Metode Program peningkatan cakupan test HIV, inisiasi dini ART.

4 PERTEMUAN NASIONAL AIDS V, 25-29 OKTOBER 2015, MAKASAR-INDONESIA Berisiko Tinggi di Kota Denpasar, 2014-2015’. Tujuan Tujuan umum dari program ini adalah untuk meningkatkan cakupan tes HIV dan mempertahankan kelangsungan minum ART pada populasi lelaki berisiko tinggi. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk: 1. Meningkatkan cakupan tes HIV pada kelompok lelaki berisiko tinggi. 2. Meningkatkan jumlah Odha yang diberikan inisiasi dini ART. 3. Mempertahankan kelangsungan Odha yang minum ART.

C. Metode

Berikutnya akan diuraikan metode atau kegiatan operasional yang dipergunakan dalam mencapai tujuan program intervensi ini adalah sebagai berikut: Strategi I: Meningkatkan penemuan penduduk risiko tinggi untuk mengikuti tes HIV. 1. Membentuk Tim SUFA. Sebagai awal kegiatan maka akan dibentuk Tim SUFA. Pembentukan Tim SUFA akan dimotori oleh empat orang yang terlibat langsung dalam workshop di Jakarta. Jumlah anggota akan disesuaikan dengan kebutuhan, yaitu 5-10 orang. Selain empat orang di atas maka anggota lainnya dipilih dari peserta workshop di Kuta, Badung. Tim SUFA akan diajukan kepada Bapak Walikota Denpasar untuk dibuatkan surat keputusan. 2. Melakukan sosialisasi program SUFA dengan pemangku kepentingan. Tim SUFA menyelenggarakan pertemuan dengan pemangku kepentingan guna memberikan sosialisasi rencana kegiatan SUFA di Kota Denpasar. Pemangku kepentingan yang dilibatkan adalah puskesmas, Dias Kesehatan Kota Denpasar, KPA Kota Denpasar, LSM dan institusi lainnya yang terkait. 5 PERTEMUAN NASIONAL AIDS V, 25-29 OKTOBER 2015, MAKASAR-INDONESIA 3. Melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat di tingkat kecamatan. Pertemuan dengan tokoh masyarakat dilakukan di tingkat kecamatan sekali untuk setiap kecamatan. Melalui pertemuan ini dilakukan sosialisasi program LKB dan SUFA dalam menurunkan kejadian infeksi HIV. 4. Melakukan sosialisasi dengan petugas penjangkau lapangan PL. Pertemuan dengan semua PL yang ada di Kota Denpasar untuk memberikan sosialisasi program intervensi dalam meningkatkan tes HIV, inisiasi dini pemberian ART dan mempertahankan kelangsungan minum obat. Dalam pertemuan ini dapat disepakati sistem kerja dalam melakukan penjangkauan populasi berisiko tinggi, khususnya LBT, untuk dirujuk ke klinik VCT, inisiasi ART bagi Odha dan dampingan untuk memelihara kepatuhan minum ARV. Penjangkau lapangan PL adalah staf LSM atau institusi yang mempunyai tugas utama di lapangan untuk menjangkau penduduk sasaran dalam upaya penanggulangan HIVAIDS berupa penyuluhan dan pendampingan untuk perubahan perilaku serta merujuk penduduk sasaran yang bermasalah ke klinik. 5. Melakukan sosialisasi dengan petugas fasilitas layanan kesehatan. Pertemuan dengan fasilitas layanan kesehatan fasyankes primer dan sekunder di Kota Denpasar guna sosialisasi layanan peningkatan tes HIV, inisiasi dini layanan ART dan pendampingan untuk mempertahankan minum ARV bagi Odha. Fasilitas pelayanan kesehatan fasyankes di Kota Denpasar berjenjang mulai dari primer adalah puskesmas se wilayah Kota Denpasar, sekunder adalah RSU Wangaya dan tersier adalah RSUP Sanglah. 6. Melakukan rujukan LBT ke klinik VCT. Lelaki berisiko tinggi yang ditemukan dan dijangkau oleh PL diharapkan mau dirujuk ke klinik VCT untuk melakukan tes HIV. Yang dimaksud dengan LBT adalah lelaki yang mempunyai perilaku memudahkan penularan HIVAIDS, seperti 6 PERTEMUAN NASIONAL AIDS V, 25-29 OKTOBER 2015, MAKASAR-INDONESIA pemakai narkoba suntik dan melakukan hubungan seks yang tidak aman. Dalam program intervensi ini maka yang dimasukkan ke dalam kelompok LBT adalah lelaki yang mempunyai mobilitas tinggi sopir, ABK, tenaga kerja migran, pelanggan PSP, pemakai narkoba suntik dan lelaki suka seks dengan lelaki LSL. Target jumlah LBT yang dirujuk selama setahun adalah 570 orang. Dengan meningkatnya klien yang dirujuk ke klinik VCT secara individual, maka beban konselor akan bertambah sehingga diperlukan bantuan dari seorang konselor lagi. 7. Melakukan pertemuan kader peduli AIDS. Pertemuan sosialisasi dengan kader desa peduli aids KDPA akan dilakukan setiap dua bulan sekali guna mengenalkan adanya program penanggulangan HIV melalui SUFA. Pertemuan dilakukan setiap dua bulan sekali yang diikuti oleh 25 orang setiap pertemuan. Strategi 2: Mempertahankan Odha minum ART. 8. Melakukan rujukan odha ke fasyankes. Dua puluh orang Odha baru yang ditemukan dan Odha lama yang belum mengkonsumsi ART setiap bulan akan dirujuk oleh PL ke fasyankes untuk inisiasi pemberian ART. 9. Memberikan dampingan Odha untuk minum ARV. Pada awalnya 50 dari 20 Odha baru yang dirujuk bersedia minum obat secara dini. Selama minum ART didampingi oleh PL untuk memelihara kepatuhannya minum obat ARV. Penjangkau lapangan termasuk mendampingi Odha mengingatkan minum obat ARV dan antisipasi timbulnya efek samping. Jumlah Odha yang bersedia minum ART setiap bulan mengalami kenaikan setiap bulannya sampai mencapai 20 Odha perbulan. Dalam setahun akan didampingi 182 Odha. 7 PERTEMUAN NASIONAL AIDS V, 25-29 OKTOBER 2015, MAKASAR-INDONESIA

D. Pelaksanaan dan hasil