BAB II TINJAUAN PUSTAKA
REPORTER
Reporter televisi adalah wartawan televisi yang bertugas mencari data dan fakta dan menyusunnya dalam format tulisan berita televisi untuk
media di mana ia bekerja. Deddy Iskandar Muda, 2005. Reporter tidak seorang diri saat bekerja di lapangan , paling tidak ia
disertai oleh seorang juru kamera. Reporter televisi juga berfungsi sebagai produser untuk liputan yang ia lakukan. Ia memimpin liputan tersebut sehingga ia
harus dapat mengarahkan juru kamera tentang gambar apa yang ia butuhkan untuk melengkapi laporan beritanya. Efektifitas dan keberhasilan dari suatu
liputan berita stasiun televisi sebagian besar tegantung pada mereka yang bekerja di lapangan . ujung tombak dari suatu program berita stasiun televisi adalah tim
liputan . kerja sama yang baik menentukan kualitas berita yang di sampaikan . dalam melakukan pekerjaanya di lapangan , tim liputan berita akan mengerjakan
berbagai hal yang kesemuanya di sebut dengan kegiatan jurnalistik . Reporter
mendatangi langsung
tempat kejadianperistiwa,
lalu mengumpulkan fakta dan data seputar peristiwa tersebut. Fakta dan data yang
dikumpulkan harus memenuhi unsur-unsur berita 5W+1H yaitu
What
peristiwa apa,
Who
siapa yang terlibat dalam peristiwa itu,
Where
dimana kejadiannya,
When
kapan kejadiannya,
Why
mengapa peristiwa itu terjadi, dan
How
bagaimana proses kejadiannya.
Seorang reporter televisi dituntut untuk mampu melaporkan peristiwa yang tengah di liputnya di depan kamera . laporan langsung di
depan kamera ini di kenal dengan istilah
stand up
kamera , teknik ini dapat dilakukan dalam suatu laporan langsung
live
atau dalam paket berita yang telah di rekam dan diedit sebelumnya. Ada sejumlah alasan mengapa
reporter melakukan
stand up
kamera diantaranya menunjukan lokasi , pendalaman berita, keseimbangan berita, menunjukan cara , dan sebagai
penyambung Morissan M.A , 2008 Pada saat reporter melaporkan peristiwa, dia di lengkapi dengan
catatan kecil yang menjadi
pointer
kejadian yang harus dilaporkan, namun untuk penjelasan informasi dan narasinya harus improvisasi dari
sang reporter. Askurifai Baksin, 2006
Stand up bagi seorang reporter dimungkinkan karena adanya sistem ROSS yang berlaku dalam dunia jurnalistik televisi. Sistem ROSS
Hartoko , 1999 dalam buku jurnalistik televisi, dibedakan menjadi empat jenis:
1. reporter on the spot and on the screen
artinya seorang reporter sedang berada di lokasi kejadian ketika ditayangkan tampak dilayar televisi.
2. reporter on the spot but off the screen
artinya berada dilokasi kejadian namun tidak ditampilkan di layer televisi ketika berita disiarkan. Untuk itu juru kamera tidak harus mengambil gambar
reporter namun cukup dengan mengambil suara reporter.
3. reporter off the spot and on the screen
sistem ini tidak berada di lapangan tapi ketika berita disiarkan maka dia muncul dilayar. Dengan bantuan teknik
b
l
ue screen
maka nampak seolah reporter berada di lokasi kejadian .
4. reporter off the spot but off the the screen
reporter tidak berda di lokasi kejadian dan juga reporter tidak mencul di layar. Anchor akan membawa berita dan ketika unsur audio visualnya muncul maka
tidak ada reporter. Maka juru kamera tidak perlu mengambil gambar di lokasii peristiwa namun cukup mengambil dari perpustakaan audio visual , internet ,
CD, atau sumber lainnya.
Pada dasarnya reporter melakukan stand up, reporter dapat memberikan laporan secara lagsung ditempat kejadian, reporter dapat mmemberikan bukti
otentik kepada pemirsa , sehingga pemirsa dapat mempercayai reporter secara
penuh , selain itu aktualitas bernilai sebuah berita sangat dipertaruhkan saat melakukan reportase .
