MODEL PENGELOLAAN SERASAH TEBU SECARA
Penggunaan peralatan dan mesin dalam usaha pengelolaan serasah tebu memerlukan biaya investasi yang tinggi, sehingga diperlukan pengelolaan yang
efisien agar dapat tercapai biaya pengelolaan serasah tebu yang rendah. Teknologi pengelolaan serasah tebu yang berupa peralatan mekanis akan
sangat membantu pihak perkebunan dalam usahanya untuk memanfaatkan potensi limbah organik menjadi kompos. Pengelolaan serasah tebu menjadi kompos
membutuhkan beberapa tahap kegiatan dan peralatan mekanis yang memudahkan proses tersebut. Tahapan kegitan tersebut meliputi pengumpulan serasah tebu
dengan menggunakan trash rake, pengangkutan serasah tebu menggunakan trailer atau menggunakan truk, pencacahan menggunakan chopper, proses
fermentasi atau pengomposan, pencampuran bahan dengan alat loader, penyusunan bahan dengan truk hidrolik dan pengadukan kompos menggunakan
composting turner. Selanjutnya untuk aplikasi di lahan digunakan aplikator kompos.
Unit Pengomposan Serasah Tebu. Unsur penting dalam pengelolaan
serasah tebu. Unit ini akan menampung serasah kemudian mengolahnya menjadi kompos matang yang siap digunakan kembali ke lahan tebu atau dijual. Unit ini
terdiri dari rumah kompos yang dilengkapi dengan alat pencacah, pencampur dan pengaduk, penyusun bahan dan tempat pengomposan serta tempat penyimpanan
kompos yang telah dikepak siap digunakan atau dijual.
Tenaga Kerja. Kegiatan pengelolaan serasah tebu yang menggunakan
peralatan mekanis akan membutuhkan beberapa tenaga kerja yang mendukung lancarnya pekerjaan tersebut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan yang
berkaitan dengan tenaga kerja antara lain : 1 kontinuitas pekerjaan; 2 volume pekerjaan yang memadai; dan 3 tingkat upah yang layak
Formulasi Masalah
Berdasarkan analisis kebutuhan berbagai pihak yang terlibat dalam sistem pengelolaan serasah tebu selanjutnya dirumuskan masalah yang dihadapi oleh
pabrik gula dalam usahanya untuk menjalankan sistem pengelolaan serasah tebu antara lain :
1. Pemanfaatan potensi serasah tebu menjadi kompos 2. Ketersedian tenaga kerja untuk unit pengelolaan serasah tebu
3. Keterbatasan waktu yang tersedia untuk kegiatan pengelolaan serasah tebu 4. Investasi dan biaya dari teknologi pengelolaan serasah tebu
5. Skenario penempatan unit pengelola serasah tebu pada setiap rayon
Identifikasi Sistem
Sistem pengelolaan serasah tebu secara mekanis merupakan suatu sistem yang dapat menunjukkan interaksi dengan komponen masukan input dan sistem
lingkungan. Dari sistem ini akan dihasilkan suatu keluaran output, baik yang diinginkan maupun tidak diinginkan. Interaksi antar komponen yang saling
mempengaruhi akan digambarkan dalam suatu diagram sebab akibat, sedangkan hubungan antara masukan dan keluaran akan digambarkan dalam diagram input-
output. Model dinamik ini merupakan interaksi antara sistem pengelolaan serasah di lapang on farm dan sistem pengelolaan serasah di rumah kompos off farm.
Hubungan timbal balik antara komponen sistem yang berpengaruh pada sistem pengelolaan serasah tebu adalah besarnya produksi serasah, kapasitas kerja
trash rake dan trailer, jam kerja, luas lahan, kapasitas kerja pencacah serasah, pencampur dan penyusun kompos, produksi kompos serta aplikator kompos.
