Efektifitas Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Peningkatan Produksi ASI Di Klinik Bersalin Mariani

(1)

EFEKTIFITAS INISIASI MENYUSU DINI (IMD) TERHADAP

PENINGKATAN PRODUKSI ASI DI KLINIK BERSALIN

MARIANI

SKRIPSI

Oleh

Sri Yuni Fitria 061101004

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Departemen Pendidikan Nasional Universitas Sumatera Utara

Fakultas Keperawatan

Jl. Prof. Ma’as No. 3 Medan – 20155 Tlpn. (061) 8213318

Nama : Sri Yuni Fitria

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SIDANG SKRIPSI

Nim : 061101004

Judul Penelitian : efektifitas inisiasi menyusu dini terhadap peningkatan produksi ASI di klinik bersalin Mariani

Telah memenuhi persyaratan penulisan skripsi sesuai Pedoman Penulisan Proposal Skripsi Mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Sumatera Utara tahun 2010 dan dapat melakukan ujian sidang skripsi.

Medan, 04 Juni 2010 Pembimbing Penelitian

(Nur Afi Darti, S.Kep, M.Kep) NIP. 19710312200003200


(3)

Prakata

Segala puji kepada Allah SWT atas segala Rahmat dan HidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Efektifitas Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap peningkatan produksi ASI di Klinik Bersalin Mariani.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Inisiasi Menyusu Dini (IMD) efektif terhadap peningkatan produksi ASI di klinik bersalin Mariani. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan sarjana Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, yaitu:

1. dr. Dedi Ardinata, M.kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Erniyati, SKp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakutas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Nur Afi Darti, Skep, M.Kep selaku Dosen Pembimbing dalam Penyusunan Skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaikan skripsi ini

4. Ibu Siti Saidah, M.Kep selaku Penguji I 5. Ibu Nur Asiah, S. kep, Ns selaku Penguji II


(4)

6. Ibu Mariani, AMKeb selaku Kepala Klinik Bersalin Mariani yang telah memberikan izin penelitian di klinik bersalin Mariani

7. Kak Santi (perawat di klinik bersalin Mariani) yang telah memberikan bantuan pada penelitian

8. Teristimewa untuk keluarga tercinta bapak Azwar, ibu Ermawati, Dwita Novera (kakak), Lili Suryani (adik), Dodi Azra (adik), yang telah memberikan dukungan dan doa yang tiada hentinya

9. Terkhusus untuk orang yang spesial Julius Putra Brata yang telah memberikan bantuan dan motivasi

10. Sahabat-sahabat di fakultas keperawatan Ani, Husna, Ito, Zuli, Desi dan rekan seperjuangan di tempat penelitian Astika, Elyn, Anna yang telah memberikan dukungan, bantuan dan partisipasinya

11.Sahabat-sahabat di kos Lisna, Nana, Agnes, Widya, Ira yang telah memberikan pengertian serta semangat dan yang tidak terlupakan kak Ijah yang telah membantu dalam pengolahan data

Penulis juga sangat menyadari bahwa dalam penulisan dan isi dari skripsi ini masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan dan tanggapan dari pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Juni 2010


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Halaman Lembar Persetujuan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar tabel ... vii

Daftar Skema ... viii

Abstrak ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. pertanyaan Penelitian ... 4

3. tujuan Penelitian ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep ASI ... 6

1.1. Definisi ASI ... 6

1.2. Manfaat ASI ... 6

1.3. Fisiologi Laktasi ... 10

1.4. Produksi ASI ... 11

1.5. Komposisi ASI ... 15

1.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laktasi ... 19

2. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ... 24

2.1. Definisi IMD ... 24

2.2. Manfaat (IMD) bagi bayi dan ibu ... 25

2.3. Tatalaksana IMD ... 28

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual ... 38

2. Defenisi Operasional ... 32

3. Hipotesa ... 32

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 33

2. Populasi dan Sampel ... 33

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

4. Pertimbangan Etik ... 34

5. Instrumen Penelitian ... 35

6. Pengumpulan Data ... 35


(6)

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian ... .. 38 1.1Karakteristik responden ... 38 1.2Perbedaan produksi ASI pada hari pertama, kedua, dan ketiga

Pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol... 41 2. Pembahasan ... .. 50

2.1. karakteristik responden... 57 2.2. Perbedaan produksi ASI pada hari pertama, kedua, dan

Ketiga pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol... 58

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan ... 54 2. Saran... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

LAMPIRAN:

1. Lembar Surat Pengambilan Data dari Fakultas Keperawatan 2. Lembar Surat Pemberian Izin Pengambilan Data di Klinik Bersalin

Mariani

3. Formulir Persetujuan Menjadi Responden 4. Kuesioner Data Demografi

5. Lembar Observasi produksi ASI 6. Analisa Data

7. Jadwal Tentatif Penelitian 8. Taksasi Dana

9. Daftar Riwayat Hidup CURICULUM VITAE


(7)

Daftar Tabel

Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik responden ... 40 Tabel 2. Distribusi mean score kelompok kontrol dan kelompok

Intervensi pada hari pertama di Klinik Bersalain Mariani... 48 Tabel 3.Distribusi gambaran produksi ASI hari pertama pada kelompok

kontrol dan kelompok intervensi di Klinik Bersalin Mariani... 50 Tabel 4.Distribusi mean score kelompok kontrol dan kelompok

Intervensi pada hari kedua di Klinik Bersalain Mariani... 51 Tabel 5 Distribusi gambaran produksi ASI hari pertama pada kelompok

kontrol dan kelompok intervensi di Klinik Bersalin Mariani... 52 Tabel 6.Distribusi mean score kelompok kontrol dan kelompok

Intervensi pada hari pertama di Klinik Bersalain Mariani... 53 Tabel 7.Distribusi gambaran produksi ASI hari pertama pada kelompok


(8)

Tabel Skema

Skema1. Kerangka konsep penelelitian efektifitas Inisiasi Menyusu Dini terhadap peningkatan ASI di klinik bersalinMariani

... 38


(9)

Judul : Efektifitas Inisiasi Menyusu Dini terhadap peningkatan produksi ASI klinik bersalin Mariani

Penulis : Sri Yuni Fitria Fakultas : Keperawatan Tahun : 2009-2010

ABSTRAK

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit ibu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektititas inisiasi menyusu dini terhadap peningkatan produksi ASI di klinik bersalin Mariani pada tanggal 21 Januari sampai dengan 26 Februari 2010. Dengan melihat produksi ASI dari lama tidur bayi, frekuensi BAB bayi, frekuensi BAK bayi,frekuensi menyusui dan kondisi payudara. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi ekperimen dengan uji statistik independent t test. Jumlah responden yang terlibat adalah 14 orang ibu yang melahirkan secara normal, 7 orang dilakukan IMD dan 7 orang tidak dilakukan IMD. Dari hasil penelitian dilakukan perhitungan statistik independent t test kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada hari pertama tidakk terdapat perbedaan dilihat dari frekuensi menyusui t hitung pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada frekuensi menyusui 0,277 nilai ini lebih kecil dari t tabel hitung dengan df=12 dan level signifikan 0,786 & 0,786. Pada hari kedua terdapat perbedaan produksi ASI antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Pada hari ketiga tidak terdapat perbedaan produksi ASI antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi di lihat dari kondisi payudara, t hitung pada kelompok intervensi dan kontrol pada kondisi payudara 1,549 nilai ini lebih kecil dari tabel t hitung dengan df=12 dan level signifikan 0,147 & 0,172. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan produksi ASI pada hari pertama dan ketiga dilihat dari frekuensi menyusui dan kondisi payudara. Sedangkan pada hari kedua terdapat perbedaan produksi ASI antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi dilihat dari lama tidur bayi, frekuensi BAB bayi, frekuensi BAK bayi,frekuensi menyusui dan kondisi payudara di Klinik Bersalin Mariani. Pada penelitian ini belum menganalisa sejauhmana hubungan karakteristik responden dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI


(10)

Judul : Efektifitas Inisiasi Menyusu Dini terhadap peningkatan produksi ASI klinik bersalin Mariani

Penulis : Sri Yuni Fitria Fakultas : Keperawatan Tahun : 2009-2010

ABSTRAK

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit ibu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektititas inisiasi menyusu dini terhadap peningkatan produksi ASI di klinik bersalin Mariani pada tanggal 21 Januari sampai dengan 26 Februari 2010. Dengan melihat produksi ASI dari lama tidur bayi, frekuensi BAB bayi, frekuensi BAK bayi,frekuensi menyusui dan kondisi payudara. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi ekperimen dengan uji statistik independent t test. Jumlah responden yang terlibat adalah 14 orang ibu yang melahirkan secara normal, 7 orang dilakukan IMD dan 7 orang tidak dilakukan IMD. Dari hasil penelitian dilakukan perhitungan statistik independent t test kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada hari pertama tidakk terdapat perbedaan dilihat dari frekuensi menyusui t hitung pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada frekuensi menyusui 0,277 nilai ini lebih kecil dari t tabel hitung dengan df=12 dan level signifikan 0,786 & 0,786. Pada hari kedua terdapat perbedaan produksi ASI antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Pada hari ketiga tidak terdapat perbedaan produksi ASI antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi di lihat dari kondisi payudara, t hitung pada kelompok intervensi dan kontrol pada kondisi payudara 1,549 nilai ini lebih kecil dari tabel t hitung dengan df=12 dan level signifikan 0,147 & 0,172. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan produksi ASI pada hari pertama dan ketiga dilihat dari frekuensi menyusui dan kondisi payudara. Sedangkan pada hari kedua terdapat perbedaan produksi ASI antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi dilihat dari lama tidur bayi, frekuensi BAB bayi, frekuensi BAK bayi,frekuensi menyusui dan kondisi payudara di Klinik Bersalin Mariani. Pada penelitian ini belum menganalisa sejauhmana hubungan karakteristik responden dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian air susu ibu (ASI) sejak usia dini, terutama pemberian ASI Eksklusif, yaitu pemberian hanya ASI kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan.

Bagi bayi ASI merupakan makanan yang paling sempurna, karena kandungan gizi sesuai kebutuhan, untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Salah satu langkah dalam mensukseskan pemberian ASI Eksklusif adalah dengan melakukan Inisiasi Menyusu Dini. Meski tertinggal belasan tahun dari negara maju, beberapa tahun terakhir ini Indonesia gencar mempromosikan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Inisiasi Menyusu Dini (IMD) masih merupakan informasi baru dalam kampanye ASI di Indonesia. Bagi sebagian orang, IMD masih belum cukup populer, bahkan dianggap sulit (Rahidian, 2008)

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit ibu. Bayi dibiarkan setidaknya selama satu jam di dada ibu, sampai dia menyusu sendiri (Roesli, 2007).


