Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG

PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

DI KECAMATAN GUNUNG MERIAH

KABUPATEN ACEH SINGKIL

SKRIPSI

Oleh Syapriadi Rosa

081121002

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

Judul : Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil.

Nama Mahasiswa : Syapriadi Rosa NIM : 081121002

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2008

Tanggal Lulus :

Pembimbing Penguji II

Iwan Rusdi S.Kp, MNS Ismayadi, S.Kp. Ns. NIP : 197309092000003.1.001 NIP :

Penguji III

M.Syukri Tanjung, S.Kp. Ns. NIP :

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah Menyetujui Skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, Desember 2009 Pembimbing,

Iwan Rusdi S.Kp, MNS


(3)

PRAKATA

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan hidayah-Nya kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Pencegahan Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini, Penulis mendapat banyak kesulitan, namun berkat hidayah Allah S.W.T, Penulis mendapatkan banyak bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak sehingga kesulitan tersebut dapat teratasi. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp MNS selaku Pembantu Dekan I, Ibu Evi Karota Bukit selaku Pembantu Dekan II dan Pembimbing Akademik Penulis yang telah memberikan banyak masukan dan motivasi untuk terus maju meraih cita serta Bapak Ikhsanuddin A Harahap, S.Kp MNS selaku Pembantu Dekan III.

3. Bapak Iwan Rusdi, S.Kp MNS selaku Pembimbing skripsi yang dengan sangat sabar telah membimbing Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Ismayadi, S.Kp Ns dan Bapak M.Syukri Tanjung, S.Kp Ns selaku penguji pada sidang proposal dan skripsi yang telah memberikan arahan demi kesempurnaan skripsi ini.


(4)

5. Ayahanda Serma H.Syahril Solin dan Ibunda Hj.Rosmidar, S.Pdi yang telah memberikan segalanya kepada Penulis untuk mengejar cita-cita.

6. Teman-teman Fakultas Keperawatan yang telah memberikan banyak masukan dan berbagi ilmu kepada Penulis selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan kerendahan hati Penulis mengharapkan masukan dan kritikan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi Keperawatan.

Medan, Desember 2009


(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Abstrak ... viii

Bab 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 3

1.3. Pertanyaan penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

Bab II. Tinjauan Pustaka 2.1. Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 6

2.1.1. Penyebaran Penyakit DBD ... 6

2.1.2. Siklus Penularan DBD ... 6

2.1.3. Fase Penyakit DBD ... 7

2.1.4. Pengetahuan tentang Pencegahan DBD... 9

2.2. Pencegahan Demam Berdarah Dengue ... 11

2.2.1. Pengendalian Lingkungan ... 11

2.2.2. Pengendalian Biologis ... 11

2.2.3. Pengendalian Kimiawi ... 13

2.3. Dampak Demam Berdarah Dengue ... 15

2.4. Hubungan Pengetahuan dan Pencegahan DBD ... 16

Bab III Kerangka Penelitian 3.1. Kerangka Konsep ... 17

3.2. Defenisi Konseptual ... 17

3.2.1. Pengendalian Lingkungan... 18

3.2.2. Pengendalian Biologis ... 18

3.2.3. Pengendalian Kimiawi ... 18

3.3 Defenisi Operasional ... 18

3.3.1 Pengendalian Lingkungan... 18

3.3.2 Pengendalian Biologis ... 19

3.3.3 Pengendalian Kimiawi ... 19

Bab IV. Metodologi Penelitian 4.1. Desain Penelitian ... 20

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 20

a. Populasi... 20


(6)

4.3. Teknik Pengambilan Sampel ... 21

4.4 Lokasi Penelitian... 21

4.5 Pertimbangan Etik ... 21

4.6 Instrumen Penelitian ... 22

4.7 Uji Validitas... 23

4.8 Reliabilitas Instrumen ... 23

4.9 Pengumpulan Data ... 24

4.10 Analisa data ... 25

Bab V. Hasil Penelitian dan Pembahasan 5.1 Hasil Penelitian ... 26

5.1.1. Karakteristik Responden ... 26

5.1.2. Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Pencegahan DBD ... 28

5.2 Pembahasan ... 30

Bab VI. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan ... 33

Saran ... 34

Daftar Pustaka ... 35

Lampiran-lampiran ... 37

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 37

2. Kuesioner Penelitian ... 38

3. Rincian biaya penelitian... 39

4. Jadwal penelitian ... 40


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik masyarakat Kecamatan Gunung Meriah ... 27 Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dan persentase Tingkat pengetahuan

masyarakat tentang pencegahan DBD ... 28 Tabel 5.3. Distribusi frekuensi dan persentase kategori Tingkat


(8)

ABSTRAK

Judul : Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil.

Nama Mahasiswa : Syapriadi Rosa

NIM : 081121002

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2009

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Pencegahan penularan penyakit DBD sampai saat ini adalah cara yang paling umum dilakukan untuk menekan tingginya jumlah penderita. Hal ini disebabkan oleh tingkat pengetahuan masyarakat tentang pengendalian lingkungan sangat rendah (83.3%), Tidak mengerti sama sekali tentang pengendalian biologis (100%) serta tidak mengerti tentang pengendalian DBD secara kimiawi (100%). Untuk dapat melakukan pencegahan penyakit DBD, faktor yang mempengaruhi keberhasilan upaya tersebut adalah tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan DBD dengan metode pengendalian lingkungan, pengendalian biologis dan pengendalian kimiawi. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil dengan desain penelitian deskriptif. Jumlah sampel sebanyak 42 orang, dalam pengambilan sampel penulis menggunakan teknik simple random sampling. Data yang telah terkumpul dianalisa kemudian hasil analisa data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan DBD di kecamatan Gunung Meriah mayoritas kurang (59.5%), kategori cukup (21.4%) dan kategori baik (19.4%). Dari hasil penelitian ini diharapkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan DBD semakin baik dan pihak puskesmas dapat mengoptimalkan kerjasama dengan masyarakat dalam pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Kata Kunci : Tingkat pengetahuan masyarakat, pencegahan DBD.


(9)

ABSTRAK

Judul : Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil.

Nama Mahasiswa : Syapriadi Rosa

NIM : 081121002

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2009

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Pencegahan penularan penyakit DBD sampai saat ini adalah cara yang paling umum dilakukan untuk menekan tingginya jumlah penderita. Hal ini disebabkan oleh tingkat pengetahuan masyarakat tentang pengendalian lingkungan sangat rendah (83.3%), Tidak mengerti sama sekali tentang pengendalian biologis (100%) serta tidak mengerti tentang pengendalian DBD secara kimiawi (100%). Untuk dapat melakukan pencegahan penyakit DBD, faktor yang mempengaruhi keberhasilan upaya tersebut adalah tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan DBD dengan metode pengendalian lingkungan, pengendalian biologis dan pengendalian kimiawi. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil dengan desain penelitian deskriptif. Jumlah sampel sebanyak 42 orang, dalam pengambilan sampel penulis menggunakan teknik simple random sampling. Data yang telah terkumpul dianalisa kemudian hasil analisa data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan DBD di kecamatan Gunung Meriah mayoritas kurang (59.5%), kategori cukup (21.4%) dan kategori baik (19.4%). Dari hasil penelitian ini diharapkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan DBD semakin baik dan pihak puskesmas dapat mengoptimalkan kerjasama dengan masyarakat dalam pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Kata Kunci : Tingkat pengetahuan masyarakat, pencegahan DBD.


(10)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau yang biasa disebut Demam Berdarah Dengue (DBD), sejak ditemukan pertama kali pada tahun 1968 sampai dengan sekarang, seringkali menyebabkan kematian dan menyebar hampir ke seluruh wilayah Indonesia (Effendi, 1995). Di Indonesia, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat, baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit secara sporadic dan selalu terjadi kejadian luar biasa (KLB) pada setiap tahunnya.(Effendi, 1992 dalam Riswanto,2003).

KLB DBD terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Insidence Rate (IR) = 35.19 Per 100.000 dan CFR = 2 %. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10.17 %, namun pada tahun–tahun berikutnya IR cenderung meningkat hingga mencapai 15.99 % pada tahun 2000, 21.66 % pada tahun 2001, 19.24 % pada tahun 2002, dan 23.87 % pada tahun 2003 (Depkes, 2004). Sedangkan data pada tahun 2008 menunjukkan 28.244 kejadian dengan jumlah kematian 348 orang (Waspada, 2008). Dari jumlah populasi masyarakat di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil sebanyak 1020 jiwa terdapat 380 orang yang terinfeksi Demam Berdarah Dengue (DBD) dan diantaranya terdapat 45 orang yang meninggal dunia (Dinas Kesehatan Aceh Singkil/September 2008).

