5.2.2 Lokasi Tersering Terjadinya Pruritus
Berdasarkan penelitian, lokasi paling sering terjadinya pruritus pada ibu hamil adalah perut yaitu sebanyak 22 ibu hamil 41,4. Keluhan pada
perut, paha, bokong dan kemaluan juga cukup banyak ditemui yaitu sebanyak 10 ibu hamil 18,8.
Hasil tersebut sesuai dengan teori peregangan kulit dapat menyebabkan gatal Kurnia, 2009. Perut dan paha merupakan bagian yang
mengalami peregangan kulit selama kehamilan. Sedangkan lokasi pada kemaluan juga sesuai dengan teori bahwa vulval itch merupakan hal yang
biasa pada kehamilan. Menurut penelitian dijumpai 75 dari seluruh ibu hamil mengalami minimal satu kali episode vulval itch Weish, Howard,
dan Cook, 2004. Salah satu penyebab terjadinya vulval itch adalah level hormon progesteron dan estrogen yang meningkat sehingga menyebabkan
terjadinya kolonisasi Kandida. Aslam, et al. 2008.
5.2.3 Waktu Harian Pruritus pada Ibu Hamil
Berdasarkan penelitian, sebanyak 1 ibu hamil mengalami pruritus pada pagi hari 1,9, 9 ibu hamil pada siang hari 16,9, dan 24 ibu
hamil pada malam hari 45,4. Sebanyak 9 ibu hamil yang mengalami pruritus pada pagi, siang dan malam 16,9.
Sebuah penelitian di China menyatakan bahwa 65 pruritus paling sering dialami pada malam hari Yosipovitch, et al. 2002. Hal ini sebanding
dengan studi yang dilakukan di Singapura yang menyatakan bahwa 68 pruritus paling sering dialami pada sore dan malam hari Yosipovitch, et al.
2002
5.2.4 Aktifitas yang Terganggu akibat Pruritus pada Ibu Hamil
Berdasarkan penelitian, responden yang mengalami gangguan pada aktifitas sebesar 38 ibu hamil 50 yaitu sebanding dengan responden
yang tidak mengalami gangguan aktifitas. Dengan gangguan aktifitas terbanyak adalah mengalami gangguan tidur pada 18 responden 47,4.
Atopic eruption of pregnancy adalah suatu kondisi yang dapat terjadi pada kehamilan yang memiliki tanda rasa gatal yang dapat mengganggu
tidur Ambros-Rudolph, 2011. Insidensi atopic of pregnancy diperkirakan 1 diantara 5 sampai 20 kehamilan Huilaja, Mäkikallio dan Tasanen, 2014.
5.2.5 Kelainan Objektif yang Berhubungan dengan Pruritus pada Ibu
Hamil
Berdasarkan penelitian terdapat 27 responden yang mengalami kelainan objektif pada kulit 35,5 dan 49 responden yang tidak
mengalami kelainan objektif pada kulit 64,5. Dengan kelainan objektif pada kulit terbanyak adalah ruam merah disertai kulit kering pada 11 ibu
hamil 40,8. Menurut Gambling dan Douglas 2011, pruritus yang disertai ruam
erat dikaitkan dengan polimorphic eruption of pregnancy, eczema, pruritic folliculitis, dan phemphigoid gestation.
5.2.6 Hubungan antara Usia Kehamilan dengan Pruritus.
Berdasarkan penelitian, terdapat hubungan bermakna p0,05 antara usia kehamilan dengan pruritus. Pada dasarnya pruritus merupakan sensasi
tidak nyaman pada kulit yang menimbulkan keinginan untuk menggaruk Djajakusumah, 2011.
Menurut penelitian sebelumnya,
Shivkumar 2014 pruritus merupakan hal yang paling sering dikeluhkan pada kehamilan sekitar 58,2
ibu hamil. Dengan presentase 46,5 pruritus terjadi pada trimester ketiga, 37,5 pada trimester kedua dan 16 pada trimester pertama Chaudhary,
Thomas, dan Williams, 2014. Kejadian pruritus semakin meningkat pada trimester ketiga, banyak
masyarakat yang salah menyangka kejadian pruritus dengan tumbuhnya rambut janin. Padahal hal ini erat kaitannya dengan semakin bertambah
besarnya volume uterus yang diikuti dengan meningkatnya peregangan kulit Kurnia,2009. Lagipula, menurut Wiknjosastro 2010 rambut janin mulai
tumbuh pada minggu 13-16 kehamilan yaitu sekitar trimester kedua dan mulai berkurang pada minggu ke-33 sampai minggu ke-36 yaitu trimester
ketiga. Faktor lain penyebab pruritus pada kehamilan juga erat dikaitkan
dengan kejadian kandidiasis. Kejadian ini terjadi disebabkan oleh perubahan hormonal pada kehamilan Aslam, et al. 2008. Selain itu, intrahepatic
cholestasis of pregnancy juga terjadi dikarenakan perubahan hormonal pada kehamilan. Kehamilan menyebabkan suatu defek pada ekskresi garam
empedu menghasilkan peningkatan asam empedu di serum. Menurut penelitian, intrahepatic cholestasis of pregnancy terjadi pada 20 ibu
hamil. Biasanya ditemukan 20 terjadi pada trimester kedua dan 80 terjadi pada trimester ketiga Geenes dan Williamson, 2009.
Tidak sedikit pula yang mengeluhkan kelainan objektif terjadi di kulit pascapruritus. Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa 70 ibu hamil
mengalami striae distensae yang disertai kelainan kulit Chaudhary, Thomas, dan Williams, 2014. Untuk meminimalisir terjadinya kelainan
objektif pascapruritus masyarakat dapat menjaga kelembaban kulit dengan menggunakan pelembab agar kulit tidak kering karena salah satu faktor
terjadinya pruritus juga bisa disebabkan oleh kulit kering Bergman, Melamed dan Koren, 2013.
31
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan uraian dari pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan bermakna antara usia kehamilan dengan
pruritus. 2.
Gambaran kejadian pruritus berdasarkan usia kehamilan adalah 6,5 pada trimester 1, 26,3 pada trimester 2, dan 36,8 pada
trimester 3. 3.
Waktu harian pruritus pada ibu hamil terbanyak yaitu pada malam hari sebesar 45,4.
4. Lokasi paling sering terjadinya pruritus pada ibu hamil adalah perut
sebesar 41,4 5.
Aktifitas yang terganggu akibat pruritus pada ibu hamil sebesar 50.
6. Kelainan objektif yang berhubungan dengan pruritus pada ibu
hamil sebesar 35,5.
6.2 Saran
Beberapa hal yang dapat disarankan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan antara lain:
1. Ibu hamil, khususnya pada trimester ketiga, harus lebih
mempelajari dan memahami tentang penyebab terjadinya pruritus pada kehamilan sehingga dapat dilakukan pencegahan.
2. Ibu hamil yang mengalami gangguan aktifitas akibat pruritus tidak
perlu khawatir karena gangguan tersebut akan hilang seiring berakhirnya kehamilan.