Pengaruh Perifiton Terhadap Kelimpahan Dan Komposisi Hasil Tangkapan

dan sudah lama dipraktekkan nelayan. Hal tersebut tidak hanya meliputi berbagai bentuk seperti gua-gua agar ikan dapat berlindung dan bersembunyi, tetapi juga berupa tempat-tempat berteduh dan berbagai tempat tertentu agar ikan dapat berkumpul.

5.4 Pengaruh Perifiton Terhadap Kelimpahan Dan Komposisi Hasil Tangkapan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan yang tertangkap selama penelitian adalah jenis ikan karang yang menjadi konsumsi masyarakat target dan jenis ikan hias. Kelimpahan organisme di habitat terumbu buatan ini tidak terlepas dari fungsinya sebagai tempat tinggal dan berlindung, dimana terumbu buatan memberikan agregasi yang kuat untuk mengumpulkan ikan supaya tinggal di dalamnya sekaligus berlindung. Dengan lubang atau celah yang cukup memungkinkan organisme karang ikan karang untuk menetap. Kemudian terumbu buatan juga merupakan habitat penyedia makanan. Keberadaan organisme penempel memicu kehadiran organisme ikan yang membutuhkan makanan darinya. Selain itu terumbu buatan juga menyediakan makanan melalui fungsinya sebagai perangkap organisme plankton. Plankton yang melewati terumbu akan dimakan oleh ikan-ikan kecil plankton feeder dan ikan-ikan kecil ini merupakan sumber makanan bagi ikan- ikan yang ukurannya lebih besar. Jadi dengan ketersediaan ruang, perlindungan dan makanan ini menyebabkan organisme karang yang hidup didalamnya cukup melimpah. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Wagiyo 1996 yang menyebutkan bahwa terumbu buatan dibuat sebagai tempat tinggal dan memberi perlindungan, sumber makanan dan sebagai tempat berkembang biak. Jadi semakin banyak celah atau lubang yang terdapat pada satu unit terumbu buatan, maka semakin banyak pula tempat yang tersedia disana, sehingga jumlah huniannya dapat lebih banyak. Wasilun dan Murniyati 1997 mengemukakan bahwa terumbu buatan setelah beberapa waktu ditempatkan di dasar perairan, akan ditumbuhi oleh berbagai jenis biota penempel seperti algae, karang lunak dan biota penempel lainnya yang diantaranya merupakan jenis makanan ikan, sehingga dengan demikian ikan akan datang ke terumbu, selain untuk mencari tempat berlindung juga mencari makan dan pada akhirnya akan berkembang biak di terumbu buatan tersebut. Berkumpulnya ikan di terumbu buatan disebabkan karena adanya proses kolonisasi dan suksesi. Kolonisasi adalah suatu proses penempatan atau penghunian suatu daerah atau tempat oleh suatu organisme, sedangkan suksesi merupakan suatu proses pergantian dari suatu atau sekelompok jenis organisme oleh yang lainnya dengan komposisi dan struktur yang berbeda. Kolonisasi pada terumbu buatan pertama kali diawali dengan adanya perifiton dan kemudian diikuti dengan biota lain, selanjutnya kolonisasi ini diikuti oleh proses suksesi lainnya sehingga mencapai keadaan stabil D’Itri 1985; Atmadja 1986. Keberadaan perifiton yang menempel pada terumbu buatan merupakan sumber makanan mengakibatkan ikan-ikan berkumpul baik dalam jumlah individu maupun spesies. Perifiton adalah mikroflora yang tumbuh menempel pada substrat yang tenggelam Weitzel 1979. Perifiton, mikroplankton, dan fitoplankton adalah biota utama yang menentukan tingkat produktivitas primer perairan. Perifiton yang menempel pada terumbu buatan TB-ban dan TB-bambu didominasi dari kelas Bacillariphyceae diatom Tabel 8 dan Gambar 10. Tingginya persentase kepadatan Bacillariphyceae yang ditemukan karena diatom Bacillariphyceae merupakan komponen utama dari lumpur laut Mc Connanghey 1986. Selain itu organisme dari kelas ini pada umumnya dilengkapi dengan alat berupa tangkai gelatin yang dapat membantu dirinya untuk melekat pada substrat tertentu. Organisme yang memiliki alat perekat lebih mudah menempel pada substrat yang lebih keras dan kasar, dalam hal ini kelas Bacillariphyceae lebih mudah menempel pada ban mobil daripada bambu. Tangkai gelatin ada yang bercabang pendek atau panjang, dan dengan alat ini organisme memiliki kemampuan untuk menahan arus yang relatif deras Arnofa 1997. Eksistensi diatom dapat pula dipergunakan sebagai indicator kualitas air, dimana mereka hidup. Sebagai contoh Navicula dan Nitzchia yang merupakan indikator perairan yang dihuninya sudah tercemar Schubert 1984. Penelitian terdahulu oleh Syam 1994 menunjukkan bahwa perifiton yang ditemukan di terumbu buatan ban mobil bekas dan bambu terdiri dari 48 spesies yang dikategorikan