Seorang reporter televisi harus memahami ilmu jurnalistik di samping harus kreatif, dalam arti mengetahui benar peristiwa-peristiwa
yang mempunyai nilai jurnalistik. Wartawan televisi yang baik adalah seseorang yang mampu menjadi penyaji berita yang baik, dalam hal ini ia
tidak saja dituntut untuk dapat menulis berita dengan baik dan benar namun ia juga dapat menyampaikan berita dengan ucapan kata-kata yang
baik di depan kamera, lengkap dengan mimik dan ekspresi yang menunjang memiliki
body languge
.Reporter harus menguasai perasaan , suara dan hal psikis lainnya berkaitan dengan peristiwa atau kejadian saat
dia melaporkan . selain itu hal yang tak kalah penting adalah kontak mata eye contact antara reporter dengan penonton harus tetap dijaga , karena
ribuan bahkan jutaan penonton sedang menyaksikannya melalui layar televisi. Maka seorang televisi juga di tuntut untuk dapat menjadi seorang
penyiar. Reporter adalah orang-orang yang terlatih di lapangan hal ini dapat terlihat
dari cara menyelidiki dan mengumpulkan berita. Mereka mampu memperoleh informasi yang didapat di lapangan dan menggembangkanya kearah fakta yang
akhirnya menjadi sebuah laporan yang dapat di terima penontonnya. Hasil akhirnya dalam penyiarannya adalah menjadi jelas, ringkas, dan terpercaya.
Reporter harus memiliki kemampuan untuk menentukan sudut pandang atau menekankan pada peristiwa tertentu yang jauh lebih spesifik.jika mendengar
narsumber langsung menuturkan kesaksian nya tentang suatu kejadian , khalayak mendapatkan kepusaan tersendiri. Hal tersebut adalah salah satu kelebihan
televisi. Dalam menyusun berita elektronik , reporter dituntut untuk memiliki
ketrampilan dalam mengkombinasikan fakta, uraian ,pendapat, dan penyajian pendapat yang relevan dari narasumbernya. Penyusunan kembali berita televisi
haruslah hati – hati. Kombinasi antara fakta dan uraian serta pendapat dari narasumbetr harus disusun sedemikian rupa sehingga penonton tidak cepat bosan
mendengar berita telvisi yang disajikan yang umumnya bersifat instan. Berkaiatan dengan penyampaian berita seorang reporter televisi harus mampu mengambil
angle sudut pengambilan materi berita secara variatif bisa jadi dalam penyampaian berita penyusunannya mendahulukan pendapat narasumber yang
langsung diuraikan oleh repoternya. Tapi pada kesempatan lain mungkin sebaliknya , uraian reporter didahulukan untuk kemudian disusul pendapat
narasumber. Kepandaian menyusun naskah berita inilah yang menjadi tuntutan reporter televisi. J. B.Wahyudi, 2006
Hal yang tidak bisa ditinggalkan bagi seorang repoter adalah mengikuti perkembangan berita yang telah dilaporkan sebelumnya guna melaporkan
perkembangan peristiwa tersebut serta menambahkan laporan.Sebaiknya reporter dispesialisasikan misalnya menjadi reporter politik, ekonomi, kesehatan, atau
militer sehingga berita yang diliput akan jauh lebih vaiatif dan berbobot dibandingkan dengan hasil liputan reporter yang bersifat umum. wartawan
televisi teerkadang meliput kawasan bergejolak , missal perang , kendala hal ini wartawan dituntut untuk pandai bermanuver untuk melewati berbagai situasi sulit
untuk menemukan infomasi berharga. Reporter sebagai pencari informasi dari suatu kejadian yang akan
ditayangkan di televisi, tidak hanya sekedar mencari berita, mengumpulkan berita, menulis berita serta mempublikasikannya, tetapi reporter juga harus dapat
memiliki cara – cara khusus di dalam upaya untuk memperdalam dan
memperluas informasi agar pekerjaan sebagai jurnalis televisi memiliki hasil dan nilai berita yang maksimal. Hal ini bersangkutan dengan kredibilitas seorang
reporter maupun stasiun televisi. Cara khusus ini mengacu pada cara-cara atau strategi reporter guna mendapat informasi sebanyak mungkin dari sumber berita
di lapangan, dengan cara mendengar, melihat, dan peka terhadap kejadian- kejadian yang sedang hangat di perbincangkan. Seorang reporter wajib memiliki
koneksi dan jaringan sebanyak mungkin dengan masyarakat luas sebab hal ini adalah salah satu cara untuk mendapat bahan berita dari sumber berita yang
tersebar di masyrakat umum. Reporter hendaknya mencakup semua lapisan masyrakat tidak hanya kalangan elit politik dan pejabat teras namun juga
mencakup rakyat jelata atau masyarakat yang berada di strata bawah. Dengan adanya sumber informasi inilah yang memudahkan reporter untuk mendapatkan
narasumber dan bahan berita serta informsi khusus mengenai agenda-agenda acara dan kegiatan yang dapat diangkat menjadi sebuah berita.
