Nilai Derajat Keasaman pH

11 Gambar 5.13 Grafik kadar derajat keasaman pH menit 10 Gambar 5.14 Grafik kadar derajat keasaman pH menit 10 Gambar 5.15 Grafik perbandingan kadar derajat keasaman pH setelah pengujian pada menit 0, 10, 20, dan 30 Berdasarkan tabel 5.3 dan gambar 5.11, 5.12, 5.13, 5.14 dan 5.15 dapat dilihat setelah air sampel selokan mataram yang di uji melalui segmen 1, 2, dan 3 dengan alat uji water treatment nilai pH air mengalami fluktuasi, baik mengalami kenaikan dan penurunan di tiap menitnya hal ini di akibatkan oleh perubahan suhu air, koagulan tawas yang terlarut dalam air mempengaruhi nilai pH selain itu proses dalam pengolahan air juga mempengaruhi nilai pH, selain itu proses dalam pengolahan air juga mempengaruhi hilai ph setiap waktu.

B. Polutan Tersedimen Pada Alat Uji

Tabel 5.4. Hasil Pengujian kadar polutan tersedimen Segmen Kadar Polutan Terendap mg Segmen 1 32,74 Segmen 2 6,10 Segmen 3 7,03 Sumber: Hasil Pengujian,2016 Gambar 5.16. Grafik kadar polutan terendap pada alat uji Dilihat dari tabel 5.4 dan gambar 5.16 dapat di simpulkan setelah sampel air selokan mataram yang di uji melalui proses segmen 1, 2, dan 3 air mengalami penurunan kadar kekeruhan paling maksimal terjadi pada segmen 1 pada unit koagulasi-flokulasi, dimana pada unit flokulasi terjadi penumpukan endapan polutan lumpur yang cukup besar. Hal ini menunjukkan segmen 1 koagulasi flokulasi dalam pengolahan air baku menjadi air bersih sangat efektif dalam menurunkan kadar kekeruhan air.

G. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan, maka peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan, antara lain: 1. Setelah air sampel mengalami proses pengolahan menggunakan alat uji water treatment melewati segmen 1, 2. dan 3 maka di dapat hasil sebagai berikut: a. Nilai kekeruhan pada pengujian menit ke 0, 10, 20, dan 30 mengalami penurunan nilai kekeruhan dimana nilai inlet awal sebesar 458 NTU setelah melewati segmen 1, 2, dan 3 pada menit ke- 0 turun menjadi 32 NTU, pada menit ke- 10 turun menjadi 22 NTU, 6,7 6,5 6,7 6,6 6,4 6,5 6,6 6,7 6,8 Inlet Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3 p H Menit ke-20 6,7 6,5 6,6 6,5 6,4 6,5 6,6 6,7 6,8 Inlet Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3 p H Menit ke- 30 32,74 6,1 7,03 10 20 30 40 Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3 Po lu ta n tere n d ap mg Kadar Polutan Terendap mg 12 pada menit ke- 20 turun menjadi 38 NTU, pada menit ke-30 turun menjadi 48 NTU. Dengan meliahat hasil akhir nilai kekeruhan pada menit 0, 10, 20, dan 30 menunjukkan hasil pengujian air belum memenuhi peryaratan kualitas air bersih menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.492MENKESPERIV2010 dimana nilai maksimum kekeruhan adalah 5 NTU. b. Nilai Kadar DO pada pengujian menit ke 0, 10, 20, dan 30 mengalami kenaikan kadar DO Dissolved Oxygen dimana nilai inlet awal sebesar 5,1 mgl pada menit ke- 0 naik menjadi 5,6 mgl, pada menit ke- 10 naik menjadi 5,6 mgl, pada menit ke- 20 naik menjadi 5,8 mgl, pada menit ke- 30 naik menjadi 5,8 mgl. Dengan melihat hasil akhir nilai kadar DO pada menit 0, 10, 20, dan 30 menunjukkan hasil pengujian air terjadi peningkatan kadar DO pada air sampel setelah dilakukan pengujian. Sehingga sudah memenuhi peryaratan kualitas air bersih, masuk dalam kategori air kelas 1 menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.492MENKESPERIV2010. c. Hasil nilai pH air selama pengujian dari menit ke 0, 10, 20, dan 30 mengalami penurunan dari inlet sebesar 6,7 pada menit 0 turun 6,4, menit 10 turun 6,5, menit 20 turun 6,6, menit 30 turun 6,5. Nilai pH akan selalu berubah-ubah selama proses pengujian hal ini dapat disebabkan oleh berubahnya suhu air akibat cuaca, dan pengaruh koagulan tawas yang terlarut dalam air pada proses pengujian menyebabkan pH air selalu berubah-ubah. 2. Setelah dilakukan pengujian kadar polutan terendap yang tertinggal pada alat uji. Dapat disimpulkan penurunan nilai kekeruhan paling besar terjadi pada segmen 1 proses koagulasi- flokulasi dengan total kadar lumpur terendap pada alat uji sebesar 32,74 mg.

