6
2. Silvopastura Silvopastural systems
Sistem agroforestri yang meliputi komponen kehutanan atau tanamanberkayu dengan komponen peternakan atau binatang ternakpasture
disebut sebagai sistem silvopastura. Beberapa contoh silvopastura Nair, 1993, antara lain: Pohon atau perdu pada padang penggembalaan Trees and shrubson
pastures, atau produksi terpadu antara ternak dan produk kayu integrated production of animals and wood products.
Kedua komponen dalam silvopastura seringkali tidak dijumpai pada ruang danwaktu yang sama misal: penanaman rumput hijauan ternak di bawah
tegakanpinus, atau yang lebih ekstrim lagi adalah sistem ‘cut and carry’ pada pola pagarhidupliving fences of fodder hedges and shrubs; atau pohon
pakanserbagunamultipurpose fodder trees pada lahan pertanian yang disebut proteinbank.
Meskipun demikian, banyak pegiat agroforestri tetapmengelompokkannya dalam silvopastura, karena interaksi aspek
konservasidan ekonomi jasa dan produksi bersifat nyata dan terdapat komponenberkayu pada manajemen lahan yang sama.
3. Agrosilvopastura Agrosilvopastural systems
Telah dijelaskan bahwa sistem-sistem agrosilvopastura adalah pengkombinasian komponen berkayu kehutanan dengan pertanian semusim
dan sekaligus peternakanbinatang pada unit manajemen lahan yang sama. Tegakan hutan alam bukan merupakan sistem agrosilvopastura, walaupunketiga
komponen pendukungnya juga bisa dijumpai dalam ekosistem dimaksud. Pengkombinasian dalam agrosilvopastura dilakukan secaraterencana untuk
mengoptimalkan fungsi produksi dan jasa khususnyakomponen
Universitas Sumatera Utara
7 berkayukehutanan kepada manusiamasyarakat to serve people.Tidak tertutup
kemungkinan bahwa kombinasi dimaksud juga didukung olehpermudaan alam dan satwa liar lihat Klasifikasi agroforestri berdasarkan
MasaPerkembangannya. Interaksi komponen agroforetri secara alami ini mudahdiidentifikasi. Interaksi paling sederhana sebagai contoh, adalah
peranantegakan bagi penyediaan pakan satwa liar buah-buahan untuk berbagaijenis burung, dan sebaliknya fungsi satwa liar bagi proses penyerbukan
atauregenerasi tegakan, serta sumber protein hewani bagi petani pemilik lahan.
Sistem Silvopastura
Menurut Ainurrasjid 2001 mengatakanbahwa silvopastura adalah bentuk agroforestri yangmerupakan campuran kegiatan kehutanan danpeternakan, yang
dilaksanakan di bawah tegakanhutan Agathis sp, Pinus sp, Albizia sp, dan lainlain.Pada tegakan tersebut ditanami rumput-rumputan secara bersama-
samatanpa merusak tegakannya. Sehingga sistemsilvopastura merupakan upaya
pengelolaan lahanhutan untuk menghasilkan kayu dan untukmemelihara ternak.
Lahan merupakan bagian dari bentang alam yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografirelief, tanah, hidrologi dan bahkan
vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan FAO, 1976. Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan
sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini kesesuaian lahan aktual atau setelah diadakan perbaikan
kesesuaian lahan potensial.
Universitas Sumatera Utara
8 HasilpenelitianMansyur,et al., 2009 diketahuibahwabudidaya HMT
sepertirumputgajahdengansystemsilvopastura di DesaCijambumerupakansilvopastura yang
dilakukanpenanamantanamanpakanpadasaat tanamankehutanansudahdewasa.
