Pengaruh Karakteristik Personal Auditor,Pengalaman Audit,Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR,

PENGALAMAN AUDIT DAN INDEPENDENSI

AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat- syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Mira Dwi Hemirna NIM: 105082002763

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR,

PENGALAMAN AUDIT DAN INDEPENDENSI

AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat- Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Mira Dwi Hemirna NIM: 105082002763

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Amilin, SE., Ak., M.Si NIP. 131 474 891 NIP. 150 370 232

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

Hari ini Senin Tanggal 18 Bulan Mei Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Mira Dwi Hemirna NIM: 105082002763 dengan judul skripsi ”PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR, PENGALAMAN AUDIT DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 18 Mei 2009

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Amilin, SE., Ak., M.Si Hepi Prayudiawan, SE., Ak.,MM

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji ahli


(4)

THE INFLUENCE OF AUDITOR PERSONALITY CHARACTERISTICS, AUDIT EXPERIENCE AND AUDITOR INDEPENDENCE

OF AUDIT QUALITY

By: Mira Dwi Hemirna

ABSTRACT

The objectives of this research was to examine the influence of auditor personality characteristics, audit experience, and auditor independence to audit quality. The empirical measure for each personality characteristics included in the analysis are described in the following three sections is locus of control, self esteem, and self efficacy.

Data used in this research was questionnaires from independent auditors at audit firms in Jakarta. Sampling methode was using convenience sampling. 105 questionnaires were distribute. Total returned questionnaires was 80 (76%). The method of data analyzing used in this research was multiple regression method with personality characteristics, audit experience, auditor independence is independent variable and audit quality is dependent variable.

This research showed that auditor personality characteristics has significant to audit quality, but audit experience and auditor independence didn’t significant to audit quality. The F test showed that value of significant is 0,00 or under 0,05 (0,000 < 0.05) and it means that auditor personality characteristics, audit experience, and auditor independence simultaneously positively and significantly to audit quality.

Keywords: Auditor Personality Characteristics, Locus of Control, Self Esteem, Self Efficacy,Audit Experience, Auditor Independence, Audit Quality.


(5)

PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR, PENGALAMAN AUDIT, DAN INDEPENDENSI AUDITOR

TERHADAP KUALITAS AUDIT

Oleh: Mira Dwi Hemirna

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris tentang pengaruh karakteristik personal auditor, pengalaman audit, dan independensi auditor terhadap kualitas audit. Pengukuran empiris untuk karakteristik personal yang termasuk dalam analisis ini terdiri dari tiga bagian, yaitu: locus of control, self esteem, dan self efficacy.

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari auditor independen

dari kantor akuntan publik di Jakarta. Pengumpulan data dilakukan memalui kuesioner. Metode penentuan data yang digunakan adalah convenience sampling. Kuesioner yang disebarkan kepada auditor sebanyak 105 kuesioner. Jumlah kuesioner yang kembali dan dapat digunakan adalah 80 kuesioner (76%). Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda dimana karakteristik personal auditor, pengalaman audit, dan independensi auditor sebagai variabel independen sedangkan kualitas audit sebagai variabel dependen.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik personal auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan pengalaman audit, dan independensi auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Hasil uji F menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000 atau di bawah 0,05 (0,000 < 0,05), artinya karakteristik personal auditor, pengalaman audit, dan independensi auditor secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.

Kata Kunci: Karakteristik Personal Auditor, Locus of Control, Self Esteem, Self


(6)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi………... i

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif……….... iii

Daftar Riwayat Hidup... iv

Abstract.... v

Abstrak... vi

Kata Pengantar... vii

Daftar Isi... ix

Daftar Tabel... xii

Daftar Gambar... xiv

Daftar Lampiran... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian………..………... 1

B. Perumusan Masalah………... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Audit……….. 12

1. Pengertian……… 12

2. Jenis-jenis Audit………. 13


(7)

4. Standar Profesional Akuntan Publik………. 16

B. Teori Lemon (The Market for lemons Theory)…….……... 18

C. Teori Keagenan (Agency Theory)…………...……… 22

D. Teori Personality (Personality Theory)……… 24

E. Karakteristik Personal Auditor……… 27

1. Locus of control………... 28

2. Self esteem ………... 28

3. Hard driving/competitive dimension of Type A..…... 29

4. Need for Approval……… 29

5. Need for Achievement ………. 30

F. Pengalaman Audit………. 35

G. Independensi Auditor ………..……… 36

H. Kualitas Audit………….………... 40

I. Penelitian Terdahulu……….. 42

J. Hipotesis……… 44

BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian………47

B. Metode Penentuan Sampel………... 47

C. Metode Pengumpulan Data... 48

D. Metode Analisis ...………... 49


(8)

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian... 61

1. Tempat dan Waktu Penelitian... 61

2. Karakteristik Responden... 63

B. Penemuan... 69

1. Statistik Deskriptif... 69

2. Uji Kualitas Data... 70

3. Uji Asumsi Klasik... 77

4. Uji Hipotesis... 82

C. Pembahasan... 88

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan... 91

B. Implikasi... 92

DAFTAR PUSTAKA... 94


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Keterangan Halaman

2.1 Pembekuan Izin Kantor Akuntan Publik di Indonesia... . 21

2.2 Teori Personality... 26

2.3 Penelitian Terdahulu Karakteristik Personal Auditor... 32

2.4 Penelitian Terdahulu Kualitas Audit... 42

3.1 Operasionalisasi Variabel... 59

4.1 Data Kantor Akuntan Publik... 62

4.2 Data Penyebaran Kuesioner... 64

4.3 Data Sampel Penelitian... 65

4.4 Karakteristik Responden Auditor Berdasarkan Gender dan Kedudukan KAP ... 66

4.5 Karakteristik Responden Auditor Berdasarkan Pengalaman Audit ... 67

4.6 Karakteristik Responden Auditor Berdasarkan Usia... 68

4.7 Karakteristik Responden Auditor Berdasarkan Jenjang Pendidikan... 69

4.8 Statistik Deskriptif... 70

4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Karakteristik Personal Auditor... 71

4.10 Hasil Uji Validitas Variabel Pengalaman Audit... 72

4.11 Hasil Uji Validitas Variabel Independensi Auditor... 73


(10)

4.13 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Karakteristik Personal Auditor 75

4.14 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pengalaman Audit...…. 76

4.15 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Independensi Auditor……... 76

4.16 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kualitas Audit... 77

4.17 Hasil Uji Multikolinearitas... 80

4.18 Analisis Regresi Berganda... 82

4.19 Uji Koefisien determinasi... 84

4.20 Uji Statistik t... 85


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Akuntan publik merupakan auditor independen yang menyediakan jasa kepada masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya (Mulyadi, 2008:3). Tugas akuntan publik adalah memeriksa dan memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) (Mulyadi, 2008:3).

Berdasarkan hal tersebut maka akuntan publik memiliki kewajiban menjaga kualitas audit yang dihasilkannya. Terlebih dengan adanya kasus keuangan yang menimpa banyak perusahaan yang ikut melibatkan akuntan publik membuat akuntan publik harus memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya. Karena dalam kualitas audit yang baik akan dihasilkan laporan audit yang mampu menyajikan temuan dan melaporkan dengan sesungguhnya tentang kondisi keuangan kliennya.

Kualitas audit laporan keuangan historis oleh akuntan publik akhir-akhir ini menjadi perhatian masyarakat. Pertanyaan masyarakat tentang kualitas audit yang dilakukan akuntan publik bertambah besar setelah terjadi banyak kasus yang melibatkan akuntan publik baik di dalam maupun di luar negeri. Skandal didalam negeri terlihat dari akan diambilnya tindakan oleh Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) terhadap 10 Kantor Akuntan


(12)

Publik yang melakukan Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) terhadap 10 Kantor Akuntan Publik yang melakukan pelanggaran berat saat mengaudit bank-bank yang dilikuidasi pada tahun 1998 (Christiawan, 2005). Selain itu terdapat kasus keuangan dan manajerial perusahaan publik yang tidak terdeteksi oleh akuntan publik yang menyebabkan perusahaan didenda oleh Bapepam. Kasus yang terjadi di luar negeri yang melibatkan perusahaan besar dan kantor akuntan publik besar juga menambah kasus yang mengarah pada kualitas akuntan publik (Christiawan, 2005).

Melihat banyaknya kasus skandal akuntansi tersebut, membuktikan betapa mudahnya seorang akuntan publik menipu bermodal keindahan angka-angka akuntansi. Masih segar dalam ingatan kita konspirasi antara Akuntan Publik Justinus A.Sidharta dengan PT Great River Internasional Tbk dalam penyajian laporan keuangan Great River. Kasus tersebut muncul setelah adanya temuan auditor investigasi dari Bapepam yang menemukan indikasi penggelembungan account penjualan, piutang dan asset hingga ratusan milyar rupiah pada laporan keuangan Great River yang mengakibatkan perusahaan tersebut akhirnya kesulitan arus kas dan gagal dalam membayar utang (Soepriyanta, 2007).

Sehingga berdasarkan investigasi tersebut Bapepam menyatakan bahwa akuntan publik yang memeriksa laporan keuangan Great River ikut menjadi tersangka. Oleh sebab itu Menteri Keuangan RI terhitung sejak tanggal 28 November 2006 telah membekukan izin akuntan publik Justinus Aditya Sidharta selama dua tahun karena terbukti melakukan pelanggaran terhadap


(13)

Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) berkaitan dengan laporan Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Great River tahun 2003 (Soepriyanta, 2007).

