TINJAUAN PUSTAKA Peranan reporter dalam departemen pemberitaan terang abadi televisi 3229

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

REPORTER Reporter televisi adalah wartawan televisi yang bertugas mencari data dan fakta dan menyusunnya dalam format tulisan berita televisi untuk media di mana ia bekerja. Deddy Iskandar Muda, 2005. Reporter tidak seorang diri saat bekerja di lapangan , paling tidak ia disertai oleh seorang juru kamera. Reporter televisi juga berfungsi sebagai produser untuk liputan yang ia lakukan. Ia memimpin liputan tersebut sehingga ia harus dapat mengarahkan juru kamera tentang gambar apa yang ia butuhkan untuk melengkapi laporan beritanya. Efektifitas dan keberhasilan dari suatu liputan berita stasiun televisi sebagian besar tegantung pada mereka yang bekerja di lapangan . ujung tombak dari suatu program berita stasiun televisi adalah tim liputan . kerja sama yang baik menentukan kualitas berita yang di sampaikan . dalam melakukan pekerjaanya di lapangan , tim liputan berita akan mengerjakan berbagai hal yang kesemuanya di sebut dengan kegiatan jurnalistik . Reporter mendatangi langsung tempat kejadianperistiwa, lalu mengumpulkan fakta dan data seputar peristiwa tersebut. Fakta dan data yang dikumpulkan harus memenuhi unsur-unsur berita 5W+1H yaitu What peristiwa apa, Who siapa yang terlibat dalam peristiwa itu, Where dimana kejadiannya, When kapan kejadiannya, Why mengapa peristiwa itu terjadi, dan How bagaimana proses kejadiannya. Seorang reporter televisi dituntut untuk mampu melaporkan peristiwa yang tengah di liputnya di depan kamera . laporan langsung di depan kamera ini di kenal dengan istilah stand up kamera , teknik ini dapat dilakukan dalam suatu laporan langsung live atau dalam paket berita yang telah di rekam dan diedit sebelumnya. Ada sejumlah alasan mengapa reporter melakukan stand up kamera diantaranya menunjukan lokasi , pendalaman berita, keseimbangan berita, menunjukan cara , dan sebagai penyambung Morissan M.A , 2008 Pada saat reporter melaporkan peristiwa, dia di lengkapi dengan catatan kecil yang menjadi pointer kejadian yang harus dilaporkan, namun untuk penjelasan informasi dan narasinya harus improvisasi dari sang reporter. Askurifai Baksin, 2006 Stand up bagi seorang reporter dimungkinkan karena adanya sistem ROSS yang berlaku dalam dunia jurnalistik televisi. Sistem ROSS Hartoko , 1999 dalam buku jurnalistik televisi, dibedakan menjadi empat jenis: 1. reporter on the spot and on the screen artinya seorang reporter sedang berada di lokasi kejadian ketika ditayangkan tampak dilayar televisi. 2. reporter on the spot but off the screen artinya berada dilokasi kejadian namun tidak ditampilkan di layer televisi ketika berita disiarkan. Untuk itu juru kamera tidak harus mengambil gambar reporter namun cukup dengan mengambil suara reporter. 3. reporter off the spot and on the screen sistem ini tidak berada di lapangan tapi ketika berita disiarkan maka dia muncul dilayar. Dengan bantuan teknik b l ue screen maka nampak seolah reporter berada di lokasi kejadian . 4. reporter off the spot but off the the screen reporter tidak berda di lokasi kejadian dan juga reporter tidak mencul di layar. Anchor akan membawa berita dan ketika unsur audio visualnya muncul maka tidak ada reporter. Maka juru kamera tidak perlu mengambil gambar di lokasii peristiwa namun cukup mengambil dari perpustakaan audio visual , internet , CD, atau sumber lainnya. Pada dasarnya reporter melakukan stand up, reporter dapat memberikan laporan secara lagsung ditempat kejadian, reporter dapat mmemberikan bukti otentik kepada pemirsa , sehingga pemirsa dapat mempercayai reporter secara penuh , selain itu aktualitas bernilai sebuah berita sangat dipertaruhkan saat melakukan reportase . Seorang reporter televisi harus memahami ilmu jurnalistik di samping harus kreatif, dalam arti mengetahui benar peristiwa-peristiwa yang mempunyai nilai jurnalistik. Wartawan televisi yang baik adalah seseorang yang mampu menjadi penyaji berita yang baik, dalam hal ini ia tidak saja dituntut untuk dapat menulis berita dengan baik dan benar namun ia juga dapat menyampaikan berita dengan ucapan kata-kata yang baik di depan kamera, lengkap dengan mimik dan ekspresi yang menunjang memiliki body languge .Reporter harus menguasai perasaan , suara dan hal psikis lainnya berkaitan dengan peristiwa atau kejadian saat dia melaporkan . selain itu hal yang tak kalah penting adalah kontak mata eye contact antara reporter dengan penonton harus tetap dijaga , karena ribuan bahkan jutaan penonton sedang menyaksikannya melalui layar televisi. Maka seorang televisi juga di tuntut untuk dapat menjadi seorang penyiar. Reporter adalah orang-orang yang terlatih di lapangan hal ini dapat terlihat dari cara menyelidiki dan mengumpulkan berita. Mereka mampu memperoleh informasi yang didapat di lapangan dan menggembangkanya kearah fakta yang akhirnya menjadi sebuah laporan yang dapat di terima penontonnya. Hasil akhirnya dalam penyiarannya adalah menjadi jelas, ringkas, dan terpercaya. Reporter harus memiliki kemampuan untuk menentukan sudut pandang atau menekankan pada peristiwa tertentu yang jauh lebih spesifik.jika mendengar narsumber langsung menuturkan kesaksian nya tentang suatu kejadian , khalayak mendapatkan kepusaan tersendiri. Hal tersebut adalah salah satu kelebihan televisi. Dalam menyusun berita elektronik , reporter dituntut untuk memiliki ketrampilan dalam mengkombinasikan fakta, uraian ,pendapat, dan penyajian pendapat yang relevan dari narasumbernya. Penyusunan kembali berita televisi haruslah hati – hati. Kombinasi antara fakta dan uraian serta pendapat dari narasumbetr harus disusun sedemikian rupa sehingga penonton tidak cepat bosan mendengar berita telvisi yang disajikan yang umumnya bersifat instan. Berkaiatan dengan penyampaian berita seorang reporter televisi harus mampu mengambil angle sudut pengambilan materi berita secara variatif bisa jadi dalam penyampaian berita penyusunannya mendahulukan pendapat narasumber yang langsung diuraikan oleh repoternya. Tapi pada kesempatan lain mungkin sebaliknya , uraian reporter didahulukan untuk kemudian disusul pendapat narasumber. Kepandaian menyusun naskah berita inilah yang menjadi tuntutan reporter televisi. J. B.Wahyudi, 2006 Hal yang tidak bisa ditinggalkan bagi seorang repoter adalah mengikuti perkembangan berita yang telah dilaporkan sebelumnya guna melaporkan perkembangan peristiwa tersebut serta menambahkan laporan.Sebaiknya reporter dispesialisasikan misalnya menjadi reporter politik, ekonomi, kesehatan, atau militer sehingga berita yang diliput akan jauh lebih vaiatif dan berbobot dibandingkan dengan hasil liputan reporter yang bersifat umum. wartawan televisi teerkadang meliput kawasan bergejolak , missal perang , kendala hal ini wartawan dituntut untuk pandai bermanuver untuk melewati berbagai situasi sulit untuk menemukan infomasi berharga. Reporter sebagai pencari informasi dari suatu kejadian yang akan ditayangkan di televisi, tidak hanya sekedar mencari berita, mengumpulkan berita, menulis berita serta mempublikasikannya, tetapi reporter juga harus dapat memiliki cara – cara khusus di dalam upaya untuk memperdalam dan memperluas informasi agar pekerjaan sebagai jurnalis televisi memiliki hasil dan nilai berita yang maksimal. Hal ini bersangkutan dengan kredibilitas seorang reporter maupun stasiun televisi. Cara khusus ini mengacu pada cara-cara atau strategi reporter guna mendapat informasi sebanyak mungkin dari sumber berita di lapangan, dengan cara