Sistem pengelolaan serasah tebu secara mekanis pada perkebunan tebu lahan kering terdiri atas beberapa tahap kegiatan antara lain:
Pengumpulan serasah tebu. Dilakukan dengan menggunakan peralatan
trash rake yang ditarik dengan traktor roda 4. Kapasitas kerja trash rake ini sangat bergantung pada dimensi ukuran trash rake, volume serasah yang terdapat di
lahan, dan kecepatan operator dalam mengoperasikan traktor. Pengumpulan ini bertujuan untuk menarik serasah tebu yang berada di tengah lahan perkebunan dan
mengumpulkan ke pinggir lahan perkebunan sehing mempermudah proses muat- angkut serasah tersebut.
Transportasi serasah tebu. Pengangkutan serasah tebu merupakan kegiatan
pemindahan serasah tebu yang telah dikumpulkan di tepi lahan areal perkebunan menuju unit pengelolaan serasah untuk diolah menjadi kompos. Jenis alat anggut
yang digunakan dapat berupa trailer yang ditarik oleh traktor atau mobil truk. Sistem transportasi serasah tebu memerlukan pengaturan dari interaksi berbagai
faktor yang mempengaruhi penggunaan alat angkut, seperti jadwal pengumpulan serasah, kapasitas pengumpulan serasah, laju pengangkutan, waktu muat dan
bongkar, serta waktu perjalanan dari dan ke unit pengelolaan serasah. Untuk melakukan analisis sistem pengangkutan serasah tebu, diperlukan komponen
waktu yang menyusun sistem transportasi serasah tebu. Komponen waktu ini meliputi waktu pemuatan serasah tebu, waktu perjalanan dari dan ke unit
pengelolaan serasah, dan waktu pembongkaran serasah tebu di unit pengelolaan.
Pencacahan serasah tebu. Kegiatan ini dilakukan di unit pengeloaan
serasah tebu menggunakan alat pencacah chopper yang berfungsi untuk memotong serasah tebu menjadi potongan-potongan yang lebih pendek 1-5 cm
agar memudahkan dalam proses pembuatan kompos. Proses pencacahan ini sangat bergantung pada kapasitas kerja alat pencacah.
Pencampuran Bahan Organik. Bahan organik serasah tebu akan
mengalami proses dekomposisi lebih cepat bila dicampurkan dengan kotoran ternak sebagai sumber tambahan kandungan Nitrogen dan bioaktivator sebagai
mikroba pengurai bahan organik yang masih mentah. Proses pencampuran dilakukan dengan perbandingan 4:1 antara bahan baku dasar dan bahan tambahan.
Proses pencampuran bahan ini menggunakan loader.
Proses Fermentasi. Salah satu tahap yang membutuhkan waktu yang cukup
lama dalam proses pembuatan kompos adalah fermentasi. Serasah tebu yang telah dicacah dicampur dengan bahan organik lain kotoran ternak dan bioaktivator
difermentasi selama 3 minggu untuk menghasilkan kompos yang matang. Proses fermentasi ini sangat bergantung pada ukuran bahan baku kompos, bahan
campuran, dan tempat fermentasi. Untuk menyusun bahan yang akan difermentasi digunakan truk hidrolik.
Pengadukan dan pembalikan kompos. Proses ini dibutuhkan agar sirkulasi
udara dan panas dapat terjaga sehingga akan dihasilkan kompos yang baik. Pengadukan dan pembalikan dilakukan dengan menggunakan alat berupa
composting turner.
Aplikasi kompos. Aplikasi kompos dilahan perkebunan tebu tidak
memungkinkan untuk dilakukan secara manual karena areal perkebunan sangat luas. Oleh karena itu digunakan aplikator kompos yang dapat mengaplikasikan
kompos secara cepat di lahan perkebunan tebu. Kerja aplikator kompos
dipengaruhi oleh lebar bukaan pintu pengatur dan kecepatan maju traktor saat aplikasi kompos di lahan perkebunan.
