Pengaruh Pengetahuan Pajak Dan Self Assessment System Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

(1)

PENGARUH PENGETAHUAN PAJAK DAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

(Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Garut) Gendis Yulianda Pratiwi

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur No.112-116 Bandung 40132

e-mail : gendis_yulianda@yahoo.com

This study aimed to analyze the influence of Knowledge and Self Assessment System on tax compliance KPP Pratama Garut. Phenomena that occur in the Tax Knowledge is still the presence of registered taxpayers and not in accordance with the general procedure of taxation. While the phenomenon of the Self Assessment System is still the taxpayer wrong in calculating the tax

The population in this study is the taxpayer on KPP Pratama Garut. Sample Selection done using incidental sampling. This study uses a survey by 1 KPP and the data obtained from 100 respondents were registered as taxpayers in the KPP Pratama Garut. In this research using descriptive and verification method are then processed using SEM (Structural Equation Model).

Based on the results of the calculation of the average value of the respondents regarding the Tax Knowledge for Tax Knowledge criteria in the criteria, please, for the Self Assessment System criteria included in the criteria, please, while the Taxpayer Compliance criteria included in the criteria Good.

The survey results revealed that there is a fairly strong positive correlation between knowledge of tax and Self Assessments System on tax compliance, shows that the relationship of tax knowledge and Self Assessments System on tax compliance, a significant relationship.

Keywords : Tax Knowledge, Self Assessment System, Tax compliance

I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kurangnya Partisipasi Masyarakat belakangan segan membayar pajak karena maraknya korupsi penggunaan anggaran yang berasal dari pajak tersebut, Alokasi anggaran yang tidak ditujukan untuk melayani masyarakat, penyediaan infrastruktur yang baik dan peningkatan kesejahteraan rakyat akan membuat masyarakat enggan membayar pajak sehingga mengurangi penerimaan pajak (Dwi Martani : 2014).

Menurut Norman D. Nowak, Kepatuhan Wajib Pajak memiliki pengertian yaitu Suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi dimana wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas, menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar dan membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya (Moh. Zain 2007 : 31).

Namun sayangnya, tingkat kepatuhan masyarakat dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya masih rendah (Chandra Budi : 2013 ). Ditjen Pajak mencatat, Wajib Pajak Orang Pribadi, baru sekitar 25 juta saja yang telah membayar pajak dari sekitar 60 juta masyarakat yang seharusnya membayar, Sedangkan untuk Wajib Pajak Badan, Ditjen Pajak mencatat baru sekitar 520 Wajib Pajak yang membayar pajak dari sekitar 5 juta badan usaha yang memiliki laba, penyebab utama perilaku rendahnya ketidakpatuhan dikarenakan wajib pajak belum memenuhi kewajiban pajaknya dengan baik dalam melaksanakan kewajiban perpajakan ini disebabkan masyarakat atau WP mengalami kesulitan dalam memahami administrasi perpajakan (Chandra Budi : 2013 ). Hal yang terjadi pada KPP Garut menurut Oong Rahmat Burhanudin (2015) , tingkat kepatuhan di KPP garut masih rendah dilihat dari masih banyaknya wajib pajak yang telat dalam membayar pajaknya.

Kesadaran masyarakat dan pengusaha dalam membayar pajak masih sangat rendah, Sehingga penerimaan pajak tidak mencapai target karena masih lemahnya administrasi perpajakan sehingga perlu di lakukan perbaikan secara fundamental dalam pelayanan kepada Wajib Pajak dan administrasi perpajakan (Agus Martowardojo : 2012). Kondisi tersebut membuat potensi penerimaan negara dari pajak semakin berkurang, Padahal target penerimaan perpajakan setiap tahun terus meningkat, Penerimaan perpajakan ditargetkan mencapai Rp 878,7 triliun dalam APBN Perubahan 2011. Jumlah itu 75,4 persen dari total penerimaan negara yang sebesar Rp 1.165,3 triliun. Agus yakin penerimaan pajak bertambah karena ada 240 juta penduduk, kekayaan alam, dan lebih dari 20 juta badan usaha (Agus Martowardjo : 2015).

Kepatuhan wajib pajak merupakan cermin dari pelaksanaan self assessment system yang berlaku di Indonesia, Tata cara pemungutan dengan self assessment system berhasil dengan baik jika masyarakat mempunyai pengetahuan dan disiplin pajak yang tinggi, di mana ciri-ciri self assessment system adalah adanya kepastianhukum, sederhana penghitungannya, mudah pelaksanaannya, lebih adil dan merata, dan penghitungan


(2)

pajak dilakukan oleh Wajib Pajak, dalam sistem self assessmet, wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan sendiri pajak yang terutang dan kemudian melunasinya serta melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak tempat ia terdaftar, Sehingga perubahan sistem pemungutan pajak tersebut diatas, meletakan peran serta masyarakat wajib pajak menjadi sangat penting dan penentu didalam menopang pembiayaan pembangunan dan jalannyamelalui pembayaran pajak (Siti Kurnia Rahayu, 2010 : 136 ).

Dalam Self Assessment System, wajib pajak harus memenuhi persyaratan yaitu memiliki kesadaran, kejujuran, hasrat membayar dan kedisiplinan (Nur Kamila : 2010). Keberhasilan pelaksanaan self assessment system sangat ditentukan oleh bagaimana aparat pajak dan wajib pajak mengimplementasikannya (Dahlan Zainuddin : 2002).

Sistem perpajakan Indonesia mengantut sistem self assessment yang merupakan salah satu faktor keunggulan bagi wajib pajak , Sistem ini didasari kepada tiga hal yaitu pertama, wajib pajak diberi kepercayaan oleh Undang - undang (UU) untuk mengitung berapa pajak yang terutang dan bisa menghitungnya sendiri, Ditjen Pajak mengakui dalam system self assessment ini tidak semuanya wajib pajak bisa memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar terdapat wajib pajak yang belum bisa menghitung pajaknya (R Dasto Ledyanto : 2013).

Tingkat kepatuhan masyarakat di Jawa Barat dalam membayar pajak masih rendah, tidak hanya dalam pembayaran tapi juga pengembalian Surat Pemberitahuan Tahunan, dari sekitar 1,3 juta wajib pajak di Jabar pada 2011, hanya 40% masuk kategori pembayar aktif. Sekitar 26% wajib pajak dari badan (perusahaan) dan 14% wajib pajak perorangan (Ahmad Heryawan : 2012).

Pengetahuan tentang peraturan perpajakan penting untuk menumbuhkan perilaku patuh, karena bagaimana mungkin Wajib Pajak disuruh patuh apabila mereka tidak mengetahui bagaimana peraturan perpajakan, artinya bagaimana Wajib Pajak disuruh untuk menyerahkan SPT tepatwaktu jika mereka tidak tahu kapan waktu jatuh tempo penyerahan SPT (Asri Harahap : 2004). Menurut Dedi Rudaedi (2012), hal ini adanya penyelewengan pajak atau ketidakpatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kebanyakandisebabkan karena ketidaktahuan para wajib pajak dalam mengikuti aturan pembayaran pajak. Sebelumnya penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan pajak penting dalam rangka meningkatkan tingkat kepatuhan pajak (Richardson, 2006: 89). Artinya, wajib pajak lebih bersedia untuk mematuhi aturan dan ketentuan yang berlaku jika mereka memahami konsep dasar perpajakan (Richardson, 2006: 89).

Persoalan utama saat ini menurut Hatipah Haroen Al Rasjid (2013) mengatakan Pengetahuan mengenai pajak yang diperoleh masyarakat belum optimal sehingga Pemahaman dan kesadaran masyarakat Indonesia untuk patuh membayar pajak masih minim, selain itu masih ada wajib pajak terdaftar belum seluruhnya membayar pajak sesuai ketentuan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dengan latar belakang penelitian yang dikemukakan diatas, maka penulis mencoba merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Seberapa besar pengaruh pengetahuan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Garut. 2. Seberapa besar pengaruh Self Assessment System terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Garut.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah yang dituliskan (Sugiyono 2013 : 282), Maka adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Pengetahuan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Garut.

2. Untuk Mengetahui seberapa besar Pengaruh Self Assessment System terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Garut.


(3)

1.4 Kegunaan Penelitian

Manfaat penelitian menurut Sugiyono (2013 : 305), merupakan dampak dari tercapai dan rumusan masalah terjawab dengan akurat. Dengan adanya penelitian ini penulis megharapkan hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain sebagai berikut :

1.4.1 Kegunaan Praktis

Menurut Uma Sekaran (2006 : 10), untuk kegunaan praktis atau basic research maka penelitian ini dihatapkan dapat berguna sebagai berikut :

“Meningkatkan pemahaman terhadap masalah yang diangkat yang kerap terjadi dan mencari metode untuk memecahkannya”.

Adapun kegunaan Praktis Penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Direktorat Jendral Pajak

Dapat mengambil kebijakan yang efektif dalam meningkatkan kepatuhan maupun pengetahuan pajak di masyarakat sehingga dapat meningkatkan penerimaan pajak.

2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Garut

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk melaksanakan sosialisasi guna meningkatkan pengetahuan pajak twajib pajak agar kepatuhan wajib pajak meningkat sehingga akan meningkatkan Penerimaan Pajak.

1.4.2 Kegunaan Akademis

Menurut Uma Sekaran (2006 : 10), untuk kepentingan pengembangan keilmuan, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai berikut :

“Menerapkan kembali hasil terdahulu untuk memecahkan masalah spesifik yang terjadi pada penelitian tersebut”.

Adapun kegunaan akademis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bagi mahasiswa/i yang melakukan penelitian di bidang Kepatuhan Wajib Pajak dalam hal ini mengembangkan pada bagian Pengetahuan Pajak bagi Wajib Pajak. 2. Bagi Penulis

Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pemahaman dalam hal akuntansi perpajakan mengenai Pengetahuan Pajak, Self Assessment system dan Kepatuhan Wajib Pajak.