mendengar, melihat, dan peka terhadap kejadian- kejadian yang sedang hangat di perbincangkan. Seorang reporter wajib memiliki koneksi dan jaringan sebanyak mungkin dengan masyarakat luas sebab hal ini adalah salah satu cara untuk mendapat bahan berita dari sumber berita yang tersebar di masyrakat umum. Reporter hendaknya mencakup semua lapisan masyrakat tidak hanya kalangan elit politik dan pejabat teras namun juga mencakup rakyat jelata atau masyarakat yang berada di strata bawah. Dengan adanya sumber informasi inilah yang memudahkan reporter untuk mendapatkan narasumber dan bahan berita serta informsi khusus mengenai agenda-agenda acara dan kegiatan yang dapat diangkat menjadi sebuah berita. Ada beberapa persyaratan kemampuan profesional yang perlu dikuasai oleh wartawan, yaitu : 1. Writing Competencies Kapasitas untuk melapokan secara akurat, jelas kredibel dan realibel. Kemampuan menulis naskah berita yang mudah dipahami oleh pembaca atau pemirsa. 2. Oral Performance Competencies Kemampuan menyampaikan pengertian, respon yang baik, secara percaya diri dan bertanggung jawab. Kemampuan wawancara memerlukan berbagai teknik dan metode ketika mewawancarai anak-anak, kelompok etnik. Korban kekerasan dan sebagainya. 3. Research and Investigative Competencies Kemampuan menyiapkan berbagai bahan, pengemabagan, akurasi kisah atau mengidentifikasi topik-topik potensial melalui sumber kepustakaan, referensi virtual on line dan catatan-catatan publik. 4. Broad-Based Knowledge Competencies Kemampuan memiliki pengetahuan dasar seperti ekonomi, statistik, matematika, sejarah, sains, perawatan kesehatan, bisnis, dan struktur pemerintahan. Dunia kewartawanan mensyaratkan proses belajar seumur hidup dan keluasan lintas disiplin. 5. Web Based competencies Kemampuan menguasai internet, e-mail, mailing list, newsgroup , dan pemberitan dalam format on the web . Khususnya pemberitaan yang bersifat breaking news and information , yang memiliki nilai otentisitas, akurasi, dan reliabilitas informasi on the web . 6. Audio Visual Competencies Kemampuan menggunakan peralatan seperti kamera 35 mm, kamera video, men- scan foto ke dalam computer, serta audio tape recorder. 7. Skill-Based Computer application Competencies Kemampuan mengaplikasikan komputer dalam kegiatan melaporkan pemberitaan, seperti Word Processing, pengembangan database terutama bagi investigative reports, dan aplikasi multimedia, termasuk Pagemaker, Quark Xpress, Printshop, dan sebagainya bagi kerja kewartawanan. 8. Ethics Competencies Kemampuan memahami tanggung jawab profesi, seperti ; kode etik, pertimbangan nlai-nilai etika, pelanggaran, dan plagiarisme. 9. Legal Competencies Kemampuan memahami ihwal undang-undang kebebasan berpendapat, seperti yang tercantum dalam The Freedom of Information Act FOIA, The First Amendment, hak cipta, dan sebagainya. Serta kaitannya dengan tugas-tugas profesi kewartawanan dan dampaknya terhadap masyarakat. 9. Career Competencies Kemampuan memahami dunia karir profesional di dalam jurnalisme. Kemampuan Bekerja di dalam menajemen pers, dan bersikap positif di dalam kerja peliputan . Septiawan Santana K, 2005 Salah satu prinsip teknik reportase saat bekeja di lapangan adalah dengan langkah wawancara. Prinsip dasar dari wawancara adalah pertemuan tatap muka. Wawancara melibatkan interkasi verbal antara dua orang atau lebih, tetapi biasanya diparkasai untuk maksud dan tujuan tertentu dan difokuskan pada masalah khusus. Dalam wawancara sangat berbeda denagn percakapan dengn teman. Pemwancara harus berusaha agar subyek tidak beralih pada masalah yang di bicarakan. Wawancara tatap muka adalah cara paling langsung untuk mendaptkan informasi dari seseorang. Dengan bertatap muka maka semua indera pewawancara dapat menyerap informasi, kata-kata, sekaligus penggambaran seseorang. Visi adalah pelengkap yang sangat penting dalam diskusi. Ada beberapa prinsip dasar dalam wawancara, yaitu : 1. Wawancara adalah sebuah konversasi atau perbincangan, dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan tujuan untuk mendapatkan informasi atas nama audience yang tidak nampak. Konversasi ini biasanaya berupa pertukaran informasi yang bisa menghasilkan suatu tingkat intelegensi yang tidak dapat dicapai apabila dilakukan sendiri. 