Silvopastura yang adaseluas 38 ha, terdiridari 28 ha pengembangan yang pertama, 10 ha
adalahpengembangantahapdua.Alasanpeternaksapiperahdalammelaksanakansyste msilvopastura.Pertama,kebutuhanpakanhijauanuntukpakanternaksapiperahnya,
karenakegiatanusahasapiperahdianggapmampumeningkatkanstabilitasekonomi, sehinggakeberlangsunganusahatemaksapiperahperluterusdipertahankandengansela
lumenggunakan HMT. Kedua, adanyakeinginanuntukmeningkatkanpenggunaansumberdayaalam yang lain,
berupalahankehutanan, agar memberikanmanfaat yang lebihtinggi.Petemaksangatmenyadaribahwasumberdayalahan yang
dimilikinyatidakakanmampumendukungusahapeternakansapiperahnysecaraoptima l.
Aspek Sosial Ekonomi masyarakat
Dilihat dari aspek ekonomi, penerapan sistem Silvopastura memiliki masa depan yang cerah. Sebagai sebuah sistem yang memadukan berbagai jenis
tanaman dalam satu lahan, maka akan memungkinkan naiknya produktifitas hasil panen. Logikanya, setiap tanaman memiliki nilai jual masing-masing, ketika
dalam sistem agroforestri di kombinasikan tanaman-tanaman yang komersial maka total pendapatan pasca panen akan melimpah Mahendra, 2009.
Universitas Sumatera Utara
9 Keadaan sosial masyarakat setempat dapat dikatakan baik, hal ini terlihat
karena jarangnya konflik yang terjadi di wilayah tersebut. Jika dikaitkan dengan sistem silvopastura, keharmonisan warga terlihat dengan adanya tolong menolong
antara yang satu dengan yang lainnya.
Umur
Berdasarkan hasil wawancara, semakin tua umur responden 50 tahun biasanya semakin lamban mengadopsi inovasi, dan cenderung hanya
melaksanakan kegiatan - kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh warga masyarakat setempat. Hal ini sesuai dengan penelitian Soekartawi 1988 bahwa
semakin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih
cepat melakukan adopsi inovasi.Dinusia yang muda juga, mereka juga belum berpengalaman dalam soal adopsi inovasi tersebut.
Petani yang berusia lanjut yaitu berumur 50 tahun ke atas biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat
mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidup. Mereka cenderung bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru sehingga mereka hanya melaksanakan
kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh pendahulu atau masyarakat sekitar Kartasapoetra, 1991.
Pendidikan formal
Syafruddin 2003 menyatakan bahwa pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya diperkirakan akan menanamkan pengertian sikap
yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Dengan demikian hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat adopsi
Universitas Sumatera Utara
10 pertanian adalah berjalan secara tidak langsung, kecuali bagi mereka yang belajar
secara spesifik inovasi baru tersebut.
Sekolah dinamakan lembaga pendidikan formal karena mempunyai bentuk yang jelas, dalam arti memiliki program yang telah direncanakan dengan
teratur dan ditetapkan dengan resmi, misalnya di sekolah ada rencana pelajaran, jam pelajaran dan peraturan lain yang menggambarkan bentuk dari program
sekolah secara keseluruhan Hasbullah, 2005.
Luas kepemilikan lahan
Rusdiyanto 2005 menambahkan bahwa, setiap hari lahan pertanian mengalami penyusutan, akibat dari pembangunan yang sangat pesat di bidang
properti dan industri. Adapun lahan pertanian yang tersisa untuk bercocok tanam bagi sebagian besar masyarakat perkotaan, hanya berupa lahan pekarangan.
Karenanya, betapapun terbatasnya lahan pekarangan yang dimiki, akan tetapi bila dimanfaatkan secara optimal, dapat mendatangkanhasil yang cukup
menguntungkan.
Pendapatan Usaha Ternak
Pendapatan income statement lebih menunjukkan kepada sumber penerimaan tersebut. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha
dan tersedianya dana riil untuk periode selanjutnya. Suharno dan Nazaruddin 1994, gambaran mengenai usaha ternak yang memiliki prospek cerah dapat
dilihat dari analisis usahanya. Analisi usaha juga dapat memberikan informasi lengkap tentang modal, besar biaya untuk bibit, pakan, dan kandang, lamanya
modal akan kembali dan tingkat keuntunga yang di peroleh.