Ada beberapa persyaratan kemampuan profesional yang perlu dikuasai oleh wartawan, yaitu :
1.
Writing Competencies
Kapasitas untuk melapokan secara akurat, jelas kredibel dan realibel. Kemampuan menulis naskah berita yang mudah dipahami oleh pembaca atau pemirsa.
2.
Oral Performance Competencies
Kemampuan menyampaikan pengertian, respon yang baik, secara percaya diri dan bertanggung jawab. Kemampuan wawancara memerlukan berbagai teknik dan
metode ketika mewawancarai anak-anak, kelompok etnik. Korban kekerasan dan sebagainya.
3.
Research and Investigative Competencies
Kemampuan menyiapkan berbagai bahan, pengemabagan, akurasi kisah atau mengidentifikasi topik-topik potensial melalui sumber kepustakaan, referensi
virtual on line
dan catatan-catatan publik. 4.
Broad-Based Knowledge Competencies
Kemampuan memiliki pengetahuan dasar seperti ekonomi, statistik, matematika, sejarah, sains, perawatan kesehatan, bisnis, dan struktur pemerintahan. Dunia
kewartawanan mensyaratkan proses belajar seumur hidup dan keluasan lintas disiplin.
5.
Web Based competencies
Kemampuan menguasai internet,
e-mail, mailing list, newsgroup
, dan pemberitan dalam format
on the web
. Khususnya pemberitaan yang bersifat
breaking news and information
, yang memiliki nilai otentisitas, akurasi, dan reliabilitas informasi
on the web
. 6.
Audio Visual Competencies
Kemampuan menggunakan peralatan seperti kamera 35 mm, kamera video, men-
scan
foto ke dalam computer, serta audio
tape recorder.
7. Skill-Based Computer application Competencies Kemampuan mengaplikasikan komputer dalam kegiatan melaporkan pemberitaan,
seperti Word Processing, pengembangan database terutama bagi investigative reports, dan aplikasi multimedia, termasuk Pagemaker, Quark Xpress, Printshop,
dan sebagainya bagi kerja kewartawanan. 8.
Ethics Competencies
Kemampuan memahami tanggung jawab profesi, seperti ; kode etik, pertimbangan nlai-nilai etika, pelanggaran, dan plagiarisme.
9.
Legal Competencies
Kemampuan memahami ihwal undang-undang kebebasan berpendapat, seperti yang tercantum dalam The Freedom of Information Act FOIA, The First
Amendment, hak cipta, dan sebagainya. Serta kaitannya dengan tugas-tugas profesi kewartawanan dan dampaknya terhadap masyarakat.
9.
Career Competencies
Kemampuan memahami dunia karir profesional di dalam jurnalisme. Kemampuan Bekerja di dalam menajemen pers, dan bersikap positif di dalam kerja peliputan .
Septiawan Santana K, 2005
Salah satu prinsip teknik reportase saat bekeja di lapangan adalah dengan langkah wawancara. Prinsip dasar dari wawancara adalah pertemuan tatap muka.
Wawancara melibatkan interkasi verbal antara dua orang atau lebih, tetapi biasanya diparkasai untuk maksud dan tujuan tertentu dan difokuskan pada
masalah khusus. Dalam wawancara sangat berbeda denagn percakapan dengn teman. Pemwancara harus berusaha agar subyek tidak beralih pada masalah yang
di bicarakan. Wawancara tatap muka adalah cara paling langsung untuk mendaptkan informasi dari seseorang. Dengan bertatap muka maka semua indera
pewawancara dapat menyerap informasi, kata-kata, sekaligus penggambaran seseorang. Visi adalah pelengkap yang sangat penting dalam diskusi.