3. Bagi Ilmu Akuntansi

Diharapkan dapat memperoleh pemahaman lebih dalam mengenai Pengetahuan Pajak dan mengetahui efektivitas Pengetahuan Pajak dalam meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak. Adapun mata kuliah yang berkembang dalam peneliatian ini adalah mata kuliah perpajakan.

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pengaruh Pengetahuan Pajak

Pengetahuan memiliki arti yang luas sehingga sulit untuk menentukan definisi yang pasti. Berikut ini beberapa definisi mengenai pengetahuan, pajak dan pengetahuan pajak :

Menurut Notoatmodjo (2010:27) pengertian pengetahuan adalah sebagai berikut:

“Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seorang terhadap objek melalui indra yang

dimilikinya dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh

melalui indra pendengaran, dan indra penglihatan”.

Sedangkan menurut Fallan dalam Palil Musthapa (2005) pengetahuan pajak adalah sebagai berikut:

“Pengetahuan Pajak menggabungkan informasi mengenai peraturan pajak dengan pengetahuan keuangan untuk menghitung konsekuensi ekonomi bagi wajib pajak”.

Selain itu pengertian pengetahuan pajak menurut Veronica Carolina (2009:7) adalah sebagai berikut:

“Pengetahuan Pajak adalah informasi pajak yang dapat digunakan wajib pajak sebagai dasar untuk

bertindak, mengambil keputusan, dan untuk menempuh arah atau strategi tertentu sehubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajibannya dibidang perpajakan”.


(4)

Sedangkan menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:29) menyatakan bahwa :

“Tingkat pengetahuan pajak masyarakat yang memadai, akan mudah bagi wajib pajak untuk patuh pada

peraturan perpajakan. Dengan mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi akan memberi keikhlasan masyarakat untuk patuh dalam kewajibannya perpajakannya, dan dengan pengetahuan yang cukup yang diperoleh karena memiliki tingkat pendidikan yang tinggi tentunya juga akan dapat memahami bahwa dengan tidak memenuhi peraturan maka akan menerima sanksi baik sanksi administrasi maupun pidana fiskal. Maka akan diwujudkan masyarakat yang sadar pajak dan mau

memenuhi kewajiban perpajakannya”.

Sedangkan Pengetahuan Pajak menurut Andriani (2000:25) menyatakan bahwa:

“Pengetahuan perpajakan adalah pengetahuan mengenai konsep ketentuan umum di bidang perpajakan, jenis pajak yang berlaku di Indonesia mulai dari subyek pajak, obyek pajak, tarif pajak, perhitungan pajak terutang, pencatatan pajak terutang, sampai dengan bagaimana pengisian pelaporan pajak”.

2.1.2 Self Assessment System

Menurut Suparmono dan Theresia Woro (2010:4) Self Assessment System adalah sebagai berikut :

“Self Assessment System yaitu suatu sistem pemungutan yang wajib pajaknya boleh menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus disetor”.

Sedangkan menurut Rimsky K. Judisseno yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu dan Sony Devano (2010:102), menjelaskan bahwa:

“Self Assessment System diberlakukan untuk memberikan kepercayaan yang sebesar -besarnya bagi masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan peran masyarakat dalam menyetorkan pajaknya. Konsekuensinya, masyarakat harus benar - benar mengetahui tata cara perhitungan pajak dan segala sesuatu yang berhubungan dengan peraturan pemenuhan perpajakan”.

Sedangkan menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:101) Self Assessment System adalah sebagai berikut: :

Self Assesment System adalah suatu sistem perpajakan yang memberi kepercayaan kepada wajib pajak untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya”

Adapun pengertian Self Assessment System menurut Mardiasmo (2009:7) yaitu sebagai berikut:

“Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang”.

Menurut Zain (2007:112) pengertian self assessment system adalah sebagai berikut:

“Sistem pemungutan pajak yang dianut Indonesia saat ini adalah Self Assessment System, yaitu ketetapan pajak yang ditetapkan oleh Wajib Pajak sendiri yang dilakukannya dalam SPT”.

2.1.3 Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan perpajakan menurut Safri Nurmantu dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:138) menyatakan bahwa :

“Kepatuhan Wajib Pajak dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua

kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.Kepatuhan Wajib Pajak merupakan pemenuhan kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh pembayar pajak dalam rangka memberikan kontribusi bagi

pembangunan bangsa yang diharapkan di dalam pemenuhannya diberikan secara sukarela”.

Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak menurut Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu (2006:110) menyatakan bahwa :

”Kepatuhan Wajib Pajak adalah rasa bersalah dan rasa malu, persepsi wajib pajak atas kewajaran dan

keadilan beban pajak yang mereka tanggung, dan pengaruh kepuasan terhadap pelayanan pemerintah”. Sedangkan pengertian Kepatuhan Wajib Pajak menurut Zain (2003:31) menyatakan bahwa :

“Kepatuhan wajib pajak adalah suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, yang

tercemin dalam situasi dimana wajib pajak paham dan berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang - undangan perpajakan, mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas, menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar dan membayar pajak yang terhutang tepat pada waktunya”.

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Pengaruh Pengetahuan Pajakterhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Siti Kurnia Rahayu (2010:29) mengemukakan bahwa Rasa nasionalisme tinggi,kepedulian kepada bangsa dan negara , serta tingkat pengetahuan perpajakan masyarakat yang memadai,maka secara umum akan mudah bagi wajib pajak untuk patuh pada peraturan perpajakan.

Selain itu Siti Kurnia Rahayu (2011 : 141) mengemukakan Dengan kualitas pengetahuan yang semakin baik akan memberikan sikap memenuhi kewajiban dengan benar melalui adanya sistem perpajakan suatu negara yang dianggap adil. Kesadaran wajib pajak akan meningkat bilamana dalam masyarakat muncul persepsi positif terhadap pajak. Dengan meningkatnya pengetahuan perpajakan masyarakat melalui pendidikan perpajakan baik


(5)

formal maupun non formal akan berdampak positif terhadap pemahaman dan kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak. Dengan penyuluhan perpajakan secara intensif dan kontinyu akan meningkatkan pemahaman wajib pajak tentang kewajiban membayar pajak sebagai wujud gotong royong nasional dalam menghimpun dana untuk kepentingan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan nasional.

2.2.2 Pengaruh Self Assessment System terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Sistem pemungutan yaitu Self Assessment System, yang berdasarkan peraturan perundang – undangan perpajakan menurut Wajib Pajak aktif dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya membutuhkan kepatuhan wajib pajak yang tinggi (Siti Kurnia Rahayu, 2010 : 137) . Kepatuhan memiliki kewajiban perpajakan secara sukarela merupakan tulang punggung self assessment system, wajib pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakan dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan pajak tersebut Siti Kurnia Rahayu (2010:138).

Menurut John Hutagaol (2007 : 3) penilaian yang penting untuk memjaga sistem Self Assessment adalah fungsi pengawasan terhadap kepatuhan pajak. Fungsi ini sangat penting karena dalam Self Assessment System

wajib pajak diberikan kebebasan yang seluas-luasnya dalam menghitung besarnya pajak terutang yang menadi kewajiban idealnya, apabila fungsi ini berjalan efektif, maka jumlah pajak yang terutang, yamg dilaporkan oleh wajib pajak dalam SPT-nya seharusnya dapat diketahui kebenarannya.

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka penelitian di atas maka penulis mencoba merumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 : Pengetahuan Pajak Berpengaruh Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Garut.

H2 : Self Assessment System Berpengaruh Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Garut.

III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian

Menurut Sugiyono (2011:32), objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Pengetahuan Pajak, self assessment system dan kepatuhan wajib pajak pada Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Garut.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini dalam metode verifikatif dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik apakah diterima atau ditolak. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel X1 dan

X2 terhadap Y yang diteliti, sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek

yang diteliti. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan alat uji statistik yaitu Model Persamaan Struktural (Structural Equation Model/SEM) berbasis variance atau yang lebih dikenal dengan Partial Least Square

(PLS). Pertimbangan menggunakan model ini, karena kemampuannya untuk mengukur konstruk melalui indikator-indikatornya serta menganalisis variabel indikator laten, dan kekeliruan pengukurannya.

3.3 Desain Penelitian

Dalam melakukan penelitian perlu adanya desain penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat dilakukan dapat berjalan lancar dan sistematis.

Menurut Umi Narimawati (2011:30), pengertian desain penelitian sebagai berikut :

“Desain penelitian merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti, dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada waktu tertentu”.

Menurut Sugiyono (2011:50) menjelaskan proses penelitian disampaikan seperti teori sebagai berikut :

“Proses penelitian meliputi :

1. Sumber masalah 2. Rumusan masalah

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Pengajuan Hipotesis

5. Metode penelitian

6. Menyusun instrument penelitian


(6)

3.4 Operasional Variabel

Operasional variabel diperlukan dalam memntukan jenis, konsep, indikator serta skala yang terkait dalam suatu penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar. \

Menurut Umi Narimawati (2010:31) Pengertian pperasionalisasi variabel adalah sebagai berikut:

“Operasional variabel adalah proses penguraian variabel penelitian kedalam sub variabel, dimensi, indikator sub

variabel dan pengukuran. Adapun syarat penguraian operasionalisasi dilakukan bila dasar konsep dan indikator mesing-masing variabel sudah jelas, apabila belum jelas secara konseptual maka perlu dilakukan analisis faktor.” 1) Variabel Bebas (Independent Variable)\

Menurut Sugiyono (2012:33) menyatakan bahwa definisi variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

Sesuai dengan judul yang peneliti ajukan, maka yang menjadi variable bebas yaitu Pengetahuan Pajak (X1) dan Self Assessment System (X2).

2) Variabel Dependen/terikat (Y)

Variabel terikat menurut Sugiono (2012:39) adalah variabel terkait yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat

karena adanya variabel bebas”.

Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu Kepatuhan Wajib pajak (Y). 3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dilakukan dengan metode survei menggunakan kuesioner. Menurut Umi Narimawati et al (2010:40) kuesioner adalah sebagai berikut :

“Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk kemudian dijawabnya. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang telah diberi skor, dimana data tersebut nantinya akan dihitung secara statistik. Kuesioner tersebut

berisi daftar pertanyaan yang ditunjukan kepada responden yang berhubungan dalam penelitian ini”.

3.6 Metode Penarikan Sampel

Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling insidental. Menurut Sugiyono (2014:122) mendefinisikan sampling insidental sebagai berikut:

“Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara

kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang

kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data”.

Metode yang digunakan untuk menentukan sampel oleh peneliti adalah pendekatan Slovin, pendekatan ini dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

Sumber : Umi Narimawati (2010:38) Keterangan :

n = jumlah sampel N = jumlah pupolasi

e = batas kesalahan yang ditoleransi (1%,5%,10%) 3.7 Metode Pengujian Data

Setelah data terkumpul penulis melakukan analisis terhadap data yang telah diuraikan. Penulis menganalisis data dengan menggunakan metode deskriptif dan verifikatif.

1. Analisis Data Deskriptif

Penelitian ini menggunakan jenis atau alat bentuk penelitian deskriptif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang menggambarkan apa yang dilakukan oleh KPP Pratama Garut berdasarkan fakta-fakta yang ada untuk selanjutnya diolah menjadi data. Data tersebut kemudian dianalisis untuk memperoleh suatu kesimpulan.

2. Analisis Verifikatif

Analisis Verifikatif dalam penelitian ini dengan menggunakan alat uji statistik yaitu dengan uji Model Persamaan Struktural (Structural Equation Modeling/SEM) dengan metode alternatif partial least square (PLS) menggunakan software SmartPLS 2.0. Menurut Imam Ghozali (2006:1), metode Partial Least Square (PLS) menjelaskan bahwa Model Persamaan Strukturan (Structural Equation Modeling/SEM) berbasis variance (PLS) mampu menggambarkan variabel laten (tak terukur langsung) dan diukur menggunakan indikator-indikator (variable manifest).


(7)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dari yang dilakukan dalam penelitian ini, selain upaya perolehan data melalui observasi. Hasil penelitian diuraikan berdasarkan jawaban kuesioner dari responden yang berkaitan dengan variable penelitian yaitu pengaruh pengetahuan pajak dan self assessment system terhadap kepatuhan wajib pajak.

4.1.1 Pengujian Alat Ukur 1. Hasil Uji Validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan sahih atau valid jika pernyataan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut serta memiliki nilai koefisien validitas yang lebih besar dari nilai kritis yang telah ditentukan yakni sebesar 0,3.

Hasil pengujian validitas, disajikan pada tabel berikut : Tabel 4.4

Hasil Pengujian Validitas

Variabel No. Koefisien Validitas Titik Kritis Keterangan Kriteria

Pengetahuan Pajak (X1)

Item 1 0,812 0,3 Valid Good

Item 2 0,854 0,3 Valid Good

Item 3 0,605 0,3 Valid Good

Item 4 0,937 0,3 Valid Good

Item 5 0,910 0,3 Valid Good

Self Assessment System (X2)

Item 1 0,444 0,3 Valid Acceptable

Item 2 0,786 0,3 Valid Good

Item 3 0,830 0,3 Valid Good

Item 4 0,717 0,3 Valid Good

Kepatuhan Wajib Pajak (Y)

Item 1 0,964 0,3 Valid Good

Item 2 0,873 0,3 Valid Good

Item 3 0,864 0,3 Valid Good

Item 4 0,823 0,3 Valid Good

Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan software SPSS

Pada tabel tersebut, dapat dilihat seluruh pernyataan yang digunakan untuk mengukur Pengetahuan Pajak, Self Assessment System dan Kepatuhan Wajib Pajak memiliki nilai koefisien validitas yang lebih besar dari nilai kritis yakni sebesar 0,3, sehingga seluruh pernyataan tersebut dinyatakan valid dengan kriteria good dan

acceptable.

2. Hasil Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas ini dimaksudkan untuk menguji tingkat keandalan alat ukur penelitian. Dalam penelitian ini, untuk menguji keandalan dari alat ukur penelitian digunakan metode Spearman Brown. Suatu konstruk dapat diterima jika memilki nilai koefisien reliabilitas yang lebih besar atau sama dengan 0,7.

Hasil perhitungan koefisien reliabilitas dapat dilhat pada tabel berikut: Tabel 4.5

Hasil Pengujian Reliabilitas

Variabel Spearman Brown Titik Kritis Kesimpulan Kriteria

Pengetahuan Pajak (X1) 0,880 0,7 Reliabel Good

Self Assessment System (X2) 0,764 0,7 Reliabel Good

Kepatuhan Wajib Pajak (Y) 0,824 0,7 Reliabel Good

Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan software SPSS

Pada tabel di atas, terlihat bahwa ketiga variabel yang digunakan memiliki nilai Spearman Brown yang lebih besar dari nilai kritis yakni sebesar 0,7, maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur yang digunakan dinyatakan reliabel.

Berdasarkan hasil pengujian validitas dan reliabilitas yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pernyataan yang digunakan dalam penelitian sudah teruji kesahihan serta keandalannya sehingga seluruh pernyataan layak digunakan sebagai alat ukur penelitian.


(8)

4.1.5 Pengujian Hipotesis

a) Pengetahuan Pajak (X1) terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Y)

Pengetahuan Pajak diduga akan berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Untuk itu maka dilakukan pengujian hipotesis menggunakan uji t dengan rumusan hipotesis sebagai berikut:

Ho: γ1= 0, Pengetahuan Pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Ha: γ1≠ 0, Pengetahuan Pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

Taraf signifikansi () yang digunakan adalah sebesar 0,05 atau 5% Kriteria pengambilan keputusan:

1. Tolak Ho dan terima Ha jika nilai thitung > tkritis 2. Terima Ho dan tolak Ha jika nilai thitung < ttkritis

Hasil pengujian disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.28

Uji t Pengaruh Pengetahuan Pajak (X1) terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Y)

Latent Variable Koefisien Jalur thitung tkritis Keterangan Kesimpulan

X1 -> Y 0,259 2,520 1,645 Ho ditolak Signifikan

Sumber: Data diolah menggunakan software PLS

Pada tabel tersebut, dapat dilihat bahwa nilai thitung = 2,520 > 1,645 (ttkritis). Jika disajikan dalam kurva

pengujian hipotesis, nilai thitung dan tkritis akan tampak seperti berikut:

Gambar 4.7

Kurva Pengujian Hipotesis Pengaruh Pengetahuan Pajak (X1) terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Y) Pada gambar kurva pengujian hipotesis di atas, dapat dilihat bahwa nilai thitung = 2,520 jatuh didaerah

penolakan Ho (thitung > tkritis) maka sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis adalah menolak Ho dan menerima Ha.

Hasil tersebut menunjukan bahwa Pengetahuan Pajak berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. b) Self Assessment System (X2) terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Y)

Self Assessment System diduga akan berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Untuk itu dilakukan pengujian hipotesis menggunakan uji t dengan rumusan hipotesis sebagai berikut:

Ho: γ2= 0, Self Assessment System tidak berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Ha: γ2≠ 0, Self Assessment System berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

Taraf signifikansi () yang digunakan adalah sebesar 0,05 atau 5% Kriteria pengambilan keputusan:

1. Tolak Ho dan terima Ha jika nilai thitung > tkritis 2. Terima Ho dan tolak Ha jika nilai thitung < ttkritis

Hasil pengujian disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.29

Uji t Pengaruh Self Assessment System (X2) terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Y)

Latent Variable Koefisien Jalur thitung tkritis Keterangan Kesimpulan

X2 -> Y 0,359 4,369 1,645 Ho ditolak Signifikan

Sumber: Data diolah menggunakan software PLS

Daerah penolakan Ho thitung 2,520 Daerah Penerimaan Ho 0 Daerah penolakan Ho


(9)

Pada tabel tersebut, dapat dilihat bahwa nilai thitung = 4,369 > 1,645 (ttkritis). Jika disajikan dalam kurva

pengujian hipotesis, nilai thitung dan tkritis akan tampak seperti berikut:

Gambar 4.8

Kurva Pengujian Hipotesis Pengaruh Self Assessment System (X2) terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Y) Pada gambar kurva pengujian hipotesis di atas, dapat dilihat bahwa nilai thitung = 4,369 berada didaerah

penolakan Ho (thitung > tkritis) sehingga sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis adalah menolak Ho dan menerima

Ha. Hasil tersebut menunjukan bahwa Self Assessment System berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengaruh Pengetahuan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Garut

Pengetahuan pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak menunjukan bahwa pengetahuan pajak memberikan pengaruh parsial sebesar 11,1% ,serta thitung untuk variabel Pengetahuan Pajak diperoleh sebesar 2,520, nilai ini

lebih besar dari tkritis yakni sebesar 1,645 maka sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis memberikan hasil

menolak H0 dan menerima Ha. Hasil tersebut menunjukan bahwa Pengetahuan Pajak berpengaruh positif terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak walaupun dengan nilai korelasi yang bersifat rendah sehingga Pengetahuan Pajak cukup mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Garut. Korelasi bersifat rendah di karenakan terdapat beberapa faktor yang tidak di teliti oleh peneliti seperti subyek pajak, obyek pajak, tarif pajak, perhitungan pajak terutang, pencatatan pajak terutang, sampai dengan bagaimana pengisian pelaporan pajak.