(12)

Cara inisiasi menyusu dini di atas dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara (Roesli, 2007). Istilah ini telah diperkenalkan sejak 1987 meskipun dalam banyak publikasi tidak disebutkan secara jelas mengenai

breast crawl (Roesli, 2007).

Edmond, dkk (2006) dari Inggris mengadakan penelitian terhadap 10.974 bayi di Ghana yang lahir antara bulan Juli 2003 hingga Juni 2004 dan disusui. Dari penelitian mereka seperti yang dimuat jurnal Pediatrics Maret 2006, ditemukan bahwa 22% kematian bayi di bawah usia 28 hari, dapat dicegah dengan memberikan ASI segera setelah lahir, dan 16% bila bayi disusui sejak hari pertama kehidupannya. Bahkan inisiasi menyusui yang terlambat (setelah hari pertama) meningkatkan risiko kematian 2,4 kali (Depkominfo RI, 2007).

Penelitian yang dilakukan Jones dkk (2003) menemukan bahwa kematian bayi baru lahir dapat dihindarkan yaitu sebanyak 41% bayi baru lahir dengan melakukan inisiasi menyusu dini 22%, pemberian ASI eklusif, pamberian makanan pendamping ASI saat 6 bulan 13%, dan 6% dengan memberikan makanan pendamping ASI dari makanan keluarga berbahan alami/ home mode (Depkominfo RI, 2007).

Di Indonesia saat ini angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 35 tiap 1.000 kelahiran hidup, itu artinya dalam satu tahun sekitar 175.000 bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun. Angka kematian Balita Indonesia (The Word Health Report 2005) adalah 46/1000 kelahiran hidup 430 balita meninggal / hari setiap hari yang berarti terdapat 1 balita meninggal setiap 2 ½ menit (Rahadian, 2008).


(13)

Survey terbaru menemukan bahwa 35 anak dari setiap 1.000 kelahiran meninggal sebelum ulang tahun pertamanya. Untuk itu, inisiasi menyusu dini merupakan salah satu cara untuk menurunkan kematian bayi dan mencapai tujuan pembangunan milinium (MDG) Indonesia (Depkominfo RI, 2007).

Penelitian yang mengaitkan antara IMD dengan kesuksesan ASI ekslusif, antara lain dilakukan Fika dan Syafiq (1978), yang menyatakan bahwa bayi yang diberi kesempatan menyusu dini, dengan meletakkan bayi sampai terjadi kontak kulit ke kulit ibu setidaknya selama 1 jam, hasilnya dua kali lebih lama disusui. Pada usia enam bulan dan setahun, bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini, hasilnya 59% dan 38%, sedangkan bayi yang tidak diberi kesempatan menyusu dini, pada umur yang sama tinggal 29% dan 8% yang masih disusui (Lestari, 2003).

Hasil yang sama didapatkan oleh MC. Loong yang mengadakan penelitian di Pak Oi Hospital Hongkong tahun 1996, yang memberikan konklusi bahwa ‘menyusui’ memperlihatkan tanda-tanda kesuksesan yang lebih tinggi pada kelompok menyusu dini (early breastfeeding) dibanding yang tidak menyusu dini (late breastfeeding) (Loong et al, 1999).

Utami memaparkan (2007), IMD yang dilakukan oleh ibu, pada kesempatan satu jam pertama paska bayi lahir, akan melatih bayi secara naluriah menemukan sendiri puting susu ibunya. Satu jam pertama setalah bayi lahir, adalah kesempatan emas yang akan menentukan keberhasilan ibu untuk menyusui bayinya secara optimal. Hasil penelitian mengungkapkan, bila bayi bisa menyusu dalam 20-30 menit pertama setelah lahir, ini akan membangun refleks menghisap pada bayi dan dapat meningkatkan produksi ASI (Verayanti, 2008).


(14)

Hasil pengamatan terhadap 500 bayi baru lahir di rumah bersalin Tri Tunggal (2004) menunjukkan bahwa bayi yang disusukan segara setelah lahir, 95% tidak rewel pada hari pertama ASI keluar, ASI segera keluar satu sampai tiga setelah IMD dan ibu tidak mengalami demam karena pembengkakan payudara pada hari kedua dan ketiga (Hubertin, 2004).

Berdasarkan keterangan di atas penulis tertarik melakukan penelitian tentang efektifitas Inisiasi Menyusu Dini terhadap peningkatan produksi ASI di kilinik bersalin Mariani. Dengan gambaran survey awal, klinik bersalin Mariani telah menerapkan Inisiasi Menyusu Dini sesuai dengan konsep yang ada. Jumlah pasien partus setiap bulan rata-rata 25 orang.

2. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan: 2.1. Tujuan umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas inisiasi menyusu dini terhadap peningkatan produksi ASI di klinik bersalin Mariani.

2.2. Tujuan khusus

2.2.1. Mengidentifikasi produksi ASI pada kelompok kontrol 2.2.2. Mengidentifikasi produksi ASI pada kelompok intervensi

2.2.3. Mengidentifikasi pengaruh IMD terhadap peningkatan produksi ASI


(15)

Bagaimanakah efektifitas Inisiasi Menyusu Dini terhadap peningkatan produksi ASI di klinik bersalin Mariani?

4. Mafaat penelitian

4.1. Pelayanan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan masukan pengetahuan bagi perawat terutama perawat maternitas tentang efektifitas Inisiasi Menyusui Dini terhadap produksi ASI sehingga dapat memfasilitasi dalam melakukan IMD. 4.2. Penelitian keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan gambaran awal bagi penelitian selanjutnya yang terkait tentang efektifitas inisiasi menyusu dini terhadap produksi ASI.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep ASI

1.1Definisi ASI

ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologisosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin, 2003).

ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf (Yahya, 2007).

1.2Manfaat ASI

Komposisi ASI yang unik dan spesifik tidak dapat diimbangi oleh susu formula. Pemberian ASI tidak hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga bagi ibu yang menyusui.


(17)

Manfaat ASI bagi bayi:

1. ASI merupakan sumber gizi sempurna

ASI mengandung zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi.faktor pembentukan sel-sel otak terutama DHA dalam kadar tinggi. ASI juga mengandung whey (protein utama dari susu yang berbentuk cair) lebih banyak dari casein (protein utama dari susu yang berbentuk gumpalan).komposisi ini menyebabkan ASI mudah diserap oleh bayi (Rulina, 2007).

2. ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi

Bayi sudah dibekali immunoglobulin (zat kekebalan tubuh) yang didapat dari ibunya melalui plasenta. Tapi, segera setelah bayi lahir kadar zat ini akan turun cepat sekali. Tubuh bayi baru memproduksi immunoglobulin dalam jumlah yang cukup pada usia 3 - 4 bulan. Saat kadar immunoglubolin bawaan menurun, sementara produksi sendiri belum mencukupi, bisa muncul kesenjangan immunoglobulin pada bayi. Di sinilah ASI berperan bisa menghilangkan atau setidaknya mengurangi kesenjangan yang mungkin timbul. ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang mampu melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, dan jamur. Colostrum (cairan pertama yang mendahului ASI) mengandung zat immunoglobulin 10 - 17 kali lebih banyak dari ASI (Cahyadi, 2007).

3. ASI eklusif meningkatkan kecerdasan dan kemandirian anak

Fakta-fakta ilmiah membuktikan, bayi dapat tumbuh lebih sehat dan cerdas bila diberi air susu ibu (ASI) secara eksklusif pada 4 - 6 bulan pertama


(18)

kehidupannya. Di dalam ASI terdapat beberapa nutrien untuk pertumbuhan otak bayi di antaranya taurin, yaitu suatu bentuk zat putih telur khusus, laktosa atau hidrat arang utama dari ASI, dan asam lemak ikatan panjang - antara lain DHA dan AA yang merupakan asam lemak utama dari ASI.

Hasil penelitian tahun 1993 terhadap 1.000 bayi prematur membuktikan, bayi-bayi prematur yang mendapat ASI eksklusif mempunyai IQ lebih tinggi secara bermakna yaitu 8,3 poin lebih tinggi dibanding bayi premature yang tidak diberi ASI. Pada penelitian Dr. Riva dkk. menunjukkan anak-anak usia 9,5 tahun yang ketika bayi mendapat ASI eksklusif, ditemukan memiliki IQ mencapai 12,9 poin lebih tinggi dibandingkan anak-anak yang ketika bayi tidak mendapatkan ASI (Albert, 2007)

4. ASI meningkatkan jalinan kasih sayang

Jalinan kasih sayang yang baik adalah landasan terciptanya keadaan yang disebut secure attachment. Anak yang tumbuh dalam suasana aman akan menjadi anak yang berkepribadian tangguh, percaya diri, mandiri, peduli lingkungan dan pandai menempatkan diri. Bayi yang mendapat ASI secara eksklusif. akan sering dalam dekapan ibu saat menyusu, mendengar detak jantung ibu, dan gerakan pernapasan ibu yang telah dikenalnya dan juga akan sering merasakan situasi seperti saat dalam kandungan: terlindung, aman dan tenteram.

Manfaat menyusui bagi ibu:


(19)

menyusui setidaknya sampai 6 bulan mengurangi kemungkinan ibu menderita kanker payudara, kanker rahim, kanker indung telur. Perlindungan terhadap kanker payudara sesuai dengan lama pemberian ASI. Ibu yang menyusui akan terhindar dari kanker payudara sebanyak 20%-30%. Berdasarkan penelitian dari 30 negara pada 50.000 ibu menyusui dan 97.000 tidak menyusui kemungkinan kejadian kanker payudara lebih rendah pada ibu menyusui. Jika menyusui lebih dari 2 tahun ibu akan lebih jarang menderita kanker payudara sebanyak 50% (Roesli, 2007).

2. Metode KB paling aman

Kuisioner digunakan untuk memperoleh data dari para ibu di Nigeria untuk mengetahuidampak menyusui dengan jarak kelahiran anak secara alami. Jarak kelahiran anak lebih panjang pada ibu yang menyusui secara eklusif daripada yang tidak (Roesli, 2007).

3. Kepraktisan dalam pemberian ASI

ASI dapat segera diberikan pada bayi, segar, siap pakai dan mudah pemberiannya sehingga tidak terlalu merepotkan ibu (Krisna, 2007)

4. Ekonomis

Dengan memberikan ASI, ibu tidak memerlukan untuk makanan bayi sampai berumur 4-6 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya (Soetjiningsih, 1997).


(20)

Menyusui merupakan proses yang cukup kompleks. Dengan mengetahui bagaimana payudara menghasilkan ASI akan sangat membantu para ibu mengerti proses kerja menyusui sehingga dapat menyusui secara eklusif (Roesli, 2007)

ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks. Ketika bayi mulai mengisap ASI, akan terjadi dua refleks yang akan menyebabkan ASI keluar. Hal ini disebut dengan refleks pembentukan atau refleks prolaktin yang dirangsang oleh hormon prolaktin dan refleks pengeluaran ASI atau disebut juga “let down” reflexs (Roesli, 2000).