B. Saran

Penelitian ini tentu masih memiliki beberapa kekurangan yang sekiranya dapat diperbaiki dan bertujuan untuk memperoleh hasil yang akurat pada penellitian selanjutnya, maka peneliti menyarankan sebagai berikut: a. Air sungai yang diambil sebaiknya segera dilakukan pengujian, hal ini bertujuan agar tidak terjadi perubahan pada air, sehingga air yang di uji sesuai dengan keadaan awal tidak mengalami perubahan yang terlalu jauh pada saat dilakukan pengujian. b. Penentuan kadar koagulan tawas pada penelitian ini masih secara fisual sehingga belum terlalu efektif untuk menentukan kadar koagulan optimum, untuk penelitian berikutnya sebaiknya pennentuan tawas bisa menggunakan pengujian jar test sehingga diperoleh perbandingan koagulan optimum yang paling tepat. c. Perlakuan dan pengambilan saat pengambilan sampel yang akan di uji perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi hasil pengujian. d. Diperlukan ketelitian dalam melakukan pengujian untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. DAFTAR PUSTAKA Agustiningsih, D. 2012. Kajian Kualitas Air Sungai Blukar Kabupaten Kendal Dalam Upaya Pengendalian Pencemaran Air Sungai Doctoral dissertation, Program Magister Ilmu Lingkungan Undip. Semarang. Tersedia di http:eprints.undip.ac.id368561Naskah_ Tesis.pdf accessed September 22,2016 AYUB, V. E., Mulyono, I. P. 2008. Pengolahan air gambut untuk penyediaan air bersih dengan metode koagulasi filtrasi menggunakan media filter pasir arang dan arang tempurung kelapa Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada. Hartono, D. 2005. Alternatif Pemenuhan Air Bersih Oleh PDAM di Kota Semarang Doctoral dissertation, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang. Tersedia di http:eprints.undip.ac.id1465012005MT PWK3962.pdf accessed September 22,2016 Lindu, M. 2010. THE EFFECTS OF GRADIENT VELOCITY AND DETENTION TIME TO COAGULATION –FLOCCULATION OF DYES AND ORGANIC COMPOUND IN DEEP WELL WATER. Indonesian Journal of Chemistry, 82, 146-150.

Dokumen yang terkait

Optimasi Penggunaan Koagulan Terhadap Rancangan Unit Koagulasi, Flokulasi, dan Sedimentasi pada Pengolahan Air Limbah Laboratorium

1 3 57

ANALISA PERUBAHAN KUALITAS AIR BAKU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOAGULASI FLOKULASI SEDIMENTASI DAN FILTRASI (Studi Kasus Air Sungai Progo Sandangsari, Pajangan, Bantul, Yogyakarta)

3 22 63

ANALISIS KUALITAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE FILTRASI KARBON AKTIF CANGKANG KELAPA (StudiKasus : Air SaluranSelokanMataram Jl. Ringroad Barat, Bedog, Trihanggo, Sleman, Yogyakarta)

1 12 65

ANALISA KAPASITAS SIMPANG JALAN DAN MANAJEMEN LALU LINTAS DI JALAN SELOKAN MATARAM GEJAYAN-SETURAN ANALISA KAPASITAS SIMPANG JALAN DAN MANAJEMEN LALU LINTAS DI JALAN SELOKAN MATARAM GEJAYAN-SETURAN AKIBAT PENAMBAHAN JALUR LALU LINTAS.

0 3 14

PENDAHULUAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR BERKENAAN DENGAN USAHA JASA PENCUCIAN SEPEDA MOTOR DI SELOKAN MATARAM KABUPATEN SLEMAN.

0 3 11

PENUTUP PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR BERKENAAN DENGAN USAHA JASA PENCUCIAN SEPEDA MOTOR DI SELOKAN MATARAM KABUPATEN SLEMAN.

0 2 9

PENDAHULUAN ALTERNATIF DESAIN TEBAL PERKERASAN LENTUR RING ROAD BARAT SUKOHARJO DENGAN METODE BINA MARGA 1987, AASHTO 1986 DAN ROAD NOTE 31 (Studi Kasus pada Ruas Jalan Ring Road Barat Sukoharjo).

0 0 5

PENGENDAPAN KOLOID PADA AIR LAUT DENGAN PROSES KOAGULASI-FlOKULASI SECARA BATCH.

0 1 48

Kajian Kinerja Teknis Proses dan Operasi Unit Koagulasi-Flokulasi-Sedimentasi pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kedunguling PDAM Sidoarjo

1 1 6

O5 DAN F PADA FOSFOGIPSUM MENGGUNAKAN PROSES KOAGULASI, FlOKULASI, DAN SEDIMENTASI

0 0 77