penyalut dalam mikroenkapsulasi Kim dan Morr 1996; Afeli 1998; Ariati 1998; Kristiani 1997; Lianawati 1998.
Salah satu alasan utama untuk membuat isolatkonsentrat protein dari kedele adalah untuk menurunkan atau menghilangkan flavor kedele yang tak diingini.
Flavor kedele yang tidak menyenangkan tersebut dikenal dengan beany. Isolat protein kedele tersebut dapat digunakan sebagai bahan penyalut terutama untuk
produk mikroenkapsulasi yang aplikasinya untuk di konsumsi manusia. Selain sebagai sumber protein, bungkil kedele juga mengandung berbagai
jenis karbohidrat. Potter dan Potchanakorn 1984 menyatakan bahwa bungkil kedele mengandung oligosakarida sukrosa, stakiosa dan rafinosa maupun
polisakarida pektin, arabinogalaktan dan selulosa. Kandungan oligosakarida dan polisakarida masing-masing sebesar 15 dan 16.5. Fraksi oligosakarida meru-
pakan komponen karbohidrat yang lebih mudah dicerna dari keseluruhan karbo- hidrat yang terkandung dalam bungkil kedele.
e. Corn gluten meal
Corn gluten meal merupakan hasil samping dari industri pengolahan sirup jagung dan pati jagung, kandungan proteinnya tinggi yaitu sekitar 60 akan tetapi
defisiensi asam amino lysin. Corn gluten meal juga tinggi pigmen xanthophyl yaitu sekitar 300 mgkg Leeson dan Summer 2001. Menurut NRC 1994 corn
gluten meal mengandung 3720 ME kcalkg, 62 protein kasar, 2,5 lemak, 1,3 serat kasar dan 0,5 posfor.
Corn gluten meal dipilih sebagai bahan penyalut alternatif karena mengandung protein yang tinggi yaitu 62 dan juga mengandung gluten. Gluten
merupakan protein yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyalut dalam mikroenkapsulasi Jackson dan Lee 1991.
f. Tepung daging dan tulang
Tepung daging dan tulang dipilih sebagai bahan penyalut alternatif karena merupakan sumber utama dari gelatin. Menurut Foegeding et al. 1996 pema-
nasan tepung daging dan tulang akan menghasilkan gelatin. Gelatin telah umum digunakan sebagai bahan penyalut dalam mikroenkapsulasi Lin et al. 1995.
Miles dan Jacob 1998 menyatakan tepung daging dan tulang merupakan bahan pakan yang dihasilkan dengan memanfaatkan kembali limbah hewan
seperti: potongan daging, organ-organ dan bahagian yang tidak dimakan, tulang, janin dan karkas yang diafkir, sedangkan darah, kulit, tanduk, kuku, manur, isi
lambung dan potongan kulit tidak dibolehkan untuk ditambahkan. Menurut Leeson dan Summer 2001 sebanyak 200 kg tepung daging dan tulang dapat
dihasilkan dari 1 ton karkas atau sebesar 20 dari berat karkas akan dihasilkan tepung daging dan tulang.
Komposisi nutrisi dari tepung daging dan tulang adalah protein kasar 50, energi metabolisme 2500 kcalkg, lemak kasar 6, serat kasar 2,5, kalsium 8 ,
posfor 4 dan asam linoleat 0,6 Leeson dan Summer 2001. Kandungan
lemak tinggi sehingga tidak dapat disimpan lama Miles dan Jacob 1998. Kandungan asam amino pada tepung daging dan tulang adalah sebagai
berikut: glisin 6.5, treonin 1.62, sistin 0.4, tirosin 1.10, valin 2.34, fenilalanin 1.70, triptopan 0.5, dan metionin 0.77. Glisin,
treonin, sistin dan tirosin tergolong asam amino polar yang bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Kandungan glisin pada tepung daging dan tulang lebih dominan,
jumlahnya sekitar 6.5 dari keseluruhan asam amino dan lebih tinggi diban- dingkan dengan tepung ikan, tepung bulu ayam dan tepung darah serta dengan
protein nabati. Kandungan asam amino bersifat polar seperti glisin dan arginin lebih
banyak pada gelatin dibandingkan dengan tepung daging dan tulang. Dengan
demikian gelatin lebih baik dibandingkan dengan tepung daging dan tulang, tetapi dari segi harga tepung daging dan tulang lebih murah sehingga dapat digunakan
sebagai bahan penyalut dalam mikroenkapsulasi untuk aplikasi pada ternak. Kekurangan dari tepung daging dan tulang dibandingkan dengan gelatin adalah
terbatas penggunaannya sebagai bahan penyalut. Tepung daging dan tulang hanya dapat digunakan sebagai bahan penyalut untuk mikroenkapsulasi pakan ternak.
Teknik Pengeringan
Banyak terdapat teknik pengeringan yang digunakan dalam proses mikroenkapsulasi.
Teknik pengeringan
tersebut di
antaranya: koaservasi
pemisahan fase dalam sistem koloid, pengering beku, pengering semprot dan pengering drum.
Teknik-teknik tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan tergantung tujuan dan hasil akhir yang ingin dicapai. Pemilihan teknik didasarkan
pada sifat fisik dan kimia bahan inti, sensitifitas bahan inti, ukuran mikrokapsul, mekanisme pelepasan, aplikasi dalam makanan dan faktor ekonomi Risch 1995.
a. Pengering semprot