Ada beberapa prinsip dasar dalam wawancara, yaitu :
1. Wawancara adalah sebuah konversasi atau perbincangan, dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan tujuan untuk mendapatkan informasi atas nama
audience
yang tidak nampak. Konversasi ini biasanaya berupa pertukaran informasi yang bisa menghasilkan suatu tingkat intelegensi yang tidak dapat dicapai apabila
dilakukan sendiri. 2. Dalam wawancara, tidaklah berarti pewawancara banyak bicara, namun
sebaliknya. Selanjutnya wartawan dianjurkan, dengan mata yang ditujukan pada kebutuhan dan kepentingan
audience
yang tidak nampak, mengajukan bernmacam pertanyaan yang akan menjawab pertanyaan
audience
. 3. Melalui sebuah wawancara, dianjurkan agar wartawan menjadi ahli setelah
meneliti suatu topik dengan mendalam, sehingga subyek orang akan lebih berterus terang jika wartawan terbuka dan terus terang .
Tahap-tahap wawancara, yaitu :
1. Wawancara tanpa tujuan jelas, akan membuat pembicaraan tidak memiliki
arah tujuan wawancara harus diketahui oleha kedua pihak. 2.
Lakukan riset latar belakang, pelajari kliping orang yang akan di wawancarai atau topik yang akan dibicarakan. Dalam wawancara,
wartawan terkadang perlu mewawancarai banyak orang, seperti keluarga, teman, kolega bahkan saingan dari suyek yang diwawancarai.
3. Ajukan janji untuk wawancara.
4. Rencanakan strategi wawancara, susun pertanyaan menurut rencana yang
anda ingin tanyakan. Apabila wartawan menemui subyek yang diwawancarai pendiam atau mengelak, carilah sedapatnya hobi, opini,
minat, dan lainnya sehingga anda bisa bicarakan bersama dengan topik yang akan di bicarakan.
5. Temui responden, ulangi maksud dan tujuan wancara, gunakan komentar-
komentar untuk mencairkan suasana. 6.
Ajukan pertanyaan serius yang pertama, mulai denagn topic yang menguatkan ego orang akan di wawancarai . cipatkan suasana yang serasi
dalam konversasi.
7. Lanjutkan menuju inti wawncara.
8. Ajukan pertayaan yang mendalam.
9. Ajukan petanyaan keras
sensitive
dan menyinggung bila perlu, siapkan pertanyaan tersebut untuk akhir wawancara.
10. Pulihkan bila perlu dampak dari pertanyaan keras tersebut, akhiri dan
simpulkan wawancara. Dalam wawancara membutuhkan keberanian tersendiri karena akan bertemu dengan orang tidak dikenal dan berbicara
dengan masalah yang tidak kita kuasai, tetapi dengan tidak mengajukan pertanyaan adalah lebih buruk dengan mengajukan banyak pertanyaan,
wartawan akan beajar bukan hanya fakta dan opini yang akan disampaikan, tetapi juga akan menambah pengetahuan .
Luwi Ishwara, 2006 Menjadi wartawan televisi harus memiliki mata elang hidung anjing pelacak
dan telinga ayam . karena kerja jurnalistik adalah pemimpin masyarakat , pembimbing masyarakat , mampu mengendalikan publik sekligus menghasutnya.
Sebagian tanjakan untuk ke arah itu , guna memperoleh dan menghsilkan tulisan diperlukan pengamatan yang lengkap dan tajam , tanpa indikasi oleh keinginan –
keinginan pribadi , tanpa potensi tetentu yang hanya berupaya untuk keuntungan pribadi. Djujuk Juyoto ,Jurnalistik praktis sarana penggerak lapangan kerja
raksasa,1985 wartawan penyiaran adalah :
“…
a newsperson who works for a radio or television
” “…seseorang yang bekerja untuk stasiun radio atau televisi.”