Akuntan publik berperan dalam memberikan keyakinan atas laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen. Karena itulah manajemen memiliki harapan atas kualitas pekerjaan yang dilakukan oleh akuntan publik. Di sisi lain, pemakai laporan keuangan juga menaruh kepercayaan yang besar terhadap hasil pekerjaan akuntan publik dalam mengaudit laporan keuangan. Dari sisi ini, dijumpai adanya “expectation gap” antara akuntan publik dengan investor (Widagdo, 2002).

Pemerintah juga menaruh harapan besar terhadap Akuntan Publik. Salah satu contohnya adalah pernyataan Menneg PPN/Kepala Bapenas, yang mensinyalir adanya sejumlah kantor akuntan besar yang melakukan manipulasi atau terlibat mark-up data di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) (Edo, 2002). Kepercayaan yang besar pemakai laporan keuangan auditan dan jasa yang diberikan akuntan publik akhirnya mengharuskan akuntan publik memperhatikan kualitas auditnya. Adanya harapan yang besar baik dari manajemen maupun pemakai laporan keuangan serta adanya kasus-kasus yang melibatkan kantor akuntan publik tersebut di atas menuntut akuntan publik untuk meningkatkan dan mengendalikan kualitas audit yang dilakukan (Chrismastuti dan St.Vena Purnamasari, 2003).


(14)

Banyaknya kasus-kasus manipulasi akuntansi yang terjadi mengakibatkan Menkeu mengambil tindakan tegas dengan mengeluarkan peraturan Menkeu Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik yang menyatakan bahwa Akuntan Publik dikenakan sanksi pembekuan izin apabila Akuntan Publik yang bersangkutan mendapat sanksi pembekuan keanggotaan dari IAI (http://www.depkeu.go.id). Pelanggaran-pelanggaran tersebut terjadi diperkirakan sebagai akibat dari karakteristik personal yang kurang bagus yang dimiliki seorang auditor. Dampak negatif dari perilaku ini adalah terpengaruhnya kualitas audit secara negatif dari segi akurasi dan reliabilitas (Irawati, 2005:930).

Karakteristik personal dapat mempengaruhi baik secara langsung maupun secara tidak langsung terhadap kualitas audit. Dalam konteks audit, manipulasi atau ketidak jujuran pada akhirnya akan menimbulkan penyimpangan perilaku dalam audit. Hasil dari perilaku ini adalah penurunan kualitas audit yang dapat dilihat sebagai hal yang perlu dikorbankan oleh individu untuk bertahan dalam lingkungan kerja audit (Irawati, 2005:930). Malone dan Roberts (1996) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku auditor yang dapat menyebabkan berkurangnya kualitas audit (Reduced Audit Quality/RAQ). Secara lebih khusus, penelitian ini menginvestigasi hubungan antara munculnya perilaku RAQ dengan karakteristik personal. Menurut Malone & Roberts Karakteristik personal terdiri dari lima bagian yaitu locus of control, self-esteem, hard


(15)

driving/competitive dimension of type A behavior pattern., need for approval,

dan need for achievement.

Hasil penelitiannya menunjukkan bukti, kebutuhan akan pengakuan atas sebuah pencapaian prestasi (need for achievement) yang diraih auditor berhubungan terbalik dengan perilaku RAQ. Sedangkan untuk faktor-faktor lainnya, tidak ditemukan hubungan yang signifikan dengan perilaku RAQ. Selain itu, auditor memerlukan persetujuan (need for approval) dan memerlukan pencapaian (need for achievement) yang berhubungan terbalik dengan perilaku RAQ.

Dalam memandang pengaruh pengalaman terhadap pertimbangan auditor menghadapi preferensi klien, Haynes et al. (1998) dalam Koroy (2005) lebih cenderung mengaitkannya dengan faktor eksternal dari diri auditor, yaitu insentif kontekstual. Hal yang juga penting dikaitkan dengan hal ini adalah berkaitan dengan karakteristik individual auditor yang berpengalaman. Jadi, efek pengalaman dalam hal ini dihubungkan sebagai faktor internal dalam karakteristik diri auditor.

Penelitian eksperimen yang berkenaan dengan hubungan antara pengalaman audit dengan pengaruh klien mendapatkan hasil yang bertentangan. Farmer et al. (1987) dalam Koroy (2005) menemukan auditor yang berpengalaman kurang cenderung untuk menyetujui perlakuan akuntansi yang dipreferensikan klien dibandingkan dengan auditor yang tidak berpengalaman. Mereka menyimpulkan bahwa justru auditor staf cenderung


(16)

lebih memperhatikan dalam mempertahankan dan menyenangkan klien dibandingkan para partner.

Berbagai penelitian auditing menunjukkan bahwa semakin berpengalaman seorang auditor semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks (Koroy 2005). Melihat tujuan-tujuan manajemen yang makin kompleks, maka sebagai perantara yang independen, akuntan publik harus mampu menempatkan dirnya sebagai penasehat manajemen dan sebagai pihak yang dianggap mampu memperoleh amanat sebagai pelaksana fungsi-fungsi akuntansi yang independen.

Independensi merupakan isu yang menarik karena dalam menghadapi konflik independensi auditor perlu untuk mempertimbangkan aturan yang eksplisit, standar audit dan kode etik profesional. Penelitian yang dilakukan oleh Susiana dan Arleen (2007) menguji pengaruh independensi dan kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan. Hasil penelitian ini mendukung hipotesa bahwa spesialisasi auditor berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan, serta independensi berpengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan.

Banyaknya kasus skandal akuntansi yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan oleh rusaknya independensi auditor. Penelitian mengenai independensi telah banyak dilakukan, diantaranya oleh Pany dan Reckers (1980) dalam Nizarul Alim (2007:3) yang menemukan bahwa independensi auditor dipengaruhi oleh ukuran klien dan pemberian hadiah. Kemudian Lavin (1976) dalam Nizarul Alim (2007:3), penelitiannya menjelaskan lebih


(17)

mendalam konsep independensi dalam hal hubungan antara klien dan auditor melalui pengamatan pihak ketiga.

Banyaknya penelitian mengenai independensi menunjukkan bahwa faktor independensi merupakan faktor penting bagi auditor untuk menjalankan profesinya. Shockley (1981) dalam St. Vena Purnamasari (2006) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap independensi akuntan publik. Salah satu faktor yang diteliti adalah faktor lama ikatan hubungan dengan klien tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap independensi akuntan publik. Akan tetapi, berdasarkan penelitian Supriyono (1988) menunjukkan bahwa lamanya penugasan audit dapat merusak independensi. Hasil penelitian yang berbeda ini menarik untuk diteliti kembali terutama jika dikaitkan dengan auditor yang ada di Indonesia.

Dewasa ini, berbagai pihak seperti pemerintah, pemakai informasi keuangan (financial report users) dan pihak penyaji informasi keuangan

(financial report preparers) telah memberikan perhatian secara serius

terhadap kualitas audit. Pihak profesi akuntan publik juga telah menyatakan komitmen terhadap auditing yang beorientasi pada kualitas (Christiawan, 2005). Dengan demikian tidak dapat diabaikan bahwa kualitas audit memberikan jaminan kredibilitas kepada Kantor Akuntan Publik.

Proses auditing yang berkualitas akan mampu mengurangi faktor ketidakpastian yang berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen. Perbaikan yang terus-menerus atas kualitas audit harus dilakukan. Oleh karena itu, wajar jika kemudian kualitas audit merupakan


(18)

topik yang selalu memperoleh perhatian mendalam dari profesi akuntan, pemerintah, dan masyarakat investor (the investment community).

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pihak luar perusahaan mendasarkan keputusannya kepada hasil audit auditor. Sedangkan auditor menarik sebuah kesimpulan berdasarkan pekerjaan audit yang telah dilakukannya. Ini berarti berkualitas atau tidaknya hasil pekerjaan auditor akan mempengaruhi kesimpulan akhir auditor dan secara tidak langsung juga akan mempengaruhi tepat atau tidaknya keputusan yang akan diambil oleh pihak luar perusahaan.

Kualitas jasa audit sangat sulit untuk diukur secara objektif. Penggunaan berbagai dimensi kualitas audit yang berbeda-beda oleh beberapa peneliti adalah bukti sukarnya menentukan dimensi/faktor yang dapat menentukan kualitas audit. Oleh karena itu, penelitian ini cukup menarik untuk diteliti. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependennya. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis melakukan penelitian yang berjudul ”Pengaruh Karakteristik Personal Auditor, Pengalaman Audit, dan Independensi Auditor

Terhadap Kualitas Audit”.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yaitu yang dilakukan oleh M. Nizarul Alim (2007), tentang kualitas audit. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Ada penambahan 2 variabel independen yaitu variabel pengalaman


(19)

variabel karakteristik personal auditor, yang diperoleh dari penelitian Malone & Roberts (1996). Penelitian sebelumnya, hanya menganalisa pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit. Pada penelitian kali ini, peneliti ingin menguji pengaruh karakteristik personal auditor, pengalaman audit, dan independensi auditor terhadap kualitas audit.

2. Penelitian sebelumnya hanya dilakukan pada KAP yang berada di Jawa Timur sehingga hasil penelitian hanya mencerminkan mengenai kondisi auditor di Jawa Timur. Pada penelitian kali ini, penelitian dilakukan pada KAP yang berada di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian mengenai latar belakang, maka permasalahan pokok yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah karakteristik personal auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit?