Produksi ASI merupakan hasil perangsangan payudara oleh hormon prolaktin. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofise anterior yang ada yang berada di dasar otak. Bila bayi mengisap ASI maka ASI akan dikeluarkan dari gudang ASI yang disebut sinus laktiferus. Proses pengisapan akan merangsang ujung saraf disekitar payudara untuk membawa pesan ke kelenjar hifofise anterior untuk memproduksi hormone prolaktin. Prolaktin kemudian akan dialirkan ke kelenjar payudara untuk merangsang pembuatan ASI. Hal ini disebut dengan refleks pembentukan ASI atau refleks prolaktin (Novak & Broom, 1999).

Hormon oksitosin diproduksi oleh bagian belakang kelenjar hipofisis. Hormon tersebut dihasilkan bila ujung saraf di sekitar payudara dirangsang oleh isapan. Oksitosin akan dialirkan melalui darah menuju ke payudara yang akan merangsang kontraksi otot di sekeliling alveoli (pabrik ASI) dan memeras ASI keluar dari pabrik ke gudang ASI. Hanya ASI di dalam gudang ASI yang dapat dikeluarkan oleh bayi atau ibunya. Oksitosin dibentuk lebih cepat dibandingkan prolaktin. Keadaan ini menyebabkan ASI di payudara akan mengalir untuk diisap. Oksitosin sudah mulai bekerja saat ibu berkeinginan menyusui (sebelum bayi


(21)

mengisap). Jika refleks oksitosin tidak bekerja dengan baik, maka bayi mengalami kesulitan untuk mendapatkan ASI. Payudara seolah-olah telah berhenti memproduksi ASI, padahal payudara tetap menghasilkan ASI namun tidak mengalir keluar. Efek oksitosin lainnya adalah menyebabkan uterus berkontraksi setelah melahirkan. Sehingga dapat membantu mengurangi perdarahan walaupun kadang mengakibatkan nyeri (Badriul, 2008).

1.4. Produksi ASI

Berdasarkan waktu diproduksi ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu: a. ASI stadium I (kolostrum)

Kolostrum merupakan ciran yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari ke empat yang berbeda karakteristik fisik dan komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150 – 300 ml/hari. Kolostrum berwarna kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi yang mendapat ASI pada minggu pertama sering defekasi dan feses berwarna hitam (Hubertin, 2003).

A. ASI stadium II (ASI peralihan)

ASI ini diproduksi pada hari ke empat sampai hari ke sepuluh. Komposisi protein semakin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang semakin tinggi dan jumlah volume ASI semakin meningkat. Hal in I merupakan pemenuhan terhadap aktifitas bayi yang semakin aktif karena bayi sudah beradaptasi terhadap lingkungan (Hubertin, 2003)


(22)

B. ASI stadium III (ASI matur)

ASI yang disekresi pada hari ke sepuluh sampai seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain selain ASI. Dimulai dengan makanan yang lunak, kemudian padat, dan makanan biasa sesuai makanan biasa (Hubertin, 2003)

Volume ASI

Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dan jumlah akan terus bertambah sehingga mencapai 400-450 ml pada waktu mencapai usia minggu kedua. Dalam keadaan produksi ASI telah normal volume susu terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit pertama pengisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit (Hubertin, 2004).

Untuk mengetahui banyaknya produksi ASI beberapa kriteria sebagai patokan untuk mengetahui jumlah ASI cukup atau tidak yaitu:

1. ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui puting. 2. Sebelum disusukan payudara terasa tegang.

3. Jika ASI cukup, setelah bayi menyusu bayi akan tertidur\tenang selama 3-4 jam.

4. Bayi BAK 6-8 kali dalam satu hari. 5. Bayi BAB 3-4 kali sehari

6. Bayi paling sedikit menyusu 8-10 kali dalam 24 jam.


(23)

8. Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai menyusu.

9. Urin bayi biasanya kuning pucat (Soetjiningsih, 1997). Pengukuran volume ASI dapat juga dilakukan dengan cara lain yaitu:

a. Memerah ASI dengan pompa

Cara menabung atau mengukur ASI yang paling baik dan efektif dengan menggunakan alat pompa ASI elektrik. Harganya relatif mahal. Ada cara lain yang lebih terjangkau yaitu piston atau pompa berbentuk suntikan. Prinsip kerja alat ini memang seperti suntikan, hingga memiliki keunggulan, yaitu setiap jaringan pompa mudah sekali dibersihkan dan tekanannya bisa diatur.

Pompa-pompa yang ada di Indonesia jarang berbentuk suntikan, lebih banyak berbentuk squeeze and bulb. Bentuk squeeze and bulb tidak dianjurkan banyak ahli ASI. Karena pompa seperti ini sulit dibersihkan bagian bulb-nya (bagian belakang yang bentuknya menyerupai bohlam) karena terbuat dari karet hingga tak bisa disterilisasi. Selain itu, tekanannya tak bisa diatur, hingga tak bisa sama/ rata (Rahayu, 2008).

b. Memerah ASI dengan tangan

Memerah ASI dengan tangan disebut juga dengan teknik Marmet. Dengan pijitan dua jari sendiri, ASI bisa keluar lancar dan membutuhkan waktu sekitar masing-masing payudara 15 menit. Cara ini sering disebut juga dengan back to

nature karna caranya sederhana dan tidak membutuhkan biaya (Rahayu, 2008)

Caranya, tempatkan tangan ibu di salah satu payudara, tepatnya di tepi areola. Posisi ibu jari terletak berlawanan dengan jari telunjuk. Tekan tangan ke arah dada, lalu dengan lembut tekan ibu jari dan telunjuk bersamaan. Pertahankan agar


(24)

jari tetap di tepi areola, jangan sampai menggeser ke puting. Ulangi secara teratur untuk memulai aliran susu. Putar perlahan jari di sekeliling payudara agar seluruh saluran susu dapat tertekan. Ulangi pada sisi payudara lain, dan jika diperlukan, pijat payudara di antara waktu-waktu pemerasan. Ulangi pada payudara pertama, kemudian lakukan lagi pada payudara kedua. Letakan cangkir bermulut lebar yang sudah disterilkan di bawah payudara yang diperas, kemudian diukur menggunakan gelas ukur (Rahayu, 2008).

1.5. Komposisi ASI

ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5 %, oleh karena itu bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air walaupun berada ditempat yang suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna bayi, sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang mendapat susu formula

a. Karbohidrat

Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hamper dua kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada susu formula. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Setelah melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil. (Badriul, 2008)


(25)

Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu formula. Protein dalam ASI dan susu formula terdiri dari protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi., sedangkan susu formula lebih banyakmengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah casein yang terdapat di dalam ASI hanya 30% dibanding susu formulayang mengandung protein ini dalam jumlah yang tinggi (80%). (Badriul, 2008).

c. Lemak

Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat

Jumlahnya. Lemak ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi yang terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada 5 menit pertama isapan akan berbeda dengan 10 menit kemudian. Kadar lemak pada hari pertama berbeda dengan hari kedua dan akan berubah menurut perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang dibutuhkan bayi (Hubertin, 2004).

Selain jumlahnya yang mencukupi, jenis lamak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang merupakan lemak kebutuhan sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna serta mempunyai jumlah yang cukup tinggi. Dalam bentuk Omega 3, Omega 6, DHA (Docoso Hexsaconic Acid) dan

Acachidonid acid merupakan komponen penting untuk meilinasi. Asam linoleat

ada di dalam ASI dalam jumlah yang cukup tinggi. Lemak ASI mudah dicerna dan diserap oleh bayi karena ASI juga mengandung enzim lipase yang mencerna lemak trigliserida menjadi digliserida, sehingga sedikit lemak yang tidak diserap oleh sistem pencernaan bayi (Hubertin, 2004).


(26)

d. Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relatif rendah tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Zat besi dan kalsium di dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diit ibu. Garam organik yang terdapat di dalam ASI terutama adalah kalsium, kalium, sedangkan kadar Cu, Fe, dan Mn yang merupakan bahan untuk pembuat darah relatif sedikit. Ca dan P yang merupakan bahan pembentuk tulang kadarnya dalam ASI cukup (Soetjiningsih, 1997).

e. Vitamin Vitamin K

Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor pembekuan. Kadar vitamin K di dalam ASI hanya seperempatnya kadar dalam susu formula. Bayi yang hanya mendapat ASI berisiko untuk mengalami perdarahan, walaupun angka kejadian perdarahan ini kecil. Oleh karena itu pada bayi baru lahir perlu diberikan vitamin K yang umumnya dalam bentuk suntikan (Badriul, 2008).

Vitamin D

Seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit vitamin D. hal ini tidak perlu dikuatirkan karena dengan menjemur bayi pada pagi hari maka bayiakan mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari sinar matahari. Sehingga pemberian ASI eklusif ditambah dengan membiarkan bayi terpapar pada sinar matahari pagi akan mencegah bayi menderita penyakit tulang karena kekurangan vitamin K (Badriul, 2008).


(27)

Salah satu fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel darah merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan terjadinya kekurangan darah (anemia hemolitik). Keuntungan ASI adalah kandungan vitamin E nya tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal (Badriul, 2008).

Vitamin A

Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. ASI mengandung dalam jumlah tinggi tidak saja vitamin A, tetapi juga bahan bakunya yaitu beta karoten (Badriul, 2008).

Vitamin yang larut dalam air

Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam folat, vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folatmungkin rendah pada ibu dengan gizi kurang (Badriul, 2008).

1.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi ASI

Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung dari stimulasi pada kelenjar payudara. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan produksi ASI antara lain:

1. Faktor makanan ibu

Dalam penelitian Arifin (2006) mengatakan ibu yang kekurangan gizi akan mengakibatkan menurunnya jumlah ASI dan akhirnya berhenti. Hal ini menyebabkan pada masa kehamilan jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidak


(28)

memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai sumber energi selama menyusui.

2. Faktor isapan bayi

Isapan mulut bayi akan menstimulus hipotalamus pada bagian hipofisis anterior dan posterior. Hipofisis anterior menghasilkan rangsangan (rangsangan prolaktin) untuk meningkatkan sekresi prolaktin. Prolaktin bekerja pada kelenjar susu (alveoli) untuk memproduksi ASI. Isapan bayi tidak sempurna atau puting susu ibu yang sangat kecil akan membuat produksi hormon oksitosin dan hormon prolaktin akan terus menurun dan ASI akan terhenti (Hubertin, 2003)

3. Frekuensi penyusuan

Pada studi 32 ibu dengan bayi premature disimpulkan bahwa produksi ASI akan optimal dengan pemompaan 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan menunjukan bhwa frekuensi penyusuan 10 lebih kurang 3 kali per hari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI. Berdasarkan hal ini direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah melahirkan. Penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara (Arifin, 2004).