Hasil penelitian untuk setiap setiap indikator dari Pengetahuan Pajak. Menunjukan hasil nilai loading factor

tertinggi adalah sebesar 0,929 terdapat pada indikator pengetahuan terhadap fungsi pajak (X1.2) dengan thitung

sebesar 7,687. Urutan kedua dimiliki oleh indikator pengetahuan terhadap sistem perpajakan (X1.3) dengan loading factor sebesar 0,891 dan nilai thitung sebesar 5,171. Urutan ketiga dimiliki oleh indikator pengetahuan mengenai

ketentuan umum dan tata cara perpajakan (X1.1) dengan loading factor sebesar 0,883 dan thitung sebesar 5,729.

Ketiga indikator memiliki hubungan positif terhadap Pengetahuan Pajak dan nilai loading factor untuk setiap indikator lebih besar dari 0,7 dan tergolong tinggi. Hasil tersebut menunjukan ketiga indikator dinyatakan terdapat korelasi kuat antara indikator dengan variabel, semakin kuat korelasi, semakin baik kemampuan indikator dalam menjelaskan variabelnya.

Penjelasan mengenai menyampaikan SPT sudah ada dan benar, namun banyak wajib pajak yang belum mengetahui dalam menyampaikan SPT. Dikarenakan hal tersebut Kantor Pelayanan pajak Pratama Garut perlu lebih aktif mensosialisasikan kegiatan sosialisasi yang diadakan setiap tahunnya. Penyebab Wajib Pajak masih banyak yang belum mengetahui dalam menyampaikan SPT, karena banyak Wajib Pajak yang baru mempunyai NPWP , sedangkan yang telah memiliki NPWP jarang mengikuti sosialisasi, bahkan tidak mengetahui bahwa KPP Pratama Garut mengadakan sosialisasi setiap tahunnya, saran bagi wajib pajak adalah agar lebih peduli terhadap kewajibannya dalam membayar pajak, sehingga tidak merugikan diri sendiri. Masih terdapatnya wajib pajak terdaftar yang masih belum mengetahui dalam menyampaikan SPT akan berimbas pada kurangnya Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan pajak Pratama Garut, maka dengan adanya Pengetahuan Pajak tersebut diharapkan pada Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan pajak Pratama Garut akan meningkat.

Hasil penelitian juga di dukung oleh landasan teori pada pembahasan sebelumnya yang menyatakan bahwa pengetahuan perpajakan adalah pengetahuan mengenai konsep ketentuan umum di bidang perpajakan, jenis pajak yang berlaku di Indonesia mulai dari subyek pajak, obyek pajak, tarif pajak, perhitungan pajak terutang, pencatatan pajak terutang, sampai dengan bagaimana pengisian pelaporan pajak (Andriani, 2000 :25). Tingkat pengetahuan pajak masyarakat yang memadai, akan mudah bagi wajib pajak untuk patuh pada peraturan perpajakan (Siti Kurnia Rahayu, 2010:29).

Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian sebelumnya seperti yang di lakukan oleh Lusia Rohmawati, Prasetyono dan Yuni Rimawati (2013) yang hasil penelitiannya menunjukan bahwa pengetahuan perpajakan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian ini didukung

Daerah penolakan Ho thitung 4,369 Daerah Penerimaan Ho 0 Daerah penolakan Ho


(10)

oleh hasil penelitian dari Angky (2011) dan Ghoni (2011) yang menyatakan bahwa pengetahuan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil yang sama juga didapat dari penelitian Siregar et al,.(2012) yakni pengetahuan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Dari hasil kuisioner yang disebar kuisioner terendah menunjukan bahwa masih banyak wajib pajak yang tidak mengikuti sosialisasi, hal ini yang menyebabkan wajib pajak masih belum mengerti dalam menyampaikan SPT, hal tersebut disebabkan karena Wajib Pajak tidak mengetahui adanya kegiatan yang di laksanakan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Garut, bahkan ada yang tidak mengetahui bahwa Kantor Pelayanan Pajak Pratama Garut mengadakan sosialisasi untuk Wajib Pajak.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Garut harus terus meningkatkan pengawasan dalam menyampaikan SPT oleh Wajib Pajak sehingga wajib pajak yang lalai akan kewajiban perpajakkanya sedikit-sedikit akan berkurang dan disarankan agar petugas perpajakan untuk lebih aktif dalam meningkatkan sosialisasi mengenai pentingnya Pengetahuan Pajak agar wajib pajak dapat paham dan mengerti dan memiliki banyak informasi mengenai Pengetahuan Pajak dan juga dengan cara diadakannya suatu kebijakan yaitu, dengan diadakannya sosialisasi dan penyuluhan yang dilakukan pegawai pajak kepada Wajib Pajak, dan dengan meningkatkan informasi melalui media cetak maupun media elektronik, Informasi yang di berikan harus secara berkala dan diperbaharui sehingga Wajib Pajak akan selalu mengetahui peraturan pajak yang selalu berubah-ubah, saran bagi wajib pajak itu sendiri adalah dengan meluangkan waktu nya untuk mengikuti sosialisasi , maka dengan adanya pengetahuan pajak tersebut diharapkan Kepatuhan Wajib Pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Garut akan meningkat.

4.2.2 Pengaruh Self Assessment System Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Garut

Self Assessment System terhadap Kepatuhan Wajib Pajak menunjukan bahwa pengetahuan pajak memberikan pengaruh parsial sebesar 17,3% ,serta thitung untuk variabel Self Assessment System diperoleh

sebesar 4,369, nilai ini lebih besar dari tkritis yakni sebesar 1,645 maka sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis

memberikan hasil menolak H0 dan menerima Ha. Hasil tersebut menunjukan bahwa Self Assessment System

berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak walaupun dengan nilai korelasi yang bersifat rendah sehingga Pengetahuan Pajak cukup mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Garut. Korelasi bersifat rendah di karenakan terdapat beberapa faktor yang tidak di teliti oleh peneliti seperti membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus disetor.

Hasil penelitian untuk setiap setiap indikator dari Self Assessment System. Menunjukan hasil nilai loading factor tertinggi adalah sebesar 0,837 terdapat pada indikator memperhitungkan sendiri pajak yang terutang (X2.1)

dengan thitung sebesar 5,820. Urutan kedua adalah indikator melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang (X2.3)

dengan loading factor sebesar 0,747 dan nilai thitung sebesar 4,113. Urutan ketiga dimiliki oleh membayar sendiri

jumlah pajak yang terutang (X2.2) dengan loading factor sebesar 0,737 dan thitung sebesar 4,003. Ketiga indikator

tersebut memiliki hubungan positif terhadap Self Assessment System dan nilai loading factor untuk setiap indikator lebih besar dari 0,7 sehingga terkategorikan tinggi. Hasil tersebut menunjukan ketiga indikator dinyatakan terdapat korelasi kuat antara indikator dengan variabel, semakin kuat korelasi, semakin baik kemampuan indikator dalam menjelaskan variabelnya.

Dikarenakan kurangnya pengetahuan wajib pajak dalam menghitung pajak terutangnya dan kurangnya mendapatkan informasi mengenai tata cara perhitungan pajak, maka untuk mencapai semua itu petugas harus memberikan pelayanan / sosialisasi yang lebih baik lagi kepada wajib pajak agar wajib pajak lebih mengerti tentang cara menghitung jumlah pajak dan tata cara perpajakan yang baik dan benar. Penyebab wajib pajak masih salah dalam menghitung pajaknya tersebut karena banyaknya Wajib Pajak yang tidak mengerti cara menghitung sendiri pajak terutang sehingga mereka mengalami kesulitan apabila menghitung pajak nya sendiri. Saran untuk wajib pajak seharusnya mereka menyadari pentingnya untuk memahami dan mengerti dalam menghitungan pajak terutangnya. Adanya wajib pajak yang masih salah dalam menghitung pajaknya menyebabkan menurunya Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Garut, maka dengan mengerti dalam menghitung pajaknya sendiri, Self Assessment System di harapkan dapat meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak.

Hasil penelitian juga didukung oleh landasan teori pembahasan sebelumnya yang menyatakan bahwa Self Assessment System yaitu suatu sistem pemungutan yang wajib pajaknya boleh menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus disetor (Suparmono & Theresia Wororo 20010:4) .

Untuk mengatasi wajib pajak yang masih belum mengerti dalam menghitung pajak terutangnya aparat pajak harus lebih mengintensifkan pelatihan dan penyuluhan mengenai perpajakan. Misalnya pelatihan mengenai pengisian SPT, mensosialisasikan ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam membayar pajak dan menyediakan fasilitas yang dapat mempermudah wajib pajak dalam menghitung pajaknya, agar Wajib Pajak bisa menghitung sendiri pajak terutangnya maupun penyuluhan mengenai pentingnya membayar dan mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak, sehingga Wajib Pajak lebih peduli mengenai haknya sebagai Wajib Pajak. Maka semakin paham dan mengerti dalam menghitung pajak terutangnya akan semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Garut. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian sebelumnya seperti yang dilakukan oleh Penelitian yang dilakukan oleh Yulianto (2009) yang hasil penelitiannya menyatakan self assessment system berpengaruh pada kepatuhan wajib pajak, dimana peningkatan self assessment system akan mempengaruhi peningkatan kepatuhan wajib pajak. Selanjutnya dalam penelitian Balfas (2012) mengemukakan bahwa terdapat hubungan positif antara self assessment system dengan kepatuhan Wajib Pajak menujukkan self assessment system yang baik cenderung diikuti dengan kepatuhan Wajib Pajak yang baik.


