Pengaruh Konflik Audit Dan Independensi Auditor Terhadap Opini Audit

(1)

PENGARUH KONFLIK AUDIT DAN INDEPENDENSI

AUDITOR TERHADAP OPINI AUDIT

Disusun Oleh : DIKA MIRA UNCHA SARI

204082002305

JURUSAN AKUNTANSI KONSENTRASI AUDITING FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2008/1429 H


(2)

ABSTRACT

Dika Mira Uncha Sari. Title “Affecting Audit Conflict and Independence Auditor to Audit Opinion”. The objective of this research is to investigat the influence of audit conflict to audit opinion, influence independence auditor to audit opinion, and influence audit conflict and independence auditor to audit opinion.

This study use technique double regression to test hypothesis. Data is primary and obtained through questionnaires. There are 54 questionaires which can be analyzed. Respondent from Publik Accountant Office in Jakarta.

The result of the risert had to know significances of auditor skill variable 0.000<0.05, so that observation Hypothesis (Ho) rejected and alternative Hypothesis (Ha) accepted it means that locus of control, Comitmen profesion and organisasion, and Ethical Awareness significantly influence on audit opinion. Significances of independence auditor variable 0.168>0.05, so that observation Hypothesis (Ho) accepted and alternative Hypothesis (Ha) rejected it means that independence in fact and independency in appearance significantly uninvluence on audit opinion. Simultan significances of audit conflict and independences auditor 0.000<0.05, so that observation Hypothesis (Ho) rejected and alternative Hypothesis (Ha) accepted it means significantly influence on audit opinion.


(3)

ABSTRAK

Dika Mira Uncha Sari. Judul skripsi “Pengaruh Konflik Audit dan Independensi Auditor terhadap Opini Audit”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh konflik audit terhadap pendapat audit, pengaruh independensi auditor terhadap pendapat audit, dan pengaruh konflik audit dan independensi auditor terhadap pendapat audit.

Studi ini menggunakan teknik regresi berganda untuk menguji hipotesis. Data yang digunakan adalah data primer dikumpulkan melalui kuesioner. Kuesioner yang terkumpul sejumlah 54 kuesioner. Responden berasal dari Kantor Akuntan Publik di Jakarta.

Hasil penelitian menunjukkan signifikansi variabel keahlian 0.000<0.05, sehingga Hipotesa observasi (Ho) ditolak dan Hipotesa alternative (Ha) terdukung artinya bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari konflik audit yang terdiri dari locus of control, kesadaran etis, komitmen profesi dan organisasi terhadap pendapat audit yang dihasilkan. Signifikansi variabel independensi 0.168<0.05, sehingga Hipotesa observasi (Ho) terdukung dan Hipotesa alternative (Ha) ditolak artinya bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari independensi auditor yang terdiri dari independensi dalam kenyataan dan independensi dalam penampilan terhadap pendapat audit yang dihasilkan. Signifikansi variabel konfllik audit dan independensi auditor secara simultan 0.000<0.05, sehingga Hipotesa observasi (Ho) ditolak dan Hipotesa alternative (Ha) terdukung artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari konflik audit dan independensi auditor terhadap pendapat audit.


(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim………

Puji serta syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang telah diberikanNya. Shalawat serta salam bagi baginda Rasulullah Nabi Muhammad SAW, dimana atas kesemuanya penulis peroleh kemampuan studi hingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Konflik Audit dan Independensi Auditor terhadap Opini Audit”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis juga tidak luput dari berbagai masalah dan menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan yang diperoleh bukanlah semata-mata hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat bantuan, dorongan, bimbingan dan pengarahan yang tidak ternilai harganya dari pihak lain, yakni ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1 Orang tua tercinta, papa yang terus mengingatkan untuk tetap semangat, dan memberikan dukungan moril, spritual, dan tentu saja material,mama yang tiada henti memberikan doa di setiap shalat dan puasanya,rasa cinta, perhatian, kasih sayang yang tulus dan tak terhingga.

2 Bapak Yahya Hamja DR. MM sebagai dosen pembimbing I yang selalu memberi arahan dan bimbingan setiap permasalahan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan skripsi.

3 Bapak Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak, MBA sebagai dosen pembimbing II atas waktu yang telah diluangkan untuk membimbing dan memotivasi penulis. 4 Bapak Drs. Moh. Faisal Badroen, MBA sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan

Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5 Bapak Amilin SE, AK, MSi selaku Sekjur Akuntansi FEIS.

6 Segenap dosen, karyawan dan petugas perpustakaan FEIS atas semua curahan ilmu, bantuan, perhatian dan pelayanannya.


(5)

7 Segenap auditor KAP Sofwan dan rekan, KAP S. Mannan dan rekan, KAP Soewondo dan rekan, KAP Syarif Baasyir dan rekan, KAP A. Krisnawan dan rekan, Rekan yang telah bersedia mengisi kuesioner penulis.

8 Untuk adik-adik ku tercinta, “Ira, Fachri dan Imam” makasih atas doanya, dan semua saudara-saudara saya yang turut memberikan support, dan doa nya. Makasih banyak ya.

9 Sahabat-sahabat seperjuangan: Hamid, Mbak Evi, lili, eka, pi’i, q-yonk, syifa, mawar dan semua temen-temen ku yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu namanya. Terima kasih banyak ya.

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Jakarta, Desember 2007 Wassalam

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif

Daftar Riwayat Hidup ... i

Abstract ... ii

Abstrak ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel... ix

Daftar Gambar ... x

Daftar Lampiran... xi

BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian... 8

BAB. II. LANDASAN TEORI A. Konflik Audit... 9

1. Defenisi Konflik Audit... 9

2. Komponen yang mendasari auditor dalam situasi konflik auditor... 13

a. Kesadaran Etis... 13

b. Komitmen Profesi dan organisasic... 14

c. Locus of control... 16

1) Internal Locus of control... 17

2) External Locus of control... 17

B. Independensi... 19

1. Defenisi Independensi ... 19


(7)

C. Opini Audit... 24

1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian ... 25

2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Bahasa Penjelasan ... 26

3. Pendapat Wajar Dengan Pengecualian... 26

4. Pendapat Tidak Wajar ... 28

5. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat... 28

D. Kerangka Pemikiran... 28

E. Hipotesis... 29

BAB. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 30

B. Metode Penentuan Sampel ... 30

C. Metode Pengumpulan Data ... 30

D. Metode Analisis Data... 31

1. Deskriptif Data... 31

2. Uji Kualitas Data... 31

a. Uji Validitas ... 31

b. Uji Reliabilitas ... 32

3. Uji Normalitas ... 32

4. Uji Asumsi Klasik... 32

a. Heterokestisitas ... 32

b. Multikoliniersitas ... 33

5. Uji Hipotesis ... 33

E. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya... 34

1. Variabel Independen ... 34

a. Konflik Audit ... 34

b. Independensi ... 34

2. Variabel Dependen... 35

a. Opini Audit ... 35


(8)

BAB. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 37

1. Tempat dan Waktu Penelitian... 37

2. Profil Responden... 37

a. Menentukan Jumlah Responden ... 37

B. Deskripsi Data ... 39

C. Hasil dan Pembahasan ... 42.

1. Uji Kualitas Data ... 42

a. Uji Validitas ... 42

1) Uji Validitas Konflik Audit ... 42

2) Uji Validitas Independensi ... 43

3) Uji Validitas Opini Audit... 44

b. Uji Reliabilitas ... 45

2. Uji Asumsi Klasik... 46

a. Uji normalitas... 46

b. Heteroskedastisitas ... 47

c. Multikoliniearitas ... 48

3. Hasil Uji Hipotesis ... 49

a. Pengujian Secara Parsial... 49

1) Konflik Audit (X1) Berkontribusi secara Signifikan terhadap Opini Audit (Y) ... 49

2) Independensi (X2) Berkontribusi secara Signifikan terhadap Opini Audit (Y) ... 50

b. Pengujian secara Simultan ... 51

c. Uji R2 (koefisien determinasi) ... 52

BAB. V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan... 54

B. Implikasi... 55

C. Saran ... 56 Daftar Pustaka


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

3.1 Operasional Variabel 35

4.1 Populasi Penelitian 38

4.2 Rekapitulasi Sampel Responden 39

4.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 39

4.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia 40

4.5 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir 40 4.6 Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja 41 4.7 Deskripsi Responden Berdasarkan Golongan 41 4.8 Uji Validitas Konflik Audit (Variabel X1) 42

4.9 Uji Validitas Independensi Auditor 43

4.10 Uji Validitas Variabel Opini Audit 44

4.11 Uji Reliabilitas Konflik Audit (Variabel X1) 45 4.12 Uji Reliabilitas Independensi Auditor (Variabel X2) 45 4.13 Uji Reliabilitas Opini Audit(Variabel Y) 45

4.14 Multikoliniearitas 48

4.15 Coefficientsa 49

4.16 ANOVA 51


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Model Interaksi Komitmen Profesi dan Kesadaran Etis 16 2.2 Model Interaksi Locus of control dan Kesadaran Etis 18

2.3 Model Penelitian 29

4.1 Hasil Uji Normalitas 47


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan 1 Daftar Kuesioner

2 Daftar Jawaban Responden 3 Hasil Perhitungan Normalitas 4 Hasil Perhitungan Validitas 5 Hasil Perhitungan Reliabilitas 6 Hasil Uji Hipotesis


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seorang auditor yang jujur, tegas, berpotensi, dan bekerja tanpa tekanan atas permintaan pihak tertentu/kepentingan pribadinya akan dapat mempertahankan integritas. Tugas utama seorang auditor adalah melaksanakan audit dan memberikan opininya atas suatu laporan keuangan perusahaan dengan didasarkan pada pendidikan, pengalaman, dan pelatihan yang dimilikinya, serta dengan sikap yang kompeten, objective, dan tidak memihak.

Pimpinan manajemen dapat secara langsung berhubungan dan mengendalikan segala sesuatu yang terjadi didalam perusahaan. Untuk mengendalikan jalannya operasi dalam perusahaannya, manajemen harus bergantung pada laporan keuangan dan analisa yang benar. Suatu sistem internal kontrol yang baik dan tidak dapat diabaikan lagi agar dapat melimpahkan wewenang dengan tepat pada bawahannya.

Auditor dalam menjalankan tugasnya yaitu memproses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti mengenai informasi yang diukur dalam suatu entitas ekonomi, dan memberikan opini sebagai kesimpulan atas audit, akan menghadapi dilema etika dalam karir bisnis mereka. Komite kode etik ikatan auditor Indonesia merumuskan pernyataan etika profesi dalam pasal 1 ayat 2,


(13)

setiap anggota harus mempertahankan integritas dan objektivitas dalam melaksanakan tugasnya.

Menurut Muawanah (2000) secara umum auditor dan klien tidak sepakat dalam beberapa fungsi dan tujuan pemeriksaan, klien akan berusaha untuk mempengaruhi proses pemeriksaan yang dilakukan auditor. Auditor termotivasi oleh etika profesi dan standar pemeriksaan sedangkan klien menuntut auditor untuk memberikan laporan yang baik terhadap laporan keuangannya. Dalam kondisi tersebut auditor berada dalam situasi konflik, dimana situasi konflik itu sendiri bisa didefenisikan sebagai adanya dua atau lebih kelompok tekanan dimana kepatuhan pada kelompok yang satu akan menimbulkan ketidakmungkinan untuk mematuhi yang lainnya.

Semua area profesi auditor saat ini terus menerus dihadapkan pada situasi yang sulit dan penuh dilema etika yang melibatkan pilihan antara nilai-nilai yang bertentangan dimana kesadaran etik punya peranan yang sangat penting. Dilema etika sendiri memiliki artian dimana situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan mengenai perilaku yang pantas harus dibuat. Dilema ini terjadi pada saat auditor dan klien tidak sepakat terhadap beberapa fungsi dan tujuan pemeriksaan yang akhirnya menyebabkan auditor berada dalam situasi konflik.

Jika auditor memenuhi tuntutan klien berarti melanggar standar dan kode etik tapi jika tidak memenuhi tuntutan klien maka bisa menghasilkan sanksi baik dari atasannya maupun dari kliennya berupa penghentian kerja atau pemutusan hubungan kerja. Oleh sebab itu kesadaran moral


(14)

masing-masing individu yang berlandaskan pada nilai keyakinan individu yang memainkan peranan yang sangat penting dalam pengambilan kesimpulan.

Independensi penting digunakan dalam pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan dan pemberian opini pada laporan auditor. Seorang auditor harus dapat mempertahankan independensinya. Sangat penting bagi seorang auditor untuk memiliki independesi dan kemauan kerja yang tinggi. Independen juga memilki tingkat prediksi yang baik dibandingkan dengan auditor yang kurang ahli dan kurang independen (Mayangsari, 2002). Sikap independensi berarti bebas dari pengaruh pihak lain dan jujur serta objective dalam mempertimbangkan fakta dan menyatakan pendapatnya.

Jika auditor berada dalam situasi konflik penting bagi seorang auditor untuk mempertahankan sikap independensi dalam pemeriksaan laporan keuangan perusahaan, jika auditor tidak bersikap independen maka itu akan mempengaruhi integritas laporan keuangan yang akan sulit dicapai. Dikarenakan akan sulit mendapatkan pandangan yang objective dan solusi yang terbaik untuk setiap keadaan dan permasalahan yang ada. Sangat penting bagi suatu perusahaan untuk mendapatkan trust dari masyarakat untuk menjalankan usahanya baik sebagai konsumen maupun sebagai investor.

Auditor dituntut untuk selalu independen di segala situasi, sebab tanpa independensi peran auditor tidak berarti sedikit pun. Knapp (1991) dalam penelitian Mayang Sari (2003) menunjukan bahwa lamanya hubungan antara auditee dan auditor yang dapat mengganggu independensi serta keakuratan auditor untuk menjalankan tugas pengauditan. Peraturan nomor VII A.2 dari


(15)

keputusan ketua Bapepam No: KEP.20/PM/2002 yang berisikan tentang independensi auditor yang memberikan jasa audit di pasar modal membatasi hubungan antara auditee dan auditor, yaitu emiten harus mengganti kantor auditor tiap 5 tahun dan tiap 3 tahun untuk auditor. Oleh karena itu auditor publik wajib menjaga independensi agar tidak mudah dipengaruhi oleh manajemen, serta selalu jeli terhadap tiap kemungkinan manipulasi, kecurangan, dan salah saji yang dilakukan manajemen dalam penyusunan laporan keuangan.

Dalam Statement on Quality Kontrol Standards (SQCS) No.2 tahun 1996. Widiastuti, (2002) menjelaskan tentang system pengendalian kualitas untuk firma auditor public yang memfokuskan aspek-aspek fungsional praktik akuntansi dan auditing, CPA, yakni:

1. Independensi, Integritas, dan Objektivitas.

• Independensi merupakan sikap tidak memihak yang mengakui kewajiban untuk bersikap wajar tidak hanya pada manajemen dan dan pemilik bisnis

• Integritas merupakan masyarakat personel yang jujur dan terbuka dalam batasan kerahasiaan klien

• Objektivitas merupakan state of mind dan kualitas yang menjadi value firma auditor publik. Prinsip objektivitas akan mendorong sikap tidak memihak, kejujuran intelektual, dan bebas dari konflik kepentingan.


(16)

2. Personal Management.

Elemen ini meliputi seleksi dan recruitment karyawan, pengembangan profesioanal, dan aktivitas promosi

3. Penerimaan dan Kontinuitas Klien dan Penugasan.

Perusahaan disyaratkan untuk mempertimbangkan sifat jasa yang diminta klien dan hanya menerima penugasan akuntansi dan audit yang dapat diselesaikan oleh firma tersebut dengan kompetensi professional yang tinggi.

4. Kinerja Penugasan.

Elemen ini merupakan semua fase dalam desain penugasan dan pelaksanaanya, meliputi perencanaan, pelaksanaan, supervise, review,

dokumentasi dan komunikasi hasil. Elemen ini juga mencakup kebijakan dan prosedur untuk menjamin bahwa personel mengacu pada literatur otoritatif atau sumber lain dan konsultasi dengan individu lain.

5. Monitoring.

Monitoring merupakan proses proaktif untuk memberikan jaminan yang layak bahwa kebijakan dan prosedur yang ditetapkan untuk setiap elemen pengendalian. Kualitas telah didesain dan diterapkan secara efektif.

Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) mengharuskan pembuatan laporan setiap kali Kantor Auditor Publik (KAP) melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan perusahaan. Laporan audit adalah langkah terakhir dari keseluruhan proses audit, bagian terpenting yang merupakan informasi utama dari laporan audit adalah opini audit.


(17)

Opini audit merupakan final report atas audit yang dilakukan dan merupakan kemampuan professional dan keberanian diri auditor untuk mengumpulkan secara benar. Dengan pemberian opini oleh auditor sesuai kode etik yang berlaku, tentu ini akan membawa citra positif bagi masyarakat dan dunia usaha. Perusahaan yang mendapat opini unqualified secara konsisten atas laporan keuangan perusahaan akan meberi keyakinan masyarakat untuk mempercayai pengelolaan dananya secara pasti.

Kualitas laporan keuangan yang memuaskan diselenggarakan perusahaan mempunyai pengaruh secara langsung terhadap terhadap kualitas opini yang diberikan auditor. Baik atau buruknya opini yang diberikan oleh auditor tersebut tentu ditunjang dengan pembuktian-pembuktian atas audit yang dilakukan. Yang bertanggung jawab terhadap laporan keuangan perusahaan adalah pihak manajemen, auditor selaku pihak eksternal hanya bertanggung jawab atas opini yang diberikan.

Setiap auditor harus tetap mempertahankan independensinya dalam menghadapi konflik-konflik audit agar bisa memberikan opini yang berkualitas. Karena opini yang berkualitas bisa mencerminkan kinerja dan profitabilitas perusahaan yang sebenarnya. Pada penelitian sebelumnya, memang ada pengaruh yang signifikan antara Konflik audit. Independensi auditor dan opini audit. Berikut adalah beberapa kesimpulan dari penelitian sebelumnya:

1. Ameliana dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Locus of control dan Komitmen Profesi terhadap Perilaku Auditor Dalam Situasi


(18)

Konflik Audit dengan Kesadarn Etis sebagai Variabel Moderating”. Hasil penelitiannya adalah, interaksi antara Locus of control dengan kesadaran etis mempengaruhi respon auditor dalam situasi konflik audit, begitu juga interaksi antara komitmen profesi dan kesadaran etis mempengaruhi respon auditor dalam situasi konflik audit.

2. I nyoman Sugiarta dalam penelitiannya yang berjudul “Peranan Laporan Keuangan Klien Terhadap Opini Audit”. Kualitas opini yang diberikan auditor adalah merupakan cerminan kualitas diri auditor. Kualitas laporan keuangan yang memuaskan mempunyai pengaruh langsung terhadap kualitas opini yang diberikan auditor.

Yang menjadi pembeda antara penelitian penulis dengan penelitian sebelumnya terletak pada:

1. Penulis ingin melihat apakah ada pengaruh yang signifikan antara konflik audit yang terjadi guna membuat opini yang berkualitas.

2. Penulis ingin melihat apakah ada pengaruh yang signifikan antara independensi yang dilakukan auditor guna membuat opini yang berkualitas.

Berdasarkan penelitian sebelumnya itu maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk melihat keterkaitan antara konflik audit, independensi auditor terhadap opini auditor

Oleh sebab itu penulis membuat penelitian yang berjudul:

“Pengaruh Konflik Audit dan Independensi Auditor


(19)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan diatas, maka perumusan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah konflik audit mempengaruhi secara signifikan terhadap opini auditor.

