Himpunan Invariant dan Fungsi Liapunov Kriteria Routh Hurwitz

69 Teorema 2.12. Perko, 1991 Diberikan matriks Jacobian K=B dari Sistem 2.1.3 dengan nilai eigen ,. a. Jika semua bagian real nilai eigen matriks Jacobian K=B bernilai negatif, maka titik ekuilibrium B dari Sistem 2.1.3 stabil asimtotik lokal. b. Jika terdapat paling sedikit satu nilai eigen matriks Jacobian K2V yang bagian realnya bernilai positif, maka titik ekuilibrium V dari Sistem 2.1.3 tidak stabil. Pada subbab berikutnya akan diberikan Teorema Lyapunov yang digunakan untuk menunjukkan kestabilan global titik ekuilibrium.

2.4. Himpunan Invariant dan Fungsi Liapunov

Berikut akan diberikan definisi himpunan Invariant dan definisi fungsi Lyapunov. Definisi 2.13. Verhulst, 1996 Diberikan Sistem 2.1.3 dengan 7 ⊂ dan W ⊂ 7. Himpunan W disebut himpunan invariant terhadap Sistem 2.1.3, jika W maka , W untuk setiap . Definisi 2.14. Luenberger, 1979 Diberikan fungsi X: 7 ⊂ ; → ; dan V7 merupakan titik ekuilibrium Sistem 2.1.3. Fungsi X disebut fungsi Liapunov jika memenuhi ketiga pernyataan berikut: a. Fungsi X kontinu dan mempunyai turunan parsial pertama yang kontinu pada 7 atau X Y 7, b. Fungsi X 0 untuk 7 dengan ≠ B dan XB = 0 dengan = B, c. Fungsi X1 ≤ 0, untuk setiap 7. Berikut diberikan beberapa sifat yang akan digunakan untuk menganalisis kestabilan global titik ekuilibrium Sistem 2.1.3. Teorema 2.15Verhulst, 1996 Diberikan Sistem 2.1.3 dengan ⊂ . Jika terdapat fungsi Liapunov X yang memenuhi tiga syarat berikut i. 7 Z = [ 7X ≤ ] untuk suatu ] 0, merupakan himpunan terbatas ii. X1 ≤ 0 untuk setiap 7 Z , dan iii. Terdapat W himpunan invariant terbesar dalam _ = ` 7 Z X1 = 0a, dan untuk setiap mendekati tak hingga solusi mendekati W, maka W merupakan himpunan invariant terbesar dalam _, atau M merupakan gabungan semua himpunan- himpunan invariant dalam _. Berikut akan diberikan teorema tentang kestabilan global titik ekuilibrium Sistem 2.1.3, yang merupakan akibat dari Teorema 2.17. Akibat 2.16. Verhulst, 1996 Diberikan Sistem 2.1.3 dengan 7 ⊂ . Jika terdapat fungsi Liapunov X dengan i. 7 Z = [ 7X ≤ ] untuk suatu ] 0, merupakan himpunan terbatas ii. X1 ≤ 0 untuk setiap 7 Z , dan iii. _ = ` 7 Z X1 = 0a tidak memuat solusi kecuali titik ekuilibrium V = 0 , 70 maka V stabil asimtotik lokal. Selanjutnya jika 7 Z merupakan 7, maka titik ekuilibrium tersebut stabil asimtotik global. Pada subbab berikut akan dibicarakan mengenai cara alternatif untuk menentukan nilai eigen yang dikenal dengan kriteria Routh Hurwitz.