Universitas Sumatera Utara
11 Pendapatan usaha ternak sangat dipengaruhi oleh banyaknya ternak yang
dijual oleh peternak itu sendiri sehingga semakin banyak jumlah ternak maka semakin tinggi pendapatan bersih yang diperoleh Soekartawi, 1995.
Komponen penyusun silvopastura
Komponen penyususn silvopastura meliputi komponen kehutanan atau tanaman berkayu dengan komponen peternakan pasture disebutsebagai sistem
silvopastura. Beberapa contoh silvopastura Nair, 1993, antara lain: Pohon atau perdu pada padang penggembalaan Trees and shrubs on pastures, atau produksi
terpadu antara ternak dan produk kayu integrated production of animals and wood products. mengelompokkannya dalam silvopastura, karena interaksi aspek
konservasi dan ekonomi jasa dan produksi bersifat nyata dan terdapat komponen berkayu pada manajemen lahan yang sama.
Mustofa, dkk. 2003 mendefinisikan bahwa silvopastura merupakan salah satu sistem agroforestri yang mengintergrasikan antara tegakan pohon, tanaman
pakan, dan temak dalam suatu kegiatan yang terstruktur dan menggambar berbagai interaksi. Tujuan silvopastura sendiri bagaimana dapat mengoptimalkan
ketiga komponen tersebut. Pada sistem tersebut tegakan pohon diatur untuk menghasilkan kayu gelondongan yang bernilai tinggi, dan mengelola vegetasi
dibawah tegakan yang berupa tanaman pakan untuk dapat disajikan atau
digembalakan oleh ternak. Populasi Ternak
Sugiyono 2001 menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objeksubjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
Universitas Sumatera Utara
12 kesimpulannya.Jadipopulasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam
yang lain.
Kerbau
Kerbau adalah ternak asli daerah panas dan lembab, khususnya di daerah belahan utara tropika. Ternak kerbau sangat menyukai air. Sisa – sisa fosil kerbau
yang sekarang masih tersimpan di India Lembah Hindus menunjukkan bahwa kerbau telah ada sejak zaman Pliocene. Kerbau lumpur domestikasi tampaknya
berasal dari daratan China. Kerbau termasuk familia Bovidae dan sejarah mencatat telah diternakkan di India, Malaysia dan Mesir. Ternak ini berfungsi
triguna : perah, daging dan ternak kerja. Kemampuannya yang menonjol adalah dapat memanfaatkan tanaman yang terkasar dan merubahnya menjadi produk
ternak Reksohadiprodjo, 1984.
Ketersediaan Pakan Ternak
Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan
hidup, berproduksi, dan berkembang biak. Pakan merupakan faktor utama dalam keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan
tatalaksana. Pakan yang berkualitas akan sangat mendukung peningkatan produksi maupun reproduksi ternak Anggorodi, 1985.
Budidaya tanaman hijauan pakan ternaksudah mulai dikembangkan di lahan kering sejalandengan program konservasi tanah. Pembuatanteras gulud atau
teras bangku pada lahan-lahanmiring, selalu dilengkapi dengan penanamanrumput atau leguminosa untuk pakandan penguat teras dan juga ditanam di sela-
Universitas Sumatera Utara
13 selatanaman kehutanan atau ditanam di bawahtegakan pohon. Pada umumnya
pengembanganusaha ternak di lahan kering lebih banyakditekankan pada peningkatan populasi ternak. Kekurangan pakan merupakansalah satu kendala
dalam pengembangan ternak.Adimihardja, 1990 dalam Salomon, 2005. Jenis pakan ternak yang terpenting adalah hijauan karena merupakan
pakan utama temak ruminansia, 70 dari makanan temak ruminansia adalah hijauan Nitis, et al., 1992, sehingga ketersediaan pakan baik dari segi kuantitas,
kualitas dan secara berkesinambungan sepanjang tahun perlu diperhatikan. Beberapa jenis hijauan pakan dapat dijadikan alternatif pilihan untuk menjamin
ketersediaan hijauan pakan ternak baik dari segi kuantitas maupun segi kualitas yang tinggi.