4. Riwayat penyakit

Penyakit infeksi baik yang kronik maupun akut yang mengganggu proses laktasi dapat mempengaruhi produksi ASI (Elly, 2007).


(29)

Gangguan psikologi pada ibu menyebabkan berkurangnya produksi dan pengeluaran ASI. Laktasi memerlukan ketenangan, ketentraman, perasaan aman dari ibu, kecemasan, kesedihan, dapat menyebabkan ketegangan yang mempengaruhi saraf , pembuluh darah dansebagainya (Arifin, 2004)

Dukungan suami maupun keluarga lain dalam rumah akan sangat membantu berhasilnya seorang ibu untuk menyusui. Perasaan ibu yang bahagia, senang, perasaan menyayangi bayi, memeluk, mencium dan mendengar bayinya menangis akan meningkatkan pengeluaran ASI (Hubertin, 2003).

6. Berat badan lahir

Prentice (1984) mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI. Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi, dan lama penyusuan dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan usia 1 bulan sangat erat berhubungan dengan kekuatan mengisap yang mengakibatkan perbedaan inti yang besar dibanding bayi yang mendapat formula. De Carvalho (1982) menemukan hubungan positif berat lahir bayi dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14 hari pertama setelah lahir. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr). Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI (Elly, 2007).

7. Perawatan payudara

Perawatan payudara yang dimulai dari kehamilan bulan ke 7-8 memegang peranan penting dalam menyusui bayi. Payudara yang terawat akan memproduksi


(30)

ASI yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi dan dengan perawatan payudara yang baik, maka putting tidak akan lecet sewaktu diisap bayi (Soetjiningsih, 1999) Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan mengurut selama 6 minggu terakhir masa kehamilan. Pengurutan tersebut diharapkan apabila terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan lancar (Arifin, 2004).

8. Jenis persalinan

Pada persalinan normal proses menyusui dapat segera dilakukan setelah bayi lahir. Biasanya ASI sudah keluar pada hari pertama persalinan (saifudin, 2001). Sedangkan pada persalinan tindakan sectio ceasar seringkali sulit menyusui bayinya segera setelah lahir, terutama jika ibu diberikan anestesi umum. Ibu relatif tidak dapat bayinya di jam pertama setelah bayi lahir. Kondisi luka operasi di bagian perut membuat proses menyusui sedikit terhambat (Sinsin, 2004).

9. Umur kehamilan saat melahirkan

Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah dari pada bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ (Arifin, 2004).

10.Konsumsi rokok

Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormone prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi


(31)

pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin (Arifin, 2004).

11.Konsumsi Alkohol

Menurut Matheson (1989), meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun disisi lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin. Kontraksi rahim saat penyusuan merupakan indikator produksi oksitosin. Pada dosis etanol 0,5-0,8 gr/kg berat badan ibu mengakibatkan kontraksi rahim hanya 62% dari normal, dan dosis 0,9-1,1 gr/kg mengakibatkan kontraksi rahim 32% dari normal (Elly, 2007).

12.Cara menyusui yang tidak tepat

Teknik menyusui yang kurang tepat, tidak dapat mengosongkan payudara dengan benar yang akhirnya akan menurunkan produksi ASI (Hubertin, 2003).

13.Rawat gabung

Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera disusui dan frekuensinya lebih sering. Proses ini merupakan proses fisiologis yang alami, dimana bayi mendapatkan nutrisi alami yang paling sesuai dan baik. Untuk ibu, dengan menyusui, maka akan timbul refleks oksitosin yang akan membantu proses fisiologis involusi rahim. Di samping itu akan timbul refleks prolaktin yang akan memacu proses produksi ASI (Soeningsih, 2006).


(32)

Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI (Koetsawang, 1987 dan Lonerdal, 1986 dalam ACC/SCN, 1991), sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin maka tidak ada dampak terhadap volume ASI (WHO Task Force on Oral Contraceptives, 1988 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini WHO merekomendasikan pil progestin untuk ibu menyusui yang menggunakan pil kontrasepsi (Elly, 2007)

2. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

2.1. Definisi Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain yang mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan menyusu dini ini dinamakan the

breast crawl atau merangkak mencari payudara (Roesli, 2007).

Menurut Gupta (2007) Inisiasi Menyusu Dini disebut sebagai tahap keempat persalinan yaitu tepat setelah persalinan sampai 1 jam setelah persalinan, meletakkan bayi baru lahir dengan menengkurapkan bayi yang sudah dikeringkan tubuhnya namun belum dibersihkan dan tidak dibungkus di dada ibunya segera setelah persalinan dan memastikan bayi mendapat kontak kulit dini dengan ibunya, menemukan putting susu dan mendapatkan asupan kolostrum sebelum ASI keluar.

Inisiasi Menyusu Dini sebenarnya telah dilaksanakan di Indonesia mengacu pada kebijakan PP-ASI, salah satu diantaranya adalah membantu ibu menyususi


(33)

bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan. Namun kenyataannya belum benar, sebab bayi baru lahir biasanya sudah dibungkus sebelum diletakan di dada ibunya, akibatnya tidak terjadi skin to skin contact, bayi bukan menyusu tetapi disusui oleh ibunya dan memaksakan bayi untuk menyusu sebelum siap untuk disusukan selanjutnya bayi dipisahkan dari ibunya (Elizabethtanti ,2007).

Menurut Gupta (2007) refleks menghisap bayi timbul setelah 20-30 menit setelah lahir, sedangkan menurut Roesli (2007) bayi menunjukan kesiapan untuk mulai menyusu setelah 30-40 menit setelah lahir. Tanda-tanda kesiapan bayi untuk menyusu yaitu mengeluarkan suara kecil, menguap, meregang, adanya pergerakan mulut. Selanjutnya menggerakan tangan ke mulut, timbul refleks rooting, menggerakan kepala dan menangis sebagai isyarat menyusu dini. Dengan indra peraba, penghidu, penglihatan, pendengaran, refleks bayi baru lahir bisa menemukan dan menyentuh payudara tanpa bantuan. Hal ini dapat merevitalisasi pencarian bayi terhadap payudara (Varney, 2007).

2.2. Manfaat inisiasi menyusu dini bagi bayi dan ibu :

a. Meningkatkan refleks menyusu bayi secara optimal

Menyusu pada bayi baru lahir merupakan keterpaduan antara tiga refleks yaitu refleks mencari (Rooting refleks), refleks menghisap (Sucking refleks), refleks menelan (Swallowing refleks) dan bernafas. Gerakan menghisap berkaitan dengan saraf otak nervus ke-5, ke-7 dan ke-12. Gerakan menelan berkaitan dengan nervus ke-9 dan ke-10. Gerakan tersebut salah satu upaya terpenting bagi individu untuk mempertahankan hidupnya. Pada masa gestasi 28 minggu gerakan ini sudah cukup sempurna, sehingga bayi dapat menerima makanan secara oral,


(34)

namun melakukan gerakan tersebut tidak berlangsung lama. Setelah usia gestasi 32-43 minggu, mampu untuk melakukan dalam waktu yang lama (Markum,1991).

Menurut hasil penelitian Dr. Lenard bayi baru lahir setelah dikeringkan tanpa dibersihkan terlebih dahulu, diletakan di dekat putting susu ibunya segera setelah lahir, memiliki respon menyusu lebih baik. Apabila dilakukan tindakan terlebih dahulu seperti ditimbang, diukur atau dimandikan, refleks menyusu akan hilang 50%, apalagi setelah dilahirkan dilakukan tindakan dan dipisahkan, maka refleks menyusu akan hilang 100% (Roesli, 2007). Bayi yang tidak segera diberi kesempatan untuk menyusu refleksnya akan berkurang dengan cepat dan akan muncul kembali dalam kadar secukupnya dalam 40 jam kemudian (Gupta, 2007). Dengan inisiasi menyusu dini akan mencegah terlewatnya refleks menyusu dan meningkatkan refleks menyusu secara optimal.

b. Menurunkan kejadian hipotermi

Luas permukaan tubuh bayi ± 3 kali luas permukaan tubuh orang dewasa. Lapisan insulasi jaringan lemak di bawah kulit tipis, kecepatan kehilangan panas pada tubuh bayi baru lahir ± 4 kali pada orang dewasa. Pada ruang bersalin dengan suhu 20-25° celcius, suhu kulit tubuh bayi akan turun 0,3° celcius, suhu tubuh bagian dalam turun 0,1° celcius / menit. Selama periode dini setelah bayi lahir, biasanya berakibat kehilangan panas komulatif 2-3° celcius. Kehilangan panas ini terjadi melalui konveksi, konduksi, radiasi dan evavorasi (Nelson, 2000)

Menurut penelitian Dr. Niels Bergman, kulit ibu berfungsi sebagai incubator, karena kulit ibu merupakan thermoregulator bagi bayi. Suhu kulit ibu 1° celcius lebih tinggi dari ibu yang tidak bersalin. Apabila pada saat lahir bayi mengalami hipothermi, dengan terjadi skin to skin contact secara otomatis suhu


(35)

kulit ibu akan meningkat 2° celcius. Sebaliknya apabila bayi mengalami hiperthermi, suhu kulit ibu akan turun 1° celcius (Roesli, 2008). Ini berarti, dengan IMD resiko hipothermi pada bayi baru lahir yang dapat menimbulkan kematian dapat dikurangi (www.mediasehat.com, 2008).

c. Menurunkan kejadian asfiksia

Dengan inisiasi menyusu dini, ibu dan bayi menjadi lebih tenang. Hal ini akan membantu pernapasan dan bunyi jantung lebih stabil (WBW, 2007).

d. Menurunkan kejadian hipoglikemi

Menyusu dini membuat bayi menjadi tenang dan frekwensi menangis kurang sehingga mengurangi pemakaian energi (WBW, 2007). Penelitian membuktikan bahwa bayi yang melakukan IMD memiliki tingkat gula darah yang lebih baik daripada bayi baru lahir yang dipisahkan dari ibunya (www. mediasehat.com, 2008)

e. Meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin

Melalui sentuhan, emutan dan jilatan bayi pada putting susu ibu akan pengeluaran hormon oksitosin yang penting. Selain itu gerakan kaki bayi pada saat merangkak di perut ibu akan membantu melakukan massage uterus untuk merangsang kontraksi uterus.Oksitosin akan menyebabkan uterus berkontraksi sehingga membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi terjadinya perdarahan post partum. Oksitosin akan merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks, euphoria, meningkatkan ambang rasa nyeri, dan mencintai bayinya. Oksitosin merangsang pengaliran ASI dari payudara (WBW, 2007).