Gambar 6.2. Diagram causal loop model pengelolaan serasah tebu Identifikasi sistem diagram causal loop sebab-akibat selanjutnya
diinterpretasikan untuk membuat konsep diagram masukan-keluaran input-output digram. Model pengelolaan serasah tebu secara mekanis ini memberikan
gambaran mengenai produksi serasah, jumlah alat dan mesin yang dibutuhkan, biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan serasah dan produksi kompos
Produk tivitas Lahan tebu
Produksi Serasah tebu
Kap. Kerja: -Trash rake
- T railer
Luas lahan
Keb. Jumlah Mesin
Waktu Kerja
Kap. Kerja Pencacah
Pendapatan Produk
Kompos Biaya
Tetap
Biaya Total
Biaya Tidak Tetap
Kap. Kerja Aplikator
Kap kerja Penggiling
Kap. kerja Pengayak
Harga Kom pos
Analisis Kelayak an
Waktu Kerja
Keb. Jumlah Mesin
Wak tu Kerja
On Farm
Off Farm
+
+
+ -
- -
- -
- +
- -
+ -
-
+ +
+ +
+ -
- -
-
-
yang akan mempengaruhi tingkat pendapatan dari kegiatan pengelolaan serasah tebu. Pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap sistem secara lengkap terlihat
dalam diagram causal loop pada Gambar 6.2. Gambar 6.2 menunjukkan bahwa setiap komponen akan saling berinteraksi
dan mempengaruhi. Sebagai contoh produksi serasah tebu sangat dipengaruhi oleh luas lahan dan jenis varietas yang dikembangkan oleh pihak perkebunan. Untuk
meningkatkan produksi tebu dan serasah harus menggunakan varietas unggul. Produksi serasah tebu akan mempengaruhi jumlah kompos yang akan
dihasilkan dan jumlah kompos akan berpengaruh terhadap luasan lahan tebu akan diberi kompos. Luas lahan yang diberi kompos akan mempengaruhi tingkat
produksi setiap hektar.
Gambar 6.3. Diagram Masukan-Keluaran model pengelolaan serasah tebu Diagram masukan-keluaran merepresentasikan masukan lingkungan,
masukan terkendali dan tak terkendali, keluaran yang dinginkan dan tak
Masukan Tak Te rkontrol
1. Waktu tersedia 2. Luas Panen
3. Produktivitas 4. Tenaga Kerja
5. Harga input
Ke luaran Yang Diinginkan
1. Produksi Tinggi 2. Penghematan biaya
produksi 3. Keuntungan max
4. Kelancaran operasi
Model Penge lolaan Serasah Tebu Secara
Mekanis
Masukan Te rkontrol
1. Kapasitas alat dan mesin
2. Jam kerja harian 3. Biaya operasional
Keluaran Yang Tak Diinginkan
1. Biaya Tinggi 2. Efisiensi Rendah
3. Antrian Angkutan
KontrolManajeme n
diinginkan serta manajemen atau control. Sedangkan parameter sistem yang akan dirancang dipresentasikan sebagai kotak hitam black box pada bagian tengah
diagram, yang menunjukkan terjadinya proses transformasi masukan menjadi keluaran yang terlihat dalam diagram masukan-keluaran pada Gambar 6.3.
Berdasarkan diagram causal loop Gambar 6.2, maka stock flow diagram Gambar 6.4 model pengelolaan serasah tebu secara mekanis memperlihatkan
bahwa produksi serasah merupakan fungsi dari luas lahan dan produktivitas lahan. Produksi serasah tebu merupakan hasil kali luas lahan dengan produktivitas lahan.
Untuk kegiatan on farm dan pencacahan serasah, jumlah alat dan mesin akan dipengaruhi oleh kapasitas kerja, waktu kerja dan jumlah serasah tebu. Sedangkan
jumlah alat untuk kegiatan off farm dipengaruhi oleh produksi kompos, waktu kerja dan kapasitas kerja alat.