Menurut Syamsu 2008 hijauan pakan ternak adalahsemua pakan sumber serat kasar yang berasal daritanaman, khususnya bagian tanaman yangberwarna
hijau. Sebagaimana diketahui pakanternak bisa dibagi menjadi lima jenis, yaitu hijauanpakan ternak, sisa hasil pertanian, hasil ikutanpertanian, limbah
agroindustri dan pakan nonkonvensional. Sisa hasil pertanian, hasil ikutanpertanian dan limbah agroindustri biasanya disebutsebagai limbah tanaman.
Hijauan pakan ternakberupa rumput dan leguminosa merupakan halpenting bagi produksi dan pengembangan temakruminansia. Hijauan pakan ternak dapat
dibagimenjadi dua kategori.Pertama hijauan liar yaituhijauan yang tidak sengaja ditanam dan tumbuhdengan sendirinya dan yang kedua yaitu hijauan menjaga
kelestarian hutan. Budidaya tanaman hijauan pakan ternak sudah mulai dikembangkan di
lahan kering sejalan dengan program konservasi tanah. Pembuatan teras gulud
Universitas Sumatera Utara
14 atau teras bangku pada lahan-lahan miring, selalu dilengkapi dengan penanaman
rumput atau leguminosa pada bagian guludan atau bibir pada tebing teras yang sesuai untuk pakan dan penguat teras dan juga ditanam disela-sela tanaman
kehutanan atau ditanam di bawah tegakan pohon. Pada umumnya pengembangan usaha ternak di lahan kering lebih banyak ditekankan pada peningkatan populasi
ternak, tetapi kurang didukung oleh upaya pengembangan hijauan pakannya. Kekurangan pakan merupakan salah satu kendala dalam pengembangan ternak.
Khususnya pada musim kemarau pengembangan hijauan pakan lahan kering, baik rumput maupun leguminosa, merupakan suatu usaha penting dalam rangka untuk
mendukung pengembangan pakan ternak dalam suatu sistem usaha tani Adimihardja, 1990 dalam Salomon, 2005.
Perencanaan pengembangan HMT dengan sistem silvopastura untuk kebutuhan hijauan peternak. Tentunya penggunaan rumput gajah sebagai bahan
baku pakan ternak ruminansia hanya tidak memungkinkan, maka perlu adanya pemilihan spesies yang persisten dalam sistem silvopastura dan dapat digunakan
untuk bahan baku. Jenis - jenis hijauan pakan yang cocok untuk ditanam dan tumbuh di bawah naungan telah banyak dilakukan dan telah banyak menghasilkan
jenis hijauan yang cocok untuk dikembangkan pada berbagai kondisi tersebut contoh rumput gajah Pennisetum purpureum L., rumput setaria Setaria sp.
Salomon, 2005. Produktivitas hijauan makanan ternak merupakan kemampuan
menghasilkan suatu hijauan pakan yang dihasilkan. Pada dasarnya ada dua faktor yang mempengaruhi produktivitas rumput yaitu faktor genetik dan faktor
lingkungan yang mencakup keadaan tanah dan kesuburannya, pengaruh iklim
Universitas Sumatera Utara
15 termasuk cuaca dan perlakuan manusia atau manajemen. McIlroy 1977 dalam
Riyanto2008 menjelaskan bahwa produktivitas rumput tergantung pada faktor- faktor seperti persistensi ketahanan agresivitas, kemampuan tumbuh kembali,
sifat tahan kering dan tahan dingin, penyebaran produksi musiman, kesuburan tanah, dan iklim.