Andrew Boyd, New York Press, 1994
, Jadi, maksudnya adalah seseorang yang membuat suatu karya yang
akan disiarkan melalui media radio atau televisi. Maka jelas di sini, bahwa yang dimaksud dengan wartawan televisi adalah seseorang yang
profesinya di bidang pemberitaan dan bekerja pada stasiun televisi reporter dan juru kamera yang hasil liputannnya akan disiarkan melalui
media televisi. Stasiun televisi tidak dapat hanya menunggu berita yang datang . stasiun
televisi harus mengejar berita dan untuk itu mereka harus memilki reporter televisi. Namun , selain berita stasiun televisi membutuhkan gambar sebagai
pemenuhan akan sifat audio visual , maka dari itu dibutuhkan juru kamera selain reporter. Televisi memiliki keunggulan dibandingkan dengan media massa
lainnya yakni pemirasa dapat melihat langsung melalui layar televisi suatu peristiwa atau kejadian yang sedang terjadi di sekitarnya maupun wilayah di
belahan dunia lain karena berita yang dibacakan oleh penyiar didampingi dengan gambar. Tidak ada yang lebih buruk bagi seorang reporter televisi apabila saat
kembali ke kantor tanpa membawa gambar yanag akan ditulisnya. Kredibilitas stasiun televisi akan hancur dalam sesaat ketika tim liputan tidak mampu
memberikan informasi penting kepada pemirsa. Sumber suatu berita bagi stasiun televisi diantaranya adalah reporter dan
juru kamera yang bertugas mencari dan mengumpulkan informasi serta menagmbil gambar di lapangan . beberapa stasiun televisi nasional indonesia
mengirimkan wartawan ke beberpa pelosok daerah di nusantara untuk meliput kejadian dan peristiwa di daerah masing – masing . bahkan satsiun internasional
menngrim reporter ke pelosok penjuru dunia. Reporter dan juru kamera dapat di jadikan sumber berita apabila repoter dan juru kamera melihat langsung suatu
kejadian atau menjadi saksi mata bernilai berita. Pengalaman panjang di bidang jurnalistik akan membuat reporter dengan sendirinya lebih cepat memutuskan
nilai berita dari suatu peristiwa.semakin berpengalaman , semakin pula
sense of news
yang dia miliki. Reporter dan juru kamera bertugas meliput peristiwa harus berdasarkan
pekerjaan kepada prioritas kerja . prioritas kerja harus ditentukan terlebih dahuluagar waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan baik. Hasil peliputan
reporter dan juru kamera selalu ditunggu oleh produser berita dan setiap reporter dan juru kamera terikat pada tenggat waktu
dead line
dalam menjalankan tugas di lapangan, sehingga para reporter dan juru kamera tidak dapat menggunakan
waktu yang di berikan dengan bebas. Hal ini menjadi suatu tantangan tersendiri bagi seorang reporter dan juru kamera dimana pada waktu yang terbatas harus
mampu menghasilkan berita yang berkualitas . Prioritas pengambilan gambar tergantung pada kesiapan materi, yang tersedia
misalny kesediaan narasumber untuk diwawancarai, waktu tempuh menuju tempat Tempat Kejadian Perkara TKP. Apabila narasumber bersedia untuk
diwawancarai , maka proses wawancara adalah sebuah elemen penting dalam liputan sebab pandangan narasumber akan memberikan arah kepada berita yang
akan ditulis. Setelah wawancara usai , juru kamera mengambil gambar pendukung yakni gambar – gambar yang akan memperkuat pernyataan narasumber dan akan
digunakan pada saat reporter mambacakan narasi. Pada bagian terakhir kegiatan peliputan berita , maka reporter melakukan laporan
stand up
di depan kamera. Reporter menulis naskah berita berdasarkan wawancara yang telah
dilakuakn , setelah itu reporter menemui editor gambar untuk mengedit gambar disesuaikan denagan naskah berita yang telah dibuat. Beberapa stasiun televisi
memiliki reporter di daerah yang mana mereka menjadi reporter sekaligus merangkap juru kamera, bisa disebut
video jurnalis
. dalam melakukan tugas liputan suatu kejadian atau peristiwa , maka menjadi suatu prioritas untuk
mengambil gambar – gambar yang penting terlebih dahulu , setelah itu menemui narasumber yang bersedia diwawancari untuk mendapatkan keterangan dan
informasi lebih lanjut mengenai kejadian tersebut. Hal ini berkaitan dengan sifat televisi sebagai media audio visual, selain itu
video jurnalis
bekerja merangkap antara wartawan televisi sekaligus juru kamera.
BAB III INSTANSI PERUSAHAAN