kk_trashrake kk_trailer
Produksi_serasah Persen_serasah
produksi_tebu
Luas_lahan produktivitas_serasah
Jml_trashrake Jml_trailer
jml_aplikator jml_truk_kompos
Pndptn_ktr Hrg_kmps
Fkotoran_ternak kk_truk_kompos
Pndptn_bersih BT_Pngmplan
BTT_Pngmplan BT_trnsport
BTT_transport BT_pncch
BTT_pencch
BTT_truk_kompos BT_truk_kompos
BTT_pengaduk BT_pengaduk
Jml_pengaduk BTT_Loader
kk_pencacah
Kk_truk_bahan Jml_truk_bahan
BT_truk_bahan Jml_Loader
BT_Loader BTT_truk_bahan
Gaji_ka_unit Gaji_manajer
Biaya_Total Biaya_Pngmplan
Biaya_trnsport
Biaya_aplktr Biaya_truk_kompos
Biaya_truk_bahan Gaji_staf
Biaya_loader Biaya_pengaduk
Biaya_bahan Biaya_listrik
Biaya_Pencch jml_pencacah
Fkompos
Campuran_bahan Kotoran_ternak
Kompos kk_aplikator
BTT_aplktr BT_aplktr
Gambar 6.4. Stock flow diagram sistem pengelolaan serasah tebu
Pada diagram causal loop terlihat bahwa tingkat pengeluaran biaya akan dipengaruhi oleh biaya tetap dan biaya tidak tetap dari masing-masing alat yang
digunakan. Jumlah alat dan jam kerja sangat mempengaruhi besarnya biaya yang akan dikeluarkan dalam kegiatan pengelolaan serasah tebu.
Besarnya pendapatan yang akan diperoleh oleh perusahaan dari kegiatan pengelolaan serasah tebu ini dipengaruhi oleh harga jual, produksi kompos dan
besarnya biaya yang dikeluarkan. Harga jual dan produksi kompos yang tinggi serta biaya minimal yang dikeluarkan akan memaksimalkan pendapan yang
diperoleh.
Hasil dan Pembahasan
Simulasi model berdasarkan Stock flow Gambar 6.4 memperlihatkan sistem pengelolaan serasah tebu akan dipengaruhi oleh produksi serasah tebu di
lahan perkebunan. Simulasi model pengelolaan serasah tebu secara mekanis dilihat dari jumlah alat dan mesin yang dibutuhkan dan biaya yang diperlukan
dalam kegiatan ini, sehingga dapat diketahui perilaku sistem pada model tersebut. Perilaku pendapatan yang diperoleh dari pengelolaan serasah tebu dapat dilihat
pada Gambar 6.5. Model yang dibuat adalah model dinamik yang digunakan untuk
menghitung kebutuhan alat dan mesin, menghitung biaya, produksi kompos dan keuntungan yang akan diperoleh dalam pengelolaan serasah tebu di pabrik gula.
Dalam model perhitungan ini tidak termasuk biaya investasi teknologi dan tempat pengomposan.
Grafik pendapatan bersih menunjukkan bahwa pada awal pengelolaan serasah tebu, usaha belum mendapat keuntungan, bahkan mengalami kerugian
akibat dari investasi biaya pengelolaan yaitu sebesar Rp -2 964 246 780.00. Pendapatan bersih yang akan diperoleh, setelah serasah tebu diolah menjadi
kompos. Pendapatan bersih unit pengelolaan serasah tebu memperlihatkan peningkatan mulai tahun pertama sebesar Rp 10 184 583 400.00 hingga
terakumulasi menjadi Rp 154 821 715 000.00 pada tahun ke-12. Nilai yang ditunjukkan pada grafik di atas memperlihatkan peningkatan
besarnya pendapatan yang akan diperoleh yang dipengaruhi oleh produksi
kompos. Produksi kompos dapat meningkat jika luas lahan atau produktivitas lahan meningkat. Berdasarkan potensi luas lahan yang dimiliki oleh PG Takalar ,
maka peningkatan produksi serasah masih sangat memungkinkan karena luas lahan yang gunakan dalam model ini hanya 70 dari potensi luas lahan yang
dimiliki PG Takalar . Selain itu produktivitas lahan sangat mungkin untuk ditingkatkan karena produktivitas lahan saat ini adalah 54 dari produktivitas
tertinggi yang pernah dicapai PG Takalar . Penggunaan varietas unggul dalam budidaya tanaman tebu lahan kering tidak hanya berpengaruh terhadap
peningkatan tebu saja, tetapi juga akan dapat meningkatkan produksi bahan kering berupa serasah tebu di lapang. Varietas unggul memiliki keunggulan dalam hal
potensi hasil dan mampu menghasilkan tebu hingga 119 tonha dengan rendemen 11.7 persen, maka potensi hablur gula adalah 13.9 tonha vaietas PS 881.
Tabel 6.1. Pendapatan bersih, biaya total dan pendapatan kotor pengelolaan serasah tebu dari tahun ke-1 sampai ke-12.
Tahun 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 13
Produksi_serasah Biaya_Total
Pndptn_ktr Pndptn_bersih
0.00 2.96424678e9 0.00
-2.96424678e9 32,860,100.00 1.6924999e10 2.7109583e10 1.01845834e10
65,720,200.00 3.0885751e10 5.4219165e10 2.33334136e10 98,580,300.00 4.4846504e10 8.1328748e10 3.64822437e10
131,440,400.00 5.8807256e10 1.0843833e11 4.96310739e10 164,300,500.00 7.2768008e10 1.3554791e11 6.27799041e10
197,160,600.00 8.6728761e10 1.626575e11 7.59287343e10
230,020,700.00 1.0068951e11 1.8976708e11 8.90775644e10 262,880,800.00 1.1465027e11 2.1687666e11 1.02226395e11
295,740,900.00 1.2861102e11 2.4398624e11 1.15375225e11 328,601,000.00 1.4257177e11 2.7109583e11 1.28524055e11
361,461,100.00 1.5653252e11 2.9820541e11 1.41672885e11 394,321,200.00 1.7049327e11 3.2531499e11 1.54821715e11
427,181,300.00 1.8445403e11 3.5242457e11 1.67970546e11
Hasil ini menggambarkan bahwa dalam sistem pengelolaan serasah tebu mekanis terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antar komponen-
komponen yang terlibat dalam pengelolaan serasah tebu. Baik komponen pada pengelolaan on farm maupun off farm. Perubahan nilai input atau masukan dari
setiap komponen akan mempengaruhi nilai komponen yang lain. Produksi serasah tebu merupakan fungsi dari produksi tanaman tebu itu
sendiri, semakin meningkat produksi tebu maka akan semakin meningkat pula produksi serasah tebu. Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi tanaman
tebu juga akan mempengaruhi produksi serasah tebu. Faktor-faktor tersebut antara lain : 1 teknk budidaya; 2 Kategori tanam; 3 masa tanam dan tebang; 4
varietas; 5 iklim; dan 6 lahan.
Tahun P
n d
p tn
_ b
e rs
ih
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
2e10 4e10
6e10 8e10
1e11 1e11
1e11 2e11
Gambar 6.5. Grafik pendapatan bersih perusahaan selama 12 tahun Pramuhadi 2007 menyatakan bahwa Produktivitas tebu lahan kering
merupakan fungsi dari faktor genetik tanaman, faktor lingkungan, dan faktor tindakan budidaya tanaman. Produktivitas tebu bisa mencapai maksimum apabila
ketiga faktor tersebut pada kondisi optimum. Faktor genetik yang biasa digunakan sebagai penentu produksi tebu adalah
varietas atau genotip. Penggunaan varietas unggul akan dihasilkan pertumbuhan dan produksi tebu yang tinggi.
Hasil penelitian Sulaiman 2007 menunjukkan bahwa pemanfaatan sumberdaya secara optimal pada tanaman tebu dapat meningkatkan produksi
secara nyata. Sumberdaya yang dimaksud adalah komposisi varietas, kategori tanam dan masa tanam. Hasil analisis mengenai pemanfaatan sumberdaya tersedia
dapat memberikan produksi tebu maksimal, yaitu 192 063.13 ton pada luasan
3 213 ha, sedangkan produksi tebu sebelum dioptima lkan hanya berkisar 89 225
ton pada luas areal kebun yang sama. Produksi tebu setelah dioptimalkan
menunjukkan peningkatan yang signif ikan sebesar 115 dibandingkan produksi tebu sebelum dioptimalkan pada tahun 2003 atau produktivitas rata-rata 27.77
tonha menjadi 58.47 tonha.