Penyakit DBD belum ditemukan vaksinnya, sehingga tindakan yang paling efektif untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk ini adalah dengan


(11)

program pemberantasan sarang nyamuk (Hadinegoro, 1997 dalam Nanda Febriansyah, 2008). Dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan Pemerintah dalam rangka pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) melalui upaya-upaya pencegahan yang dilakukan secara berkelanjutan, namun hasilnya belum optimal bahkan masih dijumpai Kejadian Luar Biasa (KLB) yang menelan korban jiwa. Hal ini tentu erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan Demam Berdarah Dengue/DBD.

(http://www.Pengetahuans DBD.com dalam Nanda , 2008).

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan beberapa metode, seperti pengendalian lingkungan, pengendalian biologis dan pengendalian kimiawi. (Depkes, 1991 dalam Soetopo, 2007).

Meskipun telah banyak penyuluhan yang dilakukan, target Pemerintah untuk menurunkan angka kejadian DBD menjadi 20 per 100.000 penduduk di daerah endemis masih tetap sulit dicapai pada 2009 karena pada akhir 2008 saja jumlah kasus DBD masih tetap tinggi. Target 20 per 100.000 saat ini terlalu tinggi karena kasus yang terjadi sekarang ini belum memperlihatkan kecenderungan menurun yang signifikan. Secara Nasional angka kejadian DBD saat ini 48 per 100.000 dengan angka kematian/Case Fatality Rate (CFR) saat ini adalah 1.8 %, tidak jauh berbeda dengan angka kejadian DBD tahun 2008 sebanyak 50 per 100.000 penduduk dengan angka kematian sebesar 1 %. Hal ini sangat erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan DBD. (Kandun, 2009 dalam http://www.Pemberantasan DBD.com).


(12)

Sujono (1991) dalam Kajian Utama Untuk Memberantas DBD mengatakan bahwa pengetahuan masyarakat di Indonesia pada umumnya relatif masih sangat rendah, sehingga perlu dilakukan sosialisasi berulang mengenai pencegahan DBD. Menurut Ajeng, (1996) dalam Sosialisasi Pencegahan DBD, penyuluhan tentang pencegahan DBD harus sering dilakukan agar masyarakat termotivasi untuk ikut berperan serta dalam upaya-upaya tersebut.

Umumnya masyarakat di Kabupaten Aceh Singkil memiliki penghasilan terbesar dari perkebunan dan perikanan, sehingga daerah tersebut memiliki masalah lingkungan yang beresiko menyebabkan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan masyarakat Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil tentang bahaya Demam Berdarah Dengue (DBD). Dari hasil wawancara penulis dengan beberapa orang warga diketahui bahwa lebih banyak masyarakat yang tidak mengetahui tentang bagaimana cara pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) yang telah di sosialisasikan oleh Pemerintah.

Atas dasar tersebut di atas, perlu dilakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil.

1.2Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil


(13)

1.3Pertanyaan Penelitian

Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil tentang upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah Demam Berdarah Dengue (DBD).

1.4Manfaat Penelitian

a. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan dalam pembelajaran mengenai tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan DBD.

b. Pelayanan Keperawatan Komunitas

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber acuan dalam meningkatkan pelayanan Keperawatan Komunitas terutama dalam menangani masalah tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan DBD.

c. Penelitian Selanjutnya

Hasil Penelitian ini juga dapat digunakan peneliti selanjutnya sebagai bahan perbandingan dan referensi tambahan terkait dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil.


(14)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.1.1. Penyebaran Penyakit DBD

Kasus di Indonesia pertama sekali dilaporkan terjadi di Surabaya dan Jakarta dengan jumlah kematian sebanyak 24 orang. Beberapa tahun kemudian penyakit ini menyebar di berbagai propinsi di Indonesia pada tahun 1996 berjumlah 45.548 kasus dengan angka kematian sebanyak 1.234 orang, pada tahun 1998 berjumlah 72.133 kasus dengan angka kematian sebanyak 1.414 orang, terjadi peningkatan hingga 5 Maret 2004 berjumlah 26.015 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 398 orang (Depkes, 2005).

Menurut Depkes RI, meskipun angka kejadian luar biasa DBD di Indonesia dapat di tekan, masih ada beberapa Kabupaten dengan jumlah kasus yang tinggi dan cukup memprihatinkan. Di Kabupaten Padang Sumatera Barat pada September 2008 tercatat 554 kasus dengan 40 orang diantaranya meninggal dunia (Ningsih, 2008). Kemudian di Kabupaten Bogor terdapat 407 kasus dengan 34 diantaranya meninggal dunia (Rahayu, 2008). Begitu juga halnya dengan Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil, terdapat 385 orang terinfeksi dan 45 diantaranya meninggal dunia (Dinkes Aceh Singkil, 2008).

2.1.2. Siklus Penularan DBD

Umumnya ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti atau aedes albopictus betina. Nyamuk ini mendapatkan virus dengue pada saat menghisap darah penderita DBD atau orang tanpa gejala yang membawa virus itu dalam


(15)

darahnya (carier). Virus dengue memperbanyak diri dan menyebar ke seluruh tubuh nyamuk hingga ke air liurnya. Jika nyamuk ini menggigit orang lain, maka virus dengue akan dipindahkan melalui air liur nyamuk. Dalam waktu kurang dari 7 hari seseorang tersebut akan menderita penyakit DBD. Virus dengue memperbanyak diri di dalam tubuh manusia, setelah satu minggu akan menyerang orang lain di berbagai wilayah (UKS pusat Jakarta, 1996).

Kandun (2009) menjelaskan, resiko penularan penyakit DBD meningkat setelah hujan karena tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penular virus dengue biasanya bertambah. Selain itu, perubahan iklim telah mengakibatkan siklus penularan virus dengue lebih pendek, sehingga virus penyebab penyakit DBD itu lebih cepat menyebar.

2.1.3. Fase Penyakit DBD

Demam Berdarah Dengue bisa mengancam setiap saat dan tak lagi kenal musim. Nadesul (2009) mengatakan, pihak medis belum mampu melawan virus dengue sebab obat untuk virus ini belum ditemukan. Gejala demam bisa terjadi secara mendadak dan berlangsung selama 2-7 hari yang biasa disebut demam pelana kuda, sebab suhu tubuh penderita turun naik (3 hari panas, hari ke 4 turun dan naik lagi pada hari ke 5). Fase infeksi dengue terbagi tiga, yaitu fase demam, kritis dan penyembuhan. Pada fase demam dapat dilakukan terapi demam seperti pemberian obat penurun panas, kompres hangat dan terapi suportif melalui pemberian oralit, larutan gula garam, jus buah dan susu. Tidak harus jus jambu, yang penting pastikan penderita mendapat asupan cairan dengan cara minum. Jika


(16)

penderita dapat buang air kecil dalam 4-6 jam, itu merupakan indikator bahwa cairannya sudah cukup, namun harus dipantau setiap 4-6 jam suhu tubuhnya.

Dari ketiga fase tersebut, yang paling krusial adalah penanganan pada fase kritis. Fase ini biasanya terjadi pada hari ke-4 dan ke-5 perjalanan penyakit, dan berlangsung 24-48 jam. Obat antidemam tidak lagi diberikan pada fase ini. Tata laksana yang umum dilakukan adalah dengan mencatat tanda vital serta asupan dan keluaran cairan; memberikan oksigen pada kasus yang disertai shock; menghentikan perdarahan, kecuali kalau hanya mimisan tidak masalah; serta menghindari tindakan yang tidak perlu (misalkan pemberian obat atau zat-zat yang bisa menimbulkan traumatik). Pada fase kritis umumnya penderita tidak bisa makan dan minum karena tidak nafsu makan atau muntah-muntah. Jadi harus benar-benar dirawat.. Pada fase itu jumlah cairan juga tetap harus mencukupi agar terhindar dari risiko perdarahan. Jika penderita tidak dapat makan dan minum melalui mulut (apalagi terjadi syock), maka dokter biasanya akan mengindikasikan pemberian cairan infus.