(36)

Bonding atau ikatan batin menunjukan perjalinan hubungan orang tua dan bayi pada saat awal kelahiran. Sebagai individu, orang tua akan mengembangkan hubungan kasih sayang dengan bayi menurut gaya dan cara mereka. Jam pertama merupakan saat peka dimana kontak pertama akan mempermudah jalinan batin. Sifat dan tingkah laku jalinan saling berhubungan yang tercipta antara ibu dan bayi sering berupa sentuhan halus ibu dengan ujung jarinya pada anggota gerak dan wajah bayi serta membelai dengan penuh kasih sayang. Sentuhan pada pipi akan membangkitkan respon berupa gerakan memalingkan wajah ke ibu untuk mengadakan kontak mata dan mengarah ke payudara disertai gerakan menyondol dan menjilat putting susu selanjutnya menghisap payudara. Kontak pertama ini harus berlangsung pada jam pertama setelah kelahirannya (Nelson, 2007). Bayi baru lahir matanya terbuka lebih lama daripada hari-hari selanjutnya, sehingga paling baik untuk memulai perlekatan dan kontak mata antara ibu dan bayi (Ladewig, 2006).

2.3. Tatalaksana inisiasi menyusu dini

Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit baik sebaiknya dibiarkan. Bayi ditengkurapkan di dada atau di perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti, jika perlu gunakan topi bayi. Jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama. Bayi dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang, diukur, dan dicap setelah satu jam menyusu awal. Ibu dan bayi dirawat gabung dalam satu


(37)

kamar. Selama 24 jam ibu dan bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu (Roesli, 2007)


(38)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas IMD terhadap peningkatan produksi ASI. Penelitian ini adalah penelitian quasi-ekperimental dengan desain post test pada kelompok intervensi dengan intervensi IMD (Inisiasi Menyusu Dini) dan kelompok kontrol tanpa intervensi IMD. Kelompok intervensi dilakukan IMD sedangkan kelompok kontrol tidak. Kelompok kontrol hanya sebagai pembanding untuk menilai efektifitas teknik IMD. Hasil yang diharapkan terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu yang diberikan teknik IMD.


(39)

1. Kerangka konsep penelelitian efektifitas Inisiasi Menyusu Dini terhadap peningkatan ASI di klinik bersalin Mariani

: variabel yang diteliti

: variabel yang tidak diteliti Ibu post partum

Kelompok intervensi IMD

Kelompok kontrol

Produksi ASI - Kondisi

Payudara - lama tidur bayi - frekuensi BAK bayi - frekuensi BAB bayi - frekuensi menyusui

Faktor-faktor yang mempengaruhi: 1. Faktor makanan ibu

2. Faktor isapan bayi 3. Frekuensi penyusuan 4. Riwayat penyakit 5. Faktor psikologis 6. Berat lahir

7. Perawatan payudara 8. Jenis persalinan

9. Umur kehamilan saat melahirkan 10.Konsumsi rokok

11.Konsumsi alkohol

12.Cara menyusui yang tidak tepat 13.Rawat gabung (rooming in) 14.Pil kontrasepsi


(40)

2. Definisi operasional

2.1. produksi ASI

Produksi ASI dilihat dari jumlah ASI yang dihasilkan, untuk mengetahui banyaknya produksi ASI dapat dilihat beberapa kriteria yaitu sebelum disusukan payudara terasa tegang, setelah menyusu bayi akan tidur/ tenang selama 3-4 jam, bayi Bak 6-8 kali dalam satu hari, bayi BAB 3-4 kali, dan bayi paling sedikit menyusu 8-10 kali dalam 24 jam.

2.2 IMD (Inisiasi Menyusu Dini)

IMD adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir, dimana bayi difasilitasi untuk kontak kulit dengan ibunya selama kurang lebih satu jam dan diobservasi.

3. Hipotesa

Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha), yaitu Inisiasi Menyusu Dini Efektif terhadap peningkatan produksi ASI.


(41)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan petunjuk peneliti dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau menjawab suatu pertanyaan (Notoatmodjo, 2005). Sesuai dengan tujuan penelitian ini maka jenis penelitian yang digunakan adalah quasi ekperimen yaitu rancangan yang mengungkap hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok ekperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap peningkatan produksi ASI.

2. Populasi dan sampel

2.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu postpartum yang melahirkan di klinik bersalin Mariani. Berdasarkan data statistik di Klinik Bersalin Mariani Medan jumlah ibu yang melahirkan rata-rata berjumlah 25 orang perbulan.

2.2 Sampel

Untuk pemilihan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik accidental sampling, dimana sampel dipilih berdasarkan ketersediaannya. Pada penelitian ini sampelnya adalah ibu dalam periode intranatal khususnya setelah kala II & diikuti sampai post partum hari ketiga (sesuai lamanya dirawat) yang sesuai dengan kriteria dan berada di klinik bersalin Mariani pada saat penelitian


(42)

dilakukan. Kriteria sampel yaitu: ibu yang dalam proses persalinan (kala II), persalinan tanpa komplikasi, ibu dan bayi yang tidak mengalami komplikasi.

Penentuan besar sampel dengan menggunakan tabel power analylis. Penelitian

ini ditetapkan level of significance (α) sebesar 0,05, power sebesar 0,60 dan effect

size sebesar 0,80. Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan untuk masing-masing kelompok 7 orang. Jadi total jumlah sampel yang dibutuhkan untuk kedua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol yaitu 14 orang (Polit & Hungler, 1995).

3. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di klinik bersalin Mariani, dengan pertimbangan efisien biaya dan efektifitas waktu karena penelitian ini dilakukan pada masa studi. Selain itu di klinik bersalin Mariani belum pernah dilakukan penelitian tentang efektifitas IMD terhadap peningkatan produksi ASI dan lokasi dijangkau oleh peneliti.

4. Pertimbangan etik

Ada beberapa hal yang berkaitan dengan etik pada penelitian ini, yaitu peneliti harus memberi penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaannya. Penelitian tidak menimbulkan tekanan bagi responden baik fisik maupun psikologis. Peneliti menanyakan terlebih dahulu apakah calon responden melahirkan normal atau sectio Caesar, setelah itu dipersilahkan menandatangani informed consent sebagai bukti kesediaannya. Tetapi jika calon responden tidak bersedia maka responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Kerahasiaan data responden dijaga dengan tidak menuliskan


(43)

nama responden pada instrumen penelitian dan peneliti hanya menggunakan data ini untuk keperluan penelitian.

5. Instrumen penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner dan lembar observasi (observation sheet). Intrument ini terdiri dari dua yaitu kuesioner demografi dan lembar pengamatan produksi ASI ibu menyusui.

Bagian pertama instrument penelitian berisi tentang pengkajian data demografi ibu postpartum yang meliputi inisial, usia, jumlah anak, berat badan bayi baru lahir, penggunaan pil kontrasepsi, konsumsi rokok, dan konsumsi alkohol.

Bagian kedua berisi pengamatan tentang produksi ASI ibu menyusui, yang diukur dari kondisi payudara, lama tidur bayi/ tenang, frekuensi BAK bayi, frekuensi BAB bayi, dan frekuensi menyusui. Kondisi payudara meliputi keadaan payudara yang lembek jika ASI kosong, dan keadaan payudara yang tegang jika payudara terisi penuh dengan ASI.

6. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (fakultas keperawatan) Universitas Sumatera Utara dan kemudian permohonan izin penelitian yang diperoleh dikirim ke klinik bersalin Mariani. Kemudian peneliti menentukan calon responden yang memenuhi kriteria, maka dipilih sebagai responden sesuai dengan kriteria penelitian.


(44)

Setelah mendapatkan responden, peneliti menjelaskan tujuan penelitan, manfaat dan cara pengisian kuesioner kepada responden, kemudian responden diminta untuk menandatangani surat persetujuan (informed consent) atau memberikan persetujuan secara lisan. Selanjutnya peneliti mengambil data dari responden yang bersedia dengan cara wawancara yang berpedoman pada pernyataan yang terdapat di lembar kuesioner dan responden diberikan kesempatan untuk bertanya bila ada yang tidak mengerti. Peneliti mendapat kesulitan dalam wawancara karena responden kurang konsentrasi dalam menjawab pertanyaan yang diberikan peneliti yang disebabkan responden masih merasakan nyeri. Peneliti melakukan observasi yang berpedoman pada lembar observasi dengan melihat kondisi payudara. Setelah selesai wawancara dan observasi, peneliti kemudian memeriksa kelengkapan data. Jika ada data yang kurang dapat langsung dilengkapi. Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis.

7. Analisa data

Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul melalui beberapa tahap ditandai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi, kemudian data yang sesuai diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Selanjutnya memasukan (entry) data ke dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi.

Pengolahan data demografi yang meliputi inisial, usia, berat badan bayi baru lahir, penggunaan pil kontrasepsi, konsumsi rokok, konsumsi alkohol dan rooming in. Data melalui kuesioner dan lembar observasi dianalisis.


(45)

Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui frekuensi sebaran karakteristik demografi ibu bersalin. Uji independent t-test digunakan untuk membandingkan produksi ASI pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.


(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil penelitian

Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian melalui pengumpulan data yang dilaksanakan mulai tanggal 21 Januari sampai dengan 26 Februari di klinik bersalin Mariani. Penelitian melibatkan 14 pasien, ibu pospartum yang terbagi ke dalam 2 kelompok yaitu kelompok intervensi (dilakukan IMD) dan kelompok kontrol (tidak dilakukan IMD). Masing-masing kelompok terdiri dari 7 orang pasien postpartum. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas inisiasi menyusui dini terhadap peningkatan produksi ASI pada ibu postpartum di klinik bersalin Mariani.

Dari hasil penelitian ini tergambar tentang karakteristik responden, produksi ASI pada kelompok kontrol, produksi ASI pada kelompok intervensi (IMD), pengaruh IMD terhadap peningkatan produksi ASI.

1.1Karakteristik responden

Deskripsi karakteristik responden terdiri atas usia, jenis persalinan, berat badan bayi baru lahir, penggunaan pil kontrasepsi, komsumsi rokok, komsumsi alkohol dan rooming in.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai efektifitas inisiasi menyusu dini terhadap peningkatan produksi ASI di klinik bersalin Mariani dari 14 orang peserta yang ikut serta dalam penelitian ini, terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dibagi 2 kelompok usia 21-27 tahun dan 28-34 tahun, umur terbanyak pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol sama yaitu pada umur


(47)

21-27 tahun pada kelompok intervensi (51,7%; n= 5), kelompok kontrol (71,4; n=5). Pada kelompok intervensi dan kontrol jenis persalinan yang terbanyak yaitu persalinan normal (100%; n=7), untuk berat badan lahir pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dibagi 2 kelompok yaitu: 2,5-3,0 kg dan 3,1-3,5 kg, berat badan terbanyak pada kelompok intervensi yaitu 3,1-3,5 kg (57,1% n=4) dan pada kelompok kontrol berat badan terbanyak yaitu 2,5-3,0 kg (71,4% n=5). Untuk penggunaan alat kontrasepsi persentase kelompok intervensi dan kelompok kontrol sama di bagi 2 kelompok yaitu menggunakan konstrasepsi dan tidak menggunakan kontrasepsi, pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol persentase terbanyak yaitu tidak menggunakan kontrasepsi (100% n=7 dan 85,7% n= 6), untuk konsumsi rokok kelompok intervensi dan kelompok kontrol memiliki persentase yang sama yaitu tidak mengkonsumsi rokok (100% n=7), dan konsumsi rokok kelompok intervensi dan kelompok kontrol persentasenya sama yaitu tidak mengkonsumsi alkohol sebanyak 100% n=7, untuk rooming in kelompok intervensi dan kelompok kontrol persentasenya juga sama yaitu tidak rooming in (100% n=7). Hasi penelitian tenteng karakteristik responden lebih jelas dilihat pada tabel 1.