2. Apakah pengalaman audit berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit?

3. Apakah independensi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit?


(20)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:

1. Pengaruh karakteristik personal auditor terhadap kualitas audit. 2. Pengaruh pengalaman audit terhadap kualitas audit.

3. Pengaruh independensi auditor terhadap kualitas audit.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak, diantaranya:

1. Bagi Pemakai Laporan Keuangan yang telah diaudit

Dengan peningkatan kualitas audit, maka akan berdampak pada laporan audit yang handal dan dapat dipercaya sehingga akan mempengaruhi tepat atau tidaknya keputusan yang akan diambil oleh pihak luar perusahaan. 2. Bagi Auditor

Sebagai bahan masukan untuk terus mempertahankan independensinya saat melakukan audit, serta sebagai pemacu keahlian, menambah pengalaman, dan mengembangkan keilmuan yang dianut auditor dalam menghasilkan kualitas audit yang baik.

3. Bagi Kantor Akuntan Publik

Memberikan perhatian khusus terhadap kualitas audit karena kualitas audit memberikan jaminan kredibilitas kepada kantor akuntan publik. Reputasi kantor akuntan publik dipertaruhkan apabila gagal dalam menghasilkan laporan audit yang berkualitas.


(21)

4. Bagi Organisasi IAPI

Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh karakteristik personal auditor, pengalaman audit, dan independensi auditor terhadap kualitas audit, sehingga dapat dijadikan pedoman oleh auditor untuk memelihara independensinya dan terus menambah pengetahuan dari berbagai pengalaman audit yang telah ditempuh.

5. Bagi Bapepam

Untuk mengetahui seberapa jauh karakteristik personal auditor, pengalaman audit, dan independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit, sehingga Bapepam dapat membuat pedoman/ tolak ukur mengenai ciri-ciri akuntan yang dikatakan tidak independen selama melakukan proses audit.

6. Bagi Ilmu Auditing

Menambah literatur dan acuan bagi penelitian pada bidang audit, terutama yang ingin melakukan penelitian lanjutan mengenai kualitas audit.

7. Bagi Pembaca

Menambah pengetahuan pembaca tentang karakteristik personal auditor, pengalaman audit, dan independensi terhadap kualitas audit, dan dapat digunakan oleh para peneliti berikutnya sebagai bahan referensi.

8. Bagi Penulis

Menambah ilmu pengetahuan dalam bidang auditing, khususnya di bidang karakteristik personal auditor, pengalaman audit, dan independensi auditor dalam menghasilkan kualitas audit yang baik.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Audit

1. Pengertian

Audit merupakan salah satu jasa atestasi yang diberikan oleh kantor akuntan publik. Atestasi adalah jasa dimana akuntan publik akan menerbitkan laporan tertulis yang isinya antara lain berupa suatu kesimpulan tentang kepercayaan atas asersi (pernyataan yang menyebutkan sesuatu itu benar) yang dibuat oleh pihak lain. Atestasi merupakan bagian dari jasa

Assurance yang disediakan oleh KAP yang terdiri dari audit atas laporan

keuangan, review atas laporan keuangan, dan jasa-jasa atestasi lainnya (Arens dan Elder, 2009:5).

Pengertian audit menurut Arens dan Elder (2009:15) antara lain sebagai berikut:

“Auditing is the accumulation and evaluation of about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person.”

Sedangkan pengertian audit menurut Sukrisno Agoes (2008:3) adalah sebagai berikut:

“Pemeriksaan (auditing) adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun untuk manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut .”


(23)

Dari beberapa definisi di atas, pengertian auditing adalah suatu proses akumulasi dan evaluasi bukti mengenai informasi dengan tujuan untuk menetapkan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan.

2. Jenis – jenis Audit

Menurut Sukrisno Agoes (2008:10) audit dibagi menjadi empat kategori, yaitu: Operasional Audit (Management audit), Audit Ketaatan

(Compliance Audit), Audit Intern (Internal Audit), dan Computer Audit.

a. Operasional Audit (Management audit)

Suatu audit terhadap kegiatan operasi perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis.

b. Audit Ketaatan(Compliance Audit)

Audit yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mentaati peraturan dan kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (Manajemen, Dewan Komisaris) maupun pihak Ekstern (Pemerintah, BAPEPAM, Bank Indonesia, Direktorat Jendral Pajak, dan lain-lain). Audit bisa dilakukan oleh KAP maupun bagian internal audit.


(24)

c. Audit Intern (Internal Audit)

Audit yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan.

d. Computer Audit

Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya dan menggunakan EDP (Electronik Data Processing)

System.

3. Jenis-jenis Auditor

Auditor merujuk pada seseorang yang melakukan audit. Dalam praktiknya sekarang terdapat beberapa tipe auditor. Tipe yang umum adalah akuntan publik, general accounting office auditors (auditor kantor pemerintah), auditor pajak, serta auditor internal (Arens dan Elder, 2009:21).

a. Akuntan Publik

Akuntan publik bertanggung jawab pada audit atas laporan keuangan historis yang dipublikasikan dari semua perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa saham, mayoritas perusahaan besar lainnya, serta banyak perusahaan bertskala kecil dan organisasi nonkomersil. Gelar

Certified Public Accountants (CPA) mencerminkan suatu fakta bahwa

auditor yang megekspresikan opini auditnya pada laporan keuangan harus memiliki lisensi sebagai akuntan publik. Akuntan publik seringkali


(25)

dinamakan sebagai auditor eksternal atau auditor independen untuk membedakan mereka dengan auditor internal.

b. Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan pada instansi-instansi pemerintah. Di Indonesia, auditor pemerintah dapat dibagi menjadi dua, yaitu auditor eksternal pemerintah dan auditor internal pemerintah. Auditor eksternal pemerintah dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). BPK bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara.

c. Auditor Pajak

Bertanggung jawab untuk menegakkan undang-undang perpajakan yang berlaku. Auditor pajak bertugas mengaudit pajak penghasilan dari para wajib pajak untuk menentukan apakah mereka telah mematuhi undang-undang perpajakan yang berlaku. Direktorat Jendral Pajak (DJP) di lapangan adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa).


(26)

d. Auditor Internal

Auditor internal dipekerjakan pada masing-masing perusahaan untuk melakukan audit bagi manajemen. Auditor internal menyediakan informasi yang amat bernilai bagi pihak manajemen dalam proses pembuatan keputusan yang berkaitan dengan efektivitas operasional perusahaan.

4. Standar Profesional Akuntan Publik

Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI, 2007) Standar auditing merupakan panduan umum bagi auditor dalam memenuhi tanggung jawab profesinya untuk melakukan audit atas laporan keuangan historis. Guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik maka auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yakni standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.

a. Standar Umum

1) Audit harus dilaksanakan oleh seseorang yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang memadai sebagai auditor.

2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independen dalam sikap mental harus dipertahankan auditor.

3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.


(27)

b. Standar Pekerjaan Lapangan

1) Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya, dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

2) Pemahaman yang memadai tentang struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

3) Bukti audit kompeten yang memadai harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan hasil audit.

c. Standar Pelaporan

1) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prisip akuntansi yang berlaku umum.

2) Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip-prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya.

3) Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.

4) Laporan audit harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan, atau asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan,maka alasannya dinyatakan. Dalam semua hal


(28)

yang nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat tanggung jawab auditor yang bersangkutan.

B. Teori Lemon (The Market for Lemons Theory)

The Market for Lemons Theory merupakan teori yang melandasi kondisi ketidakpastian kualitas dan mekanisme pasar untuk laporan audit yang mengibaratkannya sebagai pasar dengan transaksi jual beli jeruk. Teori ini dikembangkan oleh George Akerlof yang ditulis dalam sebuah paper-nya pada tahun 1970. Menurut Akerlof’s (1970), ‘‘Theory of lemons’’ mengarah pada produk atau pelayanan yang berkualitas rendah, dimana penjual mengetahui lebih banyak informasi tentang kondisi produk/jasa yang dijualnya dibandingkan pembeli yang tidak mampu membedakan produk yang berkualitas dikarenakan asimetri informasi.

Secara lebih spesifik, Akerlof mengibaratkan adanya transaksi jual-beli jeruk antara pembeli dan penjual yang dijual di pasar. Jeruk yang dibeli di pasar ini sulit untuk diketahui mana diantara jeruk tersebut yang tidak busuk, sebab semua jeruk tampak sama dari kulitnya. Akan tetapi, bila kita ingin mengetahui isi dan rasa di dalamnya, kita harus mengupas kulit jeruk tersebut sehingga mau tidak mau terpaksa kita harus membeli. Tentunya tidak mungkin kita mau membeli jeruk yang busuk setelah kita tahu isi di dalamnya demikian.


(29)

Dalam penelitian ini, Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan ”para penjual” dari laporan audit dan pemegang saham yang ada (shareholders)

sebagai “para pembeli”. Para pembeli (pemegang saham) membeli laporan audit dari “penjual” (Kantor Akuntan Publik) untuk menjamin bahwa informasi keuangan yang disajikan oleh manajemen telah menggambarkan posisi keuangan perusahaan yang sebenarnya.