Adapun pertanda dehidrasi berupa kulit, bibir dan lidah menjadi kering; tampak kehausan, sudah lama tidak buang air kecil, dan kelenturan kulit menurun, bila kulit dinding perut dicubit tidak bisa membal kembali. Adapun tanda-tanda kalau sudah terancam syock: nadi cepat namun melemah, berkeringat dan kulit dingin. Hal lain yang tak kalah penting dalam penanganan DBD adalah pemeriksaan darah di laboratorium medis. Ini penting untuk mengetahui terjadinya kebocoran plasma darah. Selama ini yang sering disebut-sebut dalam DBD adalah penurunan kadar trombosit. Padahal, penderita juga mengalami


(17)

penurunan jumlah sel darah putih. Jadi untuk mengetahui kebocoran plasma, pemeriksaan darah harus dilakukan dengan lengkap

2.1.4. Pengetahuan tentang Pencegahan DBD 1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah oleh seseorang. Pengetahuan termasuk sebuah ilmu, tetapi tidak dibatasi pada berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.

Tingkat pengetahuan manusia, jika dilihat dari sudut jasmani-inderawi, biasanya berupa pengalaman dan pengenalan manusia yang disebut konkret, maksudnya terikat pada tempat dan waktu tertentu. Namun berkat ingatan inderawi dan kemampuannya mengadakan perbandingan, kekhususan manusia yang lebih lanjut ialah bahwa dalam pengetahuannya-Ia dapat melepaskan diri dari keadaan kini dan di sini. Pengalamannya, yaitu menarik sesuatu yang umum dari pengetahuan konkret yang mendahuluinya. Pengetahuan itu diberi nama abstraksi dan hasilnya ialah pengetahuan abstrak.


(18)

2. Pencegahan

Pencegahan merupakan segala upaya yang dilakukan untuk menghindari suatu keadaan yang tidak disenangi, mengatasi masalah-masalah kesehatan dan sebagai upaya untuk menghindari rasa takut. Tindakan itu diucapkan dan dikerjakan, serta ditujukan ke dunia sekitar, dan ditangkap oleh dunia tersebut, yakni dunia manusia, dunia sesama manusia serta dunia manusia dan sekitarnya. Dengan demikian gejala pencegahan sebagai tindakan terhadap keadaan yang tidak menguntungkan dengan harapan keadan yang tidak menguntungkan tersebut tidak muncul atau bahkan hilang dari dunia sekitar.

Proses ini menjadi jelas dalam upaya setiap tindakan untuk menyusun beberapa model. Model tersebut bermaksud menghadirkan pencegahan secara umum maupun pencegahan secara ilmiah. Ada dua macam pencegahan yang pada dasarnya saling melengkapi yaitu:

a. Pencegahan akan semakin mendekati apa yang menjadi objek ilmiah, mendekati objek ilmiah tersebut ataupun mau merubah objek yang secara ilmiah tertuju kepadanya. Agar pencegahan itu semakin berhasil, si peneliti membuat/menerangkan suatu model yang nyata. Seringkali model itu sangat memperkecil ukuran kenyataan tertentu dan seringkali juga sangat memperbesar kenyataan tertentu lain yang adanya diandaikan. Dan upaya ini selalu dilakukan dengan amat menyederhanakan kenyataan yang dihadapi. Yang diharapkan ialah suatu keadaan yang berdasarkan pencegahan.

b. Pencegahan akan semakin tertuju pada apa yang menjadi objek ilmiah, seolah hendak merusak/menghancurkan susunan objek yang dicegah sedalam-dalamnya. Dengan begitu, diharapkan akan didapatkan suatu perubahan keadaan yang semakin membaik/memburuk.


(19)

2.2. Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.2.1. Pengendalian Lingkungan

Kecenderungan penyebaran penyakit DBD berkaitan erat dengan semakin meningkatnya kepadatan, sanitasi lingkungan yang buruk serta mobilitas penduduk yang tinggi, baik yang menggunakan sarana transportasi di dalam kota maupun antar daerah. Disamping itu banyaknya pembangunan perumahan baru juga memberikan tempat bagi berkembang biaknya nyamuk aedes.aegypti. Hasil survey yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan di 9 kota, menunjukkan bahwa nyamuk aedes aegypti ditemukan pada satu diantara tiga rumah atau tempat umum yang diperiksa. Tempat perindukan nyamuk ini yang paling potensial adalah tempat penampungan air seperti bak mandi/WC, tempayan, drum dan kaleng-kaleng bekas yang tidak terpakai.

Dalam pemberantasan penyakit DBD yang dilakukan oleh pemerintah saat ini adalah dengan cara membuat strata desa yaitu desa endemis dan non-endemis, intervensi yang dilakukan sesuai dengan strata tersebut. Untuk desa endemis, diadakan penyuluhan untuk masyarakat dengan pembentukan kader, pertemuan lintas sektoral dan juga pemutaran film. Untuk desa nonendemis, kegiatan yang dilakukan adalah pengamatan penderita dan partisipasi masyarakat dalam PSN yang merupakan kegiatan yang sangat murah sambil membudayakan hidup bersih.

2.2.2. Pengendalian Biologis

Karena upaya pengendalian DBD yang belum memberikan hasil memadai, maka diperlukan cara lain untuk membantu program pemberantasan vektor DBD, antara lain dengan Teknik Jantan Mandul yang lebih dikenal dengan Teknik Serangga Mandul (TSM), yaitu suatu teknik pengendalian vektor


(20)

yang potensial, ramah lingkungan, efektif, spesies spesifik dan kompatibel dengan teknik lain. Prinsip dasar TSM sangat sederhana, yaitu membunuh serangga dengan serangga itu sendiri (autocidal technique). Teknik ini meliputi iradiasi terhadap koloni serangga vektor pada berbagai stadium dan kemudian secara periodik dilepas kelapangan (lingkungan) atau lokasi yang diperkirakan serangga vektor cukup potensial,tingkat kebolehjadian teknik ini dari perkawinan antara serangga mandul dan serangga fertil menjadi makin besar dari generasi pertama ke generasi berikutnya. Hal ini berakibat makin menurunnya persentase fertilitas populasi serangga di lapangan yang secara teoritis terjadi pada generasi ke-4 atau ke-5 menjadi titik terendah dimana populasi serangga menjadi nol. TJM atau Teknik Jantan Mandul merupakan teknik pemberantasan serangga dengan jalan memandulkan serangga jantan. Kemandulan adalah ketidakmampuan suatu organisme untuk menghasilkan keturunan. Gejala kemandulan akibat radiasi pada nyamuk jantan disebabkan karena terjadinya aspermia, inaktivasi sperma, mutasi letal dominan dan ketidakmampuan kawin. Dasar teorinya adalah bila serangga betina hanya kawin satu kali dalam perkawinan tersebut dengan serangga jantan yang mandul, maka keturunan tidak akan terbentuk. Serangga jantan mandul dilepas di lapangan dengan harapan bisa bersaing dengan jantan normal alam dalam berkopulasi dengan serangga betina. Serangga betina yang telah berkopulasi dengan jantan mandul dapat bertelur, tetapi telurnya tidak dapat menetas. Apabila pelepasan serangga jantan mandul dilakukan secara terus menerus, maka populasi serangga dilokasi pelepasan menjadi sangat rendah. Dalam perkembangan selanjutnya TJM ini dikenal sebagai TSM karena berdasarkan pelaksanaan praktis untuk memisahkan serangga vektor jantan dan betina yang akan diradiasi tidaklah mudah, sehingga serangga mandul


(21)

yang diradiasi dan dilepas di lapangan tidak hanya jantan tetapi juga betina. Dengan pelepasan serangga betina mandul bersama-sama jantan mandul, maka diharapkan bahwa kemungkinan terjadinya perkawinan antara jantan fertil dengan betina fertil berkurang. Pelaksanaan TSM dapat dilakukan dengan 2 metoda yaitu:

1. Metoda yang meliputi pembiakan masal dilaboratorium, pemandulan dan pelepasan serangga mandul ke lapangan.

2. Metoda pemandulan langsung terhadap serangga lapangan.

2.2.3. Pengendalian Kimiawi

Selain fogging dan abatisasi, efektivitas Bacillus thuringiensis H-14 galur lokal formulasi bubuk telah dilakukan terhadap jentik Aedes aegypti pada berbagai tipe penampungan air (TPA), yaitu drum (metal), bak mandi, gentong (tempayan) dan TPA lain terbuat dari bahan plastik. Penebaran B. thuringiensis H-14 galur lokal formulasi bubuk 0,1 mg untuk TPA dengan volume air 20 liter dilakukan tiga kali penebaran dengan interval waktu 2 minggu. Efektivitas B. thuringiensis H-14 galur lokal formulasi bubuk terhadap jentik Aedes aegypti pada berbagai TPA berlangsung 2 minggu. Penurunan jumlah TPA positif mengandung jentik Aedes aegypti sebesar 78,0 – 100% dan toksisitas residual B. thuringiensis H-14 galur lokal formulasi bubuk terhadap jentik B, thuringiensis H-14 galur lokal lebih besar 80% (87,40 - 100%) masing-masing setelah penebaran B. thuringiensis H-14 galur lokal I, II dan III pada evaluasi hari ke-14. Bacillus thuringiensis H-14 galur lokal formulasi bubuk dapat digunakan sebagai agen pengendali vektor.