(48)

Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik responden

Karakteristik Kelompok intervensi Kelompok control

F (%) F (%)

Umur

• 21-27 tahun

• 28-34 tahun

4 3 (57,1) (42,9) 5 2 (71,4) (28,6) Jenis persalinan

• Normal 7 (100) 7 (100)

Berat badan lahir

• 2,5-3,0 kg

• 3,1-3,5 kg

3 4 (42,9) (57,1) 5 2 (71,4) (28,6) Penggunaan kontrasepsi • Ya • Tidak 0 7 (0) (100) 1 6 (14,3) (85,7) Konsumsi rokok • Ya • Tidak 0 7 (0) (100) 0 7 (0) (100) Konsumsi alcohol • Ya • Tidak 0 7 (0) (100) 0 7 (0) (100) Rooming in • Ya • Tidak 0 7 (0) (100) 0 7 (0) (100) 1.2.Produksi ASI pada hari pertama, kedua, dan ketiga pada kelompok intervensi

dan kelompok kontrol

Produksi ASI dilihat menggunakan lembar observasi yang diukur dari lama tidur bayi, frekuensi BAK bayi, frekuensi BAB bayi, frekeunsi menyusui dan kondisi payudara. Untuk membandingkan kelompok intervensi dan kelompok kontrol digunakan uji Independent Sample T-Test.

Hari pertama pada kelompok intervensi rata-rata tidur bayi 17.42 (SD=0.786), dan kelompok kontrol 15.71 (SD=0.487), rata-rata frekuensi BAK bayi pada kelompok intervensi 3.57 (SD=0.786) kelompok kontrol 0.85 (SD=0.899). rata-rata frekuensi BAB bayi pada kelompok intervensi 3.00 (0.577) kelompok kontrol 1.57 (SD=1.13). Rata-rata frekuensi menyusui pada kelompok intrevensi adalah


(49)

8.71 (SD=0.951) pada kelompok kontrol 8.57 (SD=0.975). rata-rata kondisi payudara pada kelompok intervensi 1.48 (SD=0.534) dan pada kelompok kontrol 1.00 (SD=0.00). Pada kelompok intervensi produksi ASI sudah mencukupi dilihat dari lama tidur bayi rata-rata lebih tinggi dari kelompok kontrol, frekuensi BAK bayi pada kelompok intervensi lebih banyak dari kelompok kontrol, frekuensi BAB bayi pada kelompok intervensi lebih banyak dari kelompok kontrol dan kondisi payudara pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol berbeda. Frekuensi menyusui pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol sama. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Distribusi mean score kelompok kontrol dan kelompok intervensi pada hari pertama di Klinik Bersalain Mariani

Pengeluaran ASI Kelompok Mean S.D N

Lama tidur bayi Kontrol intervensi 15,71 17,42 0,48 0,78 7 7 Frekuensi BAK bayi Kontrol

intervensi 0,85 3,57 0,89 0,78 7 7 Frekuensi BAB bayi Kontrol

Intervensi 1,57 3,0 1,13 0,57 7 7 Frekuensi menyusui Kontrol

intervensi 8,57 8,57 0,97 0,95 7 7 Kondisi payudara Kontrol

intervensi 1,00 1,42 0,00 0,53 7 7

Dari tabel indepent samples test berikut dapat diketahui bahwa produksi ASI pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada hari pertama berbeda, t hitung pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi pada lama tidur bayi 4.899, nilai ini lebih besar dari t tabel dengan df=12 dan level signifikan 0,05 adalah 0,000 &


(50)

0,001, t hitung pada kelompok intervensi dan kontrol pada frekuensi BAK bayi 6,008 nilai ini lebih besar dari tabel t hitung dengan df=12 dan level signifikan 0,000 & 0,000, t hitung pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol frekuensi BAB bayi 2, 970 nilai ini lebih besar dari t tabel hitung dengan df= 12 dan level signifikan 0,012 & 0,016, t hitung pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada frekuensi menyusui 0,277 nilai ini lebih kecil dari t tabel hitung dengan df=12 dan level signifikan 0,786 & 0,786, t hitung pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi pada kondisi payudara 2, 121, nilai ini lebih besar dari t tabel dengan df=12 dan level signifikan 0,055.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa setelah dilakukan IMD pada hari pertama terdapat perbedaan produksi ASI pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Disini terbukti bahwa IMD efektif terhadap peningkatan produksi ASI dilihat dari lama tidur bayi, frekuensi BAK bayi,frekuensi BAB bayi dan kondisi payudara. Dan tidak efektif jika dilihat dari frekuensi menyusui.


(51)

Tabel 3. Distribusi gambaran produksi ASI hari pertama pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi di Klinik Bersalin Mariani

Pengeluaran ASI Kelompok Signifikan Mean T Lama tidur bayi Kontrol

intervensi

0,000 0,001

1,71

1,71 4,89

Frekuensi BAK bayi Kontrol Intervensi

0,000 0,000

2,71

2,71 6, 08

Frekuensi BAB bayi Kontrol intervensi

0,001 0,001

4,80

4,80 2,97

Frekuensi menyusui Kontrol Intervensi

0,78 0,78

0,14

0,14 0,22

Kondisi payudara Kontrol Intervensi

0,005 0,007

0,42

0,42 2, 12

Hari kedua pada kelompok intervensi rata-rata tidur bayi 18,85 (SD=0,89), dan kelompok kontrol 16,42 (SD=0.53), rata-rata frekuensi BAK bayi pada kelompok intervensi 5,71 (SD=1,11) kelompok kontrol 3,42 (SD=0.78). rata-rata frekuensi BAB bayi pada kelompok intervensi 3,71 (SD=0.48) kelompok kontrol 2,42 (SD=0,78). Rata-rata frekuensi menyusui pada kelompok intervensi adalah 10, 14 (SD=0,89) pada kelompok kontrol 8,57 (SD=0,97). Rata-rata kondisi payudara pada kelompok intervensi 2,00 (SD=0.00) dan pada kelompok kontrol 1.00 (SD=0.00). Pada kelompok intervensi produksi ASI sudah mencukupi dilihat dari lama tidur bayi rata-rata lebih tinggi dari kelompok kontrol, frekuensi BAK bayi pada kelompok intervensi lebih banyak dari kelompok kontrol, frekuensi BAB bayi pada kelompok intervensi lebih banyak dari kelompok kontrol, frekuensi menyusui pada kelompok intervensi lebih banyak dari kelompok


(52)

kontrol, dan kondisi payudara pada kelompok intervensi berbeda dengan kelompok kontrol. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4

Tabel 4. Distribusi mean score kelompok kontrol dan kelompok intervensi pada hari kedua di Klinik Bersalain Mariani

hari pertama di Klinik Bersalain Mariani

Pengeluaran ASI Kelompok Mean S.D N

Lama tidur bayi Kontrol intervensi 16,42 18,85 0,53 0,89 7 7 Frekuensi BAK bayi Kontrol

intervensi 3,42 5,71 0,78 1,11 7 7 Frekuensi BAB bayi Kontrol

Intervensi 2,42 3,71 0,78 0,48 7 7 Frekuensi menyusui Kontrol

intervensi 8,57 10,14 0,97 0,89 7 7 Kondisi payudara Kontrol

intervensi 1,00 2,00 0,00 0,00 7 7

Dari tabel indepent samples test berikut dapat diketahui bahwa produksi ASI pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada hari kedua berbeda, T hitung pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi pada lama tidur bayi 6.14, nilai ini lebih besar dari t tabel dengan df=12 dan level signifikan 0,05 adalah 0,00 & 0,001, t hitung pada kelompok intervensi dan kontrol pada frekuensi BAK bayi 4,43 nilai ini lebih besar dari tabel t hitung dengan df=12 dan level signifikan 0,001 & 0,001, t hitung pada kelompok intervensi dan kontrol pada frekuensi BAB 3,674 nilai ini lebih besar dari tabel t hitung dengan df=12 dan level signifikan 0,003& 0,004, t hitung pada kelompok intervensi dan kontrol pada frekuensi menyusui 3,132 nilai ini lebih besar dari tabel t hitung dengan df=12


(53)

dan level signifikan 0,009& 0,009. Sehingga dapat disimpulkan bahwa setelah dilakukan IMD pada hari kedua terdapat perbedaan produksi ASI pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Disini terbukti bahwa IMD efektif terhadap peningkatan produksi ASI dilihat dari lama tidur bayi, frekuensi BAK bayi dan frekuensi BAB bayi, frekuensi menyusui dan kondisi payudara.

