jika tidak diikuti langkah-langkah pengelolaan yang memadai; terutama untuk menghindari kelebihan tangkap dan konflik sosial diantara kelompok-kelompok
pengguna. Recruitment over fishing merupakan impak yang paling nyata pada semua habitat buatan. Oleh karena itu dalam perencanaan terumbu buatan
sebagai daerah penangkapan ikan sangat penting disertai dengan terumbu buatan sebagai nursery ground yang harus disepakati oleh semua pihak secara
konsisten, sebagai kawasan yang diproteksi dan diawasi bersama.
5.1 Uji Coba Alat Tangkap Bubu
Reaksi ikan terhadap pemasangan bubu dapat dilihat dengan melakukan pengamatan terhadap gerombolan ikan yang berada di sekitar bubu. Karena
keterbatasan alat maka pengamatan hanya dilakukan pada siang hari saja. Jenis ikan yang biasanya langsung mendekat pada saat pemasangan bubu
adalah kakatua Scarus sp, pasir serat Scolopsis sp, dan ikan-ikan lainnya. Namun pada kenyataannya, ketika bubu soaking 2x24 jam, ikan yang
tertangkap dalam bubu berbeda dengan ikan yang masuk pada awal pengamatan saat pemasangan. Ikan ini berbeda baik segi ukuran maupun jenis.
Ikan yang tertangkap diduga mencari tempat berlindung dari arus maupun ikan predator yang lebih besar. Karena bubu yang dioperasikan tanpa umpan, maka
kemungkinan besar ikan masuk ke dalam bubu karena tingkah laku ikan tersebut. Beberapa famili ikan karang mendekati bubu karena rasa keingintahuan dari ikan
tersebut terhadap benda asing atau dikenal dengan sifat tigmotaksis. Beberapa famili menjadikan bubu sebagai area mencari makan, seperti ikan dari famili
Scaridae, Chaetodontidae, Pomacanthidae dan Siganidae. Selain itu diduga bubu diduga sebagai tempat beristirahat atau menunggu mangsa lewat, ikan
karnivora masuk ke dalam bubu karena tertarik oleh mangsa yang terperangkap di dalam bubu.
Sebagaimana hasil pengamatan yang dilakukan oleh High dan Beardsley 1970 pada bubu tanpa umpan dimana jenis ikan Squirefish dan Goatfish
Mullidae masuk ke dalam bubu secara bergerombol schooling sedangkan jenis Parrotfish Scaridae dan big eye Priacanthidae masuk ke dalam bubu
secara individu. High dan Ellis 1973 mengamati ikan Four-eyed butterfly Chaetodon sp dan Spotted goat fish Pseudupeneus maculatus disekitar bubu
berenang maju mundur ketika melihat ikan lain terperangkap ke dalam bubu. Munro et al. 1971 mengamati spesies ikan di sekitar bubu berenang beriringan
pada sisi lain mata jaring kawat.
Lolosnya ikan-ikan yang terlihat pada waktu pengamatan awal lebih disebabkan oleh ukuran mata bubu yang lebih besar dari ukuran ikan, sehingga
ikan dengan mudah meloloskan diri. Selektivitas bubu bergantung pada hubungan antara keliling tubuh maksimum ikan body girth dan keliling mata
bubu mesh perimeter dan juga hubungan antara panjang tubuh ikan dan ukuran mata bubu mesh size. Lebih lanjut FAO 1999 menyatakan bahwa selektivitas
merupakan sifat alat tangkap tertentu untuk mengurangi atau mengeluarkan tangkapan yang tidak sesuai ukuran unwanted catch atau ikan-ikan tangkapan
yang tidak diinginkan incidental catch dan selektivitas merupakan fungsi dari suatu alat penangkapan ikan dalam menangkap spesies ikan dalam jumlah dan
selang ukuran tertentu pada suatu populasi di daerah penangkapan ikan. Bubu dikatakan selektif ukuran apabila ukuran badan ikan pada bagian
operculum tutup insang lebih kecil dari keliling mata bubu atau keliling maksimum badan ikan lebih besar dari keliling mata bubu. Sebaliknya jika ukuran
badan ikan pada bagian operculum sangat besar atau keliling maksimum badan ikan sangat kecil dibandingkan dengan keliling mata bubu, ikan kemungkinan
tidak tertangkap lolos Matsuoka 1995; 1997.
5.2 Pengaruh Parameter Fisik Terhadap Hasil Tangkapan