(22)

Selain itu dengan teknik radiasi, pengendalian nyamuk vektor dapat dilakukan dengan cara radiasi ionisasi yang dikenakan pada salah satu stadium perkembangannya. Radiasi untuk pemandulan ini dapat menggunakan sinar gamma, sinar X atau neutron, namun dari ketiga sinar tersebut yang umum digunakan adalah sinar gamma. Sinar gamma dapat berasal dari Cobalt-60 yang mempunyai waktu paruh 3,5 tahun atau cesium-137 dengan waktu paruh 30 tahun. Untuk mendapatkan vektor mandul dengan radiasi secara teoritis dapat dilakukan pada stadium telur, larva, pupa atau dewasa. Hasil optimum dapat diperoleh dengan memilih stadium yang paling tepat untuk diradiasi. Stadium pupa merupakan stadium perkembangan dimana terjadi transformasi/perkembangan organ muda menjadi organ dewasa. Pada stadium ini umumnya spermatogenesis dan oogenesis sedang berlangsung, sehingga dengan radiasi dosis rendah (65-70 Gy) sudah dapat menimbulkan kemandulan. Dari hasil penelitian Yan Danielle tahun 2005 menunjukkan bahwa pada dosis 65 Gy yang dilakukan pada stadium pupa nyamuk aedes aegypti sudah bisa memandulkan 98,53% dan 100% dengan radiasi 70 Gy. Umur pupa pada saat diradiasi memiliki kepekaan yang berbeda-beda, semakin tua, kepekaannya terhadap radiasi akan semakin menurun. Radiasi ionisasi secara umum dapat menimbulkan berbagai akibat terhadap nyamuk vektor, baik kelainan morfologis maupun kerusakan genetis. Derajat kelainan atau kerusakan yang terjadi akibat radiasi ionisasi tergantung kepada berbagai faktor yaitu faktor teknik radiasi (macam sinar, cara pemberian dosis dan laju dosis), faktor lingkungan (suhu, atmosfir dan faktor biologi) (perbedaan spesies dan variasi sel/jaringan).


(23)

Gejala-gejala kemandulan akibat radiasi pada vektor jantan disebabkan karena terjadinya aspermia, inaktivasi sperma, mutasi letal dominan dan ketidakmampuan kawin. Selain digunakan dalam pemandulan vektor, teknik nuklir juga bisa digunakan sebagai penanda vektor. Karena radioisotop (seperti P32) dapat memancarkan sinar radioaktif, sehingga dipakai sebagai penanda keberadaan nyamuk aedes aegypti di lapangan. Penandaan vektor dianggap penting terutama untuk mempelajari bionomik (interaksi organisme dengan lingkungan) nyamuk di lapangan, seperti mempelajari jarak terbang, pola pemencaran, umur nyamuk, pemilihan hospes, siklus gonotrofi (siklus pematangan sel gamet) dan aspek bionomik yang lain. Dengan demikian penandaan nyamuk aedes aegypti dengan radioisotop dianggap sebagai cara penandaan paling tepat dan mudah, untuk mempelajari penyebaran dan jarak terbang nyamuk. Data ini sangat berguna untuk menunjang keberhasilan TSM dan penerapanya di lapangan. (Depkes, 1997).

2.3. Dampak Demam Berdarah Dengue (DBD)

Faktor fisiologis yang menjadi dampak DBD adalah rusaknya komposisi darah dan keinefektifan sel-sel pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya perdarahan, dehidrasi dan terjadi renjatan/syok. Pada faktor psikologis, DBD mengakibatkan rasa cemas penderita meningkat akibat gejala-gejala yang timbul. Wabah DBD menimbulkan rasa panik yang luar biasa pada masyarakat sehingga partisipasi yang pada awalnya rendah, konstan meningkat untuk mencegah terjadinya masalah yang lebih besar (Tantono, 1999 dalam Umami, 2001).


(24)

2.4. Hubungan Pengetahuan dan Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD)

Pemberantasan dan pencegahan kasus DBD di masyarakat memerlukan perhatian dari petugas kesehatan dan juga peran serta masyarakat. Pelaksanaan program penanggulangan DBD sesuai dengan kebijakan Pemerintah akan sangat mempengaruhi penanggulangan dan pencegahan penyakit DBD.(Danim. S, 2003 dalam Rika,2007).


(25)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan konsep-konsep yang ingin diamati/dilakukan melalui penelitian yang dilakukan. Adapun kerangka dalam penelitian ini dibuat berdasarkan teori/konsep dalam Depkes RI (1994) yang menggambarkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang Demam Berdarah Dengue (DBD) serta upaya-upaya pencegahan penyebaran penyakit DBD di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil. Menurut Depkes, 1991 dalam Soetopo, 2007 Pencegahan DBD tergantung dari pengendalian vektornya dengan upaya pengendalian lingkungan, pengendalian biologis dan pengendalian kimiawi.

3.2 Definisi Konseptual

Pengendalian adalah suatu usaha untuk mengekang suatu hal dengan pengaturan sumber daya, agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan cara membandingkan antara usaha dengan suatu standar tertentu yang telah ditetapkan. Upaya-upaya yang dapat dilakukan adalah pengendalian lingkungan, pengendalian biologis dan pengendalian kimiawi yang Penulis sajikan berikut ini.

Masyarakat Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten

Aceh Singkil

Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) :

1. Pengendalian Lingkungan. 2. Pengendalian Biologis. 3. Pengendalian Kimiawi.


(26)

3.2.1. Pengendalian Lingkungan

Pengendalian lingkungan adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam merubah lingkungan sebagai upaya pencegahan terjadinya wabah penyakit. Dalam kasus wabah DBD, tindakan-tindakan yang dilakukan adalah mengelola lingkungan yang berpotensi untuk tempat perkembangbiakan nyamuk, sehingga nyamuk-nyamuk tersebut sulit untuk berkembangbiak.

3.2.2. Pengendalian Biologis

Pengendalian secara biologis yakni berupa intervensi yang dilakukan dengan memanfaatkan musuh-musuh (predator) nyamuk yang ada di alam seperti ikan kepala timah ikan adu/ikan cupang dan goppy. Ikan-ikan yang sengaja dipelihara akan memangsa telur dan jentik nyamuk sehingga kesempatan untuk berkembangbiak menjadi sangat kecil sekali.

3.2.3. Pengendalian Kimiawi

Pengendalian kimiawi merupakan pengendalian vektor dengan menggunakan bahan-kimia/teknik-teknik kimia yang untuk mengurangi bahkan menghilangkan siklus perkembangan nyamuk pembawa virus tersebut. Penggunaan bahan-bahan kimia ini dimaksudkan untuk meracuni telur, jentik serta nyamuk itu sendiri dengan menggunakan zat yang aman bagi manusia.


(27)

3.3 Definisi Operasional

3.3.1. Pengendalian Lingkungan

Pengendalian Lingkungan pada prinsipnya pengelolaan lingkungan ini adalah mengusahakan agar kondisi lingkungan tidak/kurang disenangi oleh nyamuk, sehingga umur nyamuk berkurang dan tidak mempunyai kesempatan untuk berkembang biak atau mengusahakan agar hubungan nyamuk dan manusia berkurang. Usaha ini dapat dilakukan dengan cara menambah pencahayaan ruangan dalam rumah, lubang ventilasi, mengurangi tanaman perdu, tidak membiasakan menggantungkan pakaian di kamar serta pengendalian terhadap nyamuk pradewasa. Pengelolaan lingkungan tempat perindukan ini adalah usaha untuk menghalangi nyamuk meletakkan telurnya atau menghalangi proses perkembangbiakan nyamuk.