Hasil penelitian Prasetyo 2008 diketahuiproduksi rumput gajah dengan luas lahan 1 Ha mampu menampung sapi perah sebanyak 20 ekor selama setahun
sedangkan kebutuhan ternak sapi akan hijauan segar yaitu 10 dari berat badan per hari per ekor. Jikaberat seekor sapi perah 600 kg, maka kebutuhan hijauan per
hari adalah 60 kg, jadi kebutuhan akan hijauan per tahun 21,9 ton. Berdasarkan perhitungan tersebut berarti rumput raja dapat menampung 49 ekor sapi
perahhatahun secara potong angkut. Pakan kambing sebagian besar terdiri dari hijauan, yaitu rumput dan daun-
daunan tertentu daun nangka, daun waru, daun pisang dan daunan leguminosa. Seekor kambing dewasa membutuhkan kira - kira 6 kg hijauan segar sehari yang
diberikan 2 kali, pagi dan sore, tetapi kambing lebih suka mencari dan memilih pakannya sendiri di alam terbuka. Untuk kambing jantan yang sedang dalam
periode memacek sebaiknya ditambah pakan penguat konsentrat ± 1 kg. Konsentrat yang terdiri dari campuran 1 bagian dedak dengan 1 bagian bungkil
kelapa ditambah garam secukupnya adalah cukup baik sebagai pakan penguat. Pakan penguat tersebut diberikan sehari sekali dalam bentuk bubur yang kental
Sosroamidjojo, 1985. Pemberian hijauan dalam keadaan segar, umumnya lebih disukai ternak
ruminansia, dibandingkan pemberian dalam keadaan layu atau kering. Namun ada
Universitas Sumatera Utara
16 beberapa jenis hijauan yang dalam keadaan segar masih mengandung racun yang
bisa membahayakan kehidupan ternak ruminansia, misalnya daun singkong dan gliricidae. Karenanya, pakan berupa hijauan tersebut harus dilayukan terlebih
dahulu selama 2-3 jam dibawah terik matahari. Bisa juga diinapkan selama semalam sebelum diberikan kepada ternak Sodiq dan Abidin, 2002.
Komposisi Jenis Tanaman Kehutanan
Komposisi jenis adalah susunan dan jumlah jenis pada suatu komunitas tumbuhan. Komposisi jenis bisa bersifat homogen juga heterogen. Lahan yang
memiliki komposisi jenis yang homogen artinya lahan tersebut baik pekarangan maupun hutan di dominasi kira-kira 90 jenis yang sama, sehingga terlihat
seragam. Keadaan seperti ini dalam suatu tegakan biasa disebut dengan tegakan murni, sedangkan apabila tersusun atas jenis-jenis yang beragam disebut tegakan
campuran Mahendra, 2009. Komposisi jenis merupakan kumpulan dari beberapa vegetasi. Menurut
Spuur dan Barnes 1980 vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan yang hidup di suatu wilayah yang tersusun atas berbagai jenis dengan kelimpahan
relatifnya. Vegetasi disuatu wilayah dapat dilukiskan dengan berbagai cara baik struktur, kelimpahan, kepadatan dan lain-lainnya.
Untuk tanaman penghasil buah dipilih jenis durian, rambutan dan coklat yang nilai jualnya tinggi dan khusus untuk coklat apabila sudah berbuah maka
hampir setiap hari bisa dipetik hasilnya. Selain jenis yang sengaja ditanam ada juga jenis yang tumbuh secara liar, misalnya jenis rumput, gulma dan tumbuhan
bawah lain. Jenis ini juga bermanfaat untuk hijauan makanan ternak HMT
Universitas Sumatera Utara
17 sehingga di beberapa daerah misalnya Gunung kidul, bebrapa jenis rumput seperti
kolonjono sudah banyak dibudidayakan Mahendra, 2009.
Kontribusi Terhadap Pendapatan Rumah Tangga
Aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Dengan kegiatan-kegiatan kehutanan
yang baik, sumber-sumber daya hutan mampu memberikan kontribusi langsung dalam meningkatkan pendapatan masyarakat. Mata pencaharian masyarakat di
pedesaan, mengandalkan pemanfaatan langsung hasil pertanian dan hutan serta berbagai sumber pendapatan lainnya yang dihasilkan dari penjualan hasil hutan
atau dari upah pekerja Prasetyo, 2008. Sumber pendapatan utama rumah tangga dilokasi penelitian berasal dari
pengelolaan agroforestri karet yaitu Rp. 485. 415.000 78, 47 , dan sisanya Rp. 133.333.000 21,53 berasal dari luar agroforestri. Dengan persentase
pendapatan sebesar 78, 47 terhadap total pendapatan rumah tangga, maka pengelolaan agroforestri karet di Desa Lau Demak memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap pendapatan rumah tangga Azmy, 2004. Analisis nilai ekonomiadalah analisis yang mengacu pada keunggulan
komparatif atau efisiensi dari penggunaan barang dan jasa dalam satu kegiatan produktif. Efisien di sini diartikan bahwa alokasi sumber-sumber ekonomi
digunakan untuk kegiatan yang menghasilkan output dengan nilai ekonomi tertinggi. Sedangkan perbedaannya dengan analisis finansial yaitudalam evaluasi
manfaat biaya mengacu kepada penerimaan dan pengeluaran yang mencerminkan
Universitas Sumatera Utara
18 harga pasar aktual yang benar-benar diterima atau yang dibayar oleh petani
Budidarsono, 2001.
