2.2 Kerangka Pemikiran
H
1
: Pengaruh Teknologi Informasi terhadap Kepatuhan Pajak.
Menurut Siti Kurnia Rahayu 2010:109, modernisasi sistem perpajakan dilingkungan DJP bertujuan untuk menerapkan Good Governance dan pelayanan prima kepada masyarakat. Good
Governance, merupakan penerapan sistem administrasi perpajakan yang transparan dan akuntabel, dengan memanfaatkan sistem informasi teknologi yang handal dan terkini. Strategi
yang ditempuh adalah pemberian pelayanan prima sekaligus pengawasan intensif kepada para Wajib Pajak, selain itu untuk mencapai tingkat kepatuhan pajak yang tinggi. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Endah Palupi 2010 disebutkan bahwa Teknologi Informasi dan Komunikasi memiliki hubungan yang cukup erat dan sangat signifikan dengan Kepatuhan pajak pada Kantor
Pelayanan Pajak ama Jakarta Gambir Empat. Jika perangkat utama atau pun pendukung dari peralatan teknologi yang digunakan saat ini dapat ditingkatkan kualitasnya maka dapat
meningkatkan juga tingkat kepatuhan pajak Endah Palupi, 2010.
H
2
: Pengaruh Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Pajak.
Menurut Jatmiko 2006 Wajib Pajak akan mematuhi pembayaran pajaknya bila memandang bahwa sanksi akan lebih banyak merugikannya. Sanksi pajak merupakan jaminan
bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan norma perpajakan akan diturutiditaatidipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar Wajib
Pajak tidak melanggar norma perpajakan Mardiasmo, 2006 dalam Muliari dan Setiawan, 2010. Menurut Siti Kurnia Rahayu 2010:140, Wajib Pajak akan patuh karena tekanan karena mereka
berpikir adanya sanksi berat akibat tindakan ilegal dalam usahanya untuk menyelundupkan pajak. H
3
: Pengaruh Self Assessment System terhadap Kepatuhan Pajak.
Menurut Siti Kurnia Rahayu 2010:137 kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif Wajib Pajak dalam menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan kepatuhan Wajib Pajak
yang tinggi. Yaitu kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan itu dilakukan oleh Wajib Pajak dilakukan sendiri atau dibantu tenaga ahli misalnya praktisi perpajakan profesional tax
agent bukan Fiskus selaku pemungut pajak. Sehingga kepatuhan diperlukan dalam self assessment system, dengan tujuan pada penerimaan pajak yang optimal. Menurut Machfud Sidik
yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu 2010:137 menyatakan bahwa kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela voluntary of compliance merupakan tulang punggung
sistem self assessment, dimana Wajib Pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakan dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan pajaknya
tersebut.
3. OBJEK DAN METODE PENELITIAN
Objek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah teknologi informasi, sanksi pajak, self assessment system dan kepatuhan pajak orang pribadi di KPP Pratama Bandung
Karees. Metode pengujian data menggunakan analisis deskriptif dan analisis verifikatif. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dan verifikatif dengan pendekatan
kuantitatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran
mengenai objek yang diteliti. Verifikatif dilakukan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik yaitu dengan alat uji statistik Model Persamaan Struktural Structural Equation
Model
– SEM dengan pendekatan Partial Least Square PLS. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau
ditolak. Unit analisis dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees sebanyak 78.587 orang yang didapat melalui data Wajib Pajak
Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Bandung Karees sepanjang tahun 2012. Analisis yang digunakan untuk membuktikan hipotesis pada penelitian ini adalah Structural Equation
Modelling SEM yang berbasis component atau variance yang dikenal dengan istilah Partial Least Square PLS. Alat analisis ini dipilih atas pertimbangan keterbatasan jumlah sampel, dimana
jumlah sampel pada penelitian ini hanya 63 orang dan tidak memenuhi syarat menggunakan Structural Equation Modelling SEM yang berbasis covariance untuk jenis model second order
factor.
Menurut Imam Ghozali 2008 Partial Least Square PLS adalah metode analisis yang powerfull oleh karena tidak didasarkan banyak asumsi, data tidak harus berdistribusi normal
multivariate dan ukuran sampel juga tidak harus besar, walaupun partial least square digunakan untuk mengkonfirmasi teori, tetapi dapat juga digunakan untuk menjelaskan ada atau tidaknya
hubungan antar variabel laten”.
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN