Proses Pirolisis Sampah TINJAUAN PUSTAKA

Dokumentasi: DR Sulipan, M.Pd. - 2011 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Proses Pirolisis Sampah

Sampah disatu sisi sampai saat ini masih menjadi masalah, tetapi disisi lain kalau dikeloala dan dioalah dengan prosedur yang benar dapat menjadi berkah. Salah satunya ampah organik dapat dapat diolah menjadi bahan yang bermanfaat diantaranya briket sampah briket bioarang sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah yang semakin mahal dan sulit di dapat. Selain itu asap dari proses pengolah ini dapat dioptimalkan menjadi asap cair dapat digunakan sebagai herbisida organik untuk mengusi serangga. Dengan herbisida organik ini hasil panenan pertanian terhindar dari bahan kimia apalagi kalau didipupuk dengan kompos sehingga hasilnya benar-benar organik. Pupuknya organik, pengusir hamanya juga organik. Pembuatan bioarang dapat dilakukan dengan proses pirolisis atau pembakaran yang terkendali dimana oksigen O 2 dibatasi, kayu atau materi yang dibakar tidak langsung luruh menjadi abu. Pembakaran model ini akan menghasilkan kristal arang hitam dengan unsur carbon C tinggi. Kristal arang hitam inilah yang kemudian lebih dipadatkan lagi dalam bentuk briket sehingga menghasilkan bara api yang lebih kuat dan tahan lama. Panas yang dibutuhkan untuk pirolisis disediakan dengan pembakaran sebagian bahan baku prinsip oksidasi parsial atau dengan pemanasan dari luar. Dari percobaan dan analisis yang di lakukan oleh Ujang Ketua Asosiasi pengrajin arang briket Ciamis, proses tersebut juga cocok untuk semua sampah organik seperti kulit rambutan, sabut dan batok kelapa, daun-daunan, serbuk gergaji dan enceng gondok dapat dijadikan bahan baku briket bioarang. SKH Pikiran Rakyat Bandung , 2006, Kolom Profil . Menurut Ujang, ada banyak keuntungan menggunakan briket bioarang atara lain : kalorinya sangat tinggi yakni mencapai 6.000 - 7.000 kalori, punya kerapatan yang sama, pemakaian Dokumentasi: DR Sulipan, M.Pd. - 2011 10 relatif lama, dan tak mengandung zat berbahaya sehingga aman sebagai bahan bakar rumah tangga dan industri. Dibandingkan batu bara, briket bioarang bisa lebih cepat menyala, sedangkan mengenai ukuran dan bentuk, bisa disesuaikan sesuai kebutuhan. Abdullah 1991, menyatakan bahwa pengarangan merupakan proses pirolisa primer lambat dan merupakan teknologi yang telah dipraktekkan oleh manusia sejak 1000 tahun yang lalu. Pirolisa adalah penguraian biomassa lysis karena panas pyro pada suhu lebih dari 150 o C. Sedang pirolisa primer adalah pirolisa yang terjadi pada bahan baku umpan, pada suhu 150 o C – 300 o C dengan hasil peruraian yang utama ter, air, karbon monoksida, karbon dioksida, acetil acid dan methyl alkohol. Pada laju pemanasan lambat dengan suhu 150 o C - 300 o C reaksi utama adalah dehidrasi kehilangan kandungan air. Hasil reaksi pada kondisi ini adalah karbon arang, air, karbon monoksida, dan karbondioksida. Semakin lambat proses pengarangan maka akan menghasilkan mutu arang semakin baik. Untuk suhu pengarangan yang semakin tinggi akan semakin banyak zat-zat kayu yang menguap sehingga kadar C-nya tinggi dan sifat arang menjadi lebih baik. Tetapi jumlah arangnya atau rendemen yang dihasilkan menjadi berkurang. Hasil yang diperoleh adalah uap air, macam-macam gas dan air. Pengarangan akan lebih baik hasilnya jika dilakukan pengeringan pendahuluan pada bahan baku Abdullah, 1991

B. Briket sampah bioarang