Universitas Sumatera Utara
19
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan melalui dua tahap. Tahap pertama adalah tahap survei lapangan yang akan dilaksanakan pada bulan April 2015. Sedangkan
Tahap kedua adalah tahap penelitian yang akan dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai dengan selesai. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Aman Damai,
Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis untuk menulis, kamera digital utuk dokumentasi, perangkat komputer untuk mengolah data.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner untuk wawancara serta dokumen lain yang berhubungan dengan lokasi dan kegiatan penelitian.
Jenis Data Yang Dikumpulkan
Data yang dikumpulkan berupa data primerdan data sekunder. Data primer adalah data utama yang diperlukan dalam penelitian. Data primer yang
dikumpulkan yaitu:
1. Keadaan sosial ekonomi masyarakat
2. Keragaman ternak
3. Ketersediaan pakan ternak
4. Komposisi jenis tanaman kehutanan.
Sedangkan data sekunder yang dibutuhkan adalah data yang digunakan untuk mendukung data primer. Data ini diperoleh buku, literatur, jurnal dan data
umum yang terdapat di instansi pemerintahan desa.
Universitas Sumatera Utara
20 Penentuan pengambilan responden dilakukan dengan metode purpossive
sampling yaitu sampel yang diambil adalah secara sengaja terhadap petani yang memiliki lahan silvopastura di Desa Aman Damai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten
Langkat yakni sebanyak 30 Kepala Keluarga.
Metode Pengambilan Data
Metode penelitian yang digunakan adalah metodesurvei melalui observasi ke lapangan danwawancara terhadap responden. Keadaan sosial ekonomi
masyarakat diketahui dengan menganalisis hasil wawancara dari responden. Responden yang diwawancarai antara lain pengelola silvopastura, dan
lembagainstansi terkait dengan menggunakan daftarpertanyaan terstruktur kuisioner. Penentuanresponden dilakukan secara sengaja terhadap penduduk
yang mengelola silvopastura yangdiambil secara purpossive samplingterhadap 30 Kepala Keluarga yang memiliki lahan silvopastura. Penentuan jumlah sampel
sejumlah 30 orang dari pengelola silvopastura didasarkanpada teori yang dikemukakan oleh Gay 1976, bahwa untuk penelitian sosial, ukuranminimal
yang dapat diterima adalah 30 sampel. Namun demikian berdasarkan informasi yang diperoleh dari peneliti
sebelumnya bahwa jumlah pengelola silvopastura tidak terlalu banyak. Oleh karena itu, penentuan responden dilakukan dengan metode purpossive
samplingyaitu penentuan responden dengan cara sengaja sesuai data yang dibutuhkan. Adapun data populasi ternak, ketersediaan pakan ternak dan
komposisi jenis tanaman kehutanan diperoleh dengan cara melakukan identifikasi dilapangan.
Universitas Sumatera Utara
21 Tabel 1. Lembar Data yang digunakan untuk pengumpulan data diri responden
No Nama
Umur Jenis
Kelamin Agama
Pendidikan Terakhir
Luas lahan
Pekerjaan Utama
Pekerjaan Sampingan
Pendapatan RpBln
1. 2.
3. 4.
Dst
Tahapan penelitian
Penelitian dilaksanakan melalui beberapatahapan sebagai berikut: a.
