesuai dan realistis, mengacu pada terpenuhinya harapan-harapan tersebut.
Termasuk di dalamnya sikap optimis, terbuka terhadap kritik, serta mampu
menyelesaikan masalah dan konflik pribadi secara cepat dan tepat (Calhoun
& acocella; Ghufron & Riswanti, 2010: 20)

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang individu yang
memiliki konsep diri positif ditandai dengan penilaian diri secara realistik,
bersikap positif pada diri sendiri dan orang lain, memiliki rasa percaya diri,
ketegasan dan optimis, mampu mengatasi masalah atau konflik pribadi
secara efektif, memiliki kehangatan dalam hubungan sosial, memiliki
harapan hidup, dan mampu merencanakan sesuatu sebagai perwujudan dari
harapan-harapan hidupnya secara positif dan dinamis. Sedangkan individu
yang memiliki konsep diri negatif cenderung merasa rendah diri, merasa
dirinya tidak berharga, merasa tidak memiliki kelebihan pada dirinya,
bersikap pesimis, dan merasa hidupnya tidak berarti.

24

4. Perkembangan Konsep Diri
Sewaktu lahir, anda tidak memiliki konsep diri, tidak memiliki pengetahuan
tentang diri sendiri, dan tidak memiliki penghargaan bagi anda sendiri, serta
tidak memiliki penilaian terhadap diri sendiri. Lebih jauh, anda tidak sadar
bahwa anda adalah bagian yang terpisahkan dari lingkungan anda. Caplan
(Sobur, 2003:512-513)

Menurut Erikson (Djaali, 2011:130-132) konsep diri itu berkembang
melalui lima tahap, yaitu sebagai berikut :
(1) Perkembangan dari sense of trust vs sense of mistrust, pada anak usia
1,5-2 tahun. Pada tahap ini akan menciptakan konsep diri yang
didasarkan dari hubungan antara orang tua dengan anaknya. Jika
seorang anak yakin bahwa orang tuanya dapat memberi perlindungan
dan rasa aman bagi dirinya, pada diri anak akan timbul rasa percaya
terhadap orang dewasa yang nantinya akan berkembang menjadi
berbagai perasaan yang sifatnya positif.
(2) Perkembangan dari sense of anatomy vs shame and doubt, pada anak
usia 2-4 tahun. Pada tahap ini dapat mengembangkan sikap mandiri
pada anak, jika anak diberi kesempatan untuk melakukan segala sesuatu
menurut kemampuannya, sekalipun kemampuan yang terbatas, tanpa
terlalu banyak ditolong ataupun dicela. Sebaliknya, anak akan merasa
malu dan ragu-ragu, jika tidak diberikan kesempatan untuk
membuktikan kemampuannya.
(3) Perkembangan dari sense of imitative vs sense of guilt, pada anak usia
4-7 tahun. Pada tahap ini seorang anak mulai menunjukkan rasa ingin
tahunya, jika pada tahap ini anak mendapatkan hukuman dari perilaku
yang menunjukkan rasa ingin tahunya, kelak akan membuat anak
tersebut merasa bersalah dan takut-takut.
(4) Perkembangan dari sense of industry vs inferiority, pada usia 7-12
tahun. Pada tahap ini anak mulai memasuki remaja awal, ia mulai
berkompetisi dan berusaha menunjukkan prestasi. Kegagalan yang
dialami dapat menimbulkan negatif diri jika tidak ada yang memberikan
motivasi dan penguatan.
(5) Perkembangan dari sense of identity diffusion, remaja mulai mencari
tahu siapa dirinya, menentukan jati diri dengan mengumpulkan
informasi dari konsep diri masa lalunya. Jika informasi kenyataan,
perasaan, pengalaman yang dimiliki tidak dapat terintegrasi hingga
membentuk konsep diri yang utuh, maka remaja akan mengalami
kebingungan akan identitas atau konsep dirinya.

25

Perkembangan konsep diri merupakan proses yang terus berlanjut di
sepanjang

kehidupan

manusia.

Marcel

(Rakhmat,

2005:100-101)

mengatakan
“the fact is that we can understand ourselves by starting from the
others, and only by starting from them”
Kita mengenal diri kita setelah

mengenal orang lain lebih dahulu.

Bagaimana orang lain menilai diri kita, memberikan respon terhadap diri
kita akan membentuk konsep diri kita.

Calhoun (1995:77) mengemukakan ada empat faktor yang dapat
mempengaruhi pembentukan konsep diri pada individu yaitu:
a. Orang tua
Orang tua adalah kontak sosial yang paling awal kita alami, dan yang
paling kuat. Individu tergantung pda orang tuanya untuk makanannya,
perlindungannya, dan kenyamanannya. Orang tua memberi kita informasi
yang konstan tentang diri kita.
Coopersmith (Calhoun, 1995:77) menyatakan perasaan nilai diri sebagai
individu berasal dari nilai yang diberikan orang tua kepada individu
tersebut.
Dengan demikian konsep diri pada individu dapat tumbuh berdasarkan nilai
yang diberikan oleh orang tua individu tersebut. Orang tua memberikan
informasi kepada kita mengenai diri kita sendiri, hal inilah yang membuat
kita dapat mengenal diri kita sendiri. Selain itu individu juga dapat
membangun interaksi dengan orang lain.

26

b. Teman sebaya
Kelompok teman sebaya anak menempati kedudukan kedua setelah
orang tuanya dalam mempengaruhi konsep diri. Untuk sementara mereka
merasa cukup hanya mendapatkan cinta dari orang tua, tetapi kemudian
anak membutuhkan penerimaan anak-anak lain dikelompoknya. Jika
penerimaan ini tidak datang, anak digoda terus, dibentak atau dijauhi
maka konsep diri ini akan terganggu. Disamping masalah penerimaan
atau penolakan, peran yang diukir anak dalam kelompok sebayanya
mungkin memiliki pengaruh yang dalam pada pandangannya tentang
dirinya sendiri.
c. Masyarakat
Anak-anak mulai terlalu mementingkan kelahiran mereka, kenyataan
bahwa mereka hitam atau putih, orang Indonesia atau Belanda, anak
direktur atau anak pemabuk. Tetapi masyarakat menganggap hal tersebut
penting, fakta-fakta dan penilaian semacam itu akhirnya sampai kepada
anak dan masuk ke dalam konsep diri.
d. Belajar
Konsep diri dapat diperoleh dengan belajar. Dengan kata lain konsep diri
merupakan hasil belajar dari individu tersebut. Belajar ini berlangsung
secara terus setiap harinya, biasanya tanpa kita sadari.

Hilgart dan Bower (Calhoun, 1995:79) menyatakan bahwa konsep diri kita
adalah hasil belajar, Belajar ini berlangsung setiap hari, biasanya tanpa kita
sadari. Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan psikologis yang relatif
permanen yang terjadi dalam diri kita sebagai akibat dari pengalaman.

27

Dengan demikian konsep diri dapat diperoleh dari hasil belajar yang
biasanya tanpa kita sadari, dan di dalam proses belajar tersebut terdapat
pengalam

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN KONFORMITAS POSITIF DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 TULANG BAWANG TENGAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT TAHUN PELAJARAN 2011/201

1 16 69

UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 46 70

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 77

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 4 62

JUDUL INDONESIA: MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 PUNGGUR LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 78

MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 PUNGGUR LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 69

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK SISWA KELAS X MAN KRUI LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 8 71

PENINGKATAN MINAT BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 11 84

MENINGKATKAN PERCAYA DIRI DALAM BELAJAR MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 LABUHAN RATU LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 79

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 01 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

1 5 93