Faktor lingkungan, seperti jenis tanah, ketinggian tempat, letak geografis, dan iklim menjadi penentu produksi tebu karena lingkungan mempengaruhi
ketersediaan sinar matahari, udara, dan air sehingga lingkungan berperan sebagai sarana atau media bagi tebu untuk beradaptasi dan tumbuh hingga panen. Tanah
berperan sebagai media bagi tegaknya tanaman, perkembangan akar, dan bersama-sama dengan air berperan sebagai media penyerapan nutrisi unsur hara
oleh akar-akar tanaman. Faktor tindakan budidaya tanaman merupakan faktor tindakan manusia
untuk menumbuhkan tebu dengan sebaik-baiknya supaya produksi tebu tinggi melalui penerapan teknik budidaya tebu mulai dari pengolahan tanah, penanaman,
dan pemeliharaan tanaman hingga panen. Pramuhadi 2007 menyatakan bahwa aplikasi metode pengolahan tanah
min imum menghasilkan densitas tanah optimum yang menyebabkan pertumbuhan dan produksi gula mencapai maksimum. Metode subsoiling–moldboard plowing–
disk harrowing–furrowin merupakan metode pengolahan tanah paling optimum pada budidaya tebu lahan kering pada tanah Ultisol di Lampung Tengah,
Lampung.
Simulasi Model
Simulasi struktur model merupakan proses untuk mengetahui hasil berdasarkan model dan nilai yang diinput. Untuk melakukan perancangan dan
justifikasi seorang pembuat model harus mengumpulkan informasi atau data sebanyak mungkin atas sistem yang menjadi objek penelitian. Informasi ini dapat
berupa pengalaman dan pengetahuan dari orang yang memahami mekanisme kerja pada sistem atau berasal dari studi literatur. Proses ini bertujuan untuk melihat
sejauh mana keserupaan struktur model mendekati struktur nyata yang berkaitan dengan model pengelolaan serasah tebu secarah mekanis.
Data yang digunakan pada input model ini adalah data produksi PG Takalar pada tahun 2011 produksi serasah 32 860 100 kg, luas lahan 4 186 ha dengan
beberapa asumsi seperti umur ekonomis traktor, trash rake, trailer, aplikator, chopper, composting turner, loader dan truk masing-masing 12 tahun, bunga
modal 12, asuransi 1.24, jam kerja 800 jamtahun, harga solar Rp 9 115.00liter, harga listrik Rp 1 570kWh, harga pelumas Rp 20 000.00liter, umur
pakai ban 2 500 jam, upah tenaga kerja Rp 6 250.00jam dan investasi bangunan Rp 4 000 000 000.00. Dalam model ini yang menjadi masukan antara lain biaya
tetap BT dan tidak tetap BTT setiap alat dan mesin, harga kompos dan kapasitas kerja alat dan mesin. Berikut adalah struktur model pengelolaan
serasah tebu secara mekanis : init
Produksi_serasah = 0 flow Produksi_serasah = +dtproduktivitas_serasah
aux produktivitas_serasah = Luas_lahanPersen_serasahproduksi_tebu
aux Biaya_aplktr = BTT_aplktr+BT_aplktrjml_aplikator
aux Biaya_loader = BTT_Loader+BT_LoaderJml_Loader
aux Biaya_Pencch = BTT_pencch+BT_pncchjml_pencacah
aux Biaya_pengaduk = BT_pengaduk+BTT_pengadukJml_pengaduk
aux Biaya_Pngmplan = BTT_Pngmplan+BT_PngmplanJml_trashrake
