25
2.5.    Persepsi dan Perilaku Masyarakat Dalam Penanganan DBD
Persepsi  masyarakat  dalam  mengenai  masalah  yang  ditimbulkan  oleh DBD  tentunya  tidak  selalu  sama,  dan  akan  berbeda  satu  dengan  yang
lain.  Dari  stimulus  dan  informasi  yang  diketahui  akan  mempengaruhi perilaku  dan  tindakan  yang  mereka  ambil  ketika  harus  dihadapkan
dengan  masalah  DBD  tersebut,  terutama  dalam  melakukan  penanganan seperti apa yang dilakukan.
2.5.1. Persepsi Masyarakat Dalam Penanganan DBD
Menurut  Sandy  26,  seorang  karyawan  suatu  perusahaan  dan juga salah satu responden yang pernah mengalami penyakit DBD
mengatakan  bahwa  dirinya sudah  melakukan pola  hidup  bersih di lingkungan  rumahnya,  namun  Sandy  tidak  menyangka  akan
sampai  tertular  penyakit  DBD  tersebut,  padahal  dirinya  merasa lingkungan  tempat  tinggalnya  sudah  cukup  bersih.  Namun  Sandy
tersebut mengaku lebih banyak melakukan aktivitas sehari-harinya di  luar  rumah,  seperti  di  kantor  dan  tempat  lain  ketika  kumpul
bersama  teman-temannya  dan  hanya  berada  di  rumah  ketika malam hari.
Dari  pernyataan  tersebut  ternyata  bisa  saja  seseorang  sudah melaksanakan  hidup  bersih  di  lingkungan  tempat  tinggalnya,
namun  bagaimana  apabila  seseorang  tersebut  berada  di  luar rumah  saat  melakukan  aktivitas,  mengingat  ancaman  DBD
tersebut bisa terjadi dimana saja di lingkungan yang cukup padat. Berbeda  dengan  Katrina  22  seorang  mahasiswi  mengatakan
bahwa,  dirinya  tinggal  di  lingkungan  yang  sekitarnya  tidak  terlalu terjamin  kebersihan  lingkungannya,  namun  disaat  salah  seorang
penduduk  di  lingkungan  tempat  tinggalnya  terkena  DBD,  Katrina
26
masih  tetap  sehat  dan  tidak  sampai  tertular  penyakit  tersebut meskipun  berada  dekat  di  tempatnya  tinggal.  Daya  tahan  tubuh
dan  metabolisme  yang  baik  dan  kuat,  memungkinan  resiko  untuk terkena DBD tersebut akan rendah. Oleh karena itu, apabila suatu
keadaan tidak lagi menjamin untuk seseorang akan terhindar atau sampai  terkena  bahaya  penyakit  DBD  walau  segala  bentuk
pencegahan  telah  dilakukan,  maka  untuk  menghindari  keadaan tersebut  kepada  keadaan  yang  semakin  parah  seperti  kematian
yang  dapat  disebabkannya,  maka  kewaspadaan  akan  gejala dengan  perawatan  dan  penanganan  yang  tepat  disini  sangat
diperlukan  dan  perlu  untuk  lebih  ditingkatkan.  Karena  berat ringannya dampak yang akan ditimbulkan oleh DBD tersebut dapat
dipengaruhi  oleh  suatu  keadaan  lingkungan  dan  kekuatan  daya tahan  tubuh  atau  metabolisme  tubuh  seseorang  yang  apabila
tertular penyakit DBD tersebut.
2.5.2. Perilaku Mayarakat Pada Saat Terkena DBD
Berdasarkan  hasil  angket  kuisioner  dan  wawancara  kepada masyarakat  yang  diwakili  oleh  tiga  puluh  orang  responden  yang
pernah  ataupun  tidak  pernah  terkena  DBD  sebelumnya  yang memenuhi  segmentasi  khalayak  sasaran  yang  telah  ditentukan,
didapatkan  beberapa  respon  dan  tanggapan  yang  bermacam- macam ketika mereka atau salah seorang keluarga mereka terkena
terkena DBD. Serta pengetahuan  mereka selama ini tentang  DBD dan cara penanganannya disamping melakukan pencegahan yang
tentunya  sudah  tidak  asing  lagi  di  dengungkan  setiap  tahunnya kepada masyarakat. Berdasarkan jawaban dari pertanyaan melalui
angket yang disebarkan kepada tiga puluh orang responden, maka didapatlah jawaban dari pertanyaan yang telah diajukan seperti:
27
1  Dua  puluh  sembilan  dari  tiga  puluh  orang  responden menjawab  mengetahui  apa  itu  demam  berdarah  dengue,  dan
sebagian  menjelaskan  penyebab  demam  berdarah  tersebut yakni  adalah  nyamuk  Aedes  Aegypti.  Berdasarkan  data  yang
diperoleh,  faktor  penyebab  DBD  ialah  virus  dengue,  namun cara  penularannya  kepada  manusia  ialah  melalui  gigitan
nyamuk betina Aedes Aegypti. 2  Dua puluh empat dari tiga puluh responden menjawab pernah
mengalami dan terkena DBD. 3  Dua  puluh  sembilan  dari  tiga  puluh  orang  responden
menjawab mengetahui ciri dan gejala seseorang terkena DBD, dan  sisanya  mengaku  tidak  tahu.  Dan  gejala  dan  ciri  yang
mereka  sebutkan  merupakan  gejala  yang  biasa  diperlihatkan jika seseorang terkena DBD, seperti demam yang tinggi, bintik
merah di kulit, pegal serta linu pada tubuh. 4  Dua  puluh  delapan  dari  tiga  puluh  orang  menjawab
mengetahui  cara  pencegahan  DBD  seperti  3M  dan  sudah melakukan  pencegahan,  sedangkan  satu  orang  lainnya
mengaku mengetahui tapi belum melakukan pencegahan, lalu sisanya menjawab tidak tahu.