3.3.2. Pengendalian Biologis

Pengendalian biologis untuk pencegahan DBD dilakukan dengan memelihara predator/ikan pemangsa telur/jentik nyamuk. Dasar dari penggunaan predator nyamuk ini adalah ketika nyamuk pembawa virus bertelur di penampungan air, maka jentik yang dihasilkan tidak akan sempat untuk tumbuh menjadi nyamuk, karena langsung dimakan oleh predator-predator tersebut..


(28)

Tindakan yang dilakukan dalam pengendalian kimiawi untuk pencegahan DBD meliputi fogging focus, yaitu dengan menjalankan program pengasapan pada tempat-tempat yang berpotensi besar untuk terjadinya perkembangbiakan nyamuk, dan abatisasi selektif, yaitu menaburkan bubuk abate yang didapatkan dari petugas kesehatan, pada tempat penampungan air mandi yang bertujuan agar telur nyamuk pembawa virus yang terdapat didalam air tidak sempat menetas dan langsung mati.

Penaburan bubuk abate ini dilakukan secara rutin dengan pengaturan waktu tertentu, sehingga memperkecil kesempatan nyamuk untuk berkembangbiak.


(29)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil.

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian 4.2.1 Populasi

Target populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil yang berjumlah 420 Kepala keluarga.

4.2.2 Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 42 Kepala Keluarga yaitu anggota masyarakat yang beresiko terjangkit DBD. Sampel yang diambil sebanyak 10 % dari total populasi anggota masyarakat yang pada saat dilakukan penelitian, memiliki resiko yang sama untuk menderita Demam Berdarah Dengue (DBD). Hal ini dilakukan sesuai dengan teori Arikunto dalam Proposal Penelitian. Jika jumlah populasi kurang dari 100, maka seluruhnya dapat dijadikan sampel penelitian dan jika jumlah populasi lebih dari 100 maka sampel dapat diambil sebesar 10-15% sampai 20-25%.


(30)

4.3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah random sampling, dimana pengambilan sampel sebagai responden dilakukan dengan cara penomoran pada setiap Kepala Keluarga yang kemudian nomor-nomor tersebut dibuat dalam bentuk gulungan-gulungan kertas yang diambil secara acak. Nomor yang diambil oleh peneliti secara acak yang kemudian akan menjadi sampel penelitian.

4.4.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil. Adapun penentuan Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil sebagai lokasi penelitian adalah karena tingginya angka penderita DBD pada akhir tahun 2008 menurut data yang diperoleh dari Puskesmas dan belum pernah ada penelitian mengenai tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pencegahan DBD di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil.

4.5. Pertimbangan Etik

Karena peneliti menggunakan manusia sebagai subjek penelitian, maka sebagai manusia harus dilindungi privasinya dengan memperlihatkan prinsip-prinsip pertimbangan etik yaitu: responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah dia bersedia untuk menjadi subjek penelitian atau tidak tanpa sanksi apapun, dalam hal ini peneliti juga harus memberikan penjelasan dan informasi secara lengkap dan terinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada responden berkaitan dengan kegiatan penelitian maupun hasil penelitian yang dilakukan dan memperlakukan responden secara baik sebelum, selama dan


(31)

sesudah penelitian serta tidak mendiskriminasi responden jika tidak bersedia atau menolak untuk melanjutkan menjadi subjek penelitian.

Responden juga berhak untuk meminta data yang diberikan harus dirahasiakan untuk itu perlu adanya anonymity (tanpa nama) dan confidentiality (kerahasiaan).

4.6 Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan lembaran kuesioner yang disusun secara terstruktur dan harus dijawab responden. Instrumen ini terdiri dari dua bagian yaitu data demografi dan kuesioner tentang tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan DBD di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil.

Bagian pertama adalah instrumen tentang data demografi meliputi kode pada nama atau inisial, umur, jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan. Bagian kedua berupa kuesioner dalam bentuk skala dikotomi yang berisi 15 pertanyaan, pertanyaan 1-5 untuk menilai pengetahuan masyarakat tentang pencegahan DBD, no 6-10 untuk menilai ketertarikan masyarakat terhadap penyuluhan dan no 11-15 mengidentifikasi kegiatan yang dilakukan. Pilihan jawaban yaitu selalu (SL) bernilai 3, jawaban Kadang-kadang (KD) bernilai 2 dan Tidak Pernah (TP) bernilai 1. Nilai terendah yang mungkin dicapai adalah 15 dan nilai tertinggi adalah 45 dengan kategori Baik bernilai 31-45, kategori cukup bernilai 16-30 dan kategori kurang bernilai 1-15.


(32)

Skala pengukuran yang digunakan untuk interval dengan menggunakan rumus (Sujana, 1992):

Berdasarkan rumus statistik p Re tann g banyakkelas

= dimana p merupakan panjang kelas dan rentang adalah nilai tertinggi dikurangi nilai terendah (Sujana, 1992), Bentuk pertanyaan merupakan pertanyaan tertutup terstruktur dengan menggunakan skala Likert, maka tingkat pengetahuan penduduk dikategorikan baik bila skor berada diantara nilai 31-45, sedangkan untuk tingkat pengetahuan cukup bila bernilai 16-30 dan dikategorikan kurang jika bernilai 1-15.

4.7. Uji Validitas

Pengujian validitas instrument ini akan dirujuk kepada ahli yang akan menguji kevalidan instrument yang telah dibuat peneliti. Selain itu peneliti juga melakukan uji validitas dengan menggunakan Rumus Pearson Product Moment. Hasil dari uji validitas tersebut didapatkan bahwa seluruh pertanyaan/pernyataan valid dan mampu mengukur tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD). Pengujian validitas ini dilakukan dengan melakukan uji coba kuesioner kepada 10 (sepuluh) orang anggota masyarakat diluar sampel penelitian yang berasal dari seluruh desa yang menjadi bagian dari wilayah Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil dan diambil secara acak . Dalam pengujian validitas ini, koefisien korelasi momen-produk Pearson

(ρ atau r) digunakan sebagai batas valid atau tidaknya sebuah item (butir). Karena


(33)

mengikuti prinsip skala Likert (Likert Summated Ratings), maka sebuah item dianggap valid jika koefisien hubungan item tersebut dengan total keseluruhan item yang kemudian Peneliti notasikan sebagai R lebih besar atau sama dengan R dalam Tabel r (R r). Pada taraf nyata, batas validitas butir Peneliti adalah 0.361.

4.8. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjukkan pada pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2002). Uji reliabilitas ini menggunakan Cronbach alpha karena peneliti memiliki instrument kuesioner dengaan jumlah pertanyaan ganjil dengan hasil koefisien reliabilitas 0,80. Imam Ghozali (1995) mengatakan, bahwa suatu instrument akan memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika memiliki nilai reliabilitas > 0,60.

Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan mengambil kembali 10 (sepuluh) orang anggota masyarakat yang menjadi sampel pada uji validitas pada hari yang selanjutnya. Instrumen penelitian (kuesioner) kemudian dibagikan kembali kepada responden untuk dijawab dengan menceklis dibagian tabel sesuai dengan situasi dan kondisi responden pada saat itu.


(34)

4.9Pengumpulan Data

Ada beberapa prosedur yang dilaksanakan dalam pengumpulan data yaitu: Pertama ada rekomendasi dari bagian pendidikan FAKULTAS KEPERAWATAN USU dan mengajukan permohonan izin kepada Camat Gunung Meriah, Kepala Puskesmas Kecamatan Gunung Meriah. Setelah peneliti memperoleh data dari Kantor Kecamatan Gunung Meriah.

Peneliti juga melakukan pendekatan dengan calon responden dan menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian. Peneliti menanyakan kesediaan responden untuk menjadi subjek dalam penelitian dan bila responden bersedia maka peneliti mempersilahkan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti dalam bentuk kuesioner dengan waktu paling lama 20 menit. Setelah itu peneliti akan membagikan kuesioner kepada responden dan menunggu sampai kuesioner-kuesioner tersebut selesai diisi oleh responden. Kemudian peneliti memeriksa kelengkapan kuesioner yang diberikan kepada responden. Bila semua data yang dibutuhkan peneliti telah dikumpulkan, selanjutnya peneliti akan menganalisa data.