Tabel 5. Distribusi gambaran produksi ASI hari kedua pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi di Klinik Bersalin Mariani

Pengeluaran ASI Kelompok Signifikan Mean T Lama tidur bayi Kontrol

intervensi

0,000 0,000

2,42

2,42 6,14

Frekuensi BAK bayi Kontrol Intervensi

0,001 0,001

2,28

2,28 4,43

Frekuensi BAB bayi Kontrol intervensi

0,003 0,004

1,28

1,28 3,67

Frekuensi menyusui Kontrol Intervensi

0,009 0,009

1,57

1,57 3,13

Kondisi payudara Kontrol Intervensi

0,005 0,007

0,42

0,42 2, 12

Hari ketiga pada kelompok intervensi rata-rata tidur bayi 20,00 (SD=0.00) dan kelompok kontrol 17,57 (SD=0.53), rata-rata frekuensi BAK bayi pada kelompok intervensi 7,57 (SD=0.53) kelompok kontrol 5,42 (SD=0.78). rata-rata frekuensi BAB bayi pada kelompok intervensi 4,71 (SD=0.48) kelompok kontrol 3,57 (SD=0,78). Rata-rata frekuensi menyusui pada kelompok intervensi adalah 11,71 (SD=075) pada kelompok kontrol 8,85 (SD=1,06). Rata-rata kondisi payudara pada kelompok intervensi 1,71 (SD=0,48) dan pada kelompok kontrol 2,00


(54)

(SD=0.00). Pada kelompok ekperimen produksi ASI sudah mencukupi dilihat dari lama tidur bayi rata-rata lebih tinggi dari kelompok kontrol, frekuensi BAK bayi pada kelompok intervensi lebih banyak dari kelompok kontrol, frekuensi BAB bayi pada kelompok intervensi lebih banyak dari kelompok kontrol, frekuensi menyusui pada kelompok intervensi lebih banyak dari kelompok kontrol, dan kondisi payudara pada kelompok intervensi sama dengan kelompok kontrol. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5

Tabel 6. Distribusi mean score kelompok kontrol dan kelompok intervensi pada hari ketiga di Klinik Bersalain Mariani

Pengeluaran ASI Kelompok Mean S.D N

Lama tidur bayi Kontrol intervensi 17,57 20,00 0,53 0,00 7 7 Frekuensi BAK bayi Kontrol

intervensi 5,42 7,57 0,78 0,53 7 7 Frekuensi BAB bayi Kontrol

Intervensi 3,57 4,71 0,78 0,48 7 7 Frekuensi menyusui Kontrol

intervensi 8,85 11,71 1,06 0,75 7 7 Kondisi payudara Kontrol

intervensi 1,71 2,00 0,48 0,00 7 7

Dari tabel indepent samples test berikut dapat diketahui bahwa produksi ASI pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada hari ketiga berbeda, T hitung pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi pada lama tidur bayi 12,02, nilai ini lebih besar dari t tabel dengan df=12 dan level signifikan 0,05 adalah 0,00 & 0,00 t hitung pada kelompok intervensi dan kontrol pada frekuensi BAK bayi


(55)

5,96 nilai ini lebih besar dari tabel t hitung dengan df=12 dan level signifikan 0,00 & 0,00, t hitung pada kelompok intervensi dan kontrol pada frekuensi BAB bayi 3,266 nilai ini lebih besar dari tabel t hitung dengan df=12 dan level signifikan 0,007 & 0,008, t hitung pada kelompok intervensi dan kontrol pada frekuensi menyusui 5,774 nilai ini lebih besar dari tabel t hitung dengan df=12 dan level signifikan 0,000 & 0,000, t hitung pada kelompok intervensi dan kontrol pada kondisi payudara 1,549 nilai ini lebih kecil dari tabel t hitung dengan df=12 dan level signifikan 0,147 & 0,172 Sehingga dapat disimpulkan bahwa setelah dilakukan IMD pada hari ketiga terdapat perbedaan produksi ASI pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Disini terbukti bahwa IMD efektif terhadap peningkatan produksi ASI dilihat dari lama tidur bayi, frekuensi BAK bayi dan frekuensi BAB bayi, tetapi frekuensi menyusui, tidak efektif dilihat dari kondisi payudara.


(56)

Tabel 7. Distribusi gambaran produksi ASI hari ketiga pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi di Klinik Bersalin Mariani

Pengeluaran ASI Kelompok Signifikan Mean T Lama tidur bayi Kontrol

intervensi

0,000 0,000

2,42

2,42 12,02

Frekuensi BAK bayi Kontrol Intervensi

0,000 0,00

2,14

2,14 5,96

Frekuensi BAB bayi Kontrol intervensi

0,007 0,004

1,14

1,14 3,26

Frekuensi menyusui Kontrol Intervensi

0,000 0,000

2,85

2,85 5,77

Kondisi payudara Kontrol Intervensi

0,147 0,172

0,28

0,28 1,54

2. Pembahasan

Dari hasil penelitian yang diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang efektifitas inisiasi menyusui dini terhadap peningkatan produksi ASI di klinik bersalin Mariani.

2.1.Karakteristik responden

Hasil penelitian menunjukkan berat badan bayi baru lahir antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi ada perbedaan, yang dapat mempengaruhi produksi ASI sesuai dengan hasil penelitian De Carvalho (1982) menemukan hubungan positif berat lahir bayi dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14 hari pertama setelah lahir. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr). Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi


(57)

frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.

Pada penggunaan pil kontrasepsi antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi ada perbedaan, kelompok intervensi tidak menggunakan kontrasepsi sedangkan pada kelompok kontrol ada yang menggunakan pil kontrasepsi. Pil kontrasepsi dapat mempengaruhi produksi ASI hal ini sesuai dengan pernyataan (Koetsawang, 1987 dan Lonerdal, 1986) Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI.

Hasil penelitian juga menunjukan tidak ada perbedaan antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi pada konsumsi rokok, kelompok kontrol dan kelompok intervensi tidak mengkonsumsi rokok. Konsumsi rokok dapat mempengaruhi produksi ASI hai ini sesuai dengan penelitian (Arifin, 2004) merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin.

Hasil penelitian menunjukkan antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi tidak ada perbedaan yaitu tidak rawat gabung dengan ibunya. Rawat gabung dapat mempengaruhi produksi ASI sesuai hasil penelitian (Soeningsih, 2006) bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera disusui dan frekuensinya lebih sering. Proses ini merupakan proses fisiologis yang alami, dimana bayi mendapatkan nutrisi alami yang paling sesuai dan baik. Untuk ibu, dengan menyusui, maka akan timbul refleks oksitosin yang akan membantu


(58)

proses fisiologis involusi rahim. Di samping itu akan timbul refleks prolaktin yang akan memacu proses produksi ASI

2.2.Produksi ASI hari pertama, kedua dan ketiga pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol

Hasil penelitian menunjukkan produksi ASI antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi berbeda pada hari pertama, kedua, dan ketiga. Pada hari pertama menunjukkan tidak ada perbedaan dilihat dari frekuensi menyusui sedangkan, untuk lama tidur bayi, frekuensi BAK, frekuensi BAB, dan kondisi payudara ada perbedaan. Hal ini disebabkan, bayi harus disusukan setiap 3 jam sekali atau 8 kali sehari sesuai dengan kebutuhan bayi dengan tujuan meningkatkan produksi ASI. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Arifin (2004) bahwa sebaiknya frekuensi menyusui dilakukan 8 kali per hari selama bulan pertama karena dapat memotivasi produksi ASI yang optimal.

Sedangkan pada lama tidur bayi, frekuensi BAK, frekuensi BAB dan kondisi payudara menunjukkan ada perbedaan hal ini membuktikan bahwa Inisiasi Menyusu Dini (IMD) efektif dalam meningkatkan produksi ASI. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Bergman (2005) yang menyatakan kontak kulit ibu dengan kulit bayi dimulai pada saat lahir, dalam periode yang singkat dapat meningkatkan produksi ASI. Dan didukung oleh hasil penelitian Verayanti (2008) mengungkapkan, bila bayi bisa menyusu dalam 20-30 menit pertama setelah lahir, ini akan membangun refleks menghisap pada bayi dan dapat meningkatkan produksi ASI.

Pada hari kedua hasil penelitian menunjukkan frekuensi menyusui antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi ada perbedaan yang disebabkan


(59)

oleh frekuensi menyusui pada kelompok kontrol lebih sedikit dibandingkan pada kelompok intervensi karena pada kelompok kontrol diberikan susu formula yang disebabkan oleh ketidak cukupan ASI ibu. Pada lama tidur bayi, frekuensi BAB, frekuensi BAK dan kondisi payudara ada perbedaan hal ini membuktikan bahwa Inisiasi Menyusu dini efektif terhadap peningkatan produksi ASI. Menurut hubertin (2004), bayi yang disusui maksimal segera setelah lahir merupakan titik awal yang penting, apakah bayi nanti akan cukup mandapatkan ASI atau tidak, ini didasari oleh peran hormon pembuat ASI yaitu hormon prolaktin. Hormon prolaktin dalam peredaran darah ibu akan menurun setelah satu jam persalinan yang disebabkan oleh lepasnya plasenta. Isapan bayi segera setelah lahir akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk mengeluarkan hormon oksitosin, hormon oksitosi akan bekerja merangsang otot polos unutk memeras ASI yang ada pada alveoli, lobus, serta duktus yang berisi ASI yang dikeluarkan melalui puting susu. Keadaan ini akan memaksa hormon prolaktin untuk terus memproduksi ASI. Kosongnya simpanan ASI mengakibatkan semakin besar produksinya untuk mengisi kembali lumbung ASI yang kosong dan hormon prolaktin akan terus tinggi dalam peredaran darah. Apabila bayi tidak mengisap puting susu segera setelah lahir, hormon prolaktin akan turun dan sulit merangsang prolaktin sehingga ASI akan keluar pada hari ketiga atau lebih (Hubertin, 2004).

Pada hari ketiga hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan produksi ASI antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi dilihat dari kondisi payudara, hal ini disebabkan pada hari ketiga secara fisiologis ASI sudah diproduksi hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kelly (2007) yang membuktikan


(1)

Hari 1 T-Test

Hari 2

Group Sta tisti cs

7 15.7143 .48795 .18443

7 17.4286 .78680 .29738

7 .8571 .89974 .34007

7 3.5714 .78680 .29738

7 1.5714 1.13389 .42857

7 3.0000 .57735 .21822

7 8.5714 .97590 .36886

7 8.7143 .95119 .35952

7 1.0000 .00000 .00000

7 1.4286 .53452 .20203

7 1.0000 .00000a .00000

7 1.0000 .00000a .00000

kelompok kontrol int ervensi kontrol int ervensi kontrol int ervensi kontrol int ervensi kontrol int ervensi kontrol int ervensi Lamatidurbayi

FrekuensiB AKbayi FrekuensiB ABbayi Frekuensimeny usui kondis ipay udara W aktu hari 1

N Mean St d. Deviat ion

St d. E rror Mean

t c annot be comput ed because t he s tandard deviations of both groups are 0. a.

Independent Samples Test

2.541 .137 -4.899 12 .000 -1.71429 .34993 -2.47671 -.951

-4.899 10.021 .001 -1.71429 .34993 -2.49375 -.934

.290 .600 -6.008 12 .000 -2.71429 .45175 -3.69857 -1.730

-6.008 11.790 .000 -2.71429 .45175 -3.70052 -1.728

2.641 .130 -2.970 12 .012 -1.42857 .48093 -2.47643 -.380

-2.970 8.915 .016 -1.42857 .48093 -2.51809 -.339

.000 1.000 -.277 12 .786 -.14286 .51508 -1.26512 .979

-.277 11.992 .786 -.14286 .51508 -1.26520 .979

288.000 .000 -2.121 12 .055 -.42857 .20203 -.86876 .011

-2.121 6.000 .078 -.42857 .20203 -.92292 .065 Equal variances

as sumed Equal variances not ass umed Equal variances as sumed Equal variances not ass umed Equal variances as sumed Equal variances not ass umed Equal variances as sumed Equal variances not ass umed Equal variances as sumed Equal variances not ass umed Lamatidurbayi

FrekuensiBAKbayi

FrekuensiBABbayi

Frekuensimenyusui

kondis ipayudara

F Sig. Levene's Test for

Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Uppe 95% Confidence Interval of the

Difference t-test for Equality of Means


(2)

Hari 3

T-Test

Group Sta tisti cs

7 2.0000 .00000a .00000

7 2.0000 .00000a .00000

7 16.4286 .53452 .20203

7 18.8571 .89974 .34007

7 3.4286 .78680 .29738

7 5.7143 1.11270 .42056

7 2.4286 .78680 .29738

7 3.7143 .48795 .18443

7 8.5714 .97590 .36886

7 10.1429 .89974 .34007

7 1.0000 .00000a .00000

7 2.0000 .00000a .00000

kelompok kontrol int ervensi kontrol int ervensi kontrol int ervensi kontrol int ervensi kontrol int ervensi kontrol int ervensi W aktu hari 2

Lamatidurbayi FrekuensiB AKbayi FrekuensiB ABbayi Frekuensimeny usui kondis ipay udara

N Mean St d. Deviat ion

St d. E rror Mean

t c annot be comput ed because t he s tandard deviations of both groups are 0. a.

