Konflik Audit TINJAUAN PUSTAKA

21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konflik Audit

1. Defenisi Konflik Audit Situasi konflik audit diantaranya diakibatkan karena adanya ketidakberesan yang harus dilaporkan oleh auditor, seperti salah saji atau hilangnya jumlah dalam pengungkapan dalam laporan keuangan yang disengaja. Ketidakberesan mencakup kecurangan dalam pelaporan keuangan yang dilakukan untuk menyajikan laporan keuangan yang menyesatkan, yang sering disebut dengan kecurangan menajemen, dan penyalahgunaan aktiva yang sering disebut unsur penggelapan. Auditor termotivasi oleh etika profesi dan standar pemeriksaan sedangkan klien menuntut auditor untuk memberikan laporan yang baik terhadap laporan keuangan perusahaan, maka timbul situasi konflik yaitu situasi yang terjadi ketika auditor dan klien tidak sepakat dalam suatu aspek. Auditor sering berhadapan dengan keputusan yang hasilnya tidak tercover oleh kode etik maupun oleh standarditerima umum. Pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan ini tentu sajamengutamakan etika, tetapi seringkali melibatkan pertimbangan berbagai macam konflik kepentingan. Misalnya, dalam pengauditan, auditor diminta untuk melaporkan kewajaran informasi yang disajikan oleh manajemen yang 22 biasanya mempunyai pengaruh besar dalam penugasan atau penunjukannya sebagai auditor independen perusahaan. Juga keefektifan pengauditan akan tergantung secara signifikasi pada informasi yang disajikan oleh manajemen untuk auditor. Meskipun auditor berhak atas setiap informasi yang mereka butuhkan, manajemen bisa tidak cukup jujur sehingga bisa mempengaruhi penyelesaian audit yang diperlukan Brooks, 1995. Terdapat 2 jenis konflik kepentingan, yaitu real conflict dan latent potential conflict . Real conflict adalah konflik yang mempunyai pengaruh pada judment problem yang ada, sedangkan potential conflict adalah konflik yang bisa mempengaruhi judment di masa datang. Contoh konflik yang kedua ini, misalnya terjadi pada auditor dimana penghasilan auditor didominasi oleh satu klien besar. Meskipun kondisi ini bisa menyulitkan, namun suatu waktu bisa terjadi penyesuaian negative atas laba yang diperlukan, namun klien bisa menekan penyesuaian ini dengan mengancam akan pindah atau ganti auditor independen yang lain Brooks, 1995. Adalah penting bagi profesional auditor untuk menghindari situasi yang bisa memunculkan konflik kepentingan baik real maupun potential conflict . Tujuannya adalah untuk menjaga reputasi profesional auditor. Hal ini dapat dilakukan dengan menjaga independensi, integritas, dan objektivitas dalam setiap konflik kepentingan yang dihadapi. 23 Auditor dihadapkan pada pilihan, memenuhi tuntutan klien yang berarti melanggar standar yang berlaku tapi jika tidak memenuhi tuntutan klien maka bisa menghasilkan sanksi baik dari atasannya maupun dari kliennya berupa penghentian kerja atau pemutusan hubungan penghentian penugasan, disini teruji bagaimana auditor berperilaku dalam mengambil keputusan dan menjaga keprofesionalannya sebagai seorang auditor. Prinsip perilaku professional yang dikemukakaan oleh Arens dan Loebbeck 1996 yang berkaitan dengan karekteristik tertentu dan harus dipenuhi oleh seorang auditor adalah: a. Tanggung jawab, dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai professional, auditor harus mewujudkan kepekaan professional dan pertimbangan moral dalam semua aktivitas mereka. b. Kepentingan masyarakat, auditor harus menerima kewajiban untuk melakukan tindakan yang menghandulukan kepentingan masyarakat, menghargai kepercayaan masyarakat, dan menunjukan komitmen pada profesionalisme. c. Integritas, untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan masyarakat, auditor harus melaksanakan tanggung jawab professional dengan komitmen tertinggi. d. Objektivitas dan Independensi, auditor harus mempertahankan objektivitas dan bebas dari benturan kepentingan dalam melakukan tanggung jawab professional. Auditor yang berpraktik sebagai auditor 24 publik harus bersikap independen dalam kenyataan dan penampilan pada waktu melaksanakan audit dan jasa atestasi lainnya. e. Keseksamaan, akuntaan harus mematuhi standar teknis dan etika profesi. Berusaha keras untuk meningkatkan kompetensi dan mutu jasa, dan melaksanakan tanggung jawab professional dengan kemampuan terbaik. f. Lingkup dan Sifat Jasa, dalam menjalankan praktik sebagai auditor publik, auditor harus mematuhi prinsip-prinsip perilaku professional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang akan diberikan. Model pengambilan keputusan etik yang melibatkan integrasi beberapa variabel kedalam model pengambilan