Jadi, laporan audit yang berkualitas adalah salah satu jaminan yang disediakan untuk shareholders bahwa informasi keuangan yang dihasilkan akurat. Pemegang saham berasumsi bahwa ketika informasi keuangan tidak akurat, mereka akan diperingatkan melalui laporan audit. Menurut sudut pandang pemegang saham, ‘‘lemon’’ dalam laporan audit adalah ketika laporan audit yang dihasilkan belum memperingatkan/memberitahu mereka tentang informasi keuangan yang tidak akurat, yaitu ketika auditor tidak diyakinkan bahwa informasi keuangan yang dihasilkan tidak menggambarkan posisi keuangan perusahaan yang sebenarnya (Akerlof’s, 1970)

Dalam teori lemon digambarkan bagaimana terjadi interaksi antara bermacam-macam kualitas barang/jasa dengan kondisi asimetri informasi, sehingga tidak ada jaminan atas kualitas barang/jasa yang dijual. Mau tidak mau, pembeli harus mempertimbangkan sebelum memutuskan apakah akan membeli atau tidak membeli barang tersebut apabila barang/jasa tersebut karena belum ada kepastian tentang jaminan atas kualitasnya. Hanya kualitas barang yang ada diatas rata-rata saja yang dipertimbangkan untuk dibeli.


(30)

Mekanisme ini diulang terus hingga mencapai titik keseimbangan

(equilibrium). (http://en.wikipedia.The Market for Lemons).

Teori ini dapat diaplikasikan dalam konteks jual-beli industri jasa audit. Kasus yang paling menghebohkan dalam pasar audit ini adalah kasus Enron Corp. yang melibatkan KAP Arthur Andersen. Andersen memberikan pelayanan jasa audit kepada Enron Corp. yang tidak sesuai dengan kebutuhan para pengguna laporan audit. Padahal semua tahu, Andersen adalah salah satu KAP besar dari Big-Five yang ada pada saat itu. Akhirnya, KAP Andersen bubar dan merger dengan KAP lain (http://en.wikipedia.The Market for Lemons)

Para pembeli dari laporan audit, (pemegang saham) mempunyai keterbatasan dalam berkomunikasi dengan para penjual atau KAP. Isi dan struktur dari laporan audit hampir tidak pernah berubah, oleh karena itu, laporan audit tidak menyediakan informasi kepada para pembeli mengenai kualitas dari audit tersebut. Doogar et al. (2003) mengusulkan agar para pembeli dari laporan audit tidak bisa secara umum menilai kualitas audit setelah laporan audit telah dikonsumsi publik. Konsisten dengan teori the

market for lemons Akerlof’s, dinyatakan bahwa reputasi KAP yang buruk

dihubungkan dengan banyaknya kegagalan audit (www.antara.co.id/arc/2008). Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa nama besar KAP tidak menjamin akan memberikan kualitas jasa audit yang baik seperti yang diharapkan, seperti contoh berikut:


(31)

Tabel 2.1

Pembekuan Izin KAP di Indonesia dan Jenis Pelanggarannya

(Periode 2003-2008)

Nama Kantor Akuntan Publik Jenis Pelanggaran

1. KAP Petrus Mitra Winata Dibekukan selama: 2 tahun Keputusan.Menkeu Nomor 359/KMK.06/2003

1 Melanggar Standar Profesional Akuntan Publik berkaitan dengan pelaksanaan audit atas laporan keuangan PT Mozatek Jaya tahun buku 31 Desember 2004.

2. KAP Justinus.A. Sidharta Dibekukan selama: 2 tahun

Keputusan Menkeu Nomor

359/KMK.06/2003

2 Pelanggaran terhadap Standar Profesi Akuntan Publik berkaitan dengan Laporan Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT Great River International Tbk tahun 2003.

3. KAP S. Mannan, Sofwan, Adnan dan Rekan.

Dibekukan selama: 10 bulan. Keputusan Menkeu Nomor 500/KM.1/2007

3 Melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan Kode Etik dalam kasus audit umum atas laporan keuangan PT. Kereta Api (Persero) Tahun 2005.

4. KAP Hertanto & Rekan. Dibekukan selama:12 bulan Keputusan.Menkeu Nomor 351/KM.1/2007

4 Melanggar standar profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan PT. Myoh Technology Tbk untuk tahun buku 2005. 5. KAP Drs. Jan Djamin

Sinaga dan Rekan

Dibekukan selama: 6 bulan

Keputusan.Menkeu Nomor 601/KM.01/2007

5 KAP tersebut telah dikenakan sanksi peringatan sebanyak tiga kali dalam jangka waktu 48 bulan terakhir dan masih melakukan pelanggaran berikutnya yaitu tidak menyampaikan Laporan Kegiatan Usaha dan Keuangan KAP tahun takwim 2006.

6. KAP Oman Pieters Arifin Dibekukan selama: 9 bulan Keputusan.Menkeu Nomor

305/KM.1/2008

6. Standar Profesional Akuntan Publik dalam pelaksanaan audit atas Laporan Keuangan PT. Electronic Solution Indonesia untuk tahun buku yang berakhir tanggal 31 Maret 2007.

7. KAP Eduard Luntungan Dibekukan selama:12 bulan Keputusan.Menkeu Nomor 175/KM.1/2008

7. Pelanggaran terhadap Standar Auditing dan SPAP dalam pelaksanaan audit atas Laporan Keuangan PT. Sampaga Raya untuk periode 30 Juni 2005 dan PT. Hasil Bumi Persada untuk periode 23 April 2004.


(32)

8. KAP Drs. Yahya Santosa dan Rekan

Dibekukan selama: 12 bulan

Keputusan.Menkeu Nomor 175/KM.01/2008

8 Pelanggaran terhadap pembatasan penugasan audit umum atas Laporan Keuangan PT. Pusako Tarinka, Tbk dalam jangka waktu 4 (empat) tahun buku berturut-turut sejak tahun buku 2003 s.d. 2006

9. KAP Jonnardi & Rekan Dibekukan selama: 12 bulan Keputusan.Menkeu Nomor 028/KM.10/2008

9 Melanggar ketentuan tentang pembatasan penugasan audit umum, yaitu melakukan audit umum atas laporan keuangan PT Plaza Adika Lestari, Tbk, dalam jangka waktu empat tahun buku, berturut-turut sejak 2003 sampai 2006

10. KAP Drs. Tahrir Hidayat dan Rekan

Dibekukan selama: 6 bulan

Keputusan.Menkeu Nomor 409/KM.01/2008

10 Pelanggaran terhadap Standar Auditing (SA) - Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan konsolidasi PT Pupuk Sriwidjaya (Persero) dan anak perusahaan tahun buku 2005.

Sumber: www.detikfinance.com

C. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori Keagenan merupakan teori yang dikembangkan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang ditulis dalam sebuah paper-nya. Dalam teori keagenan, hubungan agensi muncul ketika satu orang/lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent. Hubungan antara principal

dan agent dapat mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi

(asymmetrical information) karena agent berada pada posisi yang memiliki

informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan

principal. Dalam kondisi asimetri, agent dapat mempengaruhi angka-angka

akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan melakukan manajemen laba.


(33)

Laporan keuangan dimaksudkan untuk digunakan oleh berbagai pihak, termasuk manajemen perusahaan itu sendiri. Namun yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan sebenarnya adalah para pengguna eksternal (diluar manajemen). Laporan keuangan tersebut penting bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya. Para pengguna internal (para manajemen) memiliki kontak langsung dengan entitas atau perusahannya dan mengetahui peristiwa-peristiwa signifikan yang terjadi, sehingga tingkat ketergantungannya terhadap informasi akuntansi tidak sebesar para pengguna eksternal.

Masalah agensi timbul karena adanya konflik kepentingan antara

shareholder dan manajer, karena tidak bertemunya utilitas yang maksimal

antara mereka. Sebagai agent, manajer secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun disisi yang lain manajer juga mempunyai kepentingan memaksimumkan kesejahteraan mereka. Sehingga ada kemungkinan besar agent tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik principal.

Tindakan earnings management telah memunculkan dalam beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain Enron, Merck, WorldCom dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat (Arief, 2007). Dalam kasus Enron, Satu dampak yang sangat jelas yaitu kerugian yang ditanggung para investor dari ambruknya nilai saham yang sangat dramatis dari harga per saham US$ 30 menjadi hanya US$ 10 dalam


(34)

waktu dua minggu (Alijoyo, 2003). Pertanyaan yang kemudian muncul adalah mengapa suatu perusahaan kelas dunia dapat mengalami hal yang sangat tragis dengan mendeklarasikan bangkrut justru setelah hasil audit keuangan perusahaannya dinyatakan “wajar tanpa syarat” (Alijoyo, 2003). Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi (Gideon, 2005).

Disini, Akuntan publik adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak investor dan kreditor (principal) dengan pihak manajemen

(agent) dalam mengelola keuangan perusahaan. Sebagai perantara dalam

kondisi yang transparan maka akuntan publik dituntut untuk tidak sekedar sebagai pemeriksa laporan keuangan saja, tetapi juga harus mengungkapan fakta menyeluruh dari tingkah laku manajemen perusahaan dengan lebih lengkap dan lebih banyak dibandingkan dengan yang biasa dilakukan dalam auditing tradisional agar menghasilkan kualitas audit yang baik.