2. Apakah independensi auditor mempengaruhi secara signifikan terhadap opini auditor

3. Apakah konflik dan independensi berpengaruh secara signifikan terhadap opini auditor

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan

a. Untuk mengetahui dan menguji apakah ada pengaruh antara konflik audit dengan opini audit yang ada di perusahaan

b. Untuk mengetahui dan menguji apakah ada pengaruh antara independensi auditor dengan opini audit yang ada di perusahaan c. Untuk mengetahui dan menguji apakah ada pengaruh antara

independensi auditor dengan opini auditor dalam situasi konflik audit. 2. Manfaat

a. Sebagai bahan pertimbangan bagi para auditor dalam menjalankan tugasnya mengaudit perusahaan.

b. Memberikan informasi bagi perusahaaan tentang pengaruh kesadaran etis terhadap hubungan antara variable personalitas dengan perilaku auditor.

c. Sebagai salah satu bahan referensi bagi teman-teman yang ingin melanjutkan penelitian ataupun membuat penelitian yang berhubungan.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konflik Audit

1. Defenisi Konflik Audit

Situasi konflik audit diantaranya diakibatkan karena adanya ketidakberesan yang harus dilaporkan oleh auditor, seperti salah saji atau hilangnya jumlah dalam pengungkapan dalam laporan keuangan yang disengaja. Ketidakberesan mencakup kecurangan dalam pelaporan keuangan yang dilakukan untuk menyajikan laporan keuangan yang menyesatkan, yang sering disebut dengan kecurangan menajemen, dan penyalahgunaan aktiva yang sering disebut unsur penggelapan.

Auditor termotivasi oleh etika profesi dan standar pemeriksaan sedangkan klien menuntut auditor untuk memberikan laporan yang baik terhadap laporan keuangan perusahaan, maka timbul situasi konflik yaitu situasi yang terjadi ketika auditor dan klien tidak sepakat dalam suatu aspek.

Auditor sering berhadapan dengan keputusan yang hasilnya tidak tercover oleh kode etik maupun oleh standarditerima umum. Pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan ini tentu sajamengutamakan etika, tetapi seringkali melibatkan pertimbangan berbagai macam konflik kepentingan. Misalnya, dalam pengauditan, auditor diminta untuk melaporkan kewajaran informasi yang disajikan oleh manajemen yang


(21)

biasanya mempunyai pengaruh besar dalam penugasan atau penunjukannya sebagai auditor independen perusahaan. Juga keefektifan pengauditan akan tergantung secara signifikasi pada informasi yang disajikan oleh manajemen untuk auditor. Meskipun auditor berhak atas setiap informasi yang mereka butuhkan, manajemen bisa tidak cukup jujur sehingga bisa mempengaruhi penyelesaian audit yang diperlukan (Brooks, 1995).

Terdapat 2 jenis konflik kepentingan, yaitu real conflict dan latent / potential conflict. Real conflict adalah konflik yang mempunyai pengaruh pada judment problem yang ada, sedangkan potential conflict adalah konflik yang bisa mempengaruhi judment di masa datang. Contoh konflik yang kedua ini, misalnya terjadi pada auditor dimana penghasilan auditor didominasi oleh satu klien besar. Meskipun kondisi ini bisa menyulitkan, namun suatu waktu bisa terjadi penyesuaian negative atas laba yang diperlukan, namun klien bisa menekan penyesuaian ini dengan mengancam akan pindah atau ganti auditor independen yang lain (Brooks, 1995).

Adalah penting bagi profesional auditor untuk menghindari situasi yang bisa memunculkan konflik kepentingan baik real maupun potential conflict. Tujuannya adalah untuk menjaga reputasi profesional auditor. Hal ini dapat dilakukan dengan menjaga independensi, integritas, dan objektivitas dalam setiap konflik kepentingan yang dihadapi.


(22)

Auditor dihadapkan pada pilihan, memenuhi tuntutan klien yang berarti melanggar standar yang berlaku tapi jika tidak memenuhi tuntutan klien maka bisa menghasilkan sanksi baik dari atasannya maupun dari kliennya berupa penghentian kerja atau pemutusan hubungan penghentian penugasan, disini teruji bagaimana auditor berperilaku dalam mengambil keputusan dan menjaga keprofesionalannya sebagai seorang auditor.

Prinsip perilaku professional yang dikemukakaan oleh Arens dan Loebbeck (1996) yang berkaitan dengan karekteristik tertentu dan harus dipenuhi oleh seorang auditor adalah:

a. Tanggung jawab, dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai professional, auditor harus mewujudkan kepekaan professional dan pertimbangan moral dalam semua aktivitas mereka.

b. Kepentingan masyarakat, auditor harus menerima kewajiban untuk melakukan tindakan yang menghandulukan kepentingan masyarakat, menghargai kepercayaan masyarakat, dan menunjukan komitmen pada profesionalisme.

c. Integritas, untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan masyarakat, auditor harus melaksanakan tanggung jawab professional dengan komitmen tertinggi.

d. Objektivitas dan Independensi, auditor harus mempertahankan objektivitas dan bebas dari benturan kepentingan dalam melakukan tanggung jawab professional. Auditor yang berpraktik sebagai auditor


(23)

publik harus bersikap independen dalam kenyataan dan penampilan pada waktu melaksanakan audit dan jasa atestasi lainnya.

e. Keseksamaan, akuntaan harus mematuhi standar teknis dan etika profesi. Berusaha keras untuk meningkatkan kompetensi dan mutu jasa, dan melaksanakan tanggung jawab professional dengan kemampuan terbaik.

f. Lingkup dan Sifat Jasa, dalam menjalankan praktik sebagai auditor publik, auditor harus mematuhi prinsip-prinsip perilaku professional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang akan diberikan.

Model pengambilan keputusan etik yang melibatkan integrasi beberapa variabel kedalam model pengambilan keputusan (Verbeke. Et al, 1996). Perilaku organisasional (termasuk dalam pengambilan keputusan etik) merupakan fungsi interaksi antara personal dan lingkungan organisasi. Untuk memahami pengambilan keputusan etik, seseorang harus melihat pada a) pembawaan personal individu. b) lingkungan organisasional.

Dalam literatur akuntansi keperilakuan disebutkan bahwa proses pembuatan keputusan individu melibatkan proses psikologi (Siegel dan Marconi, 1989). Selanjutnya disebutkan bahwa tipe psikologi individu dapat dibagi ke dalam 2 kategori yaitu personalitas dan gaya kognitif (cognitive style). Personalitas mengacu pada sikap dan keyakinan individual sedangkan gaya kognitif mengacu pada cara atu metode bagaimana individu menerima, menyimpan, memproses dan


(24)

mentransmisikan informasi ke dalam perilakunya. Individu dengan tipe personalitas yang sama mempunyai cognitive style yang berbeda. Dalam situasi pengambilan keputusan dimensi personal dan gaya kognitif ini berinteraksi dan mempengaruhi pengambilan keputusan.

2. Komponen yang mendasari auditor dalam situasi konflik auditor

Dalam situasi konflik audit, tindakan atau keputusan yang diambil auditor haruslah berdasarkan dua hal yaitu: Kesadaran Etis, dan Komitmen profesi dan organisasi, Locus of control.

a. Kesadaran Etis

Etis merupakan suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi landasan bertindak seseorang sehingga apa yang dilakukannya dipandang oleh masyarakat umum sebagai perbuatan yang terpuji dan meningkatkan martabat dan kehormatan seseorang. Etika juga dapat diartikan sebagai sopan santun atau tatanan moral dalam prosesi dan jabatan.

Perilaku beretika diperlukan dalam masyarakat agar semuanya dapat berjalan secara teratur, pentingnya kebutuhan akan etika dalam masyarakat sehingga banyak nilai-nilai etika yang ada dalam masyarakat dimasukan ke dalam undang-undang, walaupun banyak yang tidak dapat dimasukan ke dalam undang-undang, hal ini karena sifat nilai tertentu yang memerlukan pertimbangan (Arens dan Loebbeck, 1996). Oleh sebab itu dibutuhkannya kesadaran untuk


(25)

menjalankan etika yang ada agar tidak diacuhkan dalam pergaulan masyarakat.

Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan mengenai perilaku yang pantas harus dibuat (Arens dan Loebbeck, 1996). Etik yang sudah disepakati bersama oleh anggota suatu profesi disebut dengan kode etik profesi yang berhubungan dengan kebebasan disiplin pribadi dan integritas moral dari seorang ahli.

b. Komitmen Profesi dan organisasi

Menurut Ford dan Richardson, salah satu determinan penting perilaku pengambilan keputusan etis adalah faktor-faktor yang sangat unik berhubungan dengan individu pembuat keputusan. Faktor individual tersebut meliputi variabel-variabel yang merupakan ciri pembawaan lahir (jenis kelamin, umur, kebangsaan, dll). Variabel yang merupakan hasil dari proses sosialisasi dan pengembangan manusia yaitu komitmen profesi.

Dalam penelitian Dark dan Larkin (1992) menemukan korelasi positif yang kuat antara kepuasan terhadap pekerjaan, komitmen profesi, dan komitmen organisasi. Auditor dengan komitmen profesi yang kuat, perilakunya lebih mengarah pada aturan dibanding auditor dengan komitmen profesi yang rendah. Auditor dengan komitmen profesi yang kuat lebih besar kemungkinan untuk menolak permintaan klien dalam situasi konflik audit yang berarti lebih independen.


(26)

Selain komitmen organisasional, orientasi professional yang mendasarkan komitmen profesi nampaknya juga akan brpengaruh terhadap kepuasan kerja. Komitmen organisasional cenderung didefenisikan sebagai suatu perpaduan antara sikap dan perilaku (Ardiyanto dan Triyaningsih, 2002) menurut larkin (1990), komitmen professional adalah tingkat loyalitas individu pada profesinya seperti yang dipersepsikan oleh individu tersebut.

Profesi auditor sebagai suatu profesi yang memenuhi syarat-syarat ilmiah, perlu punya kode etik, yaitu norma perilaku yang mengatur hubungan antara auditor dengan klien, antara auditor dengan sejawatnya, dan antara profesi dengan masyarakat.

Setiap profesi membutuhkan perilaku professional yang tinggi karena adanya kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan. Bagi auditor publik sangat penting untuk menyakinkan klien dan pemakai laporan keuangan lainnya akan kualitas jasa audit dan jasa lainnya yang diberikan. Jika pemakai jasa tidak memiliki keyakinan maka kemampuan para profesional untuk memberikan jasa kepada klien maka kurang efektif.