Survei awal, sebelum melakukan penelitianterlebih dahulu dilakukan survei awal, untukmelihat kondisi lahan dan luas kawasan yangakan diteliti.
b. Observasi yaitu pengamatan secara langsungdi lapangan meliputi jumlah
dan jenis ketersediaan pakan, komposisi jenis, dan pendapatan petani Silvopastura.
c. Melakukan wawancara secara langsungmenggunakan kuisioner terhadap
respondenyang menggunakan model silvopastura. d.
Pengolahan dan menganalisis data. e.
Pembuatan laporan hasil penelitian.
Pengolahan Data
pengolahan data pada keadaan sosial ekonomi masyarakat adalah menghitung pendapatan penduduk
yang menggunakan model
Universitas Sumatera Utara
22 silvopasturadanmenghitung jumlah penduduk yang memanfaatkan lahan dengan
model silvopastura yang ada diDesa Aman Damai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten
Langkat, untuk membandingkan jumlah laki-laki dan perempuan.
Pengolahan data pada populasi ternak adalah menghitung jenis dan jumlah ternak yang diternakkan oleh pendudukDesa Aman Damai, Kecamatan Sirapit,
Kabupaten Langkat, yang menggunakan sistem silvopastura. Dihitung juga jumlah tiap jenis, hal ini dilakukan untuk mengetahui jenis pakan ternak yang
dibutuhkan oleh tiap ternak. Pengolahan data pada ketersediaan pakan ternak adalah melihat jenis
hijauan pakan ternak yang ada dan jumlah hijauan pakan ternak. Sehingga bisa dihitung berapa kebutuhan ternak terhadap pakan ternak.
Pengolahan data pada komposisi jenis tanaman kehutanan adalah menghitung jumlah tanaman kehutanan yang di kembangkan. Serta melihat jenis
apa saja yang dikembangkan oleh penduduk Desa Aman Damai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat dalam mengelola silvopastura.
Parameter yang diamati dalam penelitianantara lain : a. Mengamati jenis hijauan makanan ternakmaupun tanaman kehutanan
b. Menghitung kebutuhan pakan
ternak dan mengidentifikasi tanamankehutanan yang dikembangkan.
c. Menghitung dan mengamati jumlah ternak dan menghitung jumlah kebutuhan hijauanmakanan ternak.
d. Menghitung luas lahan yang di manfaatkan petani Silvopastura. e. Melihat kontribusi praktek silvopastura terhadap pendapatan rumah
tangga.
Universitas Sumatera Utara
23 f. Menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan petani
silvopastura.
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, kualitatif, kuantitatif. Adapun yang dianalisis pada keadaan sosial ekonomi masyarakat adalah
menghitung pendapatan penduduk yang ada diDesa Aman Damai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat, yang menggunakan model silvopastura dihitung
dengan cara: Pendapatanpetani dari usahatani silvopastura dihitung dengan menggunakan
rumus : π = TR – TC
Keterangan : π = pendapatan petani Silvopastura
TR = total penerimaan TC = total biaya produksi
Doll dan Orazen, 1984. Jumlah pendapatan ditabulasi secara sederhana, yaitu dengan menghitung
pendapatan petani silvopastura pada usaha beternak terhadap pendapatan keluarga di daerah penelitian.
Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan masyarakat dilakukan dengan analisis regresi linear berganda dan dapat di tulis
dengan rumus sesuai berikut : Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3+b4X4+...
Universitas Sumatera Utara
24 Keterangan :
Y = pendapatan responden petani silvopastura b0 = konstanta
X
1
= Jumlah ternak ekor X
2
= Umur responden tahun X
3
= Tingkat pendidikan responden tahun X
4
= luas pemilikan lahan responden hektar Nair PKR, 1993.
Batasan Penelitian
Batasan penelitian diperlukan untuk menghindari kesalah pahaman dalam hasil penelitian ini. Penelitian ini hanya sebatas melihat kontribusi pendapatan
praktek silvopastura terhadap pendapatan rumah tangga dan menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan petani silvopastura di Desa Aman Damai,
Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat.
Universitas Sumatera Utara
25
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat