Dokumentasi: DR Sulipan, M.Pd. - 2011
10
relatif lama, dan tak mengandung zat berbahaya sehingga aman sebagai bahan bakar rumah tangga dan industri. Dibandingkan batu bara, briket bioarang bisa
lebih cepat menyala, sedangkan mengenai ukuran dan bentuk, bisa disesuaikan sesuai kebutuhan.
Abdullah 1991, menyatakan bahwa pengarangan merupakan proses pirolisa primer lambat dan merupakan teknologi yang telah dipraktekkan oleh
manusia sejak 1000 tahun yang lalu. Pirolisa adalah penguraian biomassa lysis karena panas pyro pada suhu lebih dari 150
o
C. Sedang pirolisa primer adalah pirolisa yang terjadi pada bahan baku umpan, pada suhu 150
o
C – 300
o
C dengan hasil peruraian yang utama ter, air, karbon monoksida, karbon dioksida, acetil
acid dan methyl alkohol. Pada laju pemanasan lambat dengan suhu 150
o
C - 300
o
C reaksi utama adalah dehidrasi kehilangan kandungan air. Hasil reaksi pada kondisi ini adalah
karbon arang, air, karbon monoksida, dan karbondioksida. Semakin lambat proses pengarangan maka akan menghasilkan mutu arang semakin baik.
Untuk suhu pengarangan yang semakin tinggi akan semakin banyak zat-zat kayu yang menguap sehingga kadar C-nya tinggi dan sifat arang menjadi lebih
baik. Tetapi jumlah arangnya atau rendemen yang dihasilkan menjadi berkurang. Hasil yang diperoleh adalah uap air, macam-macam gas dan air. Pengarangan akan
lebih baik hasilnya jika dilakukan pengeringan pendahuluan pada bahan baku Abdullah, 1991
B. Briket sampah bioarang
Briket bioarang merupakan arang yang dirubah bentuk , ukuran dan kerapatannya dengan cara mengepres campuran serbuk dengan memberi tekanan
pada serbuk arang dengan zat perekat atau tanpa bahan tambah. Menurut Hartoyo dkk, 1978 ada 4 macam cara yang dapat digunakan untuk pembuatan arang briket
yaitu : 1 pengempaanpengepresan serbuk kayu menjadi arang briket disusul dengan karbonisasi pada tekanan sedang, 2 pengempaanpengepresan secara
karbonisasi serbuk secara serentak, 3 pengempaanpengepresan campuran arang dan serbuk kayu menjadi briket bioarang disusul dengan karbonisasi dan 4
Dokumentasi: DR Sulipan, M.Pd. - 2011
11
pengempaanpengepresan campuran arang dan bahan perekat menjadi briket bioarang, disusul dengan pengeringan.
Dalam penelitian ini digunakan cara model keempat yaitu pencampuran serbuk
arang, bahan
tambah dan
bahan perekat
kemudian dilakukan
pengempaanpengepresan sehingga menjadi briket bioarang, disusul dengan pengeringan.
Bahan baku, bahan perekat dan tekanan pengempaan sangat mempengaruhi kerapatan briket bioarang yang dihasilkan. Ditinjau dari bahan perekat yang
digunakan, produk yang dihasilkan dapat dibedakan antara briket yang tidak atau kurang berasap dan banyak asap. Bahan perekat yang digunakan akan
mempengaruhi kualitas penyalaan ditinjau dari jumlah asap yang ditimbulkannya . Pemakaian ter dan tetes sebagai bahan perekat akan menghasilkan briket bioarang
yang mempunyai kekuatan tinggi tetapi bila dibakar asap yang ditimbulkan cukup banyak Setyono HS, 2004. Briket bioarang jenis ini kurang baik bila dikonsumsi
untuk keperluan rumah tangga. Bahan perekat dari zat pati, dekstrin, dan tepung beras akan menghasilkan
briket bioarang yang tidak berasap, tahan lama, tetapi nilai kalornya tidak setinggi nilai kalor arang kayunya Hartoyo, 1978. Briket jenis ini bisa digunakan sebagai
bahan bakar untuk keperluan rumah tangga. Bahan perekat dan bahan tambahcampuran yang mempunyai nilai
karbon, kadar zat terbang dan kadar minyak akan mempengaruhi produk briket bioarang yang dihasilkan. Salah satu bahan tambah yang mempunyai kadar karbon
dan kadar minyak adalah ampas jarak pagar sisa proses pembuatan biodisel.Basriyanta, 2007
Pada pengepresan jarak pagar ini ada yang melakukan pengepresan dengan cangkangnya dan ada yang sudah dikupas cangkangnya, tetapi yang lebih
sederhana dan lebih cepat tanpa dikupas cangkangnya. Pada pengepresan dengan cangkangnya, ampasbungkilnya masih bercampur dengan butiran cangkang
sehingga nilai carbon dan charcolnya lebih banyak dan sisa kandungan minyak sekitar 5 yang tertinggal pada ampas.
Dokumentasi: DR Sulipan, M.Pd. - 2011
12
Ampas jarak pagar yang sudah dihancurkan dan tanpa diarangkan sehingga karakteristik yang terkandung dalam ampas jarak pagar masih utuh, kalau
dicampurkan pada bioarang limbah kayu jati dalam pembuatan briket bioarang akan memberikan nilai tambah dari segi kadar karbon, nilai kalor, titik bakar,
kemudahan dalam penyalaan dan kadar abu Basriyanta, 2007 Emirusalina 1997 dalam penelitiannya menyatakan semakin berat sampel
yang dihasilkan, semakin tinggi kerapatannya dan tergantung dari pengempaan yang diberikan. Semakin besar tekanan pengempaan, kerapatan bahan semakin
tinggi.
C. Peralatan Pengolah Briket Sampah