Interaksi Komitmen Profesi dan Kesadaran Etis

Interaksi antara level kesadaran etis dengan komitmen profesi ini dimaksudkan untuk mengintegrasikan riset tentang kesadaran etik dengan komitmen profesi. Dengan adanya interaksi ini diharapkan bahwa auditor dengan komitmen profesi yang rendah dapat berperilaku


(27)

lebih etik dengan menolak tekanan klien dalam situasi konflik audit, dengan kata lain auditor menjadi lebih independen.

Gambar 2.1

Model Interaksi Komitmen Profesi dan Kesadaran Etis

Model tersebut memprediksi kesadaran etik memoderat hubungan antara komitmen profesi dengan respon auditor dalam situasi konflik audit. Dengan kata lain, auditor dengan komitmen profesi yang tinggi akan dapat berperilaku lebih etis dan independen dengan menolak tekanan klien bila memiliki kesadaran etis yang tinggi.

c. Locus of control

Locus of control adalah cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa, apakah ia dapat atau tidak dapat mengendalikan (kontrol) peristiwa yang terjadi padanya (Rotter, 1996). Iefcourt (1982) mengemukakan sebagai faktor personal, Locus of control

mencerminkan keyakinan individu terhadap kendali yang bisa dilakukan terhadap lingkungannya. Berdasarkan teori Locus of control,

Kesadaran Etis

Komitmen Profesi Respon Auditor dalam Situasi Konflik Audit


(28)

perilaku auditor dalam situasi konflik akan dipengaruhi oleh karakteristik Locus of controlnya.

Locus of control dibagi menjadi 2 bagian: 1) Internal Locus of control

Internal Locus of control adalah keyakinan bahwa suatu kejadian selalu berada dalam kendalanya dan akan selalu mengambil peran dan tanggung jawab dalam penentuan benar atau salah. Orang dengan internal Locus of control melihat dunia lebih melalui aspek penyesuaian. Mereka percaya bahwa kerja keras akan dapat memberi pengaruh positive pada suatu peristiwa

Seperti yang dikemukakan oleh Mc Combs (1991), beberapa hasil riset menekankan internal Locus of control merupakan sebuah konsep diri, artinya bahwa kita melewati kontrol terhadap diri kita dan kita menyadari fungsi kita berfikir secara positive mempengaruhi keyakinan, motivasi, dan kinerja.

2) External Locus of control

External Locus of control adalah keyakinan bahwa kejadian dalam hidupnya dipengaruhi oleh takdir, keberuntungan, dan kesempatan serta lebih mempercayai kekuataan di luar dirinya. Orang dengan external Locus of control percaya bahwa tindakan mereka tidak mempengaruhi akibat yang akan datang.

Individu dengan external Locus of control menyalahkan lingkungan untuk setiap kesalahan yang ada, menurut Rotter (1996) hal


(29)

ini karena mereka percaya bahwa kejadian yang ada tidak berhubungan dengan perbuatan mereka.

Interaksi Locus of control dengan Kesadaran Etis

Trevino (1986) menyatakan bahwa variabel perbedaan individu atau variabel personalitas Locus of control dapat berinteraksi dengan kesadaran etis untuk mempengaruhi perilaku individual dalam dilema etis (Tsu dan Gul,1996)

Interaksi antara level kesadaran etis dengan Locus of control

telah diuji oleh Tsui dan Gul (1996) dengan menunjukan model intreraksi seperti terlihat pada gambar:

Kesadaran Etis

Locus of control

Gambar 2.2

Model Interaksi Locus of control dan Kesadaran Etis Dengan menguji model tersebut, Tsui dan Gul (1996) menunjukan bahwa kesadaran etis memperkuat hubungan antara Locus of control dengan kemampuan auditor untuk menolak tekanan manajer.

Dengan kata lain, baik variabel personalitas, Locus of control

maupun kesadaran etis merupakan faktor determinan yang signifikan pada perilaku auditor dalam situasi dilema etis. Hasil analisanya menunjukan bahwa pada level kesadaran etis yang lebih rendah, hubungan antra Locus of control dengan respon auditor dalam situasi konflik audit (menerima atau menolak permintaan klien) adalah positif.

Respon Auditor dalam Situasi Konflik Audit


(30)

Dengan demikian, model interaksi yang ditunjukan pada gambar tadi memberi dukunagn bahwa, interaksi antara Locus of control dengan kesadaran etik mempengaruhi perilaku auditor dalam situasi konflik.

Berkaitan dengan peran penting dan tanggung jawab auditor, maka kebijakan dan keandalan auditor dalam menentukan kewajaran laporan keuangan sangat diperlukan. Atas dasar situasi inilah maka auditor dituntut agar tetap berada dalam kendali (in kontrol) atas dirinya, serta bertanggung jawab terhadap citra profesi dengan tetap berpegang pada prinsip objektivitas, integritas, dan independensi untuk menghindari tejadinya kecurangan-kecurangan atas laporan keuangan, karena kecendrungan auditor yang berada pada situasi konflik audit tersebut dalam menyatakan opininya. Kecendrungan teejadinya kecurangan terutama dikaitkan dengan tingkat kesadaran auditor untuk berperilaku etis, yaitu dengan menjaga etika profesi. Dalam menjaga etika profesi dengan menempatkan objektivitas akkuntan pada standar. Profesionalisme yang paling tinggi akan meningkatkan kinerja auditor.

B. Independensi

1. Defenisi Independensi

Independensi merupakan suatu syarat yang penting yang harus dimiliki oleh tiap auditor dengan tujuan agar dapat menilai kewajaran suatu informasi yang disajikan manjemen untuk para pemakaai informasi yang terdiri dari pemakai internal dan eksternal.


(31)

Independen berarti auditor tidak dapat dipengaruhi. Auditor publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Auditor publik berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga pada kreditor dan pihak lain yaitu masyarakat, klien dan pengguna laporan keuangan yang lainnya yang meletakan kepercayaan pada pekerjaan auditor publik.

Jika seorang auditor publik tidak dapat bersikap independen, maka akan sulit untuk mendapatkan informasi yang wajar. Oleh sebab itu, profesi auditor publik akan sangat sensitive terhadap masalah independen (Lee dan Stone, 1995). Dengan demikian sikap independensi sangat dibutuhkan agar laporan keuangan yang disajikan oleh manajer dapat berkualitas dan berkredibilitasdalam hal opini audit.

Seperti yang diuraikan oleh spap seksi 220, menyatakn bahwa independensi diartikan “sebagai tidak mudah dimengerti”. Sedangkan Mulyadi (1998) adalah sebagai berikut:

“Independensi berarti sikap bebas dari pengaruh pihak lain, tidak tergantung pada pihak lain dan jujur dalam mempertimbangkan fakta serta adanya pertimbangan yang objective dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya”.

Arens dan Loebbeck (1995) menyatakan independensi merupakan tujuan yang harus selalu diupayakan, dan itu dapat dicapai sampai tingkat tertentu, misalnya sekalipun auditor dibayar oleh klien, ia harus tetap memiliki kebebasan yang cukup untuk melakukan audit yang andal. Sedangkan Ralph Estes (1988) menyatakan independensi sebagai kondisi keterbukaan, netral dan tidak bias, untuk atau terhadap pihak lain.


(32)

Berbagai defenisi independensi telah disampaikan oleh para ahli, dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Independensi merupakan syarat yang sangat penting bagi profesi auditor publik untuk menilai kewajaran informasi yang disajikan oleh manajemen kepada pemakai laporan keuangan.

b. Independensi diperlukan oleh auditor publik untuk memperoleh kepercayaaan dari klien dan masyarakat, khususnya para pemakai laporan keuangan

c. Independensi diperlukan agar dapat menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan manaajemen.

Dalam penggunaan pemakaian laporan keuangan, kepentingan pemakaian laporan keuangan yang satu mungkin berbedadengan pemakai laporan keuangan lainnya. Oleh karena itu, dalam memberikan pendapat mengenai laporan keuangan yang diperiksa, auditor publik harus bersikap independen terhadap kepentingan klien, para pemakai laporan keuangan maupun terhadap kepentingan auditor publik itu sendiri.

Jadi dapat ditarik kesimpulan mengenai pentingnya independensi auditor publik, sebagai berikut:

a. Independensi merupakan syarat yang sangat penting bagi profesi auditor publik untuk menilai kewajaran informasi yang disajikan oleh manajemen kepada pemakai laporan keuangan.


(33)

b. Independensi diperlukan oleh auditor publik untuk memperoleh kepercayaan dari klien dan masyarakat, khususnya pemakai laporan keuangan.

c. Independensi diperlukan agar dapat menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen.

d. Jika auditor publik tidak independen maka pendapat yang diberikan tidak mempunyai arti/nilai sama sekali.

e. Independensi merupakan martabat penting auditor publik yang secara berkesinambungan perlu dipertahankan.

Setelah dijelaskan betapa pentingnya independensi bagi audit external maupun audit internal dalam menambah kredibilitas laporan keuangan. Di sisi lain ada juga faktor yang berpengaruh terhadap laporan keuangan, seperti yang dinyatakan Supriyono (1988) menyebutkan setidaknya terdapat enam factor yang berpengaruh terhadap independensi yaitu:

a. Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien. b. Tingkat persaingan antara Kantor Auditor Publik.

c. Pemberian jasa lain selain jasa audit.

d. Lamanya penugasan audit pada klien yang sama. e. Ukuran Kantor Auditor Publik

f. Besarnya audit fee.

Independensi auditor publik merupakan salah satu karakter yang penting untuk profesi auditor publikdi dalam melaksanakan pemeriksaan


(34)

laporan keuangan kliennya. Ishak (2003) mengatakan bahwa auditor memiliki posisi yang sentral dalam menjembatani kebutuhan antara kebutuhan pihak manajemen selaku penyusun dan penyaji laporan keuangan dan kebutuhan diluar pihak manajeman selaku pengguna laporan keuangan untuk berbagi kepentingan di manajemen bersangkutan. Posisi ini menjadikan auditor harus bersikap independen karena klien (manajemen) dapat mempunyai kepentingan bersama, bahkan mungkin bertentangan dengan kepentingan pemakai laporan keuangan (stakeholders).