2.5. Kriteria Routh Hurwitz

Berdasarkan Teorema 2.13, kestabilan titik ekuilibrium Sistem 2.1.3 dapat ditinjau berdasarkan nilai eigen dari matrik Jacobiannya. Berikut akan diberikan Kriteria Routh Hurwitz cara untuk menentukan sifat kestabilan dari titik ekuilibrium. Teorema 2.17. Jika pembuat nol pada -b c b c b ⋯ c 2.5.1 mempunyai bagian real yang negatif, maka c c 0, c c 0, ⋯ , c c 0. 2.5.2 Selanjutnya tanpa mengurangi keumuman diambil c positif sehingga seluruh koefisien dari polinomial 2.5.1 bertanda sama, sehingga dapat dibentuk = c , = c , d = c e , e = c f = c , = c d , d = c g , e = c h i = c c j = c − i c d , = c e − i c g , d = c f − i c h ⋯ i = ,k ,k l 5k = 5m,k − i k 5m ,k ; kn ,d,… 5n, ,… ⋯ = c . Jika = 2o, maka pm, = pm, = c , pm, = pm,d = 0 . Jika = 2o − 1, maka p, = c , , p = c , p = pd = 0 . Teorema 2.18. Pembuat nol dari Polinomial 2.5.1 mempunyai bagian real yang negatif jika dan hanya jika dipenuhi pertidaksamaan 2.5.2 dan 71 0, 0, ⋯ , 0. 2.5.3 Selanjutnya dibentuk matriks dengan entri-entrinya merupakan koefisien dari Polinomial 2.4.1 sebagai berikut _ = N O O O O P c c d c g ⋮ c c c e ⋮ c c d ⋮ c c ⋮ ⋯ ⋯ ⋯ ⋮⋯ ⋯ ⋮ c ⋮ c c S T T T T U 2.5.4 Matriks 2.5.4 disebut Matriks Hurwitz. Determinan matriks Hurwitz tingkat k dinotasikan dengan k ∆ yang didefinisikan sebagai ∆ = c , ∆ = r c c c d c r , ∆ d = s c c c d c c c g c e c d s , ∆ e = t c c d c g c h c c c e c f c c d c g c c c e t , ⋯, ∆ = N O O O O P c c d c g ⋮ c c c e ⋮ c c d ⋮ c c ⋮ ⋯ ⋯ ⋯ ⋮⋯ ⋯ ⋮ c ⋮ c c S T T T T U . Teorema 2.19. Hahn, 1967. Pembuat nol polinomial 2.5.1 mempunyai bagian real yang negatif jika dan hanya jika dipenuhi pertidaksamaan 2.5.2 dan ∆ 0, ∆ 0, ⋯ , ∆ 0. 2.5.5 Akibatnya pembuat nol dari polinomial berderajad = 2,3,4 mempunyai bagian real yang negatif jika dipenuhi i. untuk = 2, c 0 dan c 0 ii. untuk = 3, c 0 , c d c c c d iii. untuk = 4, c 0 , c d 0 , c e c c c d c d + c c e . Pada subbab berikut akan dibicarakan mengenai Bifurkasi.

Dokumen yang terkait

Hubungan Keberadaan Jentik Aedes Aegypti Dan Pelaksanaan 3m Plus Dengan Kejadian Penyakit Dbd Di Lingkungan XVIII KELURAHAN BINJAI KOTA MEDAN TAHUN 2012

4 98 88

Analisis Keberadaan Tempat Perindukan Nyamuk Aedes Aegypti Pada Kasus Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Bangkinang Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar Tahun 2006

0 35 103

Pelaksanaan Program Pengendalian Aedes aegypti Dalam Menurunkan Kepadatan Indeks Jentik Di Pelabuhan Tanjung Balai Karimun Tahun 2000-2003

0 22 87

Pengukuran Kepadatan Nyamuk Aedes aegypti Berdasarkan Indeks Ovitrap Di Pelabuhan Biang Lancang Lhokseumawe Tahun 2004

2 40 69

Efektifitas Beberapa Jenis Insektisida Terhadap Nyamuk Aedes aegypti (L.)

1 77 96

Hubungan Tempat Perindukan Nyamuk dan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru Kota Tangerang Selatan Tahun 2015

3 26 120

Hubungan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes Aegypti Pada Ovitrap Di RW 01 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2015

3 21 116

Hubungan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan Tingkat Densitas Telur Nyamuk Aedes Aegypti Pada Ovitrap Di RW 01 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2015

1 13 116

Hubungan Faktor Perilaku dan Faktor Lingkungan dengan Keberadaan Larva Nyamuk AedesAegypti di Kelurahan Sawah Lama Tahun 2013

1 8 166

UPAYA PEMBERANTASAN NYAMUK AEDES AEGYPTI DENGAN PENGASAPAN (FOGGING) DALAM RANGKA MENCEGAH PENINGKATAN KASUS DEMAM BERDARAH

0 4 11