ke dalam tujuh kelas. Empat kelas berasal dari golongan hewani yaitu Sarcodina, Chromonadae, Ciliata dan Crustaceae dan tiga dari golongan nabati yaitu Bacillariophyceae diatom yang terdiri dari 26 spesies, kemudian diikuti kelas Crustaceae sebanyak tujuh spesies, kemudian Sarcodina sebanyak enam spesies, Ciliata sebanyak tiga spesies, Chromonadae dua spesies dan Cyanophyceae sebanyak dua spesies. Lebih lanjut hasil penelitian FAO 1990 menyebutkan bahwa perkembangan biota penempel pada terumbu buatan diawali oleh jenis diatom dan algae lalu akan tumbuh dan berkembang jenis kerang-kerangan oyster, teritip, dan barnacles dan coral atau karang. Miclat dan Miclat 1969 menyatakan bahwa ikan yang pertama berkumpul di terumbu karang adalah ikan pemakan algae, setelah itu ikan juvenile dan akan diikuti ikan yang lebih besar yang akan memakan ikan juvenile. Dalam waktu dua bulan ikan-ikan akan sangat cepat berkumpul di terumbu buatan Gambar 12. Gambar 12 Jaringan makanan pada terumbu buatan dari bahan bambu dan ban mobil bekas di Danau Smith Mountain, modifikasi dari Prince dalam D’Itri 1985 Beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa ikan-ikan berkumpul di terumbu buatan antara lain disebabkan oleh proses pembentukan rantai makanan lokal. Proses ini diawali dengan terbentuknya akumulasi atau kolonisasi perifiton yang yang diikuti dengan terkumpulnya pemangsa perifiton, dan kemudian plankton feeder. Kolonisasi oleh mikroorganisme, baik mikroba maupun mikroalga akan menarik perhatian juvenile ikan, ikan berukuran kecil sampai ikan berukuran besar sehingga akan menyebabkan terjadinya food web di sekitar terumbu buatan Russel et al. 1974; Werner 1986: Bohnsack et al. 1991. Nybakken 1992 mengemukakan bahwa dalam setiap komunitas, spesies tidak terisolasi, tetapi berinteraksi dengan spesies lain pada daerah yang sama sehingga akan terjadi proses makan dan dimakan dalam komunitas tersebut. Sebagian besar ikan mempunyai peranan ekologis yang berbeda-beda, dan bergantung pada ukuran dan tahapan pertumbuhan dalam siklus hidupnya Bohnsack et al. 1991. Perubahan ukuran tubuh akibat pertumbuhan akan mempengaruhi kemampuan pemanfaatan makanan, terutama jenis dan kisaran ukuran makanan, serta pengurangan resiko predasi. Ikan ketika masih kecil cenderung tinggal dekat struktur buatan sebagai proteksi, tetapi ketika ukurannya lebih besar dan lebih tahan terhadap predasi akan cenderung lebih lama jauh dari habitat. Walaupun assemblages di terumbu buatan, tetapi terdapat kecenderungan bahwa ikan karnivora mendominasi habitat terumbu buatan. Sebagai contoh, Brock dan Grace 1987 menemukan bahwa ikan karnivora mendominasi biomassa ikan 70 di habitat buatan Hawai, kemudian diikuti oleh herbivore, planktivora dan omnivore. Beberapa fakta di daerah tropis menunjukkan bahwa shelter terhadap predasi lebih penting daripada makanan dalam mendeterminasi kelimpahan ikan Bohnsack et al. 1990. Berdasarkan analisis isi perut ikan menunjukkan makanan bukanlah alasan utama mengapa ikan berkumpul di sekitar terumbu Kakimoto 1982. Shelter merupakan pusat dari pola tingkah ikan-ikan muda yang sedang mengalami proses pertumbuhan, sehingga terumbu buatan yang memiliki rongga beragam dan didominasi oleh ukuran kecil 0,15-1 m adalah sesuai sebagai habitat nursery grund. Kompleksitas terumbu buatan terutama tekstur permukaan berperan penting dalam mendukung kehadiran biota penempel sessile organisms. Karena struktur buatan yang memiliki densitas pertumbuhan sessile organisms tertinggi cenderung lebih efektif menarik ikan, dan biologicalsounder yang diciptakannya seperti acorn barnacles dan crustaceans juga akan menarik ikan untuk berkumpul Ogawa 1982. Disamping itu, kelimpahan organic hasil sekresi sessile organisms yang larut dalam air mungkin berupa feromon, mensiptakan suatu kondisi lingkungan yang memberikan rasa nyaman bagi beberapa spesies ikan Kuroki 1982. Walaupun masih terus diperdebatkan, tetapi pada dasarnya terumbu buatan dapat meningkatkan produksi perikanan melalui dua mekanisme. Pertama, tambahan shelter akan dapat mengumpulkan ikan disekitarnya untuk masuk ke dalam biomassa ikan. Kedua, produksi primer baru dan produksi sekunder organisme penempel dasar yang didukung oleh terumbu, akan menyokong rantai makanan baru yang akhirnya akan meningkatkan biomasa ikan. 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan Tidak ada perbedaan komposisi ikan yang berkumpul diantara kedua