Setiap auditor publik pada dasarnya akan berusaha untuk menjalankan pekerjaannya sesuai dengan kode etik profesi yang berlaku secara umum, tetapi pada prakteknya sangat sulit untuk diterapakan terutama independensi, Hal-hal yang dapat menganggu independensi auditor publik yaitu:

a. Auditor publik memiliki mutual dan conflicting interest dengan klien. b. Mengaudit pekerjaan auditor publik sendiri.

c. Berfungsi sebagai manajemen atau karyawan dari klien d. Bertindak sebagai penasehat dari klien

2. Aspek dan Unsur Independensi

a. Aspek-aspek independensi auditor adalah sebagai berikut: 1) Independen In Fact

Independensi dalam kenyataan merujuk pada sikap mental auditor dalam menjalankan tugasnya.


(35)

2) Independen In Appearance

Independensi dalam penampilan merupakan penilaian orang terhadap independensi auditor dalam menjalankan tugasnya. b. Unsur-unsur yang mempengaruhi independensi auditor yaitu:

1) Kepercayaan masyarakat terhadaap integritas, objektivitas dan independensi.

2) Kepercaayaan auditor publik terhadap diri sendiri.

3) Kemampuan auditor publik untuk meningkatkaan kredibilitas pernyataanya terhadap laporan keuangan yang diperiksa.

4) Suatu sikap pikiran dan mental auditor yang jujur dan ahli serta bebas dari pengaruh pihak lain dalam melaksanakan pemeriksaan, penilaiaan dan pelaporan hasil pemeriksanya dan dalam memberikan opini auditnya.

Kepercayaan masyarakat terhadap profesi auditor publik berhubungan langsung dengan pemeriksaan dan salah satu elemen pengendali mutu yang penting adalah independensi.

C. Opini Audit

Laporan audit adalah langkah terakhir dari keseluruhan proses audit. Bagian terpenting yang merupakan informasi utama dari laporan audit adalah opini audit. Menurit standar professional auditor publik (PSA 29 SA seksi 508), ada lima jenis opini auditor yaitu:


(36)

2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas. 3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion).

4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion).

5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion atau no opinion)

1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion).

Pendapat wajar tanpa pengecualian dapat diberikan auditor apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan tidak terdapat kondisi atau keadaan tertentu yang memerlukan bahasa penjelas. Dalam SA 411 par 04 dikatakan bahwa laporan keuangan yang wajar dihasilkan setelah melalui pertimbangan apakah:

a) Prinsip akuntansi yang dipilih dan dilaksanakan telah berlaku umum. b) Prinsip akuntansi yang dipilih tepat untuk keadaan yang bersangkutan. c) Laporan keuangan beserta catatannya memberikan informasi cukup

yang dapat mempengaruhi penggunaanya, pemahamannya, dan penafsirannya.

d) Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan diklasifikasikan dan diikhtisarkan dengan semestinya, yang tidak terlalu rinci atau pun terlalu ringkas.

e) Laporan keuangan mencerminkan peristiwa dan transaksi yang mendasarinya dalam suatu cara yang menyajikan posisi keuangan, hasil


(37)

usaha, dan arus kas dalam batas yang dapat diterima, yaitu batas-batas yang rasional dan praktis untuk dicapai dalam laporan keuangan. 2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Bahasa Penjelasan.

Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, tetapi terdapat keadaan atau kondisi tertentu yang memerlukan bahasa penjelas. Kondisi atau keadaan yang memerlukan bahasa penjelas tambahan antara lain dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain. Auditor harus menjelaskan hal ini dalam paragraf untuk menegaskan pemisahan tanggung jawab dalam pelaksanaan audit. b) Adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh IAI.

Penyimpangan tersebut adalah penyimpangan yang terpaksa dilakukan agar tidak menyesatkan pemakai laporan keuangan auditan.

3. Pendapat Wajar Dengan Pengecualian (qualified opinion).

Sesuai dengan SA 508 par. 38 dikatakan bahwa jenis pendapat ini diberikan apabila:

a) Tidak ada bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan lingkup audit yang material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan.

b) Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material tetapi


(38)

tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan. Penyimpangan tersebut dapat berupa pengungkapan yang tidak memadai, maupun perubahan dalam prinsip akuntansi.

Bentuk dari penyimpangan dari Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum yaitu menyangkut resiko atau ketidakpastian, dan pertimbangan materialitas. Penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang menyangkut resiko atau ketidakpastian umumnya dikelompokan ke dalam satu di antara tiga golongan:

a) Pengungkapan yang tidak memadai, jika auditor berkesimpulan bahwa hal yang berkaitan dengan resiko atau ketidakpastian tidak diungkapkan secara memadai dalam laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, auditor harus menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar. b) Ketidaktepatan prinsip akuntansi, Standar Akutansi Keuangan yang

berkaitan dengan kontinjensi atau estimasi hasil peristiwa masa depan tipe tertentu menjelaskan situasi yang didalamnya ketidakamampuan untuk membuat estimasi yang dapat menimbulkan pertanyaan tentang ketepatan prinsip akuntansi yang digunakan, dan jika auditor berkesimpulan bahwa prinsip akutansiyang digunakan menyebabkan laporan keuangan salah disajikan secara material, ia harus menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar.


(39)

4. Pendapat Tidak Wajar (adverse opinion).

Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor harus menjelaskan alasan pendukung pendapat tidak wajar, dan dampak utama dari hal yang menyebabkan pendapat diberikan terhadap laporan keuangan. Penjelasan tersebut harus dinyatakan dalam paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat.

5. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer)

Pernyataan auditor tidak memberikan pendapat ini layak diberikan apabila:

a) Ada pembatasan lingkup audit yang sangat material baik oleh klien maupun karena kondisi tertentu.

b) Auditor tidak independen terhadap klien.

D. Kerangka Pemikiran

Setiap auditor harus tetap mempertahankan independensinya dalam menghadapi konflik-konflik audit agar bisa memberikan opini yang benar-benar mencerminkan keadaan perusahaan. Opini audit merupakan final report

atas audit yang dilakukan dan merupakan kemampuan professional dan keberanian diri auditor untuk mengumpulkan secara benar. Dengan pemberian opini oleh auditor sesuai kode etik yang berlaku, tentu ini akan membawa citra positif bagi masyarakat dan dunia usaha. Baik atau buruknya opini yang


(40)

diberikan oleh auditor tersebut tentu ditunjang dengan pembuktian-pembuktian atas audit yang dilakukan. Yang bertanggung jawab terhadap laporan keuangan perusahaan adalah pihak manajemen, auditor selaku pihak eksternal hanya bertanggung jawab atas opini yang diberikan. Opini yang berkualitas bisa mencerminkan kinerja dan profitabilitas perusahaan yang sebenarnya.

Dari paparan kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan model penelitiannya sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2. 3 Model Penelitian

E. Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1= Terdapat pengaruh yang signifikan antara konflik audit terhadap opini

audit.

H2= Terdapat pengaruh yang signifikan antara independensi auditor terhadap opini audit.

H3= Terdapat pengaruh yang signifikan antara konflik audit dan Konflik Audit

Independensi Auditor


(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah para auditor yang bekerja di kantor akuntan publik.

Responden auditor dikelompokan menjadi auditor ahli dan auditor non ahli dengan berdasarkan masa kerjanya, pelatihan, jabatan akuntan. Auditor ahli adalah auditor yang telah memiliki pengalaman bekerja minimal 3 tahun, mendapat pelatihan minimal 3x, dan berjabatan minimal auditor senior. Auditor non ahli adalah auditor yang telah memiliki pengalaman bekerja kurang dari 3 tahun, mendapat pelatihan minimal 1x, dan berjabatan minimal auditor junior. Adapun analisisnya adalah konflik audit dikaitkan dengan independensi auditor dalam menentukan opini auditor.

B. Metode Penentuan Sampel

Metode penentuan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah cluster sampling. Dikarenakan penyebaran kuisoner dibatasi hanya berada di wilayah Jakarta. Sehingga hasil yang didapat hanya mencerminkan yang terjadi di Jakarta, tapi tidak mewakili seluruh KAP yang ada di Jakarta. C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data primer yang dikumpulkan dengan cara menyebar kuisoner dengan metode survey dilapangan dengan objek atau responden para auditor yang bekerja dikantor akuntan publik.


(42)

Penyebaran kuisoner dilakukan dengan memilih KAP secara acak tapi hanya berada di wilayah Jakarta. Penulis mendatangi sendiri KAP dan Perusahaan yang terpilih dengan memberikan langsung kuisoner atau menitipkan kuisoner tersebut dan diambil 1 minggu kemudian atau lebih.

Untuk mendukung penulisan skripsi ini penulis juga melakukan studi pustaka dengan mencari buku, jurnal akuntansi, dan sumber serta bahan acuan dalam menganalisis masalah yang dibahas dalam penulisan proposal skripsi ini.

D. Metode Analisis 1. Deskriptif Data

Skripsi ini disusun dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan menggunakan pendekatan analisis regresi berganda untuk menganalisis variabel independen (X) yaitu konflik audit dan independensi auditor terhadap variabel dependen (Y) yaitu opini audit.

2. Uji Kualitas Data a. Uji Validitas

Yaitu uji yang dilakukan untuk menguji apakah pertanyaan-pertanyaan kuisoner dapat mengukur construct sesuai yang diharapkan oleh penulis. Pengujian validitas dari instrumen penelitian dilakukan dengan teknik pearson coreelation dengan menghitung angka pada kolom Corrected item-Total Correlation atau r hitung dari nilai jawaban responden untuk tiap butir pernyataan, kemudian dibandingkan dengan angka pada tabel r tabel. Setiap butir


(43)

pernyataan dikatakan valid bila r hitung lebih besar atau sama dengan r tabel.

b. Uji Reliabilitas

Yaitu uji yang dilakukan untuk menguji konsistensi jawaban dari responden uji reliabilitas dilakukan dengan melihat hasil dari Cran bach alpha coefficient. Jika nilai Cran bach alpha coefficient sama dengan atau lebih besar dari 0,6 mka instrument penelitian tersebut dapat dikatakan reliabel.

3. Uji Normalitas

Pengujian Normalitas dilakukan oleh penulis dengan menggunakan normal P.P Plot of Regression dan dengan melihat penyebaran data yang berupa titik-titik pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data yang berupa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka sesuai dengan asumsi normalitas.