(35)

4.10 Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu editing yaitu memeriksa nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, kemudian coding yaitu memberi kode berupa angka pada setiap kuesioner untuk memudahkan peneliti saat tabulasi dan analisa, selanjutnya adalah processing yaitu menggunakan rumus Pearson Product Moment yang kemudian dilanjutkan dengan mencari nilai Cronbach Alpha yang dilanjutkan dengan tahapan cleaning yaitu memeriksa kembali data untuk mengetahui apakah ada kesalahan atau tidak. Untuk mendeskripsikan data demografi, tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan DBD di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil dilakukan penghitungan frekuensi dan persentase. Hasil penelitian ini ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.


(36)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Pada Bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan DBD di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil. Penelitian ini telah dilakukan mulai dari tanggal 25-29 Nopember 2009.

Selain menjawab pertanyaan penelitian mengenai tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan DBD, dalam bab ini juga dijabarkan deskripsi karakteristik responden mengenai masyarakat Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil.

5.1.1. Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini merupakan kepala keluarga atau anggota masyarakat yang bertempat tinggal di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil yang berjumlah 42 responden. Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil tentang karakteristik responden yaitu responden berusia antara 24-30 tahun 13 orang (30.9%), usia antara 31-37 tahun 7 orang (16.7%), usia antara 38-44 tahun 5 orang (11.9%), usia antara 45-51 tahun 9 orang (21.4%), dan responden yang berusia antara 52-58 tahun 8 orang (19,1%),

Mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki (65%) dengan pendidikan terbanyak adalah SMP (35,7%). Berdasarkan jenis pekerjaan diketahui bahwa kebanyakan responden merupakan petani. Hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan tentang pencegahan DBD dapat dilihat pada tabel berikut :


(37)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Masyarakat Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil (n=42)

No Karakteristik Frekuensi Persentase

1 Umur

24-30 13 30.9

31-37 7 16.7

38-44 5 11.9

45-51 9 21.4

52-58 8 19.1

2 Jenis Kelamin

Laki-laki 27 65

Perempuan 15 35

3 Pendidikan

SD 20 47.6

SMP 15 35.7

SMA 7 16.7

4 Pekerjaan

Petani 10 23.8

Buruh 15 35.8

IRT 17 40.47

5.1.2. Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Pencegahan DBD

Untuk mengeksplorasi tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil terdapat 15 (Lima Belas) pertanyaan/pernyataan tentang pengendalian lingkungan, pengendalian Biologis dan pengendalian kimiawi yang dituangkan kedalam kuesioner.


(38)

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Pencegahan DBD

No Pertanyaan/Pernyataan

Tidak Pernah N (%) Kadang Kadang N (%) Selalu N (%) 1 2. 3 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

Apakah Anda pernah tahu tentang pengendalian lingkungan untuk mencegah DBD.

Apakah Anda dan keluarga pernah melakukan pembersihan lingkungan sekitar rumah.

Apakah Anda dan keluarga dan keluarga pernah melakukan pembersihan lingkungan rumah secara rutin.

Saya dan keluarga memasang jaring kawat pada sela pintu dan jendela.

Saya dan keluarga secara rutin membersihkan tempat-tempat penampungan air.

Pernahkah Anda mengetahui teknik pencegahan DBD secara biologis.

Pernahkah Anda dan keluarga melakukan pencegahan DBD secara biologis.

Saya dan keluarga memelihara ikan cupang/goppy sebagai predator nyamuk aedes aegypti.

Saya dan keluarga secara rutin memelihara dan memeriksa ikan tersebut.

Di lingkungan desa kami ada perlombaan koleksi ikan cupang/goppy.

Apakah Anda dan keluarga pernah tahu tentang teknik pencegahan DBD secara kimiawi.

Pernahkah petugas kesehatan di lingkungan desa anda mensosialisasikan pencegahan DBD secara kimiawi.

Apakah sosialisasi pencegahan DBD secara kimiawi rutin dilakukan

Apakah ada kegiatan fogging di lingkungan Anda.

Saya dan keluarga secara rutin menaburkan bubuk abate di bak mandi.

35 (83.3) 15 (35.7) 35 (83.3) 25 (59.5) 37 (88) 42 (100) 30 (71.4) 31 (73.8) 42 (100) 42 (100) 42 (100) 42 (100) 42 (100) 30 (71.4) 42 (100) 3 (7.1) 18 (42.8) 5 (11.9) 10 (23.8) 3 (7.1) 0 9 (21.4) 9 (21.4) 0 0 0 0 0 10 (23.8) 0 4 (9.5) 10 (23.8) 2 (4.7) 7 (16.6) 2 (4.7) 0 3 (7.1) 2 (4.7) 0 0 0 0 0 2 (4.7) 0


(39)

Pada tabel 5.2 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil masih kurang dengan pertaanyaan/pernyataan tidak pernah mengetahui pengendalian lingkungan (83.3%), kadang-kadang membersihkan halaman rumah (42.8%), membersihkan halaman rumah secara rutin (83.3%), memasang jaring kawat pada sela pintu dan jendela (59.5%) dan tidak pernah membersihkan tempat-tempat penampungan air (88%).

Tidak banyak Masyarakat yang mengetahui pengendalian biologis (100%), tidak pernah melakukan tindakan tersebut (71.4%), tidak memelihara ikan cupang/goppy sebagai predator nyamuk Aedes Aegypti (73.8%), tidak pernah ada kegiatan rutin di dalam keluarga untuk memelihara dan memeriksa ikan cupang/goppy tersebut (100%) serta tidak pernah ada perlombaan ikan cupang/goppy di lingkungan (100%).

Masyarakat tidak mengetahui teknik pengendalian secara kimiawi (100%), petugas kesehatan tidak pernah mensosialisasikan hal tersebut (100%) dan tidak ada kegiatan rutin untuk sosialisasi (100%), tidak ada kegiatan fogging (71.4%) serta masyarakat tidak menaburkan bubuk abate di bak air mandi (100%).

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi kategori Pengetahuan Masyarakat No Tingkat PengetahuanMasyarakat Frekuensi (n) Persentase 1.

2. 3.

Baik Cukup Kurang

8 9 25

19.4 21.4 59.5


(40)

5.2. Pembahasan

Dalam pembahasan ini Peneliti akan memaparkan jawaban dari pertanyaan penelitian, yaitu bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil. Berdasarkan dari jawaban responden, diketahui bahwa pengetahuan masyarakat tentang pencegahan DBD di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil masih sangat kurang (59.5%).

Berdasarkan hasill penelitian, pendidikan mayoritas responden adalah SD (47.6%), SMP (35.7%) dan SMA (16.7%). Muzaham (1995) menyatakan bahwa pendidikan formal biasanya akan memberikan kemampuan kepada seseorang untuk berfikir rasional dan objektif dalam menghadapi masalah hidup dan akan berdampak timbulnya suatu proses pengembangan atau pematangan hidup pribadi. Semakin tinggi tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan semakin tinggi pula tingkat pengetahuan seseorang. Jika pendidikan rendah, maka pengetahuan tentang kesehatan cenderung kurang terutama kemampuan hidup sehat untuk diri sendiri.(Resti,2005). Oleh sebab itu, dari hasil penelitian diketahui bahwa tingkat pengetahuan masih cukup rendah.

Menurut Kar (1983) prilaku kesehatan seseorang atau masyarakat ditentukan oleh niat orang terhadap objek kesehatan, ada atau tidaknya dukungan dari masyarakat sekitarnya, ada atau tidaknya informasi kesehatan, kebebasan dari Individu/masyarakat untuk mengambil keputusan/bertindak. Dalam hal ini keluarga di Desa Suka Makmur belum menyadari dan belum bisa mengatasi bahaya penyakit DBD, dimana hasil penelitian, responden tidak pernah


(41)

menaburkan bubuk abate kedalam bak air mandi karena sosialisasi tentang pencegahan DBD secara kimiawi tidak pernah didapatkan responden (100%) yang berarti tidak pernah disosialisasikan oleh tenaga kesehatan disekitar, selain itu responden juga tidak memelihara ikan cupang/goppy secara khusus sebagai predator nyamuk (73.8 %).