2. Dalam wawancara, tidaklah berarti pewawancara banyak bicara, namun sebaliknya. Selanjutnya wartawan dianjurkan, dengan mata yang ditujukan pada kebutuhan dan kepentingan audience yang tidak nampak, mengajukan bernmacam pertanyaan yang akan menjawab pertanyaan audience . 3. Melalui sebuah wawancara, dianjurkan agar wartawan menjadi ahli setelah meneliti suatu topik dengan mendalam, sehingga subyek orang akan lebih berterus terang jika wartawan terbuka dan terus terang . Tahap-tahap wawancara, yaitu : 1. Wawancara tanpa tujuan jelas, akan membuat pembicaraan tidak memiliki arah tujuan wawancara harus diketahui oleha kedua pihak. 2. Lakukan riset latar belakang, pelajari kliping orang yang akan di wawancarai atau topik yang akan dibicarakan. Dalam wawancara, wartawan terkadang perlu mewawancarai banyak orang, seperti keluarga, teman, kolega bahkan saingan dari suyek yang diwawancarai. 3. Ajukan janji untuk wawancara. 4. Rencanakan strategi wawancara, susun pertanyaan menurut rencana yang anda ingin tanyakan. Apabila wartawan menemui subyek yang diwawancarai pendiam atau mengelak, carilah sedapatnya hobi, opini, minat, dan lainnya sehingga anda bisa bicarakan bersama dengan topik yang akan di bicarakan. 5. Temui responden, ulangi maksud dan tujuan wancara, gunakan komentar- komentar untuk mencairkan suasana. 6. Ajukan pertanyaan serius yang pertama, mulai denagn topic yang menguatkan ego orang akan di wawancarai . cipatkan suasana yang serasi dalam konversasi. 7. Lanjutkan menuju inti wawncara. 8. Ajukan pertayaan yang mendalam. 9. Ajukan petanyaan keras sensitive dan menyinggung bila perlu, siapkan pertanyaan tersebut untuk akhir wawancara. 10. Pulihkan bila perlu dampak dari pertanyaan keras tersebut, akhiri dan simpulkan wawancara. Dalam wawancara membutuhkan keberanian tersendiri karena akan bertemu dengan orang tidak dikenal dan berbicara dengan masalah yang tidak kita kuasai, tetapi dengan tidak mengajukan pertanyaan adalah lebih buruk dengan mengajukan banyak pertanyaan, wartawan akan beajar bukan hanya fakta dan opini yang akan disampaikan, tetapi juga akan menambah pengetahuan . Luwi Ishwara, 2006 Menjadi wartawan televisi harus memiliki mata elang hidung anjing pelacak dan telinga ayam . karena kerja jurnalistik adalah pemimpin masyarakat , pembimbing masyarakat , mampu mengendalikan publik sekligus menghasutnya. Sebagian tanjakan untuk ke arah itu , guna memperoleh dan menghsilkan tulisan diperlukan pengamatan yang lengkap dan tajam , tanpa indikasi oleh keinginan – keinginan pribadi , tanpa potensi tetentu yang hanya berupaya untuk keuntungan pribadi. Djujuk Juyoto ,Jurnalistik praktis sarana penggerak lapangan kerja raksasa,1985 wartawan penyiaran adalah : “… a newsperson who works for a radio or television ” “…seseorang yang bekerja untuk stasiun radio atau televisi.” Andrew Boyd, New York Press, 1994 , Jadi, maksudnya adalah seseorang yang membuat suatu karya yang akan disiarkan melalui media radio atau televisi. Maka jelas di sini, bahwa yang dimaksud dengan wartawan televisi adalah seseorang yang profesinya di bidang pemberitaan dan bekerja pada stasiun televisi reporter dan juru kamera yang hasil liputannnya akan disiarkan melalui media televisi. Stasiun televisi tidak dapat hanya menunggu berita yang