4. Uji Asumsi Klasik a. Heteroskedastitas

Bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika variansnya berbeda disebut heteroskedastitas. Deteksi adanya heteroskedastitas adalah dengan mmelihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik, dimana sumbu x adalah sumbu y yang telah diprediksi dan sumbu y adalah residual (y


(44)

prediksi- y sesungguhnya) yang telah di studentized. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

a) Jika pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang diatur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka telah terjadi heteroskedastitas.

b) Jika tidak ada pula yang jelas, serta titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu y maka tidak terjadi heteroskedastitas.

b. Multikoliniersitas

Bertujuan untuk meneliti apakah dalam model regresi ada korelasi antara variabel independent. Jika terjadi korelasi maka terdapat problem multikoliniersitas. Deteksi adanya multikoliniersitas digunakan besaran VIF (Varience Inflaction Factor) dan Tolerance. Pedoman suatu model regresi yang bebas multikoliniersitas (Santoso, 2000) adalah:

1) Mempunyai nilai VIF disekitar angka 1. 2) Mempunyai angka tolerance mendekati 1. 5. Uji Hipotesis

Pengujian yang dilakukan untuk menguji hubungan antara satu variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen. Untuk probabilitas signifikansi pada pengujian ANOVA adalah sebesar 0,05. apabila probabilitas signifikansi 0.05 maka hipotesis akan diterima. Apabila probabilitas signifikansi 0.05 maka hipotesis ditolak.


(45)

Y = 0 + 1 X1 + 2 X2 + e

Y = Opini Auditor a 0 = Konstanta a 1 X1 = Konflik Audit a 2 X2 = Independensi auditor e = Error term

E. Operasional Variabel Penelitian

• Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas (Independent Variabel) terdiri dari:

a. Konflik Audit

Auditor termotivasi oleh etika profesi dan standar pemeriksaan sedangkan klien menuntut auditor untuk memberikan laporan yang baik terhadap laporan keuangan perusahaan, maka timbul situasi konflik yaitu situasi yang terjadi ketika auditor dan klien tidak sepakat dalam suatu aspek.

b. Independensi

Independen berarti auditor tidak dapat dipengaruhi. Akuntan publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Akuntan publik berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga pada kreditor dan pihak lain yaitu masyarakat, klien dan pengguna laporan keuangan yang lainnya yang meletakan kepercayaan pada pekerjaan akuntan publik.


(46)

2. Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah, opini auditor dalam melihat laporan keuangan perusahaan.

Ada beberapa jenis opini yang biasa yang diberikan oleh auditor dalam mengaudit laporan keuangan yaitu Unqualified opinion, Qualified opinion, Adverse opinion, Disclaimer opinion.

• Operasional Variabel Penelitian

Gambar 3.1

Tabel Operasional Variabel

Variabel Sub Variabel Indikator Skala

Konflik Audit Kesadaran etis Kode Etik

Akuntan Norma Perilaku Ordinal Ordinal Komitmen Profesi dan organisasi Perilaku

Profesional Ordinal

Ordinal

Locus of control Internal Locus of Control Eksternal Locus of Control Ordinal Ordinal Independensi Auditor Independence In Fact Objektive Jujur Ordinal Ordinal Independence In Appearance Ketaatan pada peraturan Ordinal


(47)

Opini Auditor Unqualified

Qualified

Standar AK Perlakuan Akuntansi yang tepat

Ketiadaan Bukti yang kompeten Pembatasan Lingkup Audit

Ordinal Ordinal

Ordinal

Ordinal

Adverse Lap. Keuangan tidak disajikan secara wajar Tidak mengikuti Prinsip akutansi

Ordinal

Ordinal

Disclaimer Lap. Keu tidak diaudit

Tidak disusun sesuai Prinsip Akuntansi

Ordinal


(48)

BAB IV

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang telah disebar ke beberapa kantor auditor publik dengan objek penelitian adalah auditor eksternal. Pengumpulan data memakan waktu selama dua bulan, yaitu antara bulan Juli sampai Agustus.

2. Profil Responden

a. Menentukan Jumlah Responden

Dalam hal pengumpulan data, Peneliti menyebarkan sebanyak 75 kuesioner ke lima kantor auditor publik yang bersedia dijadikan tempat penelitian, secara langsung kemudian didistribusikan ke auditor eksternal di kantor tersebut.

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan simple random sampling, dengan ketentuan bahwa teknik ini merupakan cara yang sederhana karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata populasi tersebut dan dengan pertimbangan sifat anggota populasi yang homogen.

Mengingat berbagai kendala yang mungkin dihadapi dalam pengumpulan data, maka peneliti menggunakan rumus slovin untuk mendapatkan ukuran sampel minimal. Data populasi penelitian dapat dilihat


(49)

Perbedaan angka sampel dengan kuesioner yang disebar pada tabel dibawah disebabkan karena pada saat penyebaran kuesioner peneliti mengestimasi kemungkinan terjadinya kesalahan pengisian kuesioner oleh responden, sehingga jumlah sampel yang disebar merupakan penjumlahan antara angka sampel berdasarkan populasi dengan jumlah yang diestimasi agar peneliti memperoleh sampel yang mencukupi.

Tabel 4. 1

Data Populasi Penelitian

No Perusahaan Populasi Sampel 1 KAP Sofwan dan Rekan 5 5

2 KAP Soewondo 30 25

3 KAP S.Mannan dan Rekan 6 5 4 KAP Syarief Baasyir dan Rekan 40 25 5 KAP A. Krisnawan dan Rekan 5 5

Jumlah 86 65


(50)

Tabel 4. 2

Rekapitulasi Sampel Responden

No Keterangan Disebar

Tidak kembali

Diterima/ sampel

1 KAP Sofwan dan Rekan 5 0 5 2 KAP Soewondo 25 0 25 3 KAP S.Mannan dan Rekan 6 2 4 4 KAP Syarief Baasyir dan Rekan 25 10 15 5 KAP A. Krisnawan dan Rekan 5 0 5

Jumlah 66 12 54

Persentase 100 % 18.18 % 81.82 % Sumber: Data diolah

B. Deskripsi Data

Dalam deskripsi data ini peneliti menyajikan identitas responden yaitu auditor eksternal pada beberapa kantor auditor publik wilayah Jakarta.

1. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4. 3

Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-Laki 37 68.5 68.5 68.5

Perempuan 17 32.5 32.5 100.0

Total 54 100.0 100.0

Sumber: Data diolah

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebesar 68.5% responden didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, dan sisanya berjenis kelamin perempuan. Hal ini dapat terlihat di lapangan bahwa auditor eksternal lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan.


(51)

2. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia Tabel 4. 4

Deskripsi Responden Berdasarkan Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Dibawah 25 Tahun 20 37.0 37.0 37.0

25-35 Tahun 26 48.1 48.1 85.1

Diatas 35 Tahun 8 14.9 14.9 100.0

Total 54 100.0 100.0

Sumber: Data diolah

Hasil yang diperoleh dari tabel tersebut memperlihatkan sebesar 48.1% karyawan di kantor auditor publik mayoritas berusia antara 25 sampai 35 tahun. Sebanyak 37% dan 14.9% berusia dibawah 25 tahun dan diatas 35 tahun.

3. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Tabel 4. 5 mengindikasikan bahwa rata-rata auditor berpendidikan terakhir Sarjana S1 atau yang sederajat, ini ditunjukkan dengan angka 88.8% dan hanya 1.12% berpendidikan akademi.

Tabel 4. 5

Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sarjana (S1)/

Sederajat 48 8.88 8.88 8.88

Sarjana (S2)/

Sederajat 6 1.12 1.12 100.0

Total 54 100.0 100.0


(52)

4. Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Tabel 4. 6 dibawah ini menjelaskan lama bekerja karyawan di kantor auditor publik lebih bervariasi yaitu 23.3% dibawah 3 tahun, 40% 3-5 tahun dan 36.7% diatas 5 tahun. Hal ini dipengaruhi oleh faktor usia pada tabel 4. 4 yang juga beragam.

Tabel 4. 6

Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Dibawah 3 Tahun 7 23.3 23.3 23.3

3-5 Tahun 12 40.0 40.0 63.3

Diatas 5 Tahun 11 36.7 36.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Sumber: Data diolah

5. Deskripsi Responden Berdasarkan Golongan Tabel 4. 7

Deskripsi Responden Berdasarkan Golongan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Auditor Pemula/

Junior 26 48.1 48.1 48.1

Auditor ahli/ senior 21 38.9 38.9 87.0

Supervisor 4 7.4 7.4 94.4

Manager 2 3.7 3.7 98.1

Partner 1 1.9 1.9 100.0

Total 54 100.0 100.0

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel diatas diperoleh informasi bahwa responden mayoritas berasal dari golongan auditor pemula/junior, yaitu sebesar 48.1%.


(53)

C. Hasil Dan Pembahasan 1. Uji Kualitas Data

a. Uji validitas

Pengujian validitas dari instrumen penelitian dilakukan dengan teknik pearson coreelation dengan menghitung angka pada kolom

Corrected item-Total Correlation atau r hitung dari nilai jawaban responden untuk tiap butir pernyataan, kemudian dibandingkan dengan angka pada tabel r tabel. Setiap butir pernyataan dikatakan valid bila r hitung lebih besar atau sama dengan r tabel.

Dalam hal ini jumlah sampel yang diuji adalah 54 responden dengan taraf signifikansi ( ) 5% maka didapat r hitung sebesar 0.361 (dapat dilihat pada lampiran).

Tabel 4. 8

Uji Validitas Konflik Audit (Variabel X1) Item R hitung R tabel Keterangan

Q_1 ,097 0.361 Tidak Valid

Q_2 ,053 0.361 Tidak Valid

Q_3 ,332 0.361 Tidak Valid

Q_4 ,288 0.361 Tidak Valid

Q_5 ,439 0.361 Valid

Q_6 ,566 0.361 Valid

Q_7 ,317 0.361 Tidak Valid

Q_8 ,364 0.361 Valid

Q_9 ,510 0.361 Valid

Q_10 ,415 0.361 Valid

Q_11 -,012 0.361 Tidak Valid

Q_12 ,167 0.361 Tidak Valid


(54)

Berdasarkan hasil uji validitas konflik audit yang terjadi diperoleh hasil bahwa, terdapat tujuh item pernyataan tidak valid karena r hitung < r tabel. Pernyataan tersebut antara lain Q_1 dengan r hitung 0.097, Q_2 dengan r hitung 0.053, Q_3 dengan r hitung 0.332, Q_4 dengan r hitung 0.288 Q_7 dengan r hitung 0.317 Q_11 dengan r hitung -0.012 dan Q_12 dengan r hitung 0.167. Untuk hasil uji validitas pernyataan yang tidak valid tetap digunakan dikarenakan hasil uji reliabelnya tinggi maka pernyataan yang tidak valid diperbaiki agar tidak rancu atau bias dan tetap digunakan.

Tabel 4. 9

Uji Validitas Independensi Auditor (Variabel X2) item R hitung R tabel keterangan

Q_13 ,621 0.361 Valid

Q_14 ,504 0.361 Valid

Q_15 ,347 0.361 Tidak Valid

Q_16 ,469 0.361 Valid

Q_17 ,507 0.361 Valid

Q_18 ,078 0.361 Tidak Valid

Q_19 ,628 0.361 Valid

Q_20 ,591 0.361 Valid

Q_21 ,445 0.361 Valid

Q_22 ,718 0.361 Valid

Sumber: Data diolah

Berdasarkan hasil uji validitas independensi auditor yang terjadi diperoleh hasil bahwa, terdapat dua item pernyataan tidak valid karena r hitung < r tabel. Pernyataan tersebut antara lain Q_15 dengan r hitung 0.347, dan Q_18 dengan r hitung 0.078. Itu masih bisa diterima dikarenakan pada hasil uji reliabilitas independensi auditor (tabel 4.12) nilainya lebih dari 0.6.


(55)

Tabel 4. 10

Uji Validitas Opini Audit (Variabel Y)

Item R hitung R tabel keterangan

Q_23 ,297 0.361 Tidak Valid

Q_24 ,238 0.361 Tidak Valid

Q_25 ,347 0.361 Tidak Valid

Q_26 ,311 0.361 Tidak Valid

Q_27 ,442 0.361 Valid

Q_28 ,459 0.361 Valid

Q_29 ,538 0.361 Valid

Q_30 ,583 0.361 Valid

Q_31 ,429 0.361 Valid

Q_32 ,438 0.361 Valid

Sumber: Data diolah

Berdasarkan hasil uji validitas opini audit yang terjadi diperoleh hasil bahwa, terdapat empat item pernyataan tidak valid karena r hitung < r tabel. Pernyataan tersebut antara lain Q_23 dengan r hitung 0.297, Q_24 dengan r hitung 0.238, Q_25 dengan r hitung 0.347, dan Q_26 dengan r hitung 0.311. Itu masih bisa diterima dikarenakan pada hasil uji reliabilitas opini audit (tabel 4.13) nilainya lebih dari 0.6.

Berdasarkan hasil uji validitas terdapat tujuh item pernyataan pada variabel konflik audit (X1) yang tidak valid (pernyataan no 1, 2, 3, 4, 7, 11, dan 12). Sedangkan variabel motivasi auditor internal (X2) terdapat dua item pernyataan yang tidak valid (pernyataan no 15 dan 18), dan variabel opini audit (Y) terdapat empat pernyataan yang tidak valid (pernyataan no 23, 24, 25 dan 26). Pernyataan-pernyataan tersebut dikatakan tidak valid karena r hitung < 0.361.


(56)

b. Uji reliabilitas

Setelah instrumen dipastikan akurasinya, kemudian dilakukan pengujian reliabilitas dengan menggunakan cronbanch’s alpha. Reliabilitas suatu intrumen variabel dikatakan baik jika memiliki

cronbanch’s alpha > 0.6 (Nunnaly, 1967 dalam Gozali, 2005). Tabel 4. 11

Uji Reliabilitas Konflik Audit (Variabel X1)

Cronbach's Alpha N of Items

,636 12

Sumber: data diolah

Terlihat dari hasil analisis bahwa semua butir pernyataan pada kolom Cronbach’s Alpha mempunyai nilai di atas 0.6. Kesimpulannya semua butir pernyataan di atas sudah reliabel.

Tabel 4. 12

Uji Reliabilitas Independensi Auditor (Variabel X2)

Cronbach's Alpha N of Items

,812 10

Sumber: data diolah

Tabel 4. 13

Uji Reliabilitas Opini Audit(Variabel Y)

Cronbach's Alpha N of Items

,731 10

Sumber: Data diolah

Dari hasil analisis variabel independensi auditor dan opini audit menunjukkan bahwa Cronbach’s Alpha mempunyai nilai di atas 0.6. Kesimpulannya semua butir pernyataan diatas sudah reliabel.


(57)

Terlihat dari uji validitas pada try out sebelumnya, bahwa ada beberapa item pernyataan yang hasilnya tidak valid. Tetapi pada uji reliabilitas diatas semua variabel menunjukkan Cronbach’s Alpha yang cukup tinggi yaitu > 0.6, sehingga penelitian ini tetap menggunakan item-item pernyataan yang sama dengan memperbaiki kalimat pada pernyataan yang tidak valid.

Karena semua butir pernyataan sudah reliabel, kesimpulannya instrumen penelitian ini bisa digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama dan akan menghasilkan data yang sama pula (konsisten).

2. Uji Asumsi Klasik a. Uji normalitas

Pengujian normalitas bertujuan untuk menguji variabel independen yaitu konflik audit dan independensi auditor, dan variabel dependen yaitu opini audit dalam sebuah model regresi berdistribusi normal atau tidak.

Grafik dibawah memperlihatkan hasil dari uji normalitas dengan menggunakan Normality Probability Plot yang menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Maka dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini sudah terdistribusi dengan normal atau sudah memenuhi asumsi normalitas.


(58)

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

E

x

p

e

c

te

d

C

u

m

P

ro

b

Dependent Variable: VAR00003

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Gambar 4. 1 Hasil Uji Normalitas

b. Heteroskedastisitas

Grafik Scatterplot dibawah ini merupakan hasil uji heteroskedastisitas untuk variabel independen yaitu konflik audit dan independensi auditor, dan variabel dependen yaitu opini audit. Berdasarkan uji tersebut menunjukkan bahwa titik-titik data menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola, baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian ini memenuhi asumsi homoskedastisitas.


(59)

Regression Standardized Predicted Value 4 3 2 1 0 -1 -2 R e g re s s io n S tu d e n ti z e d R e s id u a l 2 1 0 -1 -2 -3

Dependent Variable: OA Scatterplot

Gambar 4. 2

Hasil Uji Heterokedastisitas

c. Multikoliniearitas

Deteksi terhadap multikoliniearitas dapat dilihant dari Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance (TOL).

Tabel 4. 14 Multikoliniearitas

Collinearity Statistics Model

Tolerance VIF

1 KA .932 1.073

IA .932 1.073

a Dependent Variable: OA Sumber: Data diolah

Dari tabel diatas terlihat bahwa VIF 1.073 dan TOL 0.932, ini berarti instrumen penelitian dapat dianggap tidak terjadi multikoliniearitas atau tepatnya hanya low collinearity (Stanislaus: 2006).


(60)

3. Uji Hipotesis a. Uji t (uji parsial)

Tabel 4. 15 Coefficientsa Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. Model

B

Std.

Error Beta

1 (Constant) 11.407 3.426 3.330 .002

KA .299 .074 .487 4.035 .000

IA .059 .042 .169 1.400 .168

a Dependent Variable: OA

Sumber: Data diolah

Uji secara parsial (individual) dari hasil pengolahan data program SPSS 12 ditunjukan pada tabel Coefficientsa, dasar pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis tiap variabel independen adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai probabilitas sig lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas 0.05 atau (sig < 0.05), maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya signifikan (terdapat pengaruh yang nyata).

2) Jika nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0.05

atau (sig > 0.05), maka Ha ditolak dan Ho diterima, artinya tidak signifikan (tidak terdapat pengaruh yang nyata).

Kaidah Keputusan:

a) Hipotesis yang akan diuji untuk variabel konflik audit (X1) akan dirumuskan sebagai berikut:

Ha 1 = Konflik audit berpengaruh terhadap opini audit. Ho1 = Konflik audit tidak berpengaruh terhadap opini audit.


(61)

Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas dapat diketahui bahwa variabel tingkat keahlian memiliki sig 0.000, ini berarti nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05 atau (0.000 < 0.05). Maka, antara konflik audit berpengaruh terhadap opini audit sebesar 0.487 atau 48.7%.

b) Hipotesis yang akan diuji untuk variabel motivasi auditor internal (X2) akan dirumuskan sebagai berikut:

Ha 2 = Indepndensi auditor berpengaruh terhadap opini audit. Ho 2= Independensi auditor tidak berpengaruh terhadap opini audit.

Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas dapat diketahui bahwa variabel independensi memiliki sig 0.168, ini berarti nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0.05 atau (0.168 > 0.05). Maka, independensi auditor tidak berpengaruh terhadap opini audit.

Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya bahwa konflik itu sendiri bisa didefenisikan sebagai adanya dua atau lebih kelompok tekanan dimana kepatuhan pada kelompok yang satu akan menimbulkan ketidakmungkinan untuk mematuhi yang lainnya. Sehingga pada tahap penyusunannya konflik audit tidak dipersoalkan oleh variabel independensi, karena untuk mendapatkan opini audit yang berkualitas, konflik audit bukanlah salah satu komponen dalam membuat opini audit.