aux Biaya_Total = Biaya_aplktr + Biaya_loader + Biaya_Pencch +
Biaya_truk_kompos +
Biaya_truk_bahan +
Biaya_trnsport +
Biaya_Pngmplan + Biaya_bahan + Biaya_pengaduk + Gaji_staf + Biaya_listrik
aux Biaya_trnsport = BTT_transport+BT_trnsportJml_trailer
aux Biaya_truk_bahan = BTT_truk_bahan+BT_truk_bahanJml_truk_bahan
aux Biaya_truk_kompos = BTT_truk_kompos + BT_truk_kompos
jml_truk_kompos aux
Campuran_bahan = Produksi_serasah+Kotoran_ternak aux
Gaji_staf = Gaji_ka_unit+Gaji_manajer aux
jml_aplikator = Komposkk_aplikator aux
jml_pencacah = Produksi_serasahkk_pencacah aux
Jml_trailer = Produksi_serasahkk_trailer aux
Jml_trashrake = Produksi_serasahkk_trashrake
aux Jml_truk_bahan = Campuran_bahanKk_truk_bahan
aux jml_truk_kompos = Komposkk_truk_kompos
aux Kompos = Campuran_bahanFkompos
aux Kotoran_ternak = Fkotoran_ternakProduksi_serasah
aux Pndptn_bersih = Pndptn_ktr-Biaya_Total
aux Pndptn_ktr = Hrg_kmpsKompos
const Biaya_bahan = 1 142 778 000 const Biaya_listrik = 3 430 300
const BT_aplktr = 44 179 167 const BT_Loader = 17 671 667
const BT_pengaduk = 17 671 667 const BT_pncch = 2 650 750
const BT_Pngmplan = 39 761 250 const BT_trnsport = 40 644 833.33
const BT_truk_bahan = 132 537 500 const BT_truk_kompos = 132 537 500
const BTT_aplktr = 184 705 280 const BTT_Loader = 270 168 080
const BTT_pencch = 41 877 160 const BTT_pengaduk = 270 168 080
const BTT_Pngmplan = 175 305 280 const BTT_transport = 186 825 280
const BTT_truk_bahan = 743 320 240 const BTT_truk_kompos = 743 320 240
const Fkompos = 0.44
const Fkotoran_ternak = 0.25 const Gaji_ka_unit = 52 000 000
const Gaji_manajer = 39 000 000 const Hrg_kmps = 1 500
const Jml_Loader = 3 const Jml_pengaduk = 3
const kk_aplikator = 4 800 000 const kk_pencacah = 1 872 000
const kk_trailer = 1 051 000 const kk_trashrake = 2 496 000
const Kk_truk_bahan = 24 960 000 const kk_truk_kompos = 16 972 800
const Luas_lahan = 4 186 const Persen_serasah = 0.25
const produksi_tebu = 31 400
Jangka Waktu Pengelolaan Serasah Tebu dalam Satu Periode
Pengelolaan serasah tebu selama satu periode membutuhkan waktu selama 333 hari untuk seluruh rangkaian kegiatan. Kegitan tersebut meliputi
pengumpulan serasah, pengangkutan serasah, pencacahan serasah, fermentasi bahan, aplikasi kompos dan penyimpanan. Tabel 5.2 dan Gambar 5.4
menunjukkan lama setiap kegiatan dalam pengelolaan serasah tebu. Waktu yang dibutuhkan untuk proses pengumpulan dan pengangkutan
serasah adalah 100 hari, pencacahan serasah membutuhkan waktu 254 hari, fermentasi membutuhkan waktu 30 hari dan aplikasi kompos 83 hari.
Waktu pengelolaan akan membantu pihak manajemen untuk menentukan berapa luasan yang dibutuhkan untuk membangun unit pengelolaan serasah tebu
pada setiap rayon. Tempat pengelolaan serasah tebu terdiri dari tempat bahan baku, pencacahan, pencampuran, fermentasi, dan penyimpanan sementara.