(11)

Dari hasil kuisioner yang disebar kuisioner terendah menunjukan bahwa masih banyak wajib pajak yang tidak menghitung sendiri pajak terutangnya, hal ini yang menyebabkan wajib pajak masih salah dalam menghitung pajak terutangnya, penyebabnya karena Wajib Pajak tidak menghitung pajak nya sendiri dan membutuhkan bantuan dalam menghitung pajak terutangnya, maka dari itu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Garut harus mengawasi wajib pajak yang bermasalah terkait wajib pajak yang masih belum mengerti mengenai cara menghitung pajak terutangnyanya, disarankan agar petugas perpajakan untuk mensosialisasikan mengenai pentingnya perpajakan secara berkala, agar wajib pajak yang kurang paham dapat mengerti cara menghitung pajak terutangnya dan mengerti pentingnya Kepatuhan Wajib Pajak, serta petugas harus memberikan pelayanan / sosialisasi yang lebih baik lagi kepada wajib pajak agar wajib pajak lebih mengerti tentang cara menghitung jumlah pajak dan tata cara perpajakan yang baik dan benar.

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah, pengembangan hipotesis atas dasar teori-teori yang berhubungan, serta hasil analisis dan pembahasan yang telah dibahas sebagaimana telah disajikan pada bab-bab sebelumnya , peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengetahuan Pajak memberikan pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak artinya semakin baik Pengetahuan Pajak, akan berdampak semakin meningkatnya kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Garut. Dilihat dari fenomena yang terjadi Pengetahuan Pajak mengenai Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan wajib pajak masih rendah dalam memahami masalah perpajakan, yang mengakibatkan menurunya tingkat kepatuhan wajib pajak.

2. Self Assessment System berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak artinya semakin baik Self Assessment System, akan berdampak semakin meningkatnya kepatuhan wajib pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Garut. Dilihat dari fenomena yang terjadi Self Assessment System masih rendah dalam menghitung pajak terutang, yang mengakibatkan menurunnya tingkat kepatuhan wajib pajak.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Operasional

Setelah penulis memberikan kesimpulan dari hasil penelitian tentang Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Self Assessment System terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Garut, maka penulis akan memberikan saran sebagai berikut:

1. Diadakannya suatu kebijakan yaitu, adanya sosialisasi dan penyuluhan yang dilakukan pegawai pajak kepada Wajib Pajak, terutama Wajib Pajak orang pribadi, dan dengan meningkatkan informasi melalui media cetak maupun media elektronik, Informasi yang di berikan harus secara berkala dan diperbaharui sehingga Wajib Pajak akan selalu mengetahui peraturan perpajakan yang selalu berubah-ubah.

2. Diberikan pemahaman mengenai Self Assessment System oleh petugas Kantor Pajak Pratama Garut, agar wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya lebih baik. Dan juga memberikan pelayanan / sosialisasi yang lebih baik lagi kepada wajib pajak agar wajib pajak lebih mengerti tentang cara menghitung jumlah pajak dan tata cara perpajakan yang baik dan benar.

5.2.2 Saran Akademis

Disarankan agar peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian yang sama, dengan menambah indikator, metode yang sama tetapi unit analisis, populasi dan sampel yang berbeda agar dipeoleh kesimpulan yang mendukukng dan memperkuat teori dan konsep yang telah dibangun sebelumnya, baik oleh peneliti maupun peneliti-peneliti terdahulu.


(12)

DAFTAR PUSTAKA

Adiyati .2009. Pengaruh sosialisasi Perpajakan terhadap Kepatuhan. Universitas Pembangunan Nasional Veteran. Jakarta

Ajat Jatnika. 2012. Kepatuhan Wajib Pajak di Jabar Rendah.Diakses dari : http://bandung.bisnis.com/read/20120225/5/149123/kabar-ekonomi-252 kepatuhan-wajib-pajak-di-jabar-rendah

Agus Martowardojo. 2012. Kejar Setoran Rp.1.178 Triliun, Agus Seret Wajib Pajak Bandel

(http://finance.detik.com)

Agus Martowardojo.2015. Menkeu Kejar Kepatuhan Masyarakat Bayar Pajak. Diakses dari : http://finance.detik.com/read/2012/08/17/102342/1993894

/4/kejar-setoran-rp-1178-triliun-agus-marto-seret-wajib-pajak bandel

Andi Supangat. 2007. Statistika. Jakarta : Prenada Media Group Andriani, P.J.A. 2000. Pajakdan Pembangunan. Jakarta : UI Press

Banu Witono. Peranan Pengetahuan Pajak Pada Kepatuhan Wajib Pajak 2008 .Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume 7, Nomor 2, September 2008, hlm.196-208

Barker et al.2002.Research Methods In Clinical Psychology. John Wiley & Sons Ltd.England

Chandra Budi. 2013. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Masih Rendah . Di Akses dari : http://www.pikiran-rakyat.com/node/242947

Dahlan Zainudin,2002, Efektifitas pelaksanaan system self assessment dikantor pelayanan pajak Kendari Sulawesi Tenggara, Diakses pada 19 januari 2012 dari word widw web: enpirist:undip.ac.id/10862/1/2002MNOT17.18.pdf

Dedi Rudaedi. 2012. Kekurang Pengetahuan Wajib Pajak membuat adanya Pelanggaran pajak. Di akses 3 Mei 2013 pada : www.economy.okezone.com

Devano, Sony dan Rahayu, Siti Kurnia. 2006. Perpajakan: Konsep, Teori, dan Isu, Jakarta: Kencana

Dilla Novita Sari, Yeasy Darmayanti, Popi Fauziati. 2014. Pengaruh Pelaksanaan Self Assessment System, Pengetahuan Pajak dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Memberitahukan Surat Pemberitahuan (Survei di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Padang). Vol 4 No. 1

Dwi Martani. 2014. Membayar pajak berarti berjuang untuk negeri. Di akses 16 Agustus 2014 pada : www.antaranews.com

Erly Suandy. 2011. Edisi 5 Hukum Pajak .Jakarta: Salemba Empat.

Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Gava Media. Ghoni, Husen Abdul. 2012. Pengaruh Motivasi dan Pengetahuan Wajib Pajak terhadap Kepatuhan wajib pajak

daerah. Jurnal Akuntansi Unesa.

Harahap, A. Asri. 2004 Paradigma Baru Perpjakan Indonesia. Jakarta: Integrita Dinamika Press

Hatipah Haroen Al Rasjid, (2013). Pengetahuan Mengenai Pajak Belum Optimal. Diakses dari : http : // pikiran rakyat online.com /read/2013/10/22/252356 /2093994/1/pengetahuan mengenai pajak-belum-optimal Husein Umar. 2011.Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Rajawali Pers.

Imam Ghozali. 2006. Aplikai Analisis Multivarite dengan SPSS,Cetakan Keempat, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang

Indra Ismawan. 2001. Memahami Reformasi Perpajakan 2000. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.


(13)

Lusia Rohmawati . 2013. Pengaruh Sosialisasi dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Tingkat kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak (Studi pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas pada KPP Pratama Gresik Utara).Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4. Gresik. Mardiasmo. 2009. Perpajakan.Yogyakarta: Andi Offset

Marzina et al. 2010. The Rel,ationship Between Perception Anda Level Of Compliance Under SAS-A StudyIn The East Coast Region. Journal Of Global Business and Economics

Moh. Zain. 2003. Manajemen Perpajakan. Jakarta : Salemba Empat Moh. Zain. 2007. Manajemen Perpajakan. Jakarta : Salemba Empat

Nanang Martono. 2014. Metode PenelitianKuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Nur Hidayati dan Supriyati.2008. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan dan Persepsi wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.

Notoatmodjo Soekidjo, (2010). Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Palil. M. R, (2005). Taxpayers Knowledge: A Descriptive Evidence On Demographic Factors In Malaysia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.7 No.1:p11-21

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 192/PMK.03/2007

R Dasto Ledyanto.2013.Mau Tahu Berapa Besar Pajak Properti. Di akses pada : http://bisnis.liputan6.com/read/673768/video-mau-tahu-berapa-besar-pajak-properti-anda-cek-di-sini Richardson, G. 2006. Determinants of Tax Evasion: A Cross Country Investigation. Journal of International

Accounting, Auditing and Taxation 15, 150-169.

Rimsky Juddisseno. 1997. Pajak dan Strategi Bisnis.Jakarta : Gramedia Sardana. 2014. Kenali Hak & Kewajiban Perpajakan Anda.Bandung : Alfabeta Singgih Santoso. 2002. Buku latihan SPSS statistik multivariat. Jakarta : Gramedia

Siregar,Saryadi,Listyorini. 2012 . Pengaruh Pelayanan Fiskus dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di Semarang Tengah. Universitas Diponegoro. Semarang.

Siti Kurnia Rahayu, 2010, Perpajakan Indonesia, Konsep & Aspek Formal Bandung : Graha Ilmu

Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati. 2010. Perpajakan : Teori dan Teknis Perhitungan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Siti Resmi. 2011. Perpajakan: Teori dan Kasus. Salemba Empat, Jakarta. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : CV.Alfabeta

Suharsimi Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Suparmono dan Theresia Woro 2010. Perpajakan Indonesia. Yogyakarta: Andi

Offset

Taslim.2007. Pengetahuan Pajak. Jakarta : Genesis

Tony Wijaya. 2013. Metode Penelitian Ekonomi dan Bisnis Terori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu

Uce Indahyanti. 2013. PPS-PLS. Diakses melalui http://algol.mdl2.com/pluginfile.php/103/mod_reso urce/content/1/Pengujian%20Model%20Riset.pdf


(14)

Umi Narimawati. 2011. Penulisan Karya Ilmiah, Panduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir Aplikasi Pada Fakultas Ekonomi UNIKOM. Bekasi: Genesis

Verani Supriyati. 2012. “Dampak Motivasi dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”.Jurnal Investasi. Vol 8 No.1 Juni 2012

Veronica Carolina. 2009. Pengetahuan Pajak. Jakarta : Salemba Empat

Yuli Anita Siregar. 2009. “Pengaruh Pelayanan Fiskus dan Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak (Studi Empiris terhadap Wajib Pajak di Semarang Tengah)“. Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis

Yulianto . 2009. Pengaruh Implementasi Kebijakan Self Assessmant pada Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Propinsi Lampung. Jurnal Ilmu Administrasi Negara, Volume 9, Nomor 1, Januari 2009: 1 – 11 .Lampu


(15)

(16)

LAMPIRAN OUTPUT PLS Diagram Jalur


(17)

(18)

(19)

(20)

vi

ABSTRACT

This study aimed to analyze the influence of Knowledge and Self

Assessment Tax System on tax compliance KPP Pratama Garut. Phenomena that

occur in the Tax Knowledge is still the presence of registered taxpayers and not in

accordance with the general procedure of taxation. While the phenomenon of the

Self Assessment System is still the taxpayer wrong in calculating the tax.

The population in this study is the taxpayer on KPP Pratama Garut.

Sample Selection done using incidental sampling. This study uses a survey by 1

KPP and the data obtained from 100 respondents were registered as taxpayers in

the KPP Pratama Garut. In this research using descriptive and verification

method are then processed using SEM (Structural Equation Model).

Based on the results of the calculation of the average value of the

respondents regarding the Tax Knowledge for Tax Knowledge criteria in the

criteria, please, for the Self Assessment System criteria included in the criteria,

please, while the Taxpayer Compliance criteria included in the criteria Good.

The survey results revealed that there is a fairly strong positive

correlation between knowledge of tax and Self Assessments System on tax

compliance, shows that the relationship of tax knowledge and Self Assessments

System on tax compliance, a significant relationship.


(21)

v

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Pengetahuan

Pajak dan

Self Assessment System

terhadap kepatuhan wajib pajak di

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Garut. Fenomena yang terjadi pada

Pengetahuan Pajak adalah masih terdapatnya wajib pajak terdaftar belum

sesuai ketentuan umum dan tata cara perpajakannya. Sedangkan fenomena

pada

Self Assessment System

adalah

masih adanya wajib pajak salah dalam

menghitung pajaknya

Populasi pada penelitian ini adalah Wajib Pajak di KPP Pratama

Garu. Pemilihan Sampel dilakukan dengan menggunakan

Sampling

insidental.

Penelitian ini menggunakan survei dengan 1 KPP dan data yang

diperoleh dari 100 responden yang terdaftar sebagai wajib pajak di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Garut. Dalam penelitian ini menggunakan

metode deskriptif dan verifikatif yang kemudian diproses menggunakan

SEM (

Structural Equation Model)

.

Berdasarkan hasil penghitungan nilai rata-rata dari responden

mengenai Pengetahuan Pajak untuk kriteria Pengetahuan Pajak dalam

kriteria Cukup, untuk kriteria

Self Assessment System

termasuk dalam

kriteria Cukup, sedangkan kriteria Kepatuhan Wajib Pajak termasuk dalam

kriteria Baik.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan positif

yang cukup kuat antara pengetahuan pajak dan

Self Assessments System

terhadap kepatuhan wajib pajak, menunjukan bahwa hubungan yang

terjadi pengetahuan pajak dan

Self Assessments System

terhadap kepatuhan

wajib pajak, merupakan hubungan yang signifikan.

Kata Kunci : Pengetahuan Pajak,

Self Assessment System,

Kepatuhan

Wajib Pajak


(22)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1

Kajian Pustaka

Memuat konsep

konsep teoritis yang digunakan sebagai kerangka atau

landasan untuk menjawab masalah penelitian, yang difokuskan pada literatur

literatur yang membahas konsep penelitian.

2.1.1 Pengetahuan Pajak

(Tax Konwladge)

2.1.1.1 Pengertian Pengetahuan Pajak

(Tax Knowladge)

Pengetahuan memiliki arti yang luas sehingga sulit untuk menentukan

definisi yang pasti. Berikut ini beberapa definisi mengenai pengetahuan, pajak dan

pengetahuan pajak :

Menurut Notoatmodjo (2010:27) pengertian pengetahuan adalah sebagai

berikut:

“Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya dengan sendirinya pada

waktu pengindraan sehingga pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh

intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar

pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran, dan indra

penglihatan”.

Sedangkan definisi pajak itu sendiri menurut Andriani dalam Siti Kurnia

Rahayu (2010:22) adalah sebagai berikut:

“Pajak adalah iuran kepada negara

(yang dapat dipaksakan) yang terutang

oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak

mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang

gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran - pengeluaran umum

berhubung dengan tuga

s negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.


(23)

12

Sedangkan menurut Fallan dalam Palil Musthapa (2005) pengetahuan

pajak adalah sebagai berikut:

“Pengetahuan Pajak menggabungkan informasi mengenai peraturan pajak

dengan pengetahuan keuangan untuk menghitung konsekuensi ekonomi

bagi wajib pajak”.

Selain itu pengertian pengetahuan pajak menurut Veronica Carolina

(2009:7) adalah sebagai berikut:

“Pengetahuan Pajak adalah informasi pajak yang dapat digunakan wajib

pajak sebagai dasar untuk bertindak, mengambil keputusan, dan untuk

menempuh arah atau strategi tertentu sehubungan dengan pelaksanaan hak

dan kewajibannya dibidang perpajakan”.

Sedangkan menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:29) menyatakan bahwa :

“Tingkat pengetahuan pajak masyarakat yang memadai, akan

mudah bagi

wajib pajak untuk patuh pada peraturan perpajakan. Dengan

mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi akan

memberi keikhlasan masyarakat untuk patuh dalam kewajibannya

perpajakannya, dan dengan pengetahuan yang cukup yang diperoleh

karena memiliki tingkat pendidikan yang tinggi tentunya juga akan dapat

memahami bahwa dengan tidak memenuhi peraturan maka akan menerima

sanksi baik sanksi administrasi maupun pidana fiskal. Maka akan

diwujudkan masyarakat yang sadar pajak dan mau memenuhi kewajiban

perpajakannya”.

Sedangkan Pengetahuan Pajak menurut Andriani (2000:25) menyatakan

bahwa:

Pengetahuan perpajakan adalah pengetahuan mengenai konsep ketentuan

umum di bidang perpajakan, jenis pajak yang berlaku di Indonesia mulai

dari subyek pajak, obyek pajak, tarif pajak, perhitungan pajak terutang,

pencatatan pajak terutang, sampai dengan bagaimana pengisian pelaporan

pajak”.


(24)

13

Dari beberapa pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa pengetahuan

pajak adalah informasi mengenai perpajakan yang diketahui oleh wajib pajak

dalam mengarahkan tindakan pada pelaksanaan hak dan kewajibannya dibidang

perpajakan sesuai peraturan yang berlaku.

2.1.1.2 Faktor-Faktor Pengetahuan Wajib Pajak

Didalam faktor-faktor pengetahuan wajib pajak menurut Taslim (2007)

tinggi rendahnya pengetahuan wajib pajak dapat diukur dengan :

1. Pemahaman prosedur atau cara pengisian SPT.

2. Pemahaman batas waktu pelaporan SPT.

3. Pemahaman sanksi perpajakan dan administrasi.

Dari poin - poin diatas bahwa faktor - faktor tersebut akan menjadi

indikator dan dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pemahaman prosedur atau cara pengisian SPT.

Pemahaman prosedur atau cara pengsisian SPT (meliputi proses

penghitungan dan perlakuan pajak terhadap penghasilan wajib pajak, tarif

PPh, final/tidak final, jumlah PKP (penghasilan tidak kena pajak) dan

mengalikan PKP dengan tarif wajib pajak (untuk memperoleh jumlah pajak

terutang, menghitung pajak kurang/lebih bayar dengan menghitung selisih

pajak terutang dengan kredit pajak).


(25)

14

2. Pemahaman Batas Waktu Pelaporan SPT.

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:173) SPT dikembalikan langsung ke

Kantor Pelayanan Pajak, wajib pajak akan diberi tanda terima SPT. Jika

disampaikan melalui kantor pos harus tercatat, resi pos merupakan tanda

bukti tanda terima dan tanggal pengiriman dianggap sebagai tanda bukti dan

tanggal penerimaan, atau tempat lain yang ditunjuk Dirjen Pajak sesuai pasal

5 UU KUP.

3. Pemahaman Sanksi Perpajakan dan Administrasi.

Landasan hukum mengenai sanksi perpajakan diatur dalam masing masing

pasal Undang - Undang Ketentuan Umum Perpajakan. Sanksi perpajakan

dapat dijatuhkan apabila wajib pajak melakukan pelanggaran terutama atas

kewajiban yang ditentukan dalam Undang - Undang Ketentuan Umum

Perpajakan.

2.1.1.3 Ukuran Pengetahuan Pajak

Menurut Verani Supriyati (2012) tinggi rendahnya pengetahuan Wajib

Pajak dapat diukur dengan :

1. Pengetahuan peraturan Perpajakan.

2. Pengetahuan menghitungan besarnya pajak terutang.

3. Pengetahuan mengisi Surat Pemberitahuan (SPT).


(26)

15

2.1.1.4 Indikator Pengetahuan Pajak

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010 : 141) indikator dari pengetahuan pajak

itu sendiri terdiri dari :

1. Pengetahuan mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan.

2. Pengetahuan mengenai Fungsi Pajak.

3. Pengetahuan mengenai Sistem Perpajakan.

Berdasarkan penjelasan di atas, berikut pemahamannya :

1. Pengetahuan mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan.

Menurut Siti Kurnia (2010:163) menyatakan bahwa:

“Sebagai wajib pajak yang

baik, maka wajib pajak tersebut harus memenuhi

kewajibannya sebagai wajib pajak sesuai undang-undang perpajakan yang

berlaku. Oleh karena itu,mereka harus dapat memahami Ketentuan Umum dan

Tatacara Perpajakan (KUP). Ketentuan Umum Perpajakan (KUP) diatur dalam

UU No.6 Tahun 1983, telah diperbaharui oleh UU No.28 Tahun 2007. Dasar

pertimbangan penyempurnaan undang-undang tersebut adalah untuk lebih

meningkatkan kepastian hukum bagi fiskus maupun wajib pajak,dimana

hukum pajak formal lebih jelas diatur sebagai hukum yang mewujudkan aturan

material perpajakan,guna mengatur pelaksanaan pemenuhan hak dan kewajiban

perpajakan bagi wajib pajak dan fiskus. Hal ini akan mendukung tujuan

pemerintah dalam mengelola perpajakan guna mencapai penerimaan pajak

optimal dan

juga untuk memenuhi rasa keadilan bagi wajib pajak“

.

Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan terdiri dari :

1)

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Menurut Siti Kurnia dan Ely Suhayati (2010:38) menyatakan bahwa:

“Nomor pokok wajib pajak adalah nomor yang diber

ikan kepada wajib

pajak sebagai sarana yang merupakan tanda pengenal atau identitas bagi

setiap wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajibannya di bidang

perpajakan. Untuk memperoleh NPWP,wajib pajak mendaftarkan diri pada

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang wilayah kerjanya meliputi tempat

tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak”.


(27)

16

Menurut Supramono dan Theresia (2005,12) menyatakan bahwa:

“Syarat wajib pajak orang pribadi untuk memperoleh NPWP jika

penghasilannya sudah

melebihi penghasilan tidak kena pajak”.

Menurut Siti Kurnia (2010:166), Fungsi NPWP sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui identitas wajib pajak

2. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak

3. Sebagai bentuk pengawasan administrasi perpajakan

4. Untuk keperluan yang berhubungan dengan dokumen perpajakan

sehingga semua yang berhubungan dengan dokumen perpajakan harus

mencantumkan NPWP

5. Untuk memenuhi kewajiban-kewajiban perpajakan (misal dalam Surat

Setoran Pajak)

6. Untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tertentu yang

mewajibkan mencantumkan NPWP dalam dokumen-dokumen yang

diajukan (misal Dokumen Import,dokumen eksport)

7. Untuk keperluan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) masa atau

tahunan

Menurut Siti Kurnia (2010:168) menyatakan bahwa:

“Cara mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP :

1. Wajib pajak yang akan mendaftarkan diri wajib mengisi formulir

pendaftaran wajib pajak

2. Pengisian dan penandatanganan formulir dapat dilakukan oleh wajib

pajak sendiri atau oleh orang lain yang diberi kuasa khusus

3. Penyampaian formulir pendaftaran wajib pajak yang telah diisi dan

ditandatangani dapat dilakukan oleh wajib pajak sendiri atau orang lain

yang diberi kuasa penuh”.

Menurut Supramono dan Theresia (2005:12) menyatakan bahwa:

“NPWP dapat dihapuskan dari tata usaha KPP dengan syarat:

1. Wajib pajak meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan,

disyaratkan adanya salinan (

fotocopy

) akte atau laporan kematian dari

instansi berwenang.

2. Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan

disyaratkan adanya surat nikah atau akte perkawinan dari catatan sipil.

3. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai subyek pajak.

Apabila sudah selesai dibagi, diisyaratkan adanya keterangan tentang

selesainya warisan tersebut dibagi oleh para ahli waris.

4. Wajib pajak orang pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi

sebagai wajib pajak”.


(28)

17

2)

Surat Pemberitahuan (SPT)

Menurut Siti Kurnia (2010:171) menyatakan bahwa:

“Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan dokumen yang menjadi alat kerja

sama antara wajib pajak dan administrasi pajak,yang memuat data-data

yang diperlukan untuk menetapkan secara tepat jumlah pajak yang

terutang”.

Menurut Supramono dan Theresia (2005:13) menyatakan bahwa:

“Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan surat yang oleh wajib pajak

digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang

terutang menurut ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan”.

Pengertian SPT dalam pasal 1 butir 11 UU KUP menyatakan bahwa:

“Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk

melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak, obyek dan/atau bukan

obyek pajak dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan harta dan

kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan”.

Menurut Siti Kurnia (2010:172) menyatakan bahwa:

“Sesuai dengan prinsip

self assessment system

wajib pajak harus

melaporkan pajak-pajak bulanan dan pajak tahunan. Pelaporan ini

menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) yang dapat diambil di kantor

pelayanan pajak atau dapat difotokopi.

Dikecualikan dari kewajiban penyampaian SPT adalah :

a. Wajib pajak orang pribadi berpenghasilan netto dibawah PTKP (untuk

SPT Masa dan Tahunan)

b. Wajib pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau mlakukan

pekerjaan bebas (untuk SPT Masa)”.


(29)

18

Menurut Siti Kurnia (2010:172) menyatakan bahwa:

“Pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) harus diisi sendiri oleh wajib pajak,

karena wajib pajaklah yang mengetahui tentang transaksi dan kegiatan

yang berhubungan dengan pajaknya. Jika tidak paham, kerumitan

peraturan perundang-undangan perpajakan maka dapat dibantu oleh

praktisi pajak (jasa konsultan pajak). Pengisian SPT harus benar, sesuai

dengan kenyataan dan lengkap, jika tidak maka akan mengakibatkan

sanksi administrasi, lebih jauh akan dikenakan sanksi pidana yang

dijatuhkan kepada wajib pajak. Untuk mengisi SPT, diperlukan catatan

atau pembukuan wajib pajak. Wajib pajak mendatangani SPT, sebagai

pertanggungjawaban atas kebenaran data yang dimasukan dalam SPT”.

Menurut Siti Kurnia (2010;173) menyatakan bahwa:

“Batas waktu penyampaian SPT tahunan pajak penghasilan wajib pajak

orang pribadi, selambat-lambatnya 3 bulan setelah akhir tahun. Jika tahun

buku tanggal 1 Januari sampai 31 Desember batas waktu penyampaian

SPT tanggal 31 Maret”.

3)

Pembayaran atau Penyetoran Pajak

Menurut Siti Kurnia (2010:176) menyatakan bahwa:

“pembayaran dan penyetoran dengan menggunakan Surat Setoran Pajak

(SSP), formulir yang menyangkut pembayaran atau penyetoran ini dapat

diminta ke KPP. Wajib pajak wajib membayar atau menyetor pajak yang

terutang dengan menggunakan SSP ke kas negara melalui tempat

pembayaran. SSP tersebut berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak

apabila telah disahkan oleh pejabat kantor penerima pembayaran yang

berwenang atau apabila telah mendapat validasi, yang ketentuannya

diatur dengan atau berdasarkan peraturan menteri keuangan. Menteri

Keuangan menentukkan tanggal jatuh tempo pembayaan dan penyetoran

pajak yang terutang untuk suatu saat atau masa pajak bagi

masing-masing jenis pajak,paling lama 15 hari setelah terutang pajak atau

berakhirnya masa pajak. Pembayaran atau penyetoran pajak yang

dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran pajak dikenakan

sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan yang dihitung

dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran

dan bagian dari bulan dihitung

penuh satu bulan”.


(30)

19

4)

Penetapan dan Ketetapan Pajak

Menurut Siti Kurnia (2010:180) menyatakan bahwa:

“Penerbitan surat ketetapan pajak hanya terbatas pada wajib pajak tertentu

yang disebabkan ketidakbenaran pengisian SPT. Dapat juga karena

ditemukan data fiscal yang tidak dilaporkan dengan kata lain wajib pajak

tidak patuh memenuhi kewajiban yang telah ditentukan oleh peraturan

wajib pajak yang berlaku. Sanksi administrasi yang diterapkan dalam surat

ketetapan pajak adalah sanksi administrasi berupa bunga,denda,kenaikan.

Pada surat taguhan pajak sanksi yang diterapkan adalah sanksi

administrasi berupa bunga dan denda”.

2. Pengetahuan mengenai Fungsi Pajak

Menurut Siti Kurnia (2010:25) menyatakan bahwa:

“Fungsi pajak adalah kegunaan pokok dan manfaat pokok pajak sebagai alat

untuk menentukan politik perekonomian, pajak memiliki kegunaan dan

manfaat pokok dalam meningkatkan kesejahteraan umum. Terdapat dua fungsi

pajak,yaitu fungsi

budgetair

(sumber keuangan negara) dan fungsi

regulerend

(mengatur)”.

1)

Fungsi

Budgetair

(Sumber Keuangan Negara)

Menurut Siti Resmi (2003:2) Fungsi

budgetair

menyatakan bahwa :

“Pajak mempunyai fungsi

budgetair

artinya pajak merupakan salah satu

penerimaan untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun

pembangunan, sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya

memasukkan uang sebanyak-

banyaknya untuk kas Negara”.

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:26) menyatakan bahwa :

Fungsi

budgetair

merupakan fungsi utama pajak, atau fungsi fiskal,

yaitu pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukkan secara optimal

ke kas negara yang dilakukan sistem pemungutan berdasarkan

undang-undang perpajakan yang berlaku”.


(31)

20

Sedangkan fungsi

budgetair

menurut Mardiasmo (2011:1) menyatakan

bahwa:

“Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai

pengeluaran-

pengeluarannya”.

2)

Fungsi

Regulerend

(Mengatur)

Menurut Siti Resmi (2003:3) Fungsi

regulerend

menyatakan bahwa :

“Fungsi

regulerend

adalah fungsi yang digunakan sebagai alat untuk

mengatur masyarakat, baik dibidang ekonomi, sosial maupun politik dengan

tujuan tertentu”.

Menurut Mardiasmo (2011:2) Fungsi

regulerend

menyatakan bahwa :

“Pajak sebag

ai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan

pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi”.

Menurut Siti Kurnia (2010:29) menyatakan bahwa:

“Fungsi

regulerend

disebut juga fungsi mengatur, yaitu pajak merupakan alat

kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Di samping usaha

untuk memasukkan uang untuk kegunaan kas negara, pajak dimaksudkan pula

sebagai usaha pemerintah untuk ikut andil dalam hal mengatur dan bilamana

perlu mengubah susunan pendapatan dan kekayaan dalam sektor swasta”.

3. Pengetahuan mengenai Sistem Perpajakan

Berdasarkan kutipan diatas, dapat diuraikan bahwa sistem pemungutan pajak

di Indonesia terbagi menjadi tiga jenis yaitu :

1)

Self Assesment System

Menurut Siti Kurnia (2010:101) menyatakan bahwa:

“Self assessment system

merupakan suatu sistem perpajakan yang memberi

kepercayaan kepada wajib pajak untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri

kewajiban dan hak perpajakannya. Dalam hal ini dikenal dengan :

1. Mendaftarkan diri di Kantor Pelayanan Pajak

2. Menghitung dan atau memperhitungkan sendiri jumlah pajak yang

terutang


(32)

21

3. Menyetor pajak tersebut ke Bank persepsi/kantor pos

4. Melaporkan penyetoran tersebut kepada Direktur Jenderal Pajak

5. Menetapkan sendiri jumlah pajak yang terutang melalui pengisian SPT

dengan baik dan benar”.

2)

Witholding Tax System

Menurut Siti Kurnia (2010:104) menyatakan bahwa :

Witholding tax system

merupakan system perpajakan dimana pihak ketiga

baik Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan Dalam Negeri

diberi kepercayaan oleh peraturan perundang-undangan untuk melaksanakan

kewajiban memotong atau memungut pajak penghasilan yang dibayarkan

kepada penerima penghasilan”.

3)

Official Tax System

Menurut Siti Kurnia (2010:106) menyatakan bahwa :

Official tax system

merupakan system perpajakan dalam mana inisiatif

untuk memenuhi kewajiban perpajakan berada dipihak fiskus. Dalam system

ini fiskuslah yang aktif sejak dari mencari Wajib Pajak untuk diberikan

NPWP sampai pada penetapan jumlah pajak yang terutang melalui

penerbitan SKP”.

2.1.2

Self Assessment System

2.1.2.1 Pengertian

Self Assessment System

Menurut Suparmono dan Theresia Woro (2010:4)

Self Assessment System

adalah sebagai berikut :

Self Assessment System

yaitu suatu sistem pemungutan yang wajib

pajaknya boleh menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya

pajak yang harus disetor

”.

Sedangkan menurut Rimsky K. Judisseno yang dikutip oleh Siti Kurnia

Rahayu dan Sony Devano (2010:102), menjelaskan bahwa:

“Self Assessment System

diberlakukan untuk memberikan kepercayaan yang

sebesar -besarnya bagi masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan peran

masyarakat dalam menyetorkan pajaknya. Konsekuensinya, masyarakat harus

benar - benar mengetahui tata cara perhitungan pajak dan segala sesuatu yang

berhubungan dengan peraturan pemenuhan perpajakan”.


(33)

22

Sedangkan menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:101)

Self Assessment System

adalah sebagai berikut: :

Self Assesment System

adalah suatu sistem perpajakan yang memberi

kepercayaan kepada wajib pajak untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri

kewajiban dan hak perpajakannya”

Adapun pengertian

Self Assessment System

menurut Mardiasmo (2009:7)

yaitu sebagai berikut:

“Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib

Pajak untuk menentukan sendir

i besarnya pajak yang terutang”

.

Menurut Zain (2007:112) pengertian

self assessment system

adalah sebagai

berikut:

“Sistem pemungutan pajak yang dianut Indonesia saat ini adalah

Self

Assessment System

, yaitu ketetapan pajak yang ditetapkan oleh Wajib Pajak

sendiri yang dilakukannya dalam SPT”.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

Self Assessment System

adalah sistem pemungutan pajak yang dimana fiskus mempercayakan sepenuhnya

pada wajib pajak dalam memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban

perpajakannya. Seperti dalam mendaftarkan diri, menghitung sendiri jumlah pajak

yang terutang, membayar pajak terutang, melaporkan pembayaran yang telah

dilakukan, menetapkan sendiri jumlah pajak yang terutang melalui pengisian SPT

dengan baik dan benar.


(34)

23

2.1.2.2 Indikator Self Assessment System

Menurut Siti Resmi (2011 : 10), menyatakan bahwa :

1.

Menghitung pajak yang terutang;

2.

Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang;

3.

Membayar sendiri jumlah pajak yang terutang;

4.

Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang; dan

5.

Mempertanggungjawabkan pajak yang terutang.

Berdasarkan referensi di atas maka, indikator yang digunakan dalam

penelitian ini :

1.

Memperhitungkan Sendiri pajak yang terutang;

2.

Membayar sendiri jumlah pajak yang terutang; dan

3.

Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang.

.

2.1.2.3

Komponen

Self Assessment System

Kewajiban Wajib Pajak dalam

Self Assessment System

menurut Siti Kurnia

Rahayu (2010:103) adalah sebagai berikut:

1. Mendaftarkan Diri ke Kantor Pelayanan Pajak.

Wajib pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke kantor

Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Penyuluhan Potensi perpajakan (KP4)

yang wilayahnya meliputi tempat tinggal atau kedudukan wajib pajak, dan

dapat melalui e-register (media elektronik online) untuk diberikan Nomor

Pokok Wajib Pajak (NPWP).

2. Menghitung Pajak oleh Wajib Pajak.

Menghitung pajak penghasilan adalah menghitung besarnya pajak terutang

yang dilakukan pada setiap akhir tahun pajak, dengan cara mengalikan tarif

pajak dengan pengenaan pajaknya. Sedangkan, memperhitungkan adalah

mengurangi pajak yang terutang tersebut dengan jumlah pajak yang dilunasi

dalam tahun berjalan yang dikenal sebagai kredit pajak prepayment.


(1)

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas kasih dan kuasa-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH PENGETAHUAN PAJAK DAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK”.

Penyusunan Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat sidang guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

Peneliti menyadari dalam penyusunan Skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena didalamnya tidak terlepas dari kekurangan-kekurangan. Hal ini dikarenakan keterbatasan peneliti baik dalam hal kemampuan, pengetahuan dan pengalaman peneliti. Untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar dalam penyusunan karya tulis selanjutnya dapat lebih baik lagi.

Selama penyusunan Skripsi ini peneliti banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa dorongan moril maupun materil. Terutama kepada Dr. Ely Suhayati, SE.,M.Si,Ak.,CA Selaku Dosen Pembimbing yang penuh keikhlasan berkenan memberikan bimbingan, membina dan mengarahkan penulis sehingga laporan ini dapat selesai.


(2)

viii

Pada kesempatan ini, dengan tulus dan dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., Selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, S.E., Spec. Lic., Selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia

3. Dr. Siti Kurnia Rahayu, SE.,M.Ak., Ak.Selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia dan Dosen Wali Kelas Akuntansi 2 angkatan 2011 Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia

4. Adi Rachmanto S.Kom., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

5. Staf Dosen Pengajar yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman serta dukungan kepada peneliti selama kegiatan perkuliahan.

6. Staf Kesekretariatan Program Studi Akuntansi yang telah memberikan pelayanan dan informasi.

7. Papap (Dadang Suhendar) dan Mamah (Mamay Rosmayati) , yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materil, juga atas do‟a dan cinta kasihnya yang tiada henti untuk penulis.

8. Adik-adik ku terkasih, atas ssemangat dan kebersamaannya

9. Teza yang tak henti-hentinya memberikan dorongan, semangat dan motivasi untuk penulis.


(3)

ix

10. Teman-teman seperjuangan Akuntansi 2 khususnya Nurrisa Ayuningtyas, Megawati Mamangkey, Wina Sugiarti, Ines Idzayasha, Mega Nurcahyanti, Rizki Sugiarti, Faisal Aris Munandar, Ibnu Abdul Ghofar, Dani Miftahudin dan Afryadin Rusdian

11. Caca, Geboy , Adul , Raina, Muthi, Dila dan teman teman TERASE06 2011 atas semangat dan bantuannya.

12. Ka Faizal Arseal, Nizar Rachman dan Ka Buddy Hendrawan atas Saran dan juga bimbingannya kepada penulis.

13. Tony Kurniawan atas kesabaran dan perhatiannya kepada penulis.

14. Seluruh Pihak yang telah membantu penusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Harapan peneliti semoga apa yang disajikan dalam Skripsi ini memberikan manfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi para pembaca.

Akhir kata peneliti panjatkan do‟a kepada Allah SWT, semoga amal berupa bantuan, dorongan dan do‟a yang telah diberikan kepada peneliti akan mendapatkan balasan yang berlipat ganda.

“Amin Ya Rabbal „Alamin”

Bandung, Agustus 2015 Peneliti,

Gendis Yulianda Pratiwi NIM.2111076


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak Dan Self Assessment System Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survei Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Di KPP Pratama Bandung Karees)

0 9 7

Pengaruh Perencanaan Pajak dan Pelaksanaan Self Assessment System terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Cimahi

32 193 160

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Self Assessment System Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees)

0 13 43

Pengaruh Pelaksanaan Self Assessment System dan Pengetahuan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Bandung Karees)

4 30 56

Pengaruh Pengetahuan Pajak, Self Assestment System dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survei di Kantor Pelayanan Pajak Pratama)

1 22 53

Pengaruh pengetahuan pajak dan self assessment system terhadap kepatuhan pajak : (survey kasus pada KPP Pratama Bandung Cicadas)

2 17 1

Pengaruh Perilaku Wajib Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Self Assessment System (Survey Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Bandung Karees)

0 2 1

Pengaruh Self Assessment System dan Account Representative Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Survey Pada Wajib Pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang)

7 67 68

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM DAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB Pengaruh Penerapan Self Assessment System Dan Kemauan Membayar Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di Surakarta.

0 1 17

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM DAN KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB Pengaruh Penerapan Self Assessment System Dan Kemauan Membayar Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di Surakarta.

0 4 12