(62)

Namun, bukan berarti independensi tidak berpengaruh sama sekali dalam penelitian ini, terutama dengan opini audit. Karena peneliti menggunakan sub variabel independensi yang disarikan dari berbagai literatur dalam penyusunan kuesioner, sehingga kemungkinannya adalah bahwa untuk melihat pengaruh antara independensi auditor dengan opini audit ada sub variabel yang tidak dapat menjaring dalam penelitian ini.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa, dalam prakteknya konflik audit yang paling menentukan dalam opini audit yang diberikan, dibandingkan independensi auditor.

b. Uji F (uji simultan)

Tabel 4. 16

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 91.749 2 45.875 11.372 .000(a)

Residual 205.732 51 4.034

Total 297.481 53

a Predictors: (Constant), KA, IA b Dependent Variable: OA

sumber: Data diolah

Dasar pengambilan keputusan untuk uji simultan antara variabel X dan Y adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai probabilitas sig lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas 0.05 atau (sig < 0.05), maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya signifikan (terdapat pengaruh yang nyata).


(63)

2) Jika nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0.05

atau (sig > 0.05), maka Ha ditolak dan Ho diterima, artinya tidak signifikan (tidak terdapat pengaruh yang nyata).

Hipotesis untuk uji simultan akan dirumuskan seperti dibawah ini: Ha3 = Konflik audit dan independensi auditor berpengaruh secara

simultan terhadap opini audit.

Ho3 = Konflik audit dan independensi auditor tidak berpengaruh secara simultan terhadap opini audit.

Hasil analisis pada tabel ANOVAb diatas diperoleh F sebesar 11.372 dengan nilai probabilitas (sig) sebesar 0.000, ini berarti nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05 atau (0.000 < 0.05) Maka, terdapat pengaruh secara simultan antara konflik audit dan independensi auditor terhadap opini audit.

c. Uji R2 (koefisien determinasi) Tabel 4. 17 Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .555(a) .308 .281 2.008

a Predictors: (Constant), IA, KA b Dependent Variable: OA

Sumber: Data diolah

Karena jumlah variabel independen tidak lebih dari dua, maka peneliti menggunakan R2 (koefisien determinasi) dan bukan Adjusted R2 (Singgih Santoso, 2000). Berdasarkan tabel Model Summaryb diatas diperoleh hasil bahwa R2 0.308, jika disajikan persentasenya adalah


(64)

sebesar 30.8%. Angka tersebut mempunyai maksud bahwa variabel konflik audit dan independensi secara bersama dapat menjelaskan sebesar 30.8% variabel opini audit. Adapun sisanya sebesar 69.2% (100%-30.8%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam analisa regresi ini contohnya adalah ketaatan perusahaan terhadap prinsip-prinsip akutansi yang berlaku umum, dan konsistensi perusahaan terhadap standar akuntansi dalam membuat laporan keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa konflik audit dan independensi auditor dapat memberikan pengaruh positif terhadap opini audit.

Standard Error of Estimate (SEE) adalah sebesar 2.008. semakin kecil SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

1. Konflik audit (variabel X1) yang diukur oleh opini audit (variabel Y) memiliki sig 0.000, ini berarti nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05. Berdasarkan temuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, hipotesis penelitian yang menyatakan konflik audit signifikan berpengaruh terhadap opini audit dapat diterima yaitu sebesar 0.487 atau 48.7%.

2. Independensi auditor (variabel X2) yang diukur oleh oleh opini audit (variabel Y) memiliki sig 0.168, ini berarti nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0.05. Berdasarkan temuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, independensi auditor tidak signifikan berpengaruh terhadap opini audit.

3. Konflik audit (variabel X1) dan independensi auditor (variabel X2) secara simultan diperoleh F sebesar 11.372 dengan nilai probabilitas sig sebesar 0.000, ini berarti nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05. Berdasarkan temuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, hipotesis penelitian yang menyatakan konflik audit dan independensi auditor berpengaruh terhadap opini audit diterima.

4. Untuk menentukan besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen diperoleh hasil bahwa R2 0.308. Angka tersebut


(2)

mempunyai maksud bahwa variabel konflik audit dan independensi

auditor secara bersama dapat menjelaskan sebesar 30.8% variabel opini audit. Adapun sisanya sebesar 69.2% (100%-30.8%) dipengaruhi oleh variabel lain.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, berikut ini akan diuraikan beberapa implikasi yang dianggap relevan dengan penelitian.

1. Hasil pengolahan dan analisis data menunjukkan bahwa konflik audit memiliki pengaruh sebesar 48.7% terhadap opini audit dirasa sangat wajar. Karena opini audit yang dihasilkan oleh auditor tidak hanya didasarkan oleh respon auditor dalam situasi konflik audit, tetapi juga dikarenakan kepatuhan perusahaan terhadap SAK dan standar akuntansi yang berlaku umum. Oleh karenanya besar pengaruh konflik audit tidak mutlak 100%.

2. Hasil pengolahan dan analisis data menunjukkan bahwa independensi auditor tidak memiliki pengaruh terhadap opini audit dapat diterima. Opini audit yang diberikan oleh auditor tidak memiliki pengaruh secara langsung pada pemberian opini audit, dikarenakan opini yang dihasilkan tidak hanya didasari oleh sikap mental auditor. Tetapi komponen yang paling penting adalah kepatuhan laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan sudah mengikuti prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku


(3)

3. Hasil pengolahan dan analisis data menunjukkan bahwa konflik audit dan independensi auditor secara simultan memiliki pengaruh terhadap opini audit sebesar 30.6%. Sedangkan sisanya sebesar 69.2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dibahas pada analisis regresi ini.

C. Saran

1. Untuk membuat opini yang mencerminkan keadaan perusahaan, auditor dituntut untuk dapat bersikap profesional ketika berada pada situasi konflik audit, yaitu dengan cara meningkatkan kesadaran etis yang dan memiliki komitmen profesi yang tinggi dalam menjalankan profesinya. Sehingga konflik audit tidak menjadi kendala dalam membuat opini audit yang sesuai.

2. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap profesi auditor menyebabkan anggapan yang salah, yang menyebutkan bahwa auditor adalah orang yang dltakuti dan perlu dihindari keberadaannya. Untuk merubah polemik yang berkembang dimasyarakat tersebut maka auditor perlu melakukan sosialisasi yang lebih baik terhadap dunia luar terutama masyarakat awam yang kurang pengetahuannya terhadap tugas dan profesi auditor. Karena tidak bisa dipungkiri, keberadaannya sangat dibutuhkan dan penting guna memeriksa dan mengevaluasi efektivitas dan efesiensi perusahaan.


(4)

3. Lamanya penelitian yang dilakukan ini disebabkan karena beberapa faktor, dan faktor utama adalah tinggi jam kerja para auditor eksternal sehingga sulit bagi para auditor eksternal untuk meluangkan waktu dalam mengisi kuisoner. Oleh karenanya, bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian dengan objek auditor eksternal, lebih baik memberikanangketnya tidak pada bulan sibuk, yaitu bulan april atau mei.

4. Masih berkaitan dengan keterangan diatas, agar penelitian tidak memerlukan waktu yang terlalu lama maka peneliti sebaiknya menggunakan data sekunder yang berasal dari laporan keuangan pemsahaan namun tetap disesuaikan dengan kebutuhan dan apa yang akan diteliti.


(5)

Daftar Pustaka

.

Ameliana. “Pengaruh Locus Of Control dan Komitmen Profesi terhadap Perilaku Auditor Dalam Situasi konflik Audit dengan kesadaran Etis Sebagai Variabel Moderating”. Skripsi S1 Tidak Dipublikasikan.2004

Anwar, Saiful, “ Pengambilan Keputusan Auditor Dalam Situasi Konflik Audit Suatu Kasus ”. ARTHAVIDYA, Tahun 6 No 1 (Maret) hal 272-287.2005

Asih, Rike Dewi, 2003, Pengaruh Interaksi Locus Of Control Auditor dan Struktur Audit terhadap Kinerja Audit.

Belkaoui, Ahmed R. 2006, Teori Akuntansi, Edisi Terjemahan jilid 1. Salemba Empat

Darwito, “ Pengaruh Keahlian Auditor Terhadap Pemeriksaan Kecurangan (Fraud Auditing) dan Opini Audit dengan Independensi Sebagai Variabel Intervening”. Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen dan Akuntansi (September). Hal 169-193

Gunawan, Adi. “Analisis Pengaruh Independensi, kualitas Audit, Serta mekanisme Corporate Governance Terhadap Integritas Laporan Keuangan”. Skripsi S1 Tidak Dipublikasikan.2005

Halim, Abdul. “ Auditing ”. Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP YKPN, Yogyakarta,2001

Hamid, Abdul. “ buku panduan penulisan skripsi ”. grafika karya utama, jakarta, 2005

Ikatan Akuntan Indonesia, “Standar Profesional Akuntan Publik Per 1 Januari” ,2001, Cetakan Pertama, Salemba Empat, Jakarta, 2001

Muhammad, Rifqi, “ Pengaruh Struktur Organisasi Terhadap Komunikasi Dalam Tim Audit ”. JAAI Volume 9 No 2 (Desember) hal 167-186


(6)

Rianovita, “ Pengaruh Etika, Keahlian Audit dan Independensi Terhadap Pengambilan Keputusan Auditor”. Skripsi S1 Tidak Dipublikasikan.2005 Rony. “Analisis Going Concern Ratio Untuk Memprediksi Unqualified Audit

Report With Explanatory Paragraph”. Skripsi S1 Tidak Dipublikasikan.2005

Rosita, Listya. “Analisis Pengaruh Going Concern dan Kualitas Auditor Terhadap Pemberian Opini Audit Pada Perbankan”. Skripsi S1 Tidak Dipublikasikan.2006

Santoso, Singgih, 2003, “Statistik Deskriptif”. Penerbit Andi. Yogyakarta Sawyers, 2005, Internal Auditing, Jakarta-Salemba Empat Edisi 5

Sugiarta, I Nyoman, “ peranan laporan klien terhadap kualitas opini akuntan ”. Mnadiri Edisi Ilmiah hal 117-121

William C. Boynton, Edisi 8, Modern Auditing, Willey. USA

Winarna, Jaka, “ Independensi Auditor: Suatu tantangan masa depan”. Jurnal Akuntansi dan Bisnis (Agustus). Hal 178-186

Zoraifi, Renata, “ Pengaruh Locus Of Control, Tingkat Pendidikan, Pengalaman Kerja, Pertimbangan Etis Terhadap Perilaku Auditor Dalam Situasi Konflik Audit”. Jurnal Akuntansi dan Bisnis (Februari). Hal 12-25