Tabel 6.2. Lama waktu hari tiap kegiatan dan berat bahan kg pada pengelolaan serasah tebu
Uraian Kegiatan Waktu hariberat kg
Waktu Pengumpulan serasah 100 hari
Waktu Pencacahan 254 hari
Waktu Aplikasi Kompos 83 hari
Waktu Pengomposan 30 hari
Berat Total Serasah Tebu 32 860 100 kg
Berat Total Bahan Campuran 8 215 025 kg
Berat Serasah+Bahan Campuran 41 075 125 kg
Berat Total Kompos 18 073 055 kg
Kapasitas Max Gudang 11 119 680 kg
Berat kompos yang diaplikasi 5 988 000 kg
178
Gambar 6.6. Waktu dan berat bahan setiap kegiatan pengelolaan serasah tebu.
Satu periode pe nge lolaan kompos 1 musim
Simpulan dan Saran Simpulan
Model yang dirancang dapat dijalankan dengan baik untuk menghitung biaya dan pendapatan yang diperoleh dalam pengelolaan serasah tebu secara
mekanis. Hasil menunjukkan bahwa dalam model pengelolaan serasah tebu terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antar komponen-komponen yang
terlibat dalam pengelolaan serasah tebu, baik komponen on farm maupun off farm. Perubahan nilai input atau masukan dari setiap komponen akan
mempengaruhi nilai komponen yang lain. Model pengelolaan serasah tebu secara mekanis merupakan suatu kajian rekayasa yang dapat digunakan untuk merancang
usaha pengelolaan serasah tebu pada budidaya tebu lahan kering.
Saran
Model pengelolaan serasah tebu secara mekanis dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pabrik gula yang membudidayakan tebu pada lahan kering
untuk mengembangkan usaha ini.
Daftar Pustaka
Andayani. 1984. Penentuan Jadwal Tanam Dan Kebutuhan Alat Mekanis Di Pabrik Gula Kebon Agung Jawa Timur. [Skripsi] Bogor. Fakultas Tektologi
Pertanian IPB. Bogor Dent, JB and JR Anderson. 1971. System Analysis in Agricultural Mangement.
John Wiley Sons Australia Pty. Ltd Dent, JB
and MJ Blackie. 1979. System Simulation in Agriculture . Applied Science Publisher Ltd. London.
Gittinger, 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Eds II. Universitas Indonesia Press. Johns Hopkins. Jakarta. 579.
Irwanto AK. 1982. Ekonomi Enjiniring di Bidang Mekanisasi Pertanian. Jurusan Keteknikan Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor.
Manetsch, TJ. And GL. Park. 1976. System Analysis And Simulation With Application To Economic And Social Sistem. Departement of Elecrical
Engineering And System Science. Michigan Stete University. East Lansing. Michigan.
Prabawa, S. Pramudya, B. dan Chozin, M. A,. 2000. Model Pengadaan Alat dan Mesin Budidaya Tebu Bagi Pabrik Gula Di Lahan Kering. Buletin Keteknikan
Pertanian Vol. 14 nomor 3, Desember 2000. Pp 150-161. Pramudya, B. 1989. Permodelan system pada Perencanaan Mekanisasi Dalam
Kegiatan Pemanenan Tebu untuk Industri Gula. [Disertasi]. Fakultas Pascasarjana IPB. Bogor.
Pramuhadi G. 2007. Produktivitas Tebu Lahan Kering pada Berbagai Metode Pengolalahan Tanah. Prosiding Seminar Perteta. Makassar, 3-5 Agustus 2007.
Pp 16-23. Pertiwi, S,. B. Pramudya, dan M. Djojomartono. 1992. Analitic Hierarchy Process
for Machinery Selection. Jurnal Teknik Pertanian 21 :p. 1- 9. Sulaiman A. 2007. Optimalisasi Produksi Tebu Dengan Program Linear Pada
PG Takalar Sulawesi Selatan. Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 21 No. 4. P 373-382.
Suranto, DD. 1985. Perencanaan dan Pengendalian Aktivitas Pengolahan Tanah Secara Mekanis di Pabrik Gula Jatitujuh. [Sripsi]. Fakultas Teknologi
Pertanian IPB. Bogor.