Pencegahan penyakit DBD yang dilakukan dengan teknik pengendalian lingkungan, pengendalian biologis, dan pengendalian kimiawi merupakan langkah-langkah yang paling efektif (Depkes, 2005). Maka seharusnya masyarakat mengetahui teknik pengendalian tersebut, sehingga dapat mengurangi angka penderita DBD. Dari hasil penelitian, tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan DBD masih sangat rendah, hal ini dapat dilihat dari jawaban responden di dalam kuesioner yang mengatakan bahwa responden tidak mengerti tentang pengendalian lingkungan (83.3%), melakukan pembersihan lingkungan rumah secara rutin sangat jarang (83.3%), hampir tidak pernah membersihkan tempat-tempat penampungan air (88%), masyarakat tidak mengerti teknik pencegahan DBD secara biologis (100%), tidak pernah melakukan pencegahan secara biologis (71.4%) dan tidak pernah tahu pencegahan secara kimiawi (100%) karena petugas kesehatan tidak pernah melakukan sosialisasi tersebut (100%).

Dari tabel distribusi frekuensi tingkat pengetahuan masyarakat diketahui bahwa tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan DBD mayoritas masih kurang (59.5%), tingkat pengetahuan yang cukup (21.4%) sedangkan tingkat pengetahuan masyarakat yang baik (19.4%).


(42)

BAB 6

KESIMPULAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat dikategorikan masih kurang (59.5%), dengan pertaanyaan/pernyataan tidak pernah mengetahui pengendalian lingkungan (83.3%), kadang-kadang membersihkan halaman rumah (42.8%), membersihkan halaman rumah secara rutin (83.3%), memasang jaring kawat pada sela pintu dan jendela (59.5%) dan tidak pernah membersihkan tempat-tempat penampungan air (88%).

Tidak banyak Masyarakat yang mengetahui pengendalian biologis (100%), tidak pernah melakukan tindakan tersebut (71.4%), tidak memelihara ikan cupang/goppy sebagai predator nyamuk Aedes Aegypti (73.8%), tidak pernah ada kegiatan rutin di dalam keluarga untuk memelihara dan memeriksa ikan cupang/goppy tersebut (100%) serta tidak pernah ada perlombaan ikan cupang/goppy di lingkungan (100%).

Masyarakat tidak mengetahui teknik pengendalian secara kimiawi (100%), petugas kesehatan tidak pernah mensosialisasikan hal tersebut (100%) dan tidak ada kegiatan rutin untuk sosialisasi (100%), tidak ada kegiatan fogging (71.4%) serta masyarakat tidak menaburkan bubuk abate di bak air mandi (100%).


(43)

6.2. Saran

6.2.1. Untuk Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai gambaran bahwa tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Gunung Meriah masih sangat kurang, sehingga perlu dilakukan sosialisasi, penyuluhan rutin dan kerja sama dengan masyarakat dalam rangka pencegahan penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

6.2.2. Untuk penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) masih kurang, sehingga peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan tingkat pengetahuan terhadap pencegahan DBD perlu mengidentifikasi tindakan-tindakan yang dapat dilakukan masyarakat dalam pencegahan DBD di lingkungan.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta.

Effendi. (1995). Pengelolaan Wabah DBD. Jakarta: EGC

Effendi.(1992) dalam Riswanto (2003), pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan DBD. Banda Aceh : Kafilah Ilmu.

Hadinegoro. (1999). Manifestasi Program pencegahan DBD. Jakarta: Pustaka Jati Luhur.

Nanda Febriansyah. (2008). Meningkatkan upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue. http://digilib.litbang.depkes.go.id.gdl.php?mod. Dibuka pada 15 Maret 2009.

Brunner & Suddarth. (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi VIII. Jakarta: EGC.

Gafar, L.O.J. (1999). Pengantar Keperawatan Propesional. Jakata: EGC

Soetopo. (2007). Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD). http://perawat2009.blogspot.com/skripsi=pencegahan+pasien@Perawat. Dibuka 03 Maret 2009.

Hidayat, A. A. (2004). Konsep Dasar Keperawatan. Edisi III. Jakarta: Salemba Medika.

Huber, Drane. (2000). Dengue Haemorrhagic Fever and Nursing Care Management. (4th edition) Philadelphia: W.B. Sauders CO.

Nadesul . (2009).Masalah-masalah yang menyulitkan pemberantasan DBD. http://rs-press.org//demam dengue-pasien+rs/layanan.html. Dibuka 03 Maret 2009.

Muninjaya, Gde, A. A. (2002). Manajemen Kesehatan. Edisi II. Jakarta: EGC. Lukman, A.R. (1991). Kualitas Pelayanan Keperawatan Penderita DBD di

RSU.Kayu Agung Jakarta Utara.


(45)

Soejono. (1991). Peran serta masyarakat dalam pencegahan Demam Berdarah Dengue. 03 Maret 2009.

Notoadmojo, S. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta : PT. Rhineka Cipta.

Nursalam. (2002). Manajemen Keperawatan (Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional). Jakarta: Salemba Medika.

Polit, D.F & Hungler, B.P. (1995). Nursing Research : Principles and Methods. (5th edition) Philophine. Philadelpia : Lipincott Company.

Pohan, I.P.(2004). Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta: EGC.

Ajeng. (1996). Pengelolaan komunitas. http://klinis.worldpress.com//s-masyarakat-. Dibuka 28 Februari 2009.

Depkes. (2004). Hubungan Promosi dengan Kejadian Luar Biasa DBD. .http://Risma&Dewi/Hub.+promosi.+kesehatan+penyakit wabah. Dibuka 28 Februari 2009.

UKS. (1996). Pengelolaan Pasien rawat Jalan demam berdarah dengue. http://Ryan/inf/12>mutu>kepuasan??pasien-perawat+file. Dibuka pada 14 Maret 2009.

Nadesul. (2008). Kompetensi perawatan dbd. http://yusuf/index/perawat-dbdi+News&file. Dibuka 28 Februari 2009.

Setiadi. (2007). Konsep Penulisan Riset Keperawatan. Edisi 1. Yogyakarta:Graha Ilmu.

Wahyuni, A.S. Buku Ajar Statistik; Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: EGC Wijono. (1999). Manajemen Mutu Kesehatan. Surabaya: Airlangga Press.

Wiki, S.R. (2008). Kepuasan Kerja Perawat Terhadap Kualitas Asuhan Keperawatan. http://wiki.blog/kepuasan?.kerja.+perawat>kualitas.+askep. Dibuka 10 Maret 2009.

Yoga, A. (2003). Manajemen Pelayanan DBD Rumah Sakit. Edisi: II. Jakarta. UI. Press.

Zaidin, H.A. (2001). Dasar-Dasar Keperawatan Propesional. Jakarta: Widya Medika.


(46)

Lampiran 1 No.Responden:………….

Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Pencegahan DBD Di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil

Saya yang bernama Syapriadi Rosa/081121002 mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “ Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Pencegahan DBD di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini akan bermanfaat untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan DBD di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil.

Untuk keperluan tersebut saya memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk menjadi responden dalam penelitian ini, dan saya mohon kesediaannya untuk memberikan jawaban berdasarkan kuesioner dengan jujur apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Bapak/Ibu/Saudara sekalian.

Terima kasih saya ucapkan atas partisipasi Bapak/Ibu/Saudara dalam penelitian ini.

Gunung Meriah, Juli 2009

Peneliti, Responden,


(47)

Lampiran 2

Kuesioner Penelitian

Tingkat Pengetahuan masyarakat tentang pencegahan DBD Di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil

Petunjuk I pengisian :

(a) Saudara/i diharapkan bersedia menjawab, semua pertanyaan yang diajukan peneliti berdasarkan uraian yang tertulis di lembar kuesioner ini.

(b) Jika kurang jelas silahkan bertanya kepada peneliti.

I. Data Demografi

1. Nama (Inisial) : ... 2. Jenis Kelamin : ...

3. Usia : …..

4. Pendidikan : ... 5. Pekerjaan : ... 6. Suku bangsa :

Pak-pak Jawa Melayu

Lainnya, sebutkan ...

7. Agama :

Islam Katolik Protestan Hindu Budha


(48)

II. Kepuasan Pasien Petunjuk II pengisian :

Gunakan tanda checklist ( ) jika jawaban anda: TP = Tidak Pernah

KD = Kadang-Kadang SL = Selalu

No Pertanyaan/Pernyataan Tidak

Pernah

Kadang-Kadang Selalu 1. 2. 3. 4. 5 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12 13. 14 15

Apakah Anda pernah tahu tentang pengendalian lingkungan untuk mencegah DBD.

Apakah Anda dan keluarga pernah melakukan pembersihan lingkungan sekitar rumah.