5  Dua  puluh  enam  dari  tiga  puluh  orang  menjawab  mengetahui apa  yang  harus  dilakukan  ketika  mereka  atau  salah  seorang
anggota keluarga mereka mengalami demam selama 1-3 hari, yakni 12 responden  memilih langsung diperiksakan ke dokter,
4  responden  memilih  untuk  merawatmenanganinya  sendiri seperti  diberi  obat  penurun  panas,  dan  2  orang  responden
memilih untuk dibawa langsung kerumah sakit. 6  Ketigapuluh orang responden menjawab mengetahui apa yang
harus  dilakukan  ketika  mereka  atau  salah  seorang  keluarga
28
mereka  terkena  DBD.  Ada  yang  memilih  untuk  cepat diperiksakan kedokter, ditangani sendiri, dan ada yang memilih
untuk langsung dibawa kerumah sakit. 7  Dua  puluh  empat  dari  tiga  puluh  orang  responden  menjawab
obat yang mereka berikan untuk seseorang yang terkena DBD adalah  parasetamol.    Enam  orang  lainnya  memilih  untuk
memberikan asupan lain seperti sari kurma, atau memberikan obat  berdasarkan  resep  dokter,  sedangkan  sisanya  mengaku
tidak tahu obat apa yang harus diberikandigunakan. 8  Dua  puluh  delapan  dari  tiga  puluh  responden  mengetahui
untuk  memberikan  air  minum  sebanyak-banyaknya  jika terkena  DBD  atau  kepada  penderita  DBD,  dan  dua  orang
sisanya tidak mengetahui jika terkena DBD harus diberikan air minum  sebanyak-banyaknya  kira-kira  2  liter  8  gelas  dalam
satu  hari  atau  3  sendok  makan  setiap  15  menit.  Dengan memberikan  minum  yang  banyak  diharapkan  cairan  dalam
tubuh tetap stabil. 9  Dua  puluh  enam  dari  tiga  puluh  orang  responden  memilih
untuk  memberikan  kompres  hangat  untuk  mengatasi  demam tinggi  karena  DBD.  Tiga  orang  responden  memilih  untuk
memberikan  kompres  dingin,  sedangkan  seorang  responden tidak  tahu  harus  memberikan  kompres  seperti  apa.  Menurut
informasi dari data yang diperoleh, seseorang yang mengalami demam tinggi sebaiknya diberikan kompres hangat dan bukan
kompres  dingin,  karena  kompres  dingin  dapat  menyebabkan penderita menggigil.
10 Dua  puluh  sembilan  dari  tiga  puluh  orang  responden  memilih perlu
untuk memeriksakan
darah apabila
seseorang memperlihatkan  gejala demam  yang  sangat tinggi selama  1-3
29
hari.  Sedangkan  satu  orang  sisanya  menjawab  untuk  tidak perlu memeriksakan apabila dirasa penanganan sendiri sudah
cukup.  Menurut  data  yang  diperoleh  mengenai  penanganan DBD,  kegawatan  masih  dapat  terjadi  selama  penderita  masih
demam sehingga  pemeriksaan  darah sering kali perlu  diulang kembali. Sehingga sangat diperlukan untuk berjaga-jaga.
Untuk selebihnya dapat dilihat dari grafik berikut:
Grafik 2.1 Pengetahuan responden terhadap DBD
Grafik 2.2 Responden yang pernahtidak pernah terkena DBD
Grafik 2.3 Pengetahuan responden yang mengetahuitidak mengetahui ciri dan gejala DBD
Tahu Tidak tahu
Tidak pernah terkena DBD
Pernah terkena DBD
Tahu Tidak tahu
30
Grafik 2.4 Pengetahuan responden mengenai cara pencegahan DBD
Grafik 2.5 Pengetahuan responden mengenai apa yang harus dilakukan apabila terkena DBD
Pada grafik 2.5 rata-rata semua responden  mengetahui  apa  yang harus  dilakukan  apabila  mereka  atau  salah  seorang  anggota
keluarga  mereka  terkena  DBD,  tetapi  meskipun  mereka mengetahui  apa  yang  harus  dilakukan  tersebut,  tidak  semua
merupakan jawaban yang tepat untuk dilakukan. Sehingga  kesimpulan  yang  didapat  dari  jawaban  kesepuluh
responden tersebut
adalah, responden
rata-rata sudah
mengetahui  tentang  apa  itu  DBD,  pencegahannya  serta penanganannya,  tetapi  dari  jawaban  tersebut  tidak  sepenuhnya
menjawab  dengan  tepat  apabila  disesuaikan  dengan  data mengenai  DBD  mengenai  cara  pencegahan  dan  penanganannya
yang seharusnya dan sebaiknya dilakukan. Responden cenderung untuk  memberikan  penanganan  berdasarkan  apa  yang  telah
diketahui  dan  diyakini  dapat  membantu  responden  dalam penanganan DBD dengan cara  mereka masing-masing diluar dari
cara penanganan yang mereka ketahui itu sudah yang paling tepat
Tahu tapi belum melakukan
pencegahan
Tahu dan sudah melakukan
pencegahan
Tidak tahu
Tahu Tidak tahu
31
atau  bukan.  Maka  untuk  menghindari  bentuk  penanganan  yang salah  dan  belum  tentu  efektif  tersebut,  maka  dirasa  perlu  untuk
lebih  ditingkatkan  lagi  pengetahuan  mereka  mengenai  informasi cara  penanganan  yang  cepat,  tepat,  dan  efektif  ketika  seseorang
terkena DBD kepada masyarakat.
2.6.   Khalayak Sasaran