terdakwa masuk dalam perbuatan turut serta secara langsung yang disebut tamalu, dalam hal ini terdakwa hanya bertanggungjawab atas perbuatannya sendiri,
hukuman yang dapat dijatuhkan oleh terdakwa Yono adalah hukuman ta’zir
dimana hukuman tersebut diserahkan oleh Ulil Amri hakim. Hakim boleh memilih hukuman yang paling sesuai dengan jenis perbuatan yang dilakukan
pribadi pelakunya, serta faktor-faktor penyebabnya. Ditinjau dari segi kajiannya, penelitian Nunik Masfuah memiliki
perbedaan dengan penelitian ini. Adapun perbedaan yang terjadi diantara keduanya yaitu : 1 Nunik Masfuah dalam penelitiannya meneliti tentang analisis
putusan Pengadilan Negeri Semarang No.253Pid.BPn.Smg tentang tindak pidana turut serta dalam pencurian yang disertai dengan kekerasan menurut hukum islam
sedangkan peneliti melakukan penelitian mengenai disparitas pidana terhadap tindak pidana pencurian dengan pemberatan yang dilakukan oleh anggota TNI
ditinjau dari segi hukum positif. 2. Subyek penelitian yang dilakukan oleh Nunik Masfuah adalah warga sipil sedangkan peneliti melakukan subyek penelitiannya
pada anggota TNI Tentara Nasional Indonesia di Pengadilan Militer II-10 Semarang. 3. Obyek penelitian yang dilakukan oleh Nunik Masfuah adalah
putusan Pengadilan Negeri Semarang No.253Pid.BPn.Smg sedangkan obyek penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah putusan Pengadilan Militer II-10
Semarang No.34-KPM.II-10ADVI2013.
2.1.2 Jurnal Poenale Vol 1 No.2.Yulianti, Selvi dkk.Pertanggungjawaban
Pidana Pelaku Tindak Pidana Pencurian Oleh Oknum Satuan Polisi
Pamong Praja
Studi Putusan
No.03Pid.B2013PN.BU.2013. Fakultas Hukum, Universitas Lampung
Dalam penelitian ini, Yulianti, dkk memaparkan bahwa berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Blambangan Umpu No.03Pid.B 2013, perbuatan para
terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan telah melakukan tindak pidana pencurian di gedung Dekranasda, sehingga kantor tersebut mengalami kerugian
materiil sebesar ± Rp. 80.775.000,- delapan puluh juta tujuh ratus tujuh puluh lima ribu rupiah. Melihat pada tugas dan kewajibannya sebagai anggota Satpol
PP, Hukuman 1 satu tahun dirasa terlalu ringan mengingat perbuatan oknum tersebut telah melanggar amanat yang telah ia emban dan telah mengabaikan
tanggung jawab sebagai anggota satpol PP, dan hal ini juga telah menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat, terlebih oknum tersebut mencuri di tempat ia
bekerja. Selain itu, Oknum Satpol PP yang terlibat dalam kasus pencurian ini
dijatuhi sanksi disiplin dari Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Blambangan Umpu berupa pemberhentian karena yang bersangkutan terbukti telah melakukan
perbuatan indisipliner yang melanggar ketentuan Pasal 8 huruf a dan b Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan
Polisi Pamong Praja. Oknum Satpol PP ini melakukan tindak pidana pencurian dalam keadaan sadar dan tidak terganggu jiwanya, sehingga ia dapat
mempertanggungjawabkan perbuatannya berdasarkan hukum pidana. Ditinjau dari segi kajiannya, penelitian Yulianti dkk memiliki perbedaan
dengan penelitian ini. Adapun perbadaan yang terjadi diantara keduanya yaitu : 1
Yulianti, dkk dalam penelitiannya meneliti mengenai pertanggungjawaban pidana pelaku tindak pidana pencurian sedangkan peneliti melakukan penelitian tentang
disparitas pidana terhadap tindak pidana pencurian dengan pemberatan. 2. Subyek penelitian yang dilakukan oleh Yulianti, dkk adalah pada Oknum Satuan
Polisi Pamong Praja di Pengadilan Negeri Blambangan Umpu, sedangkan peneliti melakukan subyek penelitiannya pada anggota TNI Tentara Nasional Indonesia
di Pengadilan Militer II-10 Semarang. 3 Obyek penelitian yang dilakukan oleh Yulianti, dkk adalah putusan Pengadilan Negeri Blambangan Umpu
No.03Pid.B2013, sedangkan obyek penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah putusan Pengadilan Militer II-10 Semarang No.34-KPM.II-
10ADVI2013.
2.2 Landasan Teori