D. Teori Personalitas (Personality Theory)

Personality berasal dari kata dalam bahasa Latin: Persona, yang berarti

Mask (Topeng), dinamakan topeng karena kepribadian seseorang sebenarnya adalah suatu selubung atau tabir yang menutupi apa yang sebenarnya ada dalam jiwa seseorang. Kepribadian yang ditampilkan sebenarnya adalah sesuatu yang telah “dimodifikasi” oleh individu (sadar ataupun tak sadar) agar sesuai dengan harapan lingkungan (Geoege Boeree, 1997).


(35)

Menurut Geoege Boeree (1997), Teori personality merupakan kontribusi dari Sigmund Freud (1919), Anna Freud (1923), Alfred Adler (1965), Jean Piaget (1969), Gordon Allport (1968), Abraham Maslow (1970), dan George Kelly (1971). Dari sekian banyak definisi tentang Personality, ada satu definisi yang mendekati atau menggambarkan secara keseluruhan seperti apa Personality itu, yaitu yang dikemukakan oleh Gordon W.Allport (1968):

Personality is the dynamic organization within the individual of those

psychophysical systems that determine his unique adjustments to his

environment”.

Menurut Gordon Allport (1968), Personality seseorang ditentukan oleh tiga hal yang saling mendukung satu sama lain, dan merupakan satu kesatuan, yakni:

1. Genetik: keturunan

2. Lingkungan: mulai dari budaya, lingkungan keluarga, sekolah, pergaulan. 3. Situasi: kepribadian seseorang bisa berubah pada situasi-situasi tertentu. Idealnya seseorang akan memiliki kepribadian yang tidak jauh berbeda dengan leluhurnya/orang tuanya. Tetapi karena adanya pengaruh lingkungan atau situasi tertentu, bukan tidak mungkin kepribadiannya berbeda dengan ciri kepribadian keluarganya

(

Geoege Boeree, 1997).

Dari sekian banyak teori personality yang telah dipaparkan diatas, Ada tiga teori kepribadian utama, yakni teori Freud, teori Neo Freud dan teori sifat

(

Geoege Boeree, 1997). Berikut perbedaan mendasar dari ketiga teori tersebut:


(36)

Tabel 2.2 Teori Personality

No Freud Neo Freud Sifat/Trait

1. Dasar pemikiran: manusia memiliki dorongan yang tidak disadari. Dasar pemikiran: pembentukan dan pengembangan kepribadian didasari hubungan sosial Dasar Pemikiran:

kepribadian manusia bisa diukur menurut

karakteristik psikologis khusus yang disebut sifat. 2. Kepribadian manusia

dipengaruhi tiga komponen. - Id, Dorongan

primitive dan sering dalam bawah sadar - Superego, rem yang

mengendalikan kekutan id yang sering impulsif - Ego, pengendalian diri

secara sadar

Kepribadian manusia digolongkan ke dalam tiga kelompok. - Patuh (compliant),

ingin mendekati orang lain, ingin disayang, diperhatikan - Agresif, ingin

menjauhi orang lain, ingin unggull dan dikagumi.

- Lepas dari orang lain (detached), ingin kebebasan, mencukupi kebutuhan sendiri, bebas dari kewajiban.

Manusia berbeda karena adanya sifat berbeda pada setiap individu. Dilihat dari sifatnya. Manusia bisa dikelompokan menjadi tiga:

- Keinovatifan, sejauh mana seseorang menerima berbagai pengalaman baru. - Materialisme, yakni

kecenderungan manusia pada kepemilikan duniawi.

- Etnosentrisme,

menerima atau

menolaknya seseorang terhadap sesuatu yang datang dari luar. Sumber:

(

Geoege Boeree, 1997).

Berdasarkan penelitian terdahulu, Lewis Goldberg (1977) mengusulkan suatu dimensi-lima model kepribadian, yang lebih dikenal dengan sebutan

Big Five Personality Characteristics

(

http://everything2.com):

1. Extraversion: ramah dan berorientasi stimulus/ rangsangan dari luar vs


(37)

2. Neuroticism: bereaksi secara emosional, cenderung memiliki emosi negatif vs tenang, optimis

3. Agreeableness: ramah, bermufakat vs agresif, dominan, tidak

menyenangkan

4. Conscientiousness: patuh dan rapi vs secara spontan, dan tak dapat

dipercaya

5. Open to experience: terbuka bagi perubahan dan gagasan baru vs tradisional dan mengorientasikan ke arah rutin. Dalam melaksanakan tugasnya, auditor harus mengikuti standar audit yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan serta kode etik akuntan (Arens dan Elder, 2009:21). Dalam kenyataan di lapangan, auditor banyak melakukan penyimpangan-penyimpangan terhadap standar audit dan kode etik. Perilaku ini diperkirakan sebagai akibat dari karakteristik personal yang kurang bagus yang dimiliki seorang auditor. Dampak negatif dari perilaku ini adalah terpengaruhnya kualitas audit secara negatif dari segi akurasi dan reliabilitas. Oleh sebab itu, personality seorang auditor sangat berperan dalam menentukan baik atau tidaknya kualitas kerja audit yang dihasilkan

E. Karakteristik Personal Auditor

Malone & Roberts (1996) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku auditor yang dapat menyebabkan berkurangnya kualitas audit (Reduced Audit Quality/RAQ). Dalam Penelitian


(38)

Malone & Roberts disebutkan bahwa auditor telah menemukan perbedaan satu sama lain pada karakteristik personal auditor terdiri dari: Locus of control Self-esteem Hard driving/competitive dimension of Type A behavior pattern Need for approval Need for achievement

a. Locus of Control

Locus of control adalah cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa apakah dia dapat atau tidak dapat mengendalikan peristiwa yang terjadi padanya, yaitu tingkatan dimana seseorang menerima tanggung jawab personal terhadap apa yang terjadi pada diri mereka (Rotter 1966). Locus of control dibedakan menjadi dua, yaitu locus of control internal dan locus of

control eksternal. Locus of control internal mengacu kepada persepsi

bahwa kejadian baik positif maupun negatif terjadi sebagai konsekuensi dari tindakan atau perbuatan diri. Sedangkan locus of control eksternal mengacu kepada keyakinan bahwa suatu kejadian berada diluar kontrol dirinya seperti nasib dan keberuntungan (Schermerhorn et al. 1991). locus

of control diukur dengan instrumen The Work Locus of Control yang

dikembangkan oleh Spector (1988) yang terdiri atas 16 butir pertanyaan dengan menggunakan 5 poin skala likert.

b. Self-Esteem

Self-esteem (harga diri) adalah suatu ciri kepribadian yang dihubungkan

dengan banyaknya orang yang menghargai dirinya. Hollenbeck dan Brief (1987) mengemukakan bahwa individu yang mempunyai self esteem yang tinggi pada umumnya telah mempunyai tujuan positif yang sulit dalam


(39)

dengan self-esteem yang tinggi mungkin dapat memimpin tujuan komitmen yang besar untuk hasil kerja yang lebih baik. Penelitian ini untuk menguji apakah auditor dengan self-esteem yang rendah mempunyai hubungan dengan prilaku RAQ dalam tekanan time-budgets yang besar dari auditor dengan self-esteem yang tinggi. Subjek dari self-esteem yang tinggi telah diukur dengan pertanyaan Rosenberg’s (1965) yang telah dimodifikasi dengan self-esteem scale (Frew and Bruning 1987).

c. Hard Driving/Competitive Dimension of Type A Behavior Pattern.

Karakteristik personal diketahui sebagai pola bahwa kategori individu sebagai tipe A cenderung lebih agresif, sadar waktu dan berorientasi pada pekerjaan dibandingkan dengan Type-B (lebih rendah dari karakteristik Type A) (Ivancevich and Matteson 1987). Ivancevich dan Matteson mengenal pola perilaku Type A terdiri dari tiga dimensi: ketidaksabaran

(impatience), keruwetan dalam pekerjaan (job involvement), dan

pengendalian yang keras/persaingan (hard driving/competitiveness). d. Need for Approval

Need for approval (Kebutuhan akan persetujuan adalah atribut

personalitas ”berhubungan dengan merendahkan diri terhadap orang lain

(abasement), hormat akan kekuasaan dan keinginan untuk diawasi oleh

orang lain“ (Tubbs 1984, 53). Auditor dengan need for approval yang tinggi boleh dikatakan berhungan dengan perilaku penurunan kualitas audit (RAQ) lebih besar daripada auditor yang mempunyai sikap sosial


(40)

mereka untuk hasil pekerjaan yang baik dengan time budget yang relatif (Kelley, 1984) hipotesis ini mempunyai hubungan yang positif.

e. Need for Achievement

Kebutuhan atas pencapaian prestasi. Individu yang memiliki tingkat kebutuhan atas pencapaian prestasi yang tinggi pada dasarnya dapat menyelesaikan tugas dengan memuaskan dan mempunyai komitmen yang besar untuk mencapai tujuan yang sulit dibandingkan dengan individu yang mempunyai kebutuhan atas pencapaian prestasi yang rendah (Hollenbeck et al. 1989). Sebagai contohnya adalah staf auditor, Harrell and Stahl (1984) menemukan pencapaian atas sebuah prestasi mempunyai hubungan positif dengan tingkat kerja dan lama menyelesaikan pekerjaan. f. Self Efficacy

Self efficacy adalah keyakinan seseorang mengenai peluangnya untuk berhasil mencapai tugas tertentu (Kreitner dan Kinicki, 2003). Menurut Philip dan Gully (1997), Self efficacy dapat dikatakan sebagai faktor personal yang membedakan setiap individu dan perubahan self efficacy

dapat menyebabkan terjadinya perubahan perilaku terutama dalam penyelesaian tugas dan tujuan. Penelitiannya menemukan bahwa self

efficacy berhubungan positif dengan penetapan tingkat tujuan. Individu

yang memiliki self efficacy tinggi akan mampu menyelesaikan pekerjaan atau mencapai tujuan tertentu, mereka juga akan berusaha menetapkan tujuan lain yang tinggi.


(41)

Penelitian tersebut di atas menunjukkan bahwa individu yang mempunyai kebutuhan atas pencapaian prestasi yang tinggi kemungkinan akan mengurangi terjadinya perilaku penurunan kualitas audit (RAQ). Hasil penelitian Malone dan Roberts menunjukkan bukti bahwa kebutuhan akan pengakuan atas sebuah pencapaian prestasi (need for achievement) yang diraih auditor berhubungan terbalik dengan perilaku RAQ.

Menurut Jansen dan Glinow (1985), perilaku individu merupakan refleksi dari sisi personalitasnya sedangkan faktor situasional yang terjadi saat itu akan mendorong seseorang untuk membuat suatu keputusan. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa perilaku disfungsional audit dapat disebabkan oleh faktor karakteristik personal dari auditor (faktor internal) serta faktor situasional saat melakukan audit (faktor eksternal). Maraknya kasus skandal akuntansi yang terjadi diperkirakan sebagai akibat dari karakteristik personal yang kurang bagus yang dimiliki seorang auditor. Dampak negatif dari perilaku ini adalah terpengaruhnya kualitas audit secara negatif dari segi akurasi dan reliabilitas. Karakteristik personal dapat mempengaruhi baik secara langsung maupun secara tidak langsung terhadap kualitas audit.


(42)

F. Pengalaman Audit

Auditor, dalam tugasnya selalu dihadapkan pada kondisi yang memaksa auditor untuk melakukan pertimbangan. Pertimbangan auditor akan berkualitas jika auditor memiliki pengalaman (Libby & trotman, 1993). Penggunaan faktor pengalaman sehubungan dengan kualitas audit didasarkan pada asumsi bahwa tugas memberikan feed back yang berguna terhadap bagaimana sesuatu dilakukan secara lebih baik yang diperlukan oleh pembuat keputusan untuk memperbaiki kinerjanya (Brouwman & Bradley 1997:92). Asumsi tersebut memberi penjelasan bahwa pengalaman akan menghasilkan pengetahuan, dan pengetahuan tersebut tersimpan di memori auditor, sehingga memori auditor memainkan peranan penting pada kualitas pertimbangannya (Johnson, 1994). Dari keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengalaman auditor (lebih dari 2 tahun, Ketchend & Staruser, 1998) dapat menentukan kualitas audit melalui pengetahuan yang diperolehnya dari pengalamannya melakukan audit.

Akan tetapi, menurut Rika Dewi Kusumastuti (2008), bahwa tingginya pendidikan dan pengalaman audit yang diperoleh auditor tidak menjamin auditor tersebut memiliki kemampuan dan tingkat pemahaman yang memadai dalam mempengaruhi kualitas kerja audit, karena setiap auditor memiliki pemahaman yang berbeda-beda walaupun tingkat pendidikan formal yang telah ditempuh auditor adalah sama. Dalam hal ini yang dimaksud dengan pengalaman audit adalah pengalaman dalam mengaudit laporan keuangan dari segi lamanya waktu, serta banyaknya penugasan yang ditangani


(43)

Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Yudhi Herliansyah dan Meifida Ilyas (2006) yang mengatakan bahwa antara auditor yang berpengalaman (partner dan Manajer) dengan auditor yang kurang berpengalaman tidak berpengaruh dalam membuat going concern judgment. Hal ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sularso dan Naim (1999) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh pengetahuan tentang kekeliruan oleh auditor yang berpengalaman dengan yang tidak berpengalaman. Hasil penelitian yang berbeda ini membuat peneliti tertantang untuk meneliti pengaruh variabel pengalaman audit terhadap kualitas audit yang dihasilkan.

G. Independensi

Dalam buku Standar Profesi Akuntan Publik 2008 seksi 220 PSA No.04 Alinea 2, dijelaskan bahwa:

”Independensi berarti tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bilamana tidak demikian halnya, bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru paling penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya.”

Independensi akuntan publik merupakan dasar utama kepercayaan masyarakat pada profesi akuntan publik dan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai mutu jasa audit. Independensi akuntan publik mencakup dua aspek, yaitu independensi sikap mental dan independensi penampilan (Mautz, 1961:204-205).


(44)

Menurut Mautz (1961) dalam Sri Trisnaningsih (2007), ada empat aspek independensi, yaitu:

1. Independensi sikap mental (independence of mental attitude), Independensi sikap mental berarti adanya kejujuran di dalam diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta-fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak di dalam diri akuntan dalam menyatakan pendapatnya Independensi penampilan berarti ada.

2. Independensi penampilan (appearance of independence), Independensi penampilan berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap independensi akuntan publik.

3. Independensi praktisi (practitioner independence), Independensi praktisi berhubungan dengan kemampuan praktisi secara individual untuk mempertahankan sikap yang wajar atau tidak memihak dalam perencanaan program, pelaksanaan pekerjaan verifikasi, dan penyusunan laporan hasil pemeriksaan. Independensi ini mencakup tiga dimensi, yaitu independensi penyusunan program, independensi investigatif, dan independensi pelaporan.

4. Independensi profesi (profession independence), Independensi profesi berhubungan dengan kesan masyarakat terhadap profesi akuntan publik. Argumen Bazerman et al. (2002) berpendapat bahwa auditor mustahil untuk bertindak independen oleh karena adanya bias dalam usahanya memproses informasi yang sifatnya otomatis, tidak disadari dan tidak dapat diatasi dengan cara apapun. Di satu pihak, auditor diharuskan untuk dapat


(45)

mempertahankan klien yang menuntut auditor untuk membangun dan menjaga hubungan baik dengan klien. Di pihak lain, auditor juga harus mencegah kerugian di masa datang yang diakibatkan adanya tuntutan atau litigasi hukum dan hilangnya reputasi.

Definisi independensi dalam The CPA Handbook menurut E.B. Wilcox adalah merupakan suatu standar auditing yang penting karena opini akuntan independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Independensi akuntan publik merupakan dasar utama kepercayaan masyarakat pada profesi akuntan publik dan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai mutu jasa audit. Jika akuntan tersebut tidak independen terhadap kliennya, maka opininya tidak akan memberikan tambahan apapun (Mautz dan Sharaf, 1993:246).

Penelitian yang dilakukan oleh Mayangsari (2003) menguji tentang pengaruh independensi dan kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa independensi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Namunn pada penelitian M. Nizarul Alim (2007) independensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.

Berdasarkan Standar Professional Akuntan Publik (2008), audit yang dilaksanakan auditor dapat dikatakan berkualitas jika memenuhi ketentuan dan standar pengauditan. Standar pengauditan tersebut mencakup mutu profesional auditor, independensi, pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit. Jadi independensi salah satu standar


(46)

pengauditan yang harus dipenuhi agar audit yang dilaksanakan auditor berkualitas.

Akuntan tidak independen apabila selama periode audit dan selama periode penugasan profesionalnya, Akuntan, Kantor Akuntan Publik maupun Orang dalam Kantor Akuntan Publik: (1) mempunyai kepentingan keuangan baik langsung maupun tidak langsung yang material pada klien, (2) mempunyai hubungan pekerjaan dengan klien, (3) mempunyai hubungan usaha secara langsung atau tidak langsung yang material dengan klien, karyawan kunci klien atau pemegang saham klien, (4) memberikan jasa-jasa non audit tertentu kepada klien atau (5) memberikan jasa atau produk kepada klien dengan dasar fee kontinjen atau komisi. (Bapepam, 2003).

Independensi akuntan publik merupakan salah satu karakter sangat penting untuk profesi akuntan publik di dalam melaksanakan pemeriksaan akuntansi (auditing) terhadap kliennnya. Akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan, memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien. Klien dapat mempunyai kepentingan yang berbeda, bahkan mungkin bertentangan dengan kepentingan para pemakai laporan keuangan. Kepentingan pemakai laporan keuangan yang satu mungkin berbeda dengan pemakai lainnya. Oleh karena itu dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, akuntan publik harus bersikap independen terhadap kepentingan klien, para pemakai laporan keuangan, maupun terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri.


(47)

H. Kualitas Audit

Kualitas jasa audit termasuk salah satu jasa yang sukar untuk diukur secara obyektif dan sukar ditentukan dimensinya. Tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit, hal ini disebabkan tidak adanya pemahaman umum mengenai faktor penyusun kualitas audit (Sutton, 1943 dalam Nurchasanah & Rahmanti, 2004). Penggunaan berbagai dimensi kualitas audit yang berbeda-beda oleh beberapa peneliti adalah bukti sukarnya menentukan dimensi/faktor yang dapat menentukan kualitas audit. Pada penelitian Nurchasanah & Rahmanti (2004) menganalisis faktor-faktor penentu kualitas audit. Hasil Penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor pengalaman audit dan faktor keterlibatan pimpinan KAP berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, terlihat bahwa kualitas audit tidak bisa diukur secara pasti, sebagai hasil penelitiannya pun berbeda-beda.

Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa auditor menawarkan berbagai tingkat kualitas audit untuk merespon adanya variasi permintaan klien terhadap kualitas audit. Teori reputasi memprediksikan adanya hubungan positif antara ukuran KAP dengan kualitas audit (Lennox, 2000). De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa KAP yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang kecil.


(48)

Deis dan Giroux (1992) melakukan penelitian tentang empat hal yang berhubungan dengan kualitas audit yaitu (1) Tenure, semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya, (3) kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka ada kecenderungan klien menekan auditor agar tidak mengikuti standar, dan (4)

review oleh pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut

mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan di review oleh pihak ketiga

Widagdo et al. (2002) melakukan penelitian tentang atribut kualitas audit terhadap kepuasan klien. Terdapat 12 atribut yang digunakan, yaitu (1) pengalaman melakukan audit, (2) memahami industri klien, (3) responsif atas kebutuhan klien, (4) taat pada standar umum, (5) independensi, (6) sikap hati-hati, (7) komitmen terhadap kualitas audit, (8) keterlibatan pimpinan KAP, (9) melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat, (10) keterlibatan komite audit, (11) standar etika yang tinggi, dan (12) tidak mudah percaya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 7 atribut kualitas audit yang berpengaruh terhadap kepuasan klien, antara lain pengalaman melakukan audit, memahami industri klien, responsif atas kebutuhan klien, taat pada standar umum, komitmen terhadap kualitas audit dan keterlibatan komite audit. Sedangkan 5 atribut lainnya yaitu independensi, sikap hati-hati,


(49)

melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat, standar etika yang tinggi dan tidak mudah percaya, tidak berpengaruh terhadap kepuasan klien.

I. Penelitian Terdahulu

Tabel. 2.4 Penelitian Terdahulu Kualitas Audit N o Peneliti dan Tahun

Judul Variabel yang diteliti Hasil Penelitian

(Kesimpulan)

1 Malone dan Roberts (1996) Sumber: Proquest Factors associated with the incidence of reduced audit quality behaviours

Locus of control, self esteem, Hard driving, need for approval, need for achievement

Need for approval dan

need for achievement

mempunyai hubungan yang signifikan terhadap penurunan kualitas audit

2 Nurhasanah dan

Rahmanti (2003) Sumber: Jurnal Riset Akuntansi

Analisis faktor-faktor penentu kualitas audit

Pengalaman mengaudit, respon atas kebutuhan klien, Independensi anggota tim audit, komunikasi tim audit dan manajemen klien.

Hanya pengalaman melakukan audit dan keterlibatan pimpinan KAP yang berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

3 Yuke Irawati (2005) SNA VIII Solo Hubungan Karakteristik Personal Auditor Terhadap Penyimpangan Perilaku Audit

Locus of control, Self rate employee, Turn

over intention, Self

esteem in relation to ambition.

Hanya Locus of control, serta Turn over intention

yang berpengaruh positif secara signifikan terhadap penyimpangan perilaku audit.

4 Yudhi Herliansyah dan Meifida Ilyas (2006) Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Penggunaan Bukti Tidak Relevan Dalam auditor Judgment.

Pengalaman dan Judgment serta Efek bukti tidak relevan dan pengalaman

Auditor berpengalaman (partner dan Manajer) dengan auditor yang kurang berpengalaman tidak berpengaruh dalam membuat going concern


(50)

Sumber: Diolah dari Berbagai Sumber

Berdasarkan penelitian terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas audit ditentukan oleh karakteristik personal auditor, pengalaman audit, dan independensi auditor. Karakteristik personal auditor yang kurang bagus dapat menyebabkan berkurangnya kualitas audit (Reduced Audit quality/RAQ).

Pengalaman audit merupakan pengalaman auditor dalam melakukan general

audit, yang dilihat dari jangka waktu menekuni bidang audit dan banyaknya

penugasan audit/temuan kasus yang pernah ditangani. Sedangkan independensi berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi, tidak memihak kepentingan siapapun, serta jujur kepada semua pihak yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik. Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini akan meneliti pengaruh Karakteristik personal auditor, pengalaman audit, dan independensi terhadap kualitas audit.

5 M. Nizarul Alim, Trisni Hapsari, dan Liliek Purwanti (2007) Sumber: SNA X Makassar Pengaruh Kompetensi, Independesi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi Pengalaman,pengetahua n. Independensi yaitu tekanan klien dan lama kerjasama dengan klien dan Etika auditor yaitu imbalan yang diterima, organisasional,lingkung an keluarga, dan

emotional quotient (EQ)

Kompetensi,Independensi , serta etika auditor sebagai variabel moderasi berpengaruh terhadap kualitas audit

6 Susiana, dan Arleen Herawati (2007) Sumber: SNA X Makassar Pengaruh Independensi, mekanisme GCG dan kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan

Independensi auditor, Corporate Governance, kualitas audit, integritas laporan keuangan

Independensi dan kualitas audit tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.


(51)

J. Hipotesis

Malone & Roberts (1996) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku auditor yang dapat menyebabkan berkurangnya kualitas audit (Reduced Audit Quality/RAQ). Hasil penelitiannya menunjukkan bukti, kebutuhan akan pengakuan atas sebuah pencapaian prestasi (need for achievement) yang diraih auditor berhubungan terbalik dengan perilaku RAQ. Sedangkan untuk faktor-faktor lainnya, tidak ditemukan hubungan yang signifikan dengan perilaku RAQ.

Selain itu, auditor memerlukan persetujuan (need for approval) dan memerlukan pencapaian (need for achievement) yang berhubungan terbalik dengan perilaku RAQ. Karakteristik personal auditor yang kurang bagus dapat menyebabkan berkurangnya kualitas audit (Reduced Audit quality/RAQ).

Berdasarkan bukti-bukti empiris dan kajian teoritis tersebut di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ha1: Karakteristik personal auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.

Weber dan Cracker (1983) dalam Tubbs (1992) menunjukkan bahwa semakin banyak pengalaman seseorang, maka hasil pekerjaan semakin akurat. Beberapa penelitian telah memberikan bukti bahwa pengalaman dalam melakukan audit mempunyai dampak yang signifikan terhadap kualitas audit. Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar melakukannya


(52)

dengan yang terbaik sehingga menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas.

Pada penelitian Nurchasanah & Rahmanti (2004) menganalisis faktor-faktor penentu kualitas audit. Hasil Penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor pengalaman audit dan faktor keterlibatan pimpinan KAP berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Berdasarkan bukti-bukti empiris dan kajian teoritis tersebut di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ha2 : Pengalaman Audit berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.

Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (2008), audit yang dilaksanakan auditor dapat dikatakan berkualitas jika memenuhi ketentuan dan standar pengauditan. Standar pengauditan tersebut mencakup mutu profesional auditor, independensi, pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit. Jadi independensi salah satu standar pengauditan yang harus dipenuhi agar audit yang dilaksanakan auditor berkualitas. Hasil Penelitian Nizarul Alim (2007) menunjukkan bukti bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Berdasarkan bukti-bukti empiris dan kajian teoritis tersebut, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ha3: Independensi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.


(53)

Gambar. 2.1 Kerangka Pemikiran

Variabel Independen Variabel Dependen

KARAKTERISTIK PERSONAL

AUDITOR

PENGALAMAN

AUDIT KUALITAS

AUDIT

INDEPENDENSI AUDITOR


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian terbatas pada profesi akuntan, yaitu akuntan publik (auditor independen) yang bekerja di Kantor Akuntan publik di Jakarta sesuai dengan daftar dalam Directory Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) Kompartemen Akuntan Publik 2008. Alasan pemilihan auditor sebagai responden karena tugas auditor adalah melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan dan memberikan pendapat atas dasar hasil pemeriksaan tersebut, sehingga mereka terlibat dalam penentuan kualitas audit.

B. Metode Penentuan Sampel

1. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor independen yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di wilayah Jakarta sesuai dengan daftar dalam Directory Kantor Akuntan Publik IAPI 2008. Responden dalam penelitian ini adalah para akuntan publik yang bekerja di Kantor Akuntan Publik dimana ia menjalankan proses audit, yaitu yang melakukan pengujian terhadap laporan keuangan. Alasan pemilihan auditor sebagai responden karena tugas auditor adalah melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan dan memberikan


(1)

dalam mempengaruhi kualitas kerja audit, karena setiap auditor memiliki pemahaman yang berbeda-beda walaupun tingkat pendidikan formal yang telah ditempuh auditor adalah sama.

3. Variabel independensi auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit, artinya sikap independensi yang dimiliki oleh auditor tidak menjamin dalam mempengaruhi kualitas audit.

Dalam penelitian berikutnya, peneliti memberikan saran terhadap penelitian selanjutnya, diantaranya:

1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperbanyak responden agar diperoleh hasil yang berbeda.

2. Disarankan menambah jumlah indikator pada variabel pengalaman sehingga lebih dapat merefleksikan kenyataan yang ada.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Soekrisno. “Pemeriksaan Akuntansi”. Edisi Kedua. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Salemba Empat, 2008.

Akerlof, G. A. “The Market for ‘Lemons’: Quality Uncertainty and the Market for Lemons”. Quarterly Journal of Economics. August, 1970.

Alijoyo. “Rasio Keuangan dan Praktek Corporate Governance”. Artikel diakses tanggal 12 Pebruari 2009, dari http://www.fcgi.or.id.g/rasio/keuangan Arens, Alvin, Elder dan Beasly.“Auditing dan Pelayanan Verifikasi: Pendekatan

Terpadu”. Indeks, Jakarta, 2009.

Arief. “Asimetri Informasi dan Manajemen Laba: Suatu tinjauan Dalam Hubungan Keagenan”. Artikel diakses tanggal 12 Desember 2008, dari http://www.freewebs.com/asimetri informasi.doc

Ariesanti, Alia. Tesis: “Pendapat Auditor tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keahlian dan Independensi sebagai kualitas audit”: Program pasca sarjana, UGM, Yogyakarta, 2001.

Ashton, A.H. “Experience and Error Frequency Knowledge as Potential Determinants of Audit Expertise. The Accounting Review”, 1991.

Bamber, E. M., D. Snowball, and R. M. Tubbs. 1989. “Audit structure and its relation to role conflict and role ambiguity: An empirical investigation”. The Accounting Review, 1989.

Bapepam-online, Press Release: Peraturan Bapepam No. VIII.A.2 tentang Independensi Akuntan yang Memberikan Jasa Audit di Pasar Modal, Artikel diakses tanggal 11 Januari 2008, dari http://www.bapepam.go.id/news. Bazerman, M.H. dan G. Loewenstein. “Taking the bias out of bean counting”,

2001

Chrismastuti, dan St. Vena Purnamasari. “Hubungan Sifat Machiavellian, Pembelajaran Etika dalam Mata Kuliah Etika, dan Sikap Etis Akuntan”, Simposium Nasional Akuntansi VII. hal. 258-279, 2004.

Christiawan, Yulius Jogi. “Aktivitas Pengendalian Mutu Jasa Audit”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.7, No.1.61- 88, 2005.


(3)

Cornett M. M, J. “Earnings Management, Corporate Governance, and True Financial Performance. Artikel diakses tanggal 11 Januari 2009, dari http://papers.ssrn.com/

DeAngelo, L. Auditor Independence, “low balling” and Disclosure Regulation. Journal of accounting and Economics. (August).113-127, 1981.

Deis, D.R. dan G.A. Groux. “Determinants of Audit Quality in The Public Sector. The Accounting Review”. Juli. p. 462-479, 1992.

Depkeu. “Surat Peringatan Akuntan Publik”. Artikel diakses tanggal 15 Pebruari 2009, dari www.depkeu.go.id

Diani Mardisar, dkk. Pengaruh akuntabilitas dan pengetahuan terhadap kualitas hasil kerja auditor. SNA 10 Makassar)

Directory Institut Akuntan Publik Indonesia. “Ikatan Akuntan Indonesia, Kompartemen akuntan Pendidik”. Salemba Empat. Jakarta, 2008.

Doogar, R., T. “The Impairment of Auditor Credibility:Stock Market Evidence from the Enron–Andersen Saga”, University of Illinois, 2003.

Edo. “Akuntan The Big Five Manipulasi Data BPPN”, Media Akuntansi, edisi 25/April/Tahun IX/ 2002, Hal 14-15.

George Boeree. “Personality Introduction”. Artikel diakses tanggal 15 Pebruari 2009, dari http://webspace.ship.edu/cgboer/allport.

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan Penerbit: Universitas Diponegoro, Semarang, 2006.

Gibbins, M., S. Salterio and A. “Evidence about Auditor-client Management Negotiation Concerning Client’s Financial Reporting”, Journal of Accounting Research 39(3), 535–563, 2001.

Gideon SB Boediono. “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governace dan Dampak Manajemen Laba”. SNA VIII, IAI, 2005.

Hamid, Abdul. “Pedoman Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007. Herliansyah, Yudhi dan Meifida Ilyas. ”Pengaruh Penagalaman Auditor

Terhadap Penggunaan Bukti Tidak Relevan Dalam Auditor Judgement”. Simposium Nasional Akuntansi IX, 23-26 Agustus, Padang, 2006.


(4)

Indriantoro & Supomo. “Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi & Manajemen”, Penerbit:BPFE Yogyakarta, 2004.

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). “Standar Profesional Akuntan Publik”, Jakarta: Salemba Empat. 2008.

Irawati, Yuke. “Hubungan Karakteristik Personal Auditor Terhadap Tingkat Penerimaan Penyimpangan Perilaku Dalam Audit. SNA VIII Solo, 2005. Jackson, D. N. “Personality Research Form Manua”l. New York, NY: Research

Psychologists Press, 1989

Jensen, dan Meckling. “Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics 3, 1976. Kaplan, Steven E. “Andersen and the Market for Lemons in Audit Reports.

Journal of Business Ethics p.363–373, 2007.

Koroy. “Pengaruh Preferensi Klien dan Pengalaman Audit terhadap pertimbangan auditor”. SNA VIII Solo, 2007

Kusharyanti. Temuan penelitian mengenai kualitas audit dan kemungkinan topik penelitian di masa datang. Jurnal Akuntansi dan Manajemen (Desember). Hal.25-60, 2003.

Lavin, D. “Perception of The Independence of The Auditor”. The Accounting Review. Januari. p. 41-50, 1976.

Lennox, C.S., “Going Concern Opinion in Failing Companies: Auditor Dependence and Opinion Shopping.”, Economic Dep., University of Bristol, 2001.

Libby.R. and Trotman. “Experience and the ability to explain audit findings”. Journal of accounting Research, 1993.

Ludigdo, Unti. “Strukturasi Praktik Etika di Kantor Akuntan Publik: Sebuah Studi Interpretif”. Simposium Nasional Akuntansi IX, 1996.

Mautz, R.K dan H.A. Sharaf. “The Philosophy of Auditing”. Sarasota: American Accounting Association. 1993.

Mayangsari, Sekar, ”Pengaruh Kualitas Audit, Independensi terhadap Integritas Laporan Keuangan”. SNA VI. Surabaya. 2003.


(5)

Nelson, Bonner, “Knowledge structures and the estimation of conditional probabilities in audit planning”. The Accounting Review, 1995.

Nizarul Alim. “Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi”. SNA 10 Makassar, 2007

Nurchasanah dan Wiwin Rahmanti. ”Analisis Faktor-faktor Penentu Kualitas Audit“. Jurnal Riset Akuntansi dan Manajemen, STIE Yogyakarta, 1999. Pany, K dan M.J. Reckers. “The Effect of Gifts, Discounts, and Client Size on

Perceived Auditor Independence”. The Accounting Review. Januari, 1980. Purnomo, Adi. Persepsi auditor tentang pengaruh faktor-faktor keahlian dan

independensi terhadap kualitas audit. Artikel diakses tanggal 11 januari 2009, dari http://www.library@lib.unair.ac.id

Roberts, Malone. “Factors associated with the Incidence of Reduced Audit Quality Behaviours”. A Journal of Practice & Theory Vol.15, No. Proquest, 1996.

Rosenberg, M. “Society and the Adolescent Self-Image. New Haven”, CT: Princeton University Press, 1965.

Santoso, S. ‘Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2003.

Sekaran. “Research Methods For Business : A Skill-Building Approach.” Third Edition. John Wiley & Sons. Inc. New York, 2000.

Setyarno, Eko Budi. “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern”. SNA 9 padang, 2006.

Shockley, R. Perceptions of Auditors Independen: An Empirical Analysis. The Accounting Review. Oktober. p. 785-800, 1981.

Soepriyanta. 2007. “Menkeu Bekukan Izin Akuntan Publik”. Artikel diakses tanggal 11 Januari 2009 dari www.detikfinance,com.

Solar, and D. Bruehl. “Machiavellianism and Locus of Control: Two Conceptions of Interpersonal Power.” Psychological Report, 1971.

Spector, P. E. “Development of the work locus of control scale. Journal of Occupational Psychology 61: 335-340, 1988.


(6)

Sri Trisnaningsih. “Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi Sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor”. SNA X Makassar, 2007.

Sri, Sulistyanto. “Manajemen Laba, Teori dan Model Empiris”. Penerbit: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. 2008.

St.Vena Purnamasari. Sifat Machiavellian dan Pertimbangan etis: Anteseden Independensi dan Perilaku etis auditor. SNA 9 Padang, 2006.

Sugiyono. ”Metode Penelitian Bisnis”. Bandung: CV. Alfabeta, 2004.

Sularso dan Na’im. ”Analisis pengaruh pengalaman akuntan pada pengertahuan intuisi dalam mendeteksi kekeliruan”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia (Juli). Vol.2. No.2: 154-172, 1999.

Sunarsip, “ Menarik Pelajaran dari Skandal Korporasi di AS”, KOMPAS,

Supriyono, R.A,. “Pemeriksaan Akuntansi (auditing): Faktor-faktor yang mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik”, BPFE, Yogyakarta, 1988.

Sutton, S.G. Toward An Understanding of The Factors Affecting The Quality of The Audit Process. Decision Sciences, Vol. 24. p. 88-105, 1993.

Suwardjono. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2008.

Tubbs, R.M. The Effect of Experience on The Auditor’s Organization and Amount of Knowledge. The Accounting Review. Oktober. 1992.

Widagdo, R, S. Lesmana, dan S.A. Irwandi. Analisis Pengaruh Atribut-atribut Kualitas Audit Terhadap Kepuasan Klien (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta). SNA 5 Semarang. 2002.

Winarto, Edi. “Kartu Merah Buat 10 KAP Papan Atas”, Media Akuntansi, edisi 27/Juli-Agustus/Tahun IX/ 2002, hal 5, 2002.