keputusan Verbeke. Et al, 1996. Perilaku organisasional termasuk dalam pengambilan keputusan etik merupakan fungsi interaksi antara personal dan lingkungan organisasi. Untuk memahami pengambilan keputusan etik, seseorang harus melihat pada a pembawaan personal individu. b lingkungan organisasional. Dalam literatur akuntansi keperilakuan disebutkan bahwa proses pembuatan keputusan individu melibatkan proses psikologi Siegel dan Marconi, 1989. Selanjutnya disebutkan bahwa tipe psikologi individu dapat dibagi ke dalam 2 kategori yaitu personalitas dan gaya kognitif cognitive style. Personalitas mengacu pada sikap dan keyakinan individual sedangkan gaya kognitif mengacu pada cara atu metode bagaimana individu menerima, menyimpan, memproses dan 25 mentransmisikan informasi ke dalam perilakunya. Individu dengan tipe personalitas yang sama mempunyai cognitive style yang berbeda. Dalam situasi pengambilan keputusan dimensi personal dan gaya kognitif ini berinteraksi dan mempengaruhi pengambilan keputusan. 2. Komponen yang mendasari auditor dalam situasi konflik auditor Dalam situasi konflik audit, tindakan atau keputusan yang diambil auditor haruslah berdasarkan dua hal yaitu: Kesadaran Etis, dan Komitmen profesi dan organisasi, Locus of control. a. Kesadaran Etis Etis merupakan suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi landasan bertindak seseorang sehingga apa yang dilakukannya dipandang oleh masyarakat umum sebagai perbuatan yang terpuji dan meningkatkan martabat dan kehormatan seseorang. Etika juga dapat diartikan sebagai sopan santun atau tatanan moral dalam prosesi dan jabatan. Perilaku beretika diperlukan dalam masyarakat agar semuanya dapat berjalan secara teratur, pentingnya kebutuhan akan etika dalam masyarakat sehingga banyak nilai-nilai etika yang ada dalam masyarakat dimasukan ke dalam undang-undang, walaupun banyak yang tidak dapat dimasukan ke dalam undang-undang, hal ini karena sifat nilai tertentu yang memerlukan pertimbangan Arens dan Loebbeck, 1996. Oleh sebab itu dibutuhkannya kesadaran untuk 26 menjalankan etika yang ada agar tidak diacuhkan dalam pergaulan masyarakat. Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan mengenai perilaku yang pantas harus dibuat Arens dan Loebbeck, 1996. Etik yang sudah disepakati bersama oleh anggota suatu profesi disebut dengan kode etik profesi yang berhubungan dengan kebebasan disiplin pribadi dan integritas moral dari seorang ahli. b. Komitmen Profesi dan organisasi Menurut Ford dan Richardson, salah satu determinan penting perilaku pengambilan keputusan etis adalah faktor-faktor yang sangat unik berhubungan dengan individu pembuat keputusan. Faktor individual tersebut meliputi variabel-variabel yang merupakan ciri pembawaan lahir jenis kelamin, umur, kebangsaan, dll. Variabel yang merupakan hasil dari proses sosialisasi dan pengembangan manusia yaitu komitmen profesi. Dalam penelitian Dark dan Larkin 1992 menemukan korelasi positif yang kuat antara kepuasan terhadap pekerjaan, komitmen profesi, dan komitmen organisasi. Auditor dengan komitmen profesi yang kuat, perilakunya lebih mengarah pada aturan dibanding auditor dengan komitmen profesi yang rendah. Auditor dengan komitmen profesi yang kuat lebih besar kemungkinan untuk menolak permintaan klien dalam situasi konflik audit yang berarti lebih independen. 27 Selain komitmen organisasional, orientasi professional yang mendasarkan komitmen profesi nampaknya juga akan brpengaruh terhadap kepuasan kerja. Komitmen organisasional cenderung didefenisikan sebagai suatu perpaduan antara sikap dan perilaku Ardiyanto dan Triyaningsih, 2002 menurut larkin 1990, komitmen professional adalah tingkat loyalitas individu pada profesinya seperti yang dipersepsikan oleh individu tersebut. Profesi auditor sebagai suatu profesi yang memenuhi syarat- syarat ilmiah, perlu punya kode etik, yaitu norma perilaku yang mengatur hubungan antara auditor dengan klien, antara auditor dengan sejawatnya, dan antara profesi dengan masyarakat. Setiap profesi membutuhkan perilaku professional yang tinggi karena adanya kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan. Bagi auditor publik sangat penting untuk menyakinkan klien dan pemakai laporan keuangan lainnya akan kualitas jasa audit dan jasa lainnya yang diberikan. Jika pemakai jasa tidak memiliki keyakinan maka kemampuan para profesional untuk memberikan jasa kepada klien maka kurang efektif. Interaksi Komitmen Profesi dan Kesadaran Etis Interaksi antara level kesadaran etis dengan komitmen profesi ini dimaksudkan untuk mengintegrasikan riset tentang kesadaran etik dengan komitmen profesi. Dengan adanya interaksi ini diharapkan bahwa auditor dengan komitmen profesi yang rendah dapat berperilaku 28 lebih etik dengan menolak tekanan klien dalam situasi konflik audit, dengan kata lain auditor menjadi lebih independen. Gambar 2.1 Model Interaksi Komitmen Profesi dan Kesadaran Etis Model tersebut memprediksi kesadaran etik memoderat hubungan antara komitmen profesi dengan respon auditor dalam situasi konflik audit. Dengan kata lain, auditor dengan komitmen profesi yang tinggi akan dapat berperilaku lebih etis dan independen dengan menolak tekanan klien bila memiliki kesadaran etis yang tinggi. c. Locus of control Locus of control adalah cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa, apakah ia dapat atau tidak dapat mengendalikan kontrol peristiwa yang terjadi padanya Rotter, 1996. Iefcourt 1982 mengemukakan sebagai faktor personal, Locus of control mencerminkan keyakinan individu terhadap kendali yang bisa dilakukan terhadap lingkungannya. Berdasarkan teori Locus of control, Kesadaran Etis Komitmen Profesi Respon Auditor dalam Situasi Konflik Audit 29 perilaku auditor dalam situasi konflik akan dipengaruhi oleh karakteristik Locus of controlnya. Locus of control dibagi menjadi 2 bagian: 1 Internal Locus of control Internal Locus of control adalah keyakinan bahwa suatu kejadian selalu berada dalam kendalanya dan akan selalu mengambil peran dan tanggung jawab dalam penentuan benar atau salah. Orang dengan internal Locus of control melihat dunia lebih melalui aspek penyesuaian. Mereka percaya bahwa kerja keras akan dapat memberi pengaruh positive pada suatu peristiwa Seperti yang dikemukakan oleh Mc Combs 1991, beberapa hasil riset menekankan internal Locus of control merupakan sebuah konsep diri, artinya bahwa kita melewati kontrol terhadap diri kita dan kita menyadari fungsi kita berfikir secara positive mempengaruhi keyakinan, motivasi, dan kinerja. 2 External Locus of control External Locus of control adalah keyakinan bahwa kejadian dalam hidupnya dipengaruhi oleh takdir, keberuntungan, dan kesempatan serta lebih mempercayai kekuataan di luar dirinya. Orang dengan external Locus of control percaya bahwa tindakan mereka tidak mempengaruhi akibat yang akan datang. Individu dengan external Locus of control menyalahkan lingkungan untuk setiap kesalahan yang ada, menurut Rotter 1996 hal 30 ini karena mereka percaya bahwa kejadian yang ada tidak berhubungan dengan perbuatan mereka. Interaksi Locus of control dengan Kesadaran Etis Trevino 1986 menyatakan bahwa variabel perbedaan individu atau variabel personalitas Locus of control dapat berinteraksi dengan kesadaran etis untuk mempengaruhi perilaku individual dalam dilema etis Tsu dan Gul,1996 Interaksi antara level kesadaran etis dengan Locus of control telah diuji oleh Tsui dan Gul 1996 dengan menunjukan model intreraksi seperti terlihat pada gambar: Kesadaran Etis Locus of control Gambar 2.2 Model Interaksi Locus of control dan Kesadaran Etis Dengan menguji model tersebut, Tsui dan Gul 1996 menunjukan bahwa kesadaran etis memperkuat hubungan antara Locus of control dengan kemampuan auditor untuk menolak tekanan manajer. Dengan kata lain, baik variabel personalitas, Locus of control maupun kesadaran etis merupakan faktor determinan yang signifikan pada perilaku auditor dalam situasi dilema etis. Hasil analisanya menunjukan bahwa pada level kesadaran etis yang lebih rendah, hubungan antra Locus of control dengan respon auditor dalam situasi konflik audit menerima atau menolak permintaan klien adalah positif. Respon Auditor dalam Situasi Konflik Audit 31 Dengan demikian, model interaksi yang ditunjukan pada gambar tadi memberi dukunagn bahwa, interaksi antara Locus of control dengan kesadaran etik mempengaruhi perilaku auditor dalam situasi konflik. Berkaitan dengan peran penting dan tanggung jawab auditor, maka kebijakan dan keandalan auditor dalam menentukan kewajaran laporan keuangan sangat diperlukan. Atas dasar situasi inilah maka auditor dituntut agar tetap berada dalam kendali in kontrol atas dirinya, serta bertanggung jawab terhadap citra profesi dengan tetap berpegang pada prinsip objektivitas, integritas, dan independensi untuk menghindari tejadinya kecurangan-kecurangan atas laporan keuangan, karena kecendrungan auditor yang berada pada situasi konflik audit tersebut dalam menyatakan opininya. Kecendrungan teejadinya kecurangan terutama dikaitkan dengan tingkat kesadaran auditor untuk berperilaku etis, yaitu dengan menjaga etika profesi. Dalam menjaga etika profesi dengan menempatkan objektivitas akkuntan pada standar. Profesionalisme yang paling tinggi akan meningkatkan kinerja auditor.

B. Independensi