Independent Samples Test

2.262 .158 -6.140 12 .000 -2.42857 .39555 -3.29041 -1.56673

-6.140 9.766 .000 -2.42857 .39555 -3.31279 -1.54435

.321 .582 -4.438 12 .001 -2.28571 .51508 -3.40797 -1.16345

-4.438 10.800 .001 -2.28571 .51508 -3.42196 -1.14947

2.541 .137 -3.674 12 .003 -1.28571 .34993 -2.04814 -.52329

-3.674 10.021 .004 -1.28571 .34993 -2.06518 -.50625

.871 .369 -3.132 12 .009 -1.57143 .50170 -2.66453 -.47832

-3.132 11.922 .009 -1.57143 .50170 -2.66533 -.47753

Equal variances as sumed Equal variances not ass umed Equal variances as sumed Equal variances not ass umed Equal variances as sumed Equal variances not ass umed Equal variances as sumed Equal variances not ass umed Lamatidurbayi

FrekuensiBAKbayi

FrekuensiBABbayi

Frekuensimenyusui

F Sig.

Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence Interval of the

Difference t-test for Equality of Means


(3)

Keseluruhan dari kelompok

T-Test

Group Sta tisti cs

7 3.0000 .00000a .00000

7 3.0000 .00000a .00000

7 17.5714 .53452 .20203

7 20.0000 .00000 .00000

7 5.4286 .78680 .29738

7 7.5714 .53452 .20203

7 3.5714 .78680 .29738

7 4.7143 .48795 .18443

7 8.8571 1.06904 .40406

7 11.7143 .75593 .28571

7 1.7143 .48795 .18443

7 2.0000 .00000 .00000

kelompok kontrol int ervensi kontrol int ervensi kontrol int ervensi kontrol int ervensi kontrol int ervensi kontrol int ervensi W aktu hari 3

Lamatidurbayi FrekuensiB AKbayi FrekuensiB ABbayi Frekuensimeny usui kondis ipay udara

N Mean St d. Deviat ion

St d. E rror Mean

t c annot be comput ed because t he s tandard deviations of both groups are 0. a.

Independent Samples Test

288.000 .000 -12.021 12 .000 -2.42857 .20203 -2.86876 -1.988

-12.021 6.000 .000 -2.42857 .20203 -2.92292 -1.934

1.466 .249 -5.960 12 .000 -2.14286 .35952 -2.92618 -1.359

-5.960 10.566 .000 -2.14286 .35952 -2.93813 -1.347

1.293 .278 -3.266 12 .007 -1.14286 .34993 -1.90528 -.380

-3.266 10.021 .008 -1.14286 .34993 -1.92233 -.363

5.333 .040 -5.774 12 .000 -2.85714 .49487 -3.93538 -1.778

-5.774 10.800 .000 -2.85714 .49487 -3.94881 -1.765

26.667 .000 -1.549 12 .147 -.28571 .18443 -.68755 .116

-1.549 6.000 .172 -.28571 .18443 -.73699 .165 Equal variances

as sumed Equal variances not ass umed Equal variances as sumed Equal variances not ass umed Equal variances as sumed Equal variances not ass umed Equal variances as sumed Equal variances not ass umed Equal variances as sumed Equal variances not ass umed Lamatidurbayi

FrekuensiBAKbayi

FrekuensiBABbayi

Frekuensimenyusui

kondis ipayudara

F Sig. Levene's Test for

Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Uppe 95% Confidence Interval of the

Difference t-test for Equality of Means


(4)

Keseluruhan dari pembagian waktu

T-Test

Group Sta tisti cs

21 2.0000 .83666 .18257

21 2.0000 .83666 .18257

21 16.5714 .92582 .20203

21 18.7619 1.26114 .27520

21 3.2381 2.07135 .45200

21 5.6190 1.85678 .40518

21 2.5238 1.20909 .26385

21 3.8095 .87287 .19048

21 8.6667 .96609 .21082

21 10.1905 1.50396 .32819

21 1.2381 .43644 .09524

21 1.8095 .40237 .08781

kelompok kontrol int ervensi kontrol int ervensi kontrol int ervensi kontrol int ervensi kontrol int ervensi kontrol int ervensi W aktu

Lamatidurbayi FrekuensiB AKbayi FrekuensiB ABbayi Frekuensimeny usui kondis ipay udara

N Mean St d. Deviat ion

St d. E rror Mean

Independent Samples Test

.000 1.000 .000 40 1.000 .00000 .25820 -.52184 .52184

.000 40.000 1.000 .00000 .25820 -.52184 .52184

4.166 .048 -6.416 40 .000 -2.19048 .34140 -2.88047 -1.50048

-6.416 36.705 .000 -2.19048 .34140 -2.88240 -1.49855

.257 .615 -3.922 40 .000 -2.38095 .60703 -3.60780 -1.15411

-3.922 39.531 .000 -2.38095 .60703 -3.60825 -1.15365

5.516 .024 -3.951 40 .000 -1.28571 .32542 -1.94340 -.62802

-3.951 36.394 .000 -1.28571 .32542 -1.94544 -.62599

2.527 .120 -3.907 40 .000 -1.52381 .39007 -2.31217 -.73545

-3.907 34.104 .000 -1.52381 .39007 -2.31644 -.73118

.544 .465 -4.411 40 .000 -.57143 .12954 -.83323 -.30962

-4.411 39.739 .000 -.57143 .12954 -.83329 -.30957 Equal variances

as sumed Equal variances not ass umed Equal variances as sumed Equal variances not ass umed Equal variances as sumed Equal variances not ass umed Equal variances as sumed Equal variances not ass umed Equal variances as sumed Equal variances not ass umed Equal variances as sumed Equal variances not ass umed Waktu

Lamatidurbayi

FrekuensiBAKbayi

FrekuensiBABbayi

Frekuensimenyusui

kondis ipayudara

F Sig.

Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means


(5)

Group Sta tisti cs

28 18.2143 1.47465 .27868

14 16.5714 1.08941 .29116

28 5.5357 1.68835 .31907

14 2.2143 1.62569 .43448

28 3.6071 1.03062 .19477

14 2.2857 1.13873 .30434

28 9.8214 1.54089 .29120

14 8.6429 .92878 .24823

28 1.6786 .47559 .08988

14 1.2143 .42582 .11380

28 1.5000 .50918 .09623

14 1.5000 .51887 .13868

W aktu >= 2.00 < 2.00 >= 2.00 < 2.00 >= 2.00 < 2.00 >= 2.00 < 2.00 >= 2.00 < 2.00 >= 2.00 < 2.00 Lamat idurbayi

FrekuensiB AK bayi FrekuensiB AB bayi Frekuensimeny usui kondis ipay udara kelompok

N Mean St d. Deviat ion

St d. E rror Mean

Indepe nde nt S am ple s Te st

2.225 .144 3.686 40 .001 1.64286 .44564 .74218 2.54353

4.076 33.994 .000 1.64286 .40303 .82379 2.46193

.000 .986 6.083 40 .000 3.32143 .54606 2.21780 4.42506

6.162 27.019 .000 3.32143 .53905 2.21542 4.42744

.852 .362 3.784 40 .001 1.32143 .34924 .61558 2.02727

3.657 23.899 .001 1.32143 .36133 .57552 2.06733

2.589 .115 2.624 40 .012 1.17857 .44917 .27076 2.08638

3.080 38.393 .004 1.17857 .38264 .40421 1.95293

2.386 .130 3.083 40 .004 .46429 .15057 .15997 .76860

3.202 28.867 .003 .46429 .14502 .16764 .76094

.000 1.000 .000 40 1.000 .00000 .16771 -.33894 .33894

.000 25.667 1.000 .00000 .16879 -.34717 .34717

Equal variances as sumed Equal variances not ass umed Equal variances as sumed Equal variances not ass umed Equal variances as sumed Equal variances not ass umed Equal variances as sumed Equal variances not ass umed Equal variances as sumed Equal variances not ass umed Equal variances as sumed Equal variances not ass umed Lamatidurbayi

FrekuensiB AKbayi

FrekuensiB ABbayi

Frekuensimeny usui

kondis ipay udara

kelompok

F Sig.

Levene's Test for Equalit y of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

St d. E rror

Difference Lower Upper 95% Confidenc e Int erval of t he

Difference t-test for E quality of Means


(6)

Daftar Riwayat Hidup

Nama

: Sri Yuni Fitria

Tempat tanggal lahir

: 061101004

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Pembangunan USU gang Pendidikan no 16

Medan

Riwayat Pendidikan

:

1.1994-2000: SDN 17 Pulakek Kec. Sei Pagu Kab. Solok Selatan Sumatera Barat

2. 2000-2003: SMP N 2 Kec. Sei Pagu Kab Solok Selatan Sumatera Barat

3. 2003-2006: SMA N 2 Kec. Sei Pagu Kab Solok Selatan Sumatera Barat

4. 2006-2010: Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Pengalaman lainnya

:

1. Tahun 2008 sebagai panitia dalam acara penyambutan mahasiswa baru (PMB)

tahun 2008 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Tahun 2008 sebagai tim medis dalam acara bakti sosial dan penanaman seribu

pohon di Kec. Stabat Kab. Langkat

3. Tahun 2008 sebagai peserta dalam seminar Linux: Alternative Operating

System di Auditorium FKM USU

4. Tahun 2009 sebagai peserta dalam seminar nasional keperawatan kesehatan

jiwa di balai pertemuan Sari Mutiara Medan

5. Tahun 2009 sebagai peserta dalam pelatihan pertolongan pertama & kesiagaan

menghadapi bencana yang diadakan oleh The Johanniter International

Assistance

6. Tahun 2010 sebagai peserta dalam seminar keperawatan dalam rangka

peringatan HUT PPNI ke-36 Sumatera Utara tentang Prinsip keperawatan

mandiri dan uji kompetensi perawat