datang . stasiun televisi harus mengejar berita dan untuk itu mereka harus memilki reporter televisi. Namun , selain berita stasiun televisi membutuhkan gambar sebagai pemenuhan akan sifat audio visual , maka dari itu dibutuhkan juru kamera selain reporter. Televisi memiliki keunggulan dibandingkan dengan media massa lainnya yakni pemirasa dapat melihat langsung melalui layar televisi suatu peristiwa atau kejadian yang sedang terjadi di sekitarnya maupun wilayah di belahan dunia lain karena berita yang dibacakan oleh penyiar didampingi dengan gambar. Tidak ada yang lebih buruk bagi seorang reporter televisi apabila saat kembali ke kantor tanpa membawa gambar yanag akan ditulisnya. Kredibilitas stasiun televisi akan hancur dalam sesaat ketika tim liputan tidak mampu memberikan informasi penting kepada pemirsa. Sumber suatu berita bagi stasiun televisi diantaranya adalah reporter dan juru kamera yang bertugas mencari dan mengumpulkan informasi serta menagmbil gambar di lapangan . beberapa stasiun televisi nasional indonesia mengirimkan wartawan ke beberpa pelosok daerah di nusantara untuk meliput kejadian dan peristiwa di daerah masing – masing . bahkan satsiun internasional menngrim reporter ke pelosok penjuru dunia. Reporter dan juru kamera dapat di jadikan sumber berita apabila repoter dan juru kamera melihat langsung suatu kejadian atau menjadi saksi mata bernilai berita. Pengalaman panjang di bidang jurnalistik akan membuat reporter dengan sendirinya lebih cepat memutuskan nilai berita dari suatu peristiwa.semakin berpengalaman , semakin pula sense of news yang dia miliki. Reporter dan juru kamera bertugas meliput peristiwa harus berdasarkan pekerjaan kepada prioritas kerja . prioritas kerja harus ditentukan terlebih dahuluagar waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan baik. Hasil peliputan reporter dan juru kamera selalu ditunggu oleh produser berita dan setiap reporter dan juru kamera terikat pada tenggat waktu dead line dalam menjalankan tugas di lapangan, sehingga para reporter dan juru kamera tidak dapat menggunakan waktu yang di berikan dengan bebas. Hal ini menjadi suatu tantangan tersendiri bagi seorang reporter dan juru kamera dimana pada waktu yang terbatas harus mampu menghasilkan berita yang berkualitas . Prioritas pengambilan gambar tergantung pada kesiapan materi, yang tersedia misalny kesediaan narasumber untuk diwawancarai, waktu tempuh menuju tempat Tempat Kejadian Perkara TKP. Apabila narasumber bersedia untuk diwawancarai , maka proses wawancara adalah sebuah elemen penting dalam liputan sebab pandangan narasumber akan memberikan arah kepada berita yang akan ditulis. Setelah wawancara usai , juru kamera mengambil gambar pendukung yakni gambar – gambar yang akan memperkuat pernyataan narasumber dan akan digunakan pada saat reporter mambacakan narasi. Pada bagian terakhir kegiatan peliputan berita , maka reporter melakukan laporan stand up di depan kamera. Reporter menulis naskah berita berdasarkan wawancara yang telah dilakuakn , setelah itu reporter menemui editor gambar untuk mengedit gambar disesuaikan denagan naskah berita yang telah dibuat. Beberapa stasiun televisi memiliki reporter di daerah yang mana mereka menjadi reporter sekaligus merangkap juru kamera, bisa disebut video jurnalis . dalam melakukan tugas liputan suatu kejadian atau peristiwa , maka menjadi suatu prioritas untuk mengambil gambar – gambar yang penting terlebih dahulu , setelah itu menemui narasumber yang bersedia diwawancari untuk mendapatkan keterangan dan informasi lebih lanjut mengenai kejadian tersebut. Hal ini berkaitan dengan sifat televisi sebagai media audio visual, selain itu video jurnalis bekerja merangkap antara wartawan televisi sekaligus juru kamera.

BAB III INSTANSI PERUSAHAAN