Apakah Anda dan keluarga dan keluarga pernah melakukan pembersihan lingkungan rumah secara rutin.

Saya dan keluarga memasang jaring kawat pada sela pintu dan jendela.

Saya dan keluarga secara rutin

membersihkan tempat-tempat penampungan air.

Pernahkah Anda mengetahui teknik pencegahan DBD secara biologis.

Pernahkah Anda dan keluarga melakukan pencegahan DBD secara biologis.

Saya dan keluarga memelihara ikan cupang/goppy sebagai predator nyamuk aedes aegypti.

Saya dan keluarga secara rutin memelihara dan memeriksa ikan tersebut.

Di lingkungan desa kami ada perlombaan koleksi ikan cupang/goppy.

Apakah Anda dan keluarga pernah tahu tentang teknik pencegahan DBD secara kimiawi.

Pernahkah petugas kesehatan di lingkungan desa anda mensosialisasikan pencegahan DBD secara kimiawi.

Apakah sosialisasi pencegahan DBD secara kimiawi rutin dilakukan

Apakah ada kegiatan fogging di lingkungan Anda.

Saya dan keluarga secara rutin menaburkan bubuk abate di bak mandi.


(49)

JADWAL PENELITIAN

No Kegiatan

Bulan

Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Mengajukan dan menetapkan judul

2 Menyusun dan mengajukan proposal 3 Sidang proposal penelitian

4 Pengumpulan data 5 Analisa data

6 Pembuatan laporan penelitian 7 Pengajuan sidang

8 Perbaikan dan penggandaan laporan 9 Pembuatan soft copy

Diketahui Oleh, Dosen Pembimbing


(50)

UJI VALIDITAS

NO RESPONDEN P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 ∑ Y Y"

1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 289

2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 289

3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 256

4 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 324

5 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 361

6 3 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 361

7 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 324

8 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 324

9 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 256

10 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 19 361

X 18 16 10 10 20 10 10 10 10 10 10 10 10 11 11 158 24964

X" 40 28 10 10 40 10 10 10 10 10 10 10 10 13 13

X^ 324 256 100 100 400 100 100 100 100 100 100 100 100 110 110

Jumlah

Responden 30

X^/10 32.4 25.6 10 10 40 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

ATAS 14.7 15.8 5 5 20 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

@ 0.49 0.5289 0.2456 0.42222 0.29889 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 12.303

Varian total 65.9


(51)

UJI RELIABILITAS

NO

RESPONDEN P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 ∑ Y Y"

1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 289

2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 289

3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 256

4 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 324

5 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 361

6 3 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 361

7 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 324

8 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 324

9 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 256

10 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 19 361

X 18 16 10 10 20 10 10 10 10 10 10 10 10 11 11

15 8

2496 4

X" 40 28 10 10 40 10 10 10 10 10 10 10 10 13 13

(X)" 324 256 100 100 200 100 100 100 100 100 100 100 100 110 150

XxY 306 272 160 180 380 190 190 190 190 180 190 180 180 176 209

R.Hitung 2.44 5 4.233 4 1.43 5 3.421 3 2.143 2 1.542 3 3.45 6 1.487 9 2.543 1 3.425 6 1.413 2 2.498 6 3.65 7 1.287 6 3.413 2 R.Tabel 0.36

1 0.361 0.36

1 0.361 0.361 0.361 0.36

1 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.36

1 0.361 0.361


(52)

TABULASI DATA

NO RESPONDEN P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15

1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

4 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

5 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

6 3 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

7 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

8 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

9 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

10 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2

11 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

12 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

13 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

14 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

15 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

16 3 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

17 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

18 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

19 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

20 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2

21 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

22 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

23 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

24 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

25 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

26 3 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1


(53)

NO RESPONDEN P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15

28 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

29 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

30 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2

31 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

32 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

33 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

34 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

35 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

36 3 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

37 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

38 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

39 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

40 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2

41 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1


(1)

II. Kepuasan Pasien

Petunjuk II pengisian :

Gunakan tanda checklist (

) jika jawaban anda:

TP = Tidak Pernah

KD = Kadang-Kadang

SL = Selalu

No

Pertanyaan/Pernyataan

Tidak

Pernah

Kadang-Kadang

Selalu

1.

2.

3.

4.

5

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12

13.

14

15

Apakah Anda pernah tahu tentang

pengendalian lingkungan untuk mencegah

DBD.

Apakah Anda dan keluarga pernah

melakukan pembersihan lingkungan sekitar

rumah.

Apakah Anda dan keluarga dan keluarga

pernah melakukan pembersihan lingkungan

rumah secara rutin.

Saya dan keluarga memasang jaring kawat

pada sela pintu dan jendela.

Saya dan keluarga secara rutin

membersihkan tempat-tempat penampungan

air.

Pernahkah Anda mengetahui teknik

pencegahan DBD secara biologis.

Pernahkah Anda dan keluarga melakukan

pencegahan DBD secara biologis.

Saya dan keluarga memelihara ikan

cupang/goppy sebagai predator nyamuk

aedes aegypti.

Saya dan keluarga secara rutin memelihara

dan memeriksa ikan tersebut.

Di lingkungan desa kami ada perlombaan

koleksi ikan cupang/goppy.

Apakah Anda dan keluarga pernah tahu

tentang teknik pencegahan DBD secara

kimiawi.

Pernahkah petugas kesehatan di lingkungan

desa anda mensosialisasikan pencegahan

DBD secara kimiawi.

Apakah sosialisasi pencegahan DBD secara

kimiawi rutin dilakukan

Apakah ada kegiatan fogging di lingkungan

Anda.

Saya dan keluarga secara rutin menaburkan

bubuk abate di bak mandi.


(2)

JADWAL PENELITIAN

No

Kegiatan

Bulan

Maret

April

Mei

Juni

Juli

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1 Mengajukan dan menetapkan judul

2 Menyusun dan mengajukan proposal

3 Sidang proposal penelitian

4 Pengumpulan data

5 Analisa data

6 Pembuatan laporan penelitian

7 Pengajuan sidang

8 Perbaikan dan penggandaan laporan

9 Pembuatan soft copy

Diketahui Oleh,

Dosen Pembimbing


(3)

UJI VALIDITAS

NO RESPONDEN P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 ∑ Y Y"

1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 289

2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 289

3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 256

4 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 324

5 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 361

6 3 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 361

7 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 324

8 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 324

9 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 256

10 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 19 361

X 18 16 10 10 20 10 10 10 10 10 10 10 10 11 11 158 24964

X" 40 28 10 10 40 10 10 10 10 10 10 10 10 13 13

X^ 324 256 100 100 400 100 100 100 100 100 100 100 100 110 110

Jumlah

Responden 30

X^/10 32.4 25.6 10 10 40 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

ATAS 14.7 15.8 5 5 20 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

@ 0.49 0.5289 0.2456 0.42222 0.29889 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 12.303

Varian total 65.9


(4)

UJI RELIABILITAS

NO

RESPONDEN P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15

Y Y"

1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 289

2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 289

3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 256

4 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 324

5 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 361

6 3 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 361

7 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 324

8 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 324

9 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 256

10 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 19 361

X 18 16 10 10 20 10 10 10 10 10 10 10 10 11 11

15 8

2496 4

X" 40 28 10 10 40 10 10 10 10 10 10 10 10 13 13

(X)" 324 256 100 100 200 100 100 100 100 100 100 100 100 110 150

XxY 306 272 160 180 380 190 190 190 190 180 190 180 180 176 209

R.Hitung 2.44 5 4.233 4 1.43 5 3.421 3 2.143 2 1.542 3 3.45 6 1.487 9 2.543 1 3.425 6 1.413 2 2.498 6 3.65 7 1.287 6 3.413 2 R.Tabel 0.36

1 0.361 0.36

1 0.361 0.361 0.361 0.36

1 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.36

1 0.361 0.361


(5)

TABULASI DATA

NO RESPONDEN P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15

1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

4 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

5 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

6 3 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

7 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

8 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

9 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

10 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2

11 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

12 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

13 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

14 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

15 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

16 3 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

17 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

18 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

19 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

20 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2

21 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

22 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

23 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

24 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

25 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

26 3 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1


(6)

NO RESPONDEN P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15

28 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

29 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

30 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2

31 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

32 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

33 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

34 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

35 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

36 3 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

